Bukti Sejarah Pesantren Takeran Tertulis di Masjid Jamik Pesantren

Magetan – 1miliarsantri.net : Pondok Pesantren (Ponpes) Takeran merupakan salah satu Ponpes tertua di Indonesia. Didirikan di Takeran-Magetan, Jawa Timur pada tahun 1880 (1303 H) oleh Kkai Hasan Ulama, salah satu Kiai kharismatik dan juga dianggap sebagai Penasehat Pangeran Diponegoro waktu itu. Seiring perjalanan waktu, Pesantren Takeran berkembang dan kerap kali menjadi sasaran target Belanda karena dianggap sebagai penghalang, dikarenakan Mbah Kiai Hasan Ulama juga dikenal sebagai telik sandi ulung yang dimiliki Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1899 (1317 H), Mbah Kiai Hasan Ulama wafat dan kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, Kyai Haji Imam Muttaqien. Di era kepemimpinan Mbah Imam Muttaqien inilah banyak tercetus ide serta gagasan untuk dapatnya merebut Indonesia dari tangan penjajah kolonial Belanda beserta sekutunya. KH. MS. Zuhdi Tafsir S.Ag (Mbah Zuhdi) sebagai Pendiri Pesantren Cokrokertopati sekaligus penerus Pesantren Takeran menuturkan, di Pesantren Takeran banyak dilakukan pertemuan-pertemuan tokoh penting Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan, termasuk diantara nya Hadratus Syekh Hasyim Asyari sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Mbah KH. Achmad Dahlan sebagai tokoh yang akhir nya mencetuskan berdirinya organisasi Muhammadiyah. “Mbah Imam Muttaqien, Mbah Hasyim, Mbah Dahlan itu dulunya pernah mondok di Pesantren nya Saichonna Kholil Bangkalan Madura, tapi beliau mondok nya cuman sebentar karena sudah menyerap semua ilmu bahkan diberi ijazah khusus oleh Mbah Kholil Bangkalan,” terang Mbah Zuhdi kepada 1miliarsantri.net. Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah maupun NU, Mbah Kholil sempat menyampaikan kepada Mbah Hasyim dan juga Mbah Dahlan agar meminta doa dan ijazah ke Pesantren Takeran karena dianggap sudah mewarisi ijazah Thareqoh Syattariyah. “Jadi Mbah Hasyim dan Mbah Dahlan itu dulunya juga mengikuti Thareqoh Syattariyah, sama seperti Mbah Kiai Imam Muttaqien yang diwarisi ijazah dari ayah beliau, Mbah Kiai Hasan Ulama,” jelas Mbah Zuhdi. Mbah Zuhdi menambahkan, di Pesantren Takeran juga sering dilakukan musyawarah untuk membahas negara, termasuk lahir nya Masyumi, Piagam Jakarta dan sebagainya. Waktu itu tidak terlalu banyak orang yang hadir untuk pertemuan dan tempat nya berada di langgar (musholla) dekat kediaman almarhum Mbah Kiai Hasan Ulama. “Dulu cuman bertiga, kadang lima orang yang hadir jagongan sambil musyawarah membahas negara. Tidak seperti sekarang ini, bahas umat tapi tempatnya di hotel atau di rumah makan, sedangkan belum tahu bagaimana nasib umat nya sendiri. Jika haus atau lapar, tinggal nyuruh santri beliau untuk mengambil kelapa di kebun belakang rumah,” terang Mbah Zuhdi. Pada tahun 1936 (1355 H), Mbah Kiai Imam Muttaqien wafat dan kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Pemuda sangat tampan, jujur dan memiliki keilmuan yang sangat mumpuni. Pada perkembangannya, atas prakarsa beliau, pada tanggal 16 September 1943 (9 Syawal 1362 H) Pesantren Takeran diganti namanya menjadi Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) melalui mekanisme rapat besar (Ihtifal). PSM berasas sama seperti negara Indonesia, yakni Pancasila dan UUD 1945 dengan tujuan Pesantren Takeran yang dilanjutkan oleh PSM, yaitu: “Memancarkan pendidikan luas tentang Islam, sehingga dapat mengeluarkan sebanyak-banyaknya orang yang cakap dan luas serta tinggi pemahamannya tentang agama Islam, rajin berbakti dan beramal kepada masyarakat berdasarkan taqwa (takut dan tunduk) kepada Allah, sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu, beramal, dan bertaqwa”. Memasuki era kepemimpinan Mbah Kiai Imam Mursyid merupakan tantangan yang sangat berat dikarenakan masuknya faham Komunisme di Indonesia dan ingin menghilangkan semua bentuk kegiatan Islam di Indonesia, sehingga mau tidak mau Mbah Kiai Imam Mursyid harus benar-benar menjaga seluruh penghuni pesantren. Benar saja, ketika PKI mulai berjaya, berbagai macam bujuk rayu dengan mengadakan kegiatan yang mengatasnamakan umat, mereka berhasil menculik serta membunuh beberapa Kiai, Tokoh Islam dan para santri di wilayah Madiun dan sekitarnya pada tahun 1945. “Mbah Imam Mursyid sendiri juga ditipu, katanya mau diajak musyawarah rembukan bahas umat, tapi ternyata diculik oleh PKI yang nyusup mengatasnamakan salah satu anak organisasi NU, bahkan mereka juga mengeluarkan dalil tentang perjuangan membela umat,” imbuh Mbah Zuhdi. Sejak diculik nya Mbah Kiai Imam Mursyid dan beberapa tokoh dalam lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqien, keluarga ndalem lebih berhati-hati agar jangan sampai ada korban kebiadaban dan kekejaman PKI lagi dan sempat mengalami kevakuman karena Mbah Kiai Imam Mursyid belum juga kembali. “Sebelum meletusnya kejadian kebiadaban PKI tahun 1948 di Madiun itu, Mbah Imam Mursyid sempat pamitan ke bulik nya, ngomong kalau akan pergi ketika hujan gerimis dan nanti akan kembali ketika waktu nya hujan besar,” ucap Mbah Zuhdi. Tentu saja, kalimat yang disampaikan Mbah Kiai Imam Mursyid tersebut menjadi tanda tanya dan belum menemukan arti yang sebenarnya hingga sekarang ini. Dalam perjalanan nya, Pesantren Takeran tidak pernah tercatat dalam buku sejarah perjuangan bangsa Indonesia sebagai salah satu Pesantren yang seringkali dijadikan rujukan atau dijadikan tempat musyawarah para tokoh-tokoh besar dalam mewujudkan kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia. Hingga beberapa generasi penerus dan sampai saat ini yang berubah nama menjadi Pesantren Cokrokertopati, Pesantren tersebut tetap menjadi dan mengajarkan kegiatan keagamaan dengan memberikan pelajaran kitab-kitab kuno atau yang dikenal dengan kitab kuning. PSM yang berpusat di Takeran-Magetan, saat ini telah memiliki cabang di berbagai daerah. Kegiatan utamanya bergerak di bidang dakwah (pesantren) dan pendidikan umum, yang didukung dengan kegiatan ekonomi penunjang. PSM juga bekerja sama dengan Temasek Foundation Singapura dalam mengembangkan pendidikan melalui pendirian lembaga pendidikan bertaraf internasional, Islamic Internatinal School (IIS PSM), yang saat ini terletak di Magetan dan Kediri. (fq)

Read More

Terlihat Bangunan Diindikasikan Gedung Synagogue di Dalam Ponpes Al Zaytun

Jakarta – 1miliarsantri.net : Terungkap melalui google maps, didalam kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun ditemukan gedung Synagogue. Gedung itu, berwarna putih dengan berlatar belakang berwarna merah. Gedung yang dinamakan sinagog yang terlihat mencolok pada google maps, terletak di sebelah utara, tepatnya di samping masjid utama Rahmatan Lil Alamin, Ponpes Al Zaytun. Sontak hal ini pun menyita perhatian publik dan menuai komentar netizen. Diketahui, Ponpes Al Zaytun menjadi sorotan karena adanya beberapa pernyataan Panji Gumilang yang dinilai sebagian masyarakat telah menyimpang. Bahkan beberapa ormas keagamaan juga telah memberikan sikap atas polemik tersebut. Buntut dari kontroversi tersebut menyebabkan Panji Gumilang harus berurusan dengan pihak kepolisian. Menyikapi adanya Gedung Synagogue itu, beberapa media juga memantau dari google maps, dan terlihat gedung besar dengan atap biru memanjang tersebut terlulis dalam aplikasi google maps bertuliskan “sinagog” dengan lambang, gabungan dua gambar segitiga sama sisi. Kemudian, terlihat juga kawat berduri masih terpasang di tepi jalan persis depan gerbang masuk Pondok Pesantren Al Zaytun, kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Sabtu (08/07/2023). Di mana kawat yang pipanya ditanam di jalan ini, belum dilepas sejak aksi unjuk rasa yang ketiga kalinya pada kamis kemarin. (den)

Read More

Ucapan Doa Terus Mengalir Untuk Kesembuhan Cak Nun

Jakarta – 1miliarsantri.net : Beredar kabar di beberapa sosial media yang mengabarkan Budayawan Muhammad Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun, mengalami pendarahan otak hingga sempat tidak sadarkan diri dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSPU) dr. Sardjito. Hal tersebut membuat Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin turut memberikan doa untuk kesembuhan bagi budayawan ternama di Tanah Air tersebut. Hingga Jumat (07/07/2023) kondisi Cak Nun saat ini berangsur membaik dan masih harus mendapat perawatan ekstra di RSUP dr Sardjito, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kiai Ma’ruf berharap Cak Nun segera pulih kembali dikarenakan masyarakat masih membutuhkan budayawan yang terkenal dengan tenbang Lir-ilir tersebut. “Mengenai Cak Nun kita prihatin ya. Mudah-mudahan dan insya Allah nanti saya bisa menengok beliau. Kita selalu mendoakan supaya beliau diberikan kesehatan karena masih dibutuhkan masyarakat untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat,” kata Kiai Ma’ruf seperti dibagikan Sekretariat Wakil Presiden di Jakarta, Jumat (07/07/2023). Kiai Ma’ruf memang memiliki hubungan spesial dengan Cak Nun. Keduanya merupakan bagian dari tim sembilan yang diundang Presiden Soeharto ke Istana Kepresidenan, Jakarta pada 19 Mei 1998, untuk berkonsultasi terkait masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, atau dua hari menjelang presiden ke-2 RI itu lengser pada 21 Mei 1998. Hal senada juga disampaikan mantan Sekretaris Pribadi Cak Nun, Noor Janis Langga Barana. Meski kondisinya membaik, Cak Nun masih belum bisa dibesuk. “Alhamdulilah proses recovery Mbah Nun berjalan terus dengan baik,” ungkapnya kepada wartawan. Sejumlah pihak mendoakan kesembuhan pemimpin grup Kiai Kanjeng tersebut. Salah satunya disampaikan sahabatnya, Suko Widodo. Doa juga disampaikan Ketua Bidang Politik dan Pemerintahan PP GP Ansor, Luqman Hakim. Luqman mengajak kepada masyarakat Indonesia untuk mendoakan Cak Nun agar kembali diberikan kesehatan. Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 27 Mei 1953. Dia adalah seorang tokoh intelektual, seniman, budayawan, penyair, dan pemikir gagasannya banyak ditularkan melalui tulisan. Dia juga sangat aktif mengisi pengajian, seminar, diskusi, atau workshop di bidang pengembangan sosial, keagama­an, kesenian, dan lain-lain. Pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya, dia pernah belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor, dan pada per­tengahan tahun ketiga studinya dia pindah ke Yogyakarta dan tamat SMA Muhammadiyah I. Di Yogyakarta, sekitar tahun 1970-1975, dia belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha. Beberapa kegiatan di manca negara pernah dia diikuti, antara lain lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984). (mif)

Read More

Wayang Sebagai Sarana Dakwah Sekaligus Hiburan

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Beberapa waktu lalu pernah terjadi perdebatan polemik tentang wayang yang dianggap haram. Dan tentu saja membuat banyak tokoh angkat bicara, termasuk salah satu ulama besar NU, Syekh Maimoen Zubair (Mbah Moen). Semasa hidupnya Mbah Moen mempunyai ikatan yang sangatverat dengan wayang, di mana menurutnya masing-masing tokoh pewayangan memainkan peran keteladanan, sedangkan kisah yang disajikan mengandung makna ketauhidan. Mbah Moen menilai wayang adalah sebuah sarana dakwah sekaligus hiburan. Nilai penting lain dari tokoh pewayangan adalah selipan teladan dan ajaran yang diperankan masing-masing tokohnya. Beberapa tokoh utama, kata Mbah Moen, seperti Puntodewo/Yudhistira versi lain disebut Prabu Darmokusumo, pemilik Jimat Kalimosodo, yang dikenal adil dan bijak, banyak tirakat dan pengayom wong cilik. “Ada juga keakraban Yudhistira dengan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Keempat punakawan tersebut dengan kondisi fisik yang tidak lumrah, miskin, banyak utang, dan lucu, tetapi dilengkapi dengan etika dan unggah-ungguh yang berkualitas,” kata Mbah Moen dalam beberapa petikan youtube. Tokoh yang tak kalah sentral adalah Werkudoro/Brotoseno/Bimo atau populer dengan sebutan Satrio Jodipati. Brotoseno dikenal memiliki Kuku Ponconoko, yang jadi senjata pamungkasnya. Kuku Bima itu digunakan digunakan untuk menumpas kezaliman dan angkara murka serta menjadi senjata utama dalam perang melawan Kurawa. “Bima digambarkan tegas, pembela kebenaran meski berbicara blak-blakan. Ada juga Arjuno atau Janoko. Mbah Moen menyebut Arjuno memiliki sifat danang joyo. Danang artiya memberi, joyo artinya kejayaan. Sedangkan Nakulo atau Nengkulo adalah akronim dari meneng anggonmu ngemawulo (khidmatlah dalam berbakti kepada Tuhan), Sadewo dengan makna bakale bisa dadi dewa (orang-orang suci, saleh-mushlihah). Pandowo Limo dan Kurowo yang bertentangan merupakan kader Kiai Durno, konsultan politik dan ketatanegaraan Prabu Duryudhana, penguasa Ngastinopuro. Pandowo Limo dan Kurowo yang berhadap-hadapan dalam perang Baratayudha berada di bawah asuhan Kiai Durno dalam Yayasan Sukolimo yang dia miliki. Kiai Durno ditempatkan bersebrangan dengan Prabu Darmo Kusumo, negeri Ngamarto alias Indraprasta yang memiliki penasihat bernama Kiai Kresno. Kiai Kresno adalah pemegang Senjata Cokro dengan gelar sosrosumpeno (seribu penglihatan). Senjata Kiai Durno yakni Jamus Kalimosodo, masih dalam cerita Mbah Moen, adalah istilah yang digunakan para wali sebagai upaya mengikrarkan masyarakat Jawa ketika itu untuk masuk ke dalam pelukan Islam. Secara harfiah kalimosodo terdiri dari dua kata, “kalimo” artinya kalimat, dan “sodo” yang berarti syahadat. Kalimosodo itu dipahami sebagai wujud pengakuan kepada risalah Allah yang dibawa Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, rukun Islam yang pertama, yang secara berurutan yakni syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Mbah Moen juga menjelaskan “kalimo” itu juga bisa diartikan “lima” dan “sodo” artinya “dua belas”. Artinya 5 tambah 12 sama dengan 17 yakni jumlah rakaat sholat. Arti bilangan tersebut menjelaskan berislam yakni menegakkan seluruh kewajiban waktu berupa shalat lima waktu yang menjadi aji atau jimat Muslim. “Shalat adalah soko agomo,” bunyi hadist yang masyhur. Selain sebagai tiang, sholat adalah perintah langsung yang diterima Rasulullah dari Allah ketika peristiwa Isra’ dan Mikraj. Saking krusialnya, sholat adalah kunci bagi Muslim dan penentu seluruh amal saat hari hisab. (mif)

Read More

Panji Memiliki 289 Rekening Bank Yang Berbeda Nama

Jakarta – 1miliarsantri.net : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD mengatakan, pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Panji Gumilang, memiliki total 289 rekening, diantara nya 256 rekening atas nama Panji Gumilang dan 33 rekening lain atas nama institusi. “Kami menelusuri, ada 256 rekening atas nama dia (Panji Gumilang), dan 33 rekening atas nama institusi, jadi (total) 289,” terang Mahfud kepada wartawan, Rabu (05/07/2023). Mahfud mengungkapkan, dari 256 rekening atas nama Panji menggunakan beberapa nama yang berbeda. Mahfud menyebut, Panji diketahui memiliki enam nama lain diantata nya Abu Toto, Panji Gumilang, Abdusalam Panji Gumilang,” ujar Mahfud. “Nama dia itu enam, ada Abu Toto, Panji Gumilang, Abdusalam, pokoknya enam lah,” lanjut Mahfud. Sebagaimana diberitakan sebelum nya, Panji Gumilang mendatangi Gedung Mabes Polri, hari Senin (03/07/2023) guna menjalani pemeriksaan terkait kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada nya. Pemeriksaan tersebut berlangsung mulai pukul 14.00-23.00 WIB. Dalam kesempatan itu, dirinya mengaku dicecar lebih dari 30 pertanyaan oleh penyidik, namun dari keterangan Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, mengatakan bahwa yang bersangkutan disodorkan 26 pertanyaan. “Pertanyaan yang disampaikan kepada saya lebih daripada 30 pertanyaan dan sudah bisa dijawab dengan baik mudah-mudahan semua berjalan dengan lancar,” ungkap Panji Gumilang. Diketahui, penyidik Dittipidum Bareskrim Polri juga telah menaikkan status kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Panji Gumilang dari penyelidikan ke penyidikan. Dinaikkannya status kasus ke tahap penyidikan setelah penyidik Dittipidum Bareskrim Polri menemukan unsur pidana dalam kasus dugaan penistaan agama tersebut. “Kami sampaikan selesai pemeriksaan penyidik telah (melakukan) gelar perkara bahwa perkara dari penyelidikan ke penyidikan. Mulai besok melakukan upaya-upaya penyidikan,” tegas Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro. Dalam kasus ini, Panji Gumilang dilaporkan kepada pihak kepolisian oleh Forum Pembela Pancasila (FAPP) pada, Jumat 23 Juni 2023 lalu. Laporan atas Panji pun teregister dengan nomor: LP/B/163/VI/2023/SPKT/Bareskrim Polri tertanggal 23 Juni 2023. Panji Gumilang dilaporkan ke Bareskrim Polri atas tuduhan melanggar ketentuan Pasal 156 A Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penistaan Agama. (wnik)

Read More

Emil Pastikan Rekening Panji Gumilang Akan Dibekukan

Bandung – 1miliarsantri.net : Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memastikan, pemerintah dan aparat kepolisian terus bekerja untuk menyelesaikan polemik yang terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun. Salah satunya adalah membekukan rekening milik Panji Gumilang, Pimpinan Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Ridwan Kamil pun meminta masyarakat, untuk tetap tenang dan menjaga kondusifitas, selama polisi melakukan penyidikan. “Jadi, saya berulang kali menyampaikan agar masyarakat mohon tetap kondusif, tindakan pidana sedang berlangsung dengan penyelidikan dari Polri,” ujar Ridwan Kamil kepada media di kantor DPRD Jabar, Kamis (06/07/2023). Pria yang akrab dipanggil Emil ini memastikan, bahwa proses pembekuan rekening milik pimpinan pondok pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang sedang ditelusuri oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). “Kedua, proses pembekuan rekening aliran-aliran yang mencurigakan juga sedang berproses di PPATK,” lanjutnya. Begitu juga, menurut Emil, dengan aset berupa lahan yang dimiliki Al-Zaytun, akan diselidiki oleh Polri, apakah lahannya ilegal atau tidak. “Sedang diteliti, bagian dari penyelidikan Polri. Karena dulu ada laporan pencaplokan lahan ilegal, itu akan disidik oleh Polri. Sehingga, kita akan tahu apakah itu legal atau tidak, berapa yang legal dan berapa yang tidak legal, kita tunggu hasil pemeriksaan,” ucapnya. Emil menambahkan, saat ini pemerintah pusat juga sedang mempersiapkan untuk mengambil alih pondok pesantren dan menyelematkan ribuan siswa yang mengenyam pendidikan di Al-Zaytun. “Ketiga, pesantrennya sendiri yang disebut akan dibina itu, akan diambil alih oleh Kemenag. Tetapi, butuh waktu untuk mengurus tujuh ribuan siswa itu, tidak sesederhana itu,” imbuhnya. Gurunya dari mana, kualifikasinya apa, makanya rentang waktu pembinaan dan pengambil alihan itu selama PPDB ini. Sehingga, pada saat masuk sekolah itu urusan Al-Zaytun sudah selesai. “Intinya, harapan masyarakat akan terwujud, ada ketengan, tidak ada lagi kontroversi, kemudian institusinya bisa dikelola diambil alih oleh negara,” katanya. (den)

Read More

Kemenag: Operator Kampus Diharapkan Jadi Tulang Punggung Kemajuan Pendidikan

Bandung – 1miliarsantri.net : Cepatnya perkembangan teknologi membuat perguruan tinggi juga harus beradaptasi. Operator kampus yang terdiri atas para ahli dan pakar teknologi (IT), diharapkan menjadi garda terdepan untuk melakukan adaptasi tersebut. Karena merekalah yang selama ini mengoperasikan berbagai sistem digital dan piranti elektronik yang ada di kampus. Operator IT juga menjadi sosok yang selama ini membagikan pengetahuan tentang teknologi kepada para rektor, dosen, hingga mahasiswa kampus Harapan ini diungkapkan Kementerian Agama melalui Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Kementerian Agama Dr. Thobib Al-Asyar, M.Si, Forum Operator Perguruan Tinggi Islam (FORPTI) yang diselenggarakan di Hotel Garden Flower Bandung, Kamis (06/07). Harapan ini menurutnya sangat penting, karena kualitas pendidikan tinggi Indonesia sangat tergantung dengan teknologi. “FORPTI harus jadi tulang punggung kemajuan kampus dan kemajuan pendidikan, karena operator kampus lah yang berperan penginputan data tridharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat), dan pengembangan teknologi. Harapannya operator tetap semangat, karena mereka sangat berdampak pada kualitas perguruan tinggi,” ungkap Thobib yang juga sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Menteri Agama, di hadapan ratusan operator kampus dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang hadir dalam forum tersebut. Tantangan Kemajuan Pendidikan Kedepan Thobib juga menyebutkan bahwa para operator merupakan “nyawa” dari sebuah perguruan tinggi. Sehingga kehadiran operator dalam forum ini menjadi hal yang penting untuk saling bertukar pikiran dan ide, dalam upaya menjaga mutu perguruan tinggi agar menjadi lebih baik. Terlebih dalam waktu dekat, tantangan untuk memajukan pendidikan telah menanti para operator IT. Salah satunya adalah integrasi data pendidikan tinggi, dalam bentuk mirroring dan sinkronisasi EMIS (Evaluasi Mutu Internal Sekolah) dengan PDDIKTI (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi). Persiapan teknis untuk mengintegrasikan kedua sistem tersebut kini sedang dilakukan. Dengan harapan agar Indonesia sebagai bangsa memiliki data pendidikan nasional dan data pendidikan keagamaan yang terintegrasi, mudah diakses dan dilengkapi oleh operator kampus, serta bermanfaat dalam pengambilan kebijakan di tingkat nasional. “Sebelumnya, setiap sistem memiliki akun tersendiri yang cukup merepotkan bagi operator di perguruan tinggi. Dengan adanya upaya integrasi ini, diharapkan akan mempermudah pekerjaan operator dalam mengelola data perguruan tinggi, dan bermanfaat menuju Indonesia Maju,” ucap Thobib. Tantangan lainnya adalah mutu dan kualitas pendidikan tinggi Indonesia yang perlu ditingkatkan lebih baik. Jumlah perguruan tinggi di Indonesia mencapai lebih dari 4.500 kampus. Namun sayangnya masih banyak yang kualitasnya belum mumpuni. Misalnya gedung sarana prasarana belum lengkap, atau ketersediaan dosen dan buku untuk mahasiswa masih kurang. “Padahal kampus berkualitas, adalah kunci untuk melahirkan anak-anak yang berkualitas pula. Saat ini ada sekitar 134 perguruan tinggi yang sementara tidak kita berikan izin baru atau moratorium sampai dengan melakukan perbaikan. Salah satu cara perbaikannya melalui pemanfaatan teknologi dan pendataan yang tepat,” ungkap Thobib. Ketua FORPTI Bapak Ubun Bunyamin, juga menyebutkan terdapat tantangan berupa masih adanya operator kampus yang belum mengikuti perkembangan regulasi dan informasi terkait dunia pendidikan terkini. Ubun dan rekan sejawat bahkan merasa prihatin dengan kondisi tersebut. FORPTI sebagai wadah untuk berkumpul dan berbagi ide dengan tujuan untuk dapat melakukan sharing informasi secara lebih cepat, terutama terkait data-data di perguruan tinggi, akhirnya muncul. Di forum ini, operator yang belum tahu informasi terbaru seputar dunia pendidikan bisa memperoleh update. Sedangkan para operator yang sudah melakukan pengembangan kampusnya dengan baik, diberi apresiasi serta dijadikan best practice yang dapat ditularkan kepada kampus-kampus lainnya di seluruh Indonesia. “Saat pembukaan forum ini, turut diberikan penghargaan kepada enam perguruan tinggi dengan pelaporan EMIS tahun 2022-20223 terbaik. Diantaranya: 1) STIT At Taqwa Ciparay Bandung; 2) Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Quran Bogor; 3) STAI La Tansa Mashiro Rangkas Bitung; 4) STAI daarut Tauhiid Bandung; 5) STAI Darul Ulum Kandangan; 6) STAI 11 April Sumedang. Bersama enam kampus dengan pelaporan terbaik, dan ratusan operator yang hadir dalam forum ini, kami berharap operator terus update dan fokus menjadi tulang punggung kemajuan pendidikan,!” pungkas Ubun Bunyamin. (hp)

Read More

UAH Mencium Aroma Wangi di Makam Mbah Maimun Zubair

Jakarta – 1miliarsantri.net : Sosok Kiai Haji Maimun Zubair atau akrab dipanggil Mbah Moen sangat lah berkesan di kalangan para mubaligh, bukan saja di Indonesia, tapi juga seluruh dunia memahami karakteristik ulama kharismatik tersebut. Mbah Moen meninggal dunia di Mekkah, seusai Sholat Subuh pada 6 Agustus 2019 pukul 04.30 waktu setempat di Rumah Sakit An-Nur Mekkah. Tidak ada gejala beliau sakit karena malam sebelumnya beliau menerima kunjungan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Dr. Agus Maftuh Abegebriel. Mbah Moen dimakamkan pada tanggal yang sama, di Ma’la, Mekkah. Makamnya berdekatan dengan makam guru beliau, Sayyid Alawi al-Maliki al-Hasani dan makam Khadijah istri Rasulullah. Kisah-kisah kebaikan Mba Moen masih lestari dan karomah Mbah Moen dirasakan Ustadz Adi Hidayat (UAH) saat berziarah ke Ma’la. Waktu itu UAH berziarah ke makam Mbah Moen bersama sejumlah teman dan menceritakan mencium wangi harum. “Saya bersaksi demi Allah, Anda boleh catat kalimat saya ini. Saya kemarin waktu ke Mekkah, Alhamdulillah Allah tunjukkan beberapa (kebaikan) almaghfurlah, Mbah Moen,” terang UAH. UAH menceritakan, saat itu dirinya berziarah ke Pemakaman Ma’la, termasuk ke makam KH Maimun Zubair dan ibunda tercinta Sayyidah Khadijah radhiyallahu anha. Saat berdoa kebaikan di makam Mbah Moen, UAH mencium wangi yang sangat harum. “Ini tidak apa-apa disampaikan, memang saya mengalami dan saya menyampaikan. Begitu saya melewati pemakaman lalu di makamnya itu (makam Mbah Moen) kemudian kita di situ berdoa kebaikan. Kita kalau (mendoakan) sama ulama nggak mungkin meminta ampunan, adabnya begitu, tapi tambahan kemulian, tambahkan cahaya. Dan setelah itu selesai (berdoa),” kata UAH merawikan. Setelah selesai berdoa, UAH mencium bau harum di sekitarnya yang diyakini berasal dari makam Mbah Moen. Setelah selesai tercium bau harum, aroma wangi itu sangat melekat dan sempat bertanya kepada kawan-kawan nya. “Waktu itu saya sampai bertanya kepada teman, antum pakai parfum apa, dijawab gak ada. Itu bisa jadi wangi makamnya (Mbah Moen), kata teman saya,” urai UAH. UAH mengaku saat itu berziarah di waktu yang dilarang untuk berkunjung. Karena menurut UAH, waktu untuk berkunjung di Pemakaman Ma’la adalah ba’da Shalat Shubuh dan ba’da Sholat Ashar. Karena itu menurut UAH tidak mungkin kalau ada yang memberikan minyak wangi ke makam Mbah Moen di waktu itu. “Ndak mungkin (kalau ngasih minyak wangi), walaupun ada tuh kena panas selesai (hilang) gitu. Ini waktunya datang ke situ ditolak atau bukan waktu kunjungan,” ucap UAH. Mbah Moen adalah seorang ulama kelahiran Rembang pada 28 Oktober 1928. Selain sebagai ulama, Mbah Moen pernah menjadi politikus Partai Persatuan Pembangunan dan pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama tujuh tahun, dan menjadi anggota MPR mewakili Jawa Tengah selama tiga periode. Setelah tidak menjadi anggota dewan, Mbah Moen fokus mengurus dan menjadi pengasuh tertinggi Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, meski beliau masih menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah PPP hingga ia wafat. (riz)

Read More

Napak Tilas Pesantren Cokrokertopati Takeran Magetan Dalam Memberantas Komunis

Magetan – 1miliarsantri.net : Di wilayah Takeran Magetan, Jawa Timur terdapat sebuah Pondok Pesantren yang didirikan untuk meneruskan cita-cita para pendahulu nya yang konon memiliki sejarah sangat luar biasa bagi bangsa dan negara Indonesia. Pondok Pesantren (Ponpes) Cokrokertopati merupakan generasi penerus Pesantren Takeran yang sudah berdiri sejak tahun 1880. KH. MS Zuhdi Tafsir, S.Ag atau akrab disapa Mbah Zuhdi, pendiri sekaligus Pengasuh Ponpes Cokrokertopati menuturkan, berdirinya Yayasan Perguruan Islam (YPI) Cokrokertopati, berawal dari kegelisahan pengasuh atau sekaligus juga pendiri Pondok Pesantren melihat keadaan generasi muslim yang kurang cakap dan belum memahami tentang ilmu agama Islam, khususnya kitab-kitab kuning, sehingga muncul ide dan niat yang kuat untuk mendirikan Pondok Pesantren Salafiyah Cokrokertopati. “Secara historis pendirian YPI Cokrokertopati tidak lepas dari Pesantren Takeran yang didirikan oleh Mbah Kiai Hasan Ulama’ bin Pangeran Cokrokertopati, atau bergelar Kiai Kholifah. Beliau merupakan telik sandi Pangeran Diponegoro, sehingga banyak orang yang menganggap beliau penasehat sekaligus spiritualis Pangeran Diponegoro,” Ungkap Mbah Zuhdi kepada 1miliarsantri.net, Rabu (05/07/2023). Mbah Zuhdi menambahkan, pengambilan nama Pondok Pesantren Salafiyah Cokrokertopati ini dinisbatkan kepada beliau Pangeran Cokrokertopati sebagai perwujudan ta’dimpara pengasuh dan pendirinya. Sebelum nya, Mbah Zuhdi didatangi Mbah Imam Mursyid Muttaqien yang menyampaikan pesan untuk menjaga masjid pesantren Takeran. Namun ketika Mbah Zuhdi berkedip, Mbah Imam Mursyid Muttaqien hilang begitu saja. “Pada tahun 1986, bapak saya meminta saya untuk menjadi penerus dan menjadi imam sholat Rawatib di masjid Jami yang didirikan tahun 1886. Saya mau menerima dengan catatan bapak masih berkenan menjadi Khatib sekaligus Imam Sholat Jumat, masih berkenan menjadi Imam Sholat Idul Fitri dan Idul Adha, masih berkenan menjadi Imam Rabu Wekasan dan menjadi Imam sholat Gerhana,” imbuh Mbah Zuhdi. Secara resmi legalitas Ponpes Cokrokertopati dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhum HAM) pada 1 Oktober 2010 dan berjalan hingga sekarang ini menjadi Lembaga Pendidikan formal yang ijazah nya bisa dipergunakan apabila santri ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih lanjut. “Kalo dulu masih berupa pondok yang tidak memiliki surat keterangan lulus atau ijazah, dan kebanyakan santri-santri nya bingung antara memilih sekolah formal dengan mondok, sehingga ketika liburan sekolah, maka pondok jadi sepi karena semua santri pulang ke rumah masing-masing. Kalo sekarang sudah tidak seperti itu lagi, sekalipun liburan sekolah seperti sekarang ini, santri masih berada didalam pondok,” terang Mbah Zuhdi. Dalam perkembangan nya, Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Cokrokertopati juga menangani penyantunan anak yatim piatu dan mengalami kemajuan yang cukup signifikan, sehingga dibuka lah madrasah diniyah salafiyah. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya animo masyarakat yang menitipkan putra putrinya untuk belajar memahami kitab-kitab kuno atau disebut dengan kitab kuning di Pondok Pesantren Salafiyah Cokrokertopati Takeran Magetan Jawa Timur. “Pondok ini dulunya memiliki sejarah yang sangat luar biasa, dimana embrio pencetusan Pancasila pertama itu lahirnya disini, Perjanjian Linggar Jakarta juga dicetuskan di pondok sini, dan juga lahirnya Masyumi pada saat itu juga berawal dari sini. Sehingga tahun 1948 menjadi incaran PKI dan 13 Kiai serta Ustad menjadi korban keganasan dan kebiadaban Partai Komunis Indonesia (PKI),” lanjutnya. PKI yang pada saat itu mencari Mbah Kiai Imam Mursyid Muttaqien, dengan alasan hendak diajak bermusyawarah dikarenakan kondisi negara sedang gawat, dan mencari solusi kestabilan pangan untuk rakyat serta bagaimana mengatasi konflik yang saat itu terjadi. Dikarenakan untuk kepentingan rakyat, terutama umat, maka Mbah Kyai Imam Mursyid berangkat bersama rombongan yang mengatasnamakan anak organisasi NU tersebut. “Jadi PKI pada saat itu menculik para Kiai dengan memakai dalil Qur’an dan mengatasnamakan kepentingan umat, tapi sebetulnya mereka berbohong. Para Kiai diculik kemudian dibawa ke beberapa tempat, lalu dibantai dan dibunuh,” terang Mbah Zuhdi. Untuk mengenang kebiadaban dan keganasan PKI yang terjadi di wilayah Madiun tahun 1948, setiap tanggal 30 September dilakukan tahlil Qubro yang diikuti seluruh santri dan jamaah Ponpes Cokrokertopati, dilanjutkan dengan Orasi dan pemutaran film G 30/PKI yang sempat dilarang oleh Pemerintah. “Itu sejarah dan tidak boleh dilupakan. Kekejaman, kebiadaban PKI yang mengorbankan 13 Kiai Madiun dan Magetan itu wajib kita kenang supaya anak cucu kita juga lebih berhati-hati terhadap PKI yang sampai saat ini masih menghantui dan masih ada di Indonesia, PKI harus dibasmi dan dihilangkan agar Indonesia benar-benar menjadi negara yang berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila,” tutup Mbah Kiai Zuhdi. (fq)

Read More

Kisah 2 Santri Yang Adu Kesaktian Karena Perbedaan Prinsip

Jombang – 1miliarsantri.net : Sumoyono adalah nama sebuah pesantren yang berdiri tak jauh dari Tebu Ireng di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang Jawa Timur. Pesantren ini diasuh oleh Kiai Sumoyono. Di pesantren yang berdiri tahun 1800-an ini ada dua santri yang amat menonjol dan terkenal. Mereka adalah Surontanu dan Joko Tulus alias Kebo Kicak. Sayangnya kedua santri tersebut harus bermusuhan karena berbeda jalan. Surontanu merupakan murid pesantren Sumoyono yang sangat keras menolak segala bentuk maksiat dan ketidakadilan, termasuk saat Belanda datang ke Desa Cukir untuk mendirikan pabrik gula. Sementara Joko Tulus adalah santri murtad yang memilih jalan sesat demi mencapai duniawi sesaat hingga rela menjadi antek belanda. Perbedaan itu membuat kedua santri yang sama-sama memiliki kanuragan mumpuni ini selalu berbenturan sehingga menjalin permusuhan abadi. Awal permusuhan Surontanu dan Joko Tulus dimulai saat Belanda membangun pabrik gula di Desa Cukir. Kesewenang-wenangan Belanda dalam mendirikan pabrik dengan merubah paksa sawah warga menjadi kebun tebu, membuat Surontanu emosi dan memberikan perlawanan terhadap kebijakan kolonial itu. Terlebih Belanda sengaja mendukung berdirinya tempat maksiat di lokasi bernama Kebo Ireng yang tak jauh dari pabrik gula serta Pesantren Sumoyono. Tak ayal Surontanu kian meradang, apalagi lokasi Kebo Ireng dipimpin oleh mantan adik perguruannya di Sumoyono yaitu Joko Tulus alias Kebo Kicak yang telah memilih jalan sesat. Cikal bakal Joko Tulus menjadi penjahat sebenarnya sudah tercium sejak awal masuk pesantren. Karena masuk pesantren Sumoyono sebenarnya bukan keinginan Joko Tulus, namun kakeknya yang mengirim dan menitipkan langsung kepada Kiai Sumoyono. Oleh Kiai Sumoyono, Joko Tulus diberi perhatian khusus saat di pesantren hingga menjadi murid kesayangan Kiai. Sayang perhatian dan kasing sayang Kiai Sumoyono tak mampu meluluhkan hati Joko Tulus untuk menuju jalan hitam dan menjadi pimpinan utama tampat maksiat Kebo Ireng. Cerita Joko Tulus bergabung dengan Kebo Ireng berawal ketika dirinya makan di warung yang ada di Pasar Cukir. Saat makan Joko Tulus diganggu oleh para preman Desa Cukir. Emosi dan naik pitam, Joko Tulus menantang preman tersebut berkelahi. Hanya dalam hitungan detik, Joko Tulus yang memang sakti itu melumpuhkan preman tersebut. Kehebatan Joko Tulus terlihat oleh Wiro, dukun sakti aliran hitam yang menjadi antek belanda serta pemimpin tempat maksiat Kebo Ireng. Karena bujukan Wiro, akhirnya Joko Tulus keluar dari Pesantren Sumoyono untuk masuk ke lembah hitam dan dinobatkan sebagai pemimpin utama Kebo Ireng. Pascamenjadi pemimpin Kebo Ireng, kelakuan Joko Tulus bagaikan iblis yang dipenuhi maksiat. Dari mulai berjudi, berkelahi serta main perempuan. Sehingga oleh masyarakat, Joko Tulus diberi gelar Kebo Kicak. Namun oleh Wiro serta orang-orang aliran hitam, Joko Tulus dianggap pahlawan yang paling mereka takuti juga segani. Oleh Belanda Joko Tulus didukung penuh karena rajin menyetor upeti. Keberingasan Joko Tulus semakin membuat Surontanu tak mampu lagi mengendalikan diri. Akhirnya dengan mengumpulkan ratusan santri Sumoyono yang memiliki bekal kanuragan mumpuni, Surontanu menyerang tempat maksiat Kebo Ireng pimpinan mantan adik seperguruannya di pesantren. Mendapat serangan Surontanu dan santri-santri Pesantren Sumoyono, gerombolan pendekar hitam Kebo Ireng di bawah pimpinan Kebo Kicak memberikan perlawanan sengit pada malam itu. Namun karena kalah semangat dan beda motivasi, anak buah Joko Tulus kocar-kacir. Bahkan Wiro sang dukun sakti beserta beberapa anak buahnya melarikan diri meminta bantuan Belanda. Sadar anak buahnya mulai lemah dan sebagian melarikan diri, Joko Tulus pun mencoba lari dengan melompat dari atap pondok ke pondok lainya. Aksi santri murtad ini diketahui oleh Surontanu. “Jangan lari kau Joko Tulus. Kau harus binasa,” teriak Surontanu sembari mengejar Joko Tulus. Joko Tulus terkejut dan terus berlari ke daerah perkebunan Tebu.”Kejar aku kalau kau mampu Surontanu,” tantang Joko Tulus. Akhirnya aksi saling kejar pun terjadi di perkebunan tebu. Batang-batang tebu yang dilewati oleh keduanya seketika roboh bagai diterpa angin kencang. Kilatan cahaya serta suara gemuruh angin dari kesaktian kedua mantan seperguruan itu terlihat di kegelapan malam. Mereka terus bertarung hingga keduanya lenyap bak ditelan bumi. Sampai saat ini pertarungan Surontanu dan Joko Tulus di kebun tebu masih menjadi misteri atau tidak diketahui siapa pemenangnya. Namun ada versi yang menyatakan jika pertarungan dimenangkan oleh Surontanu. Pasalnya, pasca penyerangan ke Kebo Ireng, semua santri Pesantren Sumoyono ditangkap dan dihukum oleh Belanda. Pesantren Sumoyono juga dibumihanguskan dan dibubarkan. Mengetahui hal itu, Surontanu diduga sengaja tidak muncul dan memilih mengasingkan diri atau pindah ke daerah lain, karena Belanda terus memburunya. Namun di sisi lain, Wiro si dukun sakti yang mengambil alih kepemimpinan Kebo Ireng selalu mengatakan jika Joko Tulus masih hidup dan akan datang sewaktu-waktu ke Kebo Ireng. Omongan Wiro yang dianggap sakti ini tentu dipercaya oleh anak buahnya dan masyarakat yang memang lemah dan terjerumus dalam kemusrikan di Desa Cukir. Namun hingga tewasnya Wiro sebulan setelah bertarung dengan santri Pesantren Tebu Ireng yang didirikan oleh KH Hasyim Asy,ari, keberadaan Joko Tulus tak jua diketahui apalagi muncul di Kebo Ireng. (rid)

Read More