Dari Udara Menjadi Kehidupan: Ma Hawa, Inovasi Air Bersih, dan Inspirasi bagi Santri

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di tengah padang pasir yang tandus, ketika air adalah barang langka yang lebih mahal dari emas, lahirlah sebuah terobosan bernama Ma Hawa. Bukan dari sumur, bukan dari laut, melainkan dari udara—sebuah teknologi yang berhasil memanen kelembapan atmosfer untuk menghasilkan air minum murni. Bagi masyarakat Teluk, konsep ini awalnya terdengar seperti kisah fiksi ilmiah. Namun, berkat visi dan kerja keras para insinyur di Abu Dhabi, air dari udara kini menjadi kenyataan—sekaligus menjawab krisis air bersih yang menghantui kawasan gurun. Botol yang Menyimpan Cerita Sains Sekilas, kemasan Ma Hawa tampak sederhana: botol kaca berukuran 250 ml hingga 750 ml. Namun di baliknya, tersimpan perjalanan panjang sains dan teknologi. Udara ditarik masuk, disaring melalui nano-keramik, diubah menjadi uap, dikondensasikan, lalu dimurnikan dengan filtrasi karbon. Setelah itu, disterilisasi menggunakan cahaya UV dan diperkaya dengan mineral esensial. Hasilnya adalah air dengan pH seimbang, bebas natrium, tanpa mikroba, dan diklaim lebih murni daripada air pegunungan. Jawaban atas Krisis Air Global Air bersih adalah isu abadi di kawasan Teluk. Desalinasi memang memberi solusi, tetapi membutuhkan energi besar dan menghasilkan limbah yang merusak ekosistem laut. Di sinilah Ma Hawa tampil sebagai alternatif: air dari udara—sumber daya yang selalu ada, kapanpun dan di manapun. Setiap liter yang dihasilkan berarti mengurangi ketergantungan pada air tanah yang langka dan desalinasi yang mahal. Teknologi ini bukan hanya bisnis, tetapi juga ikhtiar menyelamatkan masa depan. Dari Rumah, Komunitas, hingga Kemanusiaan Keunggulan Ma Hawa tidak berhenti di botol. Mereka menghadirkan berbagai perangkat, dari GENNY untuk rumah tangga yang bisa menghasilkan 30 liter per hari, hingga GEN-L berskala industri yang memproduksi ribuan liter. Bahkan tersedia MOBILE BOX, unit portabel yang bisa dipasang di kendaraan—sebuah solusi praktis di tengah perjalanan gurun. Tak hanya untuk pasar premium, teknologi ini juga dibawa ke daerah pengungsian dan wilayah terdampak bencana melalui kerja sama dengan lembaga kemanusiaan. Dengan satu mesin, sebuah komunitas terpencil bisa memiliki akses air bersih tanpa harus menempuh perjalanan berjam-jam. Menjaga Bumi, Menyelamatkan Kehidupan Ma Hawa tidak hanya memproduksi air, tetapi juga menghadirkan paradigma baru: teknologi berkelanjutan. Energi terbarukan, botol kaca yang bisa dipakai ulang, hingga distribusi yang lebih sederhana—semuanya dirancang untuk memangkas jejak karbon sekaligus mengurangi sampah plastik. Meski belum menjadi solusi total, teknologi atmospheric water generation (AWG) ini adalah tambahan penting dalam portofolio solusi air global. Bagi sebagian orang, Ma Hawa adalah simbol kemewahan baru. Namun lebih dari itu, ia adalah laboratorium berjalan yang menunjukkan bahwa sains dapat mengubah udara menjadi kehidupan. Pelajaran Bagi Santri: Inovasi sebagai Jalan Pengabdian Dari kisah Ma Hawa, santri dapat belajar bahwa inovasi teknologi bukan sekadar alat duniawi, tetapi juga wasilah ibadah dan pengabdian kepada umat. Di tengah krisis global—baik air, pangan, energi, maupun lingkungan—santri memiliki peluang besar untuk berkontribusi. Beberapa inspirasi yang bisa diangkat dan dikembangkan di pesantren: 1.Teknologi Ramah Lingkungan, Santri bisa meneliti dan mengembangkan alat sederhana berbasis energi terbarukan untuk kebutuhan masyarakat pesantren maupun desa. 2.Riset Kecil untuk Dampak Besar Tak harus besar—mulai dari inovasi penyaringan air sederhana, pengolahan sampah organik di pesantren, hingga teknologi tepat guna untuk pertanian umat. 3.Membangun Ekonomi Kreatif Pesantren Dengan memanfaatkan e-commerce dan media sosial, santri bisa mengembangkan produk halal—mulai dari kuliner, fesyen muslim, hingga karya seni Islami—yang memberdayakan masyarakat sekitar pesantren. 4.Pengembangan Media Dakwah Interaktif Santri dapat merancang podcast, animasi, atau aplikasi pembelajaran Al-Qur’an yang interaktif, sehingga dakwah tidak hanya bersifat satu arah, tetapi juga partisipatif dan menyenangkan. 5.Pelopor Literasi Data dan Informasi Di era banjir informasi, santri bisa menjadi penjaga filter kebenaran, melawan hoaks dengan riset sederhana, lalu menyajikannya dalam bentuk artikel, infografik, atau video edukasi. 6.Konsultan Etika Digital Santri bisa berperan dalam memberi panduan adab bermedia sosial—bagaimana mengunggah, berkomentar, hingga mengonsumsi konten—dengan dasar nilai-nilai akhlak karimah. 7.Santripreneur Teknologi: Wirausaha yang Membumikan Nilai Qur’ani Santri bisa merintis startup teknologi—dari fintech syariah, aplikasi kesehatan umat, hingga agrotech halal—sebagai bentuk dakwah bil-hal. 8.Santri dan Krisis Energi Dunia: Inovasi Hijau dari Pesantren Mengangkat gagasan pesantren sebagai pusat penelitian energi terbarukan berbasis wakaf, dengan kontribusi santri dalam riset biogas, panel surya, hingga micro-hydro. 9.Internet of Things (IoT) ala Pesantren Menggagas penerapan teknologi Internet of Things (IoT) di lingkungan pesantren dan masyarakat sekitar, melalui konsep Smart Pesantren, Smart Masjid, dan Smart Farming. 10. Pesantren dan Startup Pendidikan: Menyatukan Kitab Kuning dan Kelas Virtual Menggagas bagaimana santri bisa membangun edtech Islami yang menggabungkan pembelajaran kitab klasik dengan teknologi virtual classroom. Khatimah Bagi santri, ini adalah cermin bahwa inovasi adalah bagian dari jihad intelektual: menghadirkan solusi, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga untuk umat dan kemanusiaan. Seperti seteguk Ma Hawa yang segar dari udara, semoga dari pesantren lahir karya yang memberi kehidupan bagi dunia. Penulis : Abdullah al-Mustofa Editor : Thamrin Humris Sumber : MA HAWA Foto tangkapan layar : MA HAWA

Read More

TNI Bawa Misi Kemanusiaan ke Gaza di Hari Kemerdekaan RI ke-80, 800 Ton Bantuan Untuk Rakyat Gaza

Bukti Persaudaraan Indonesia-Palestina, TNI Terjunkan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza di Hari Kemerdekaan Gaza, Palestina – 1miliarsantri.net: Sejarah panjang hubungan Indonesia dan Palestina sejak masa persiapan kemerdekaan hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sangatlah istimewa. Selama bulan Agustus, TNI Bawa Misi Kemanusiaan ke Gaza di Hari Kemerdekaan RI ke-80, 800 Ton Bantuan Untuk Rakyat Gaza. Perintah Presiden RI Prabowo Subianto Mengutip Puspen TNI, Atas perintah Presiden Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia melalui Satgas TNI Garuda Merah Putih-II kembali melaksanakan misi operasi bantuan kemanusiaan internasional bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza pada Minggu (17/8/2025). Bantuan untuk rakyat Gaza yang diterjunkan di langit Gaza hari ini diangkut dua Pesawat Hercules C-130J TNI AU dari Skadron Udara 31, dengan 66 personel gabungan, dikerahkan di bawah komando Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma, Kolonel Pnb Puguh Julianto selaku Mission Commander. Solidarity Path Operation-2 (SPO-2) Kedua pesawat Hercules C-130J TNI AU dari Skadron Udara 31 yang tergabung dalam Satgas Garuda Merah Putih-II (GMP-II) mendarat di di Pangkalan Udara King Abdullah II (KAIIAB) Yordania. Satgas Garuda Merah Putih-II (GMP-II) kemudian bergabung dalam Operasi Airdrop Multinasional Solidarity Path Operation-2 (SPO-2) di bawah pimpinan Royal Jordanian Air Force (RJAF). Tim selanjutnya melaksanakan persiapan dan packing bundel sebelum melaksanakan dropping bersama negara-negara peserta SPO-2. 17,8 Ton Bantuan Diterjunkan Di Langit Gaza Angka 17,8 Ton dipilih sebagai simbol tanggal dan bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Bangtuan kemanusiaan tersebut diterjunkan di atas langit Gaza dalam momentum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Kolonel Pnb Puguh Julianto selaku Mission Commander, menyampaikan “Momentum Hari Kemerdekaan tidak hanya kita rayakan dengan upacara, tetapi juga dengan aksi nyata kemanusiaan. Semoga bantuan ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita di Gaza.” Puguh melanjutkan, bantuan kemanusiaan yang dibawa mencapai total sekitar 800 ton, dengan tahap awal dropping minimal ±45 ton logistik langsung ke Jalur Gaza. Bantuan tersebut meliputi bahan makanan pokok, makanan siap saji, serta sembako dari BAZNAS, ditambah 1.000 dus makanan instan dari Kementerian Pertahanan RI. BAZNAS telah membuktikan perannya melalui berbagai program nyata. Baru-baru ini, BAZNAS bersama mitra lembaga amal Mesir, Mishr Al Kheir, berhasil menyalurkan tiga truk bantuan kemanusiaan ke wilayah Rafah, Gaza. Bantuan tersebut berisi sekitar 5.000 paket kebutuhan pokok, dari total 8.500 paket yang direncanakan, dengan nilai bantuan yang disalurkan mencapai 122.000 dolar AS. Wujud Kepedulian Bangsa Indonesia Bantuan dari Indonesia yang dibawa TNI dalam Solidarity Path Operation-2 menjadi bukti nyata solidaritas bangsa Indonesia kepada rakyat Palestina. Metode air drop digunakan untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sulit ditembus melalui jalur darat. Tugas yang diemban oleh TNI, dengan kehadiran Satgas Garuda Merah Putih-II ini sekaligus menjadi wujud kepedulian bangsa Indonesia di panggung internasional, sejalan dengan semangat peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia,” pungkas Kolonel Pnb Puguh Julianto selaku Mission Commander. Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : TNI.MIL.ID dan @baznasindonesia Foto : dok. TNI.MIL.ID dan @baznasindonesia

Read More

Segenap Redaksi dan Manajemen 1MiliarSantri.Net Mengucapkan ‘Dirgahayu Republik Indonesia’

Jakarta – 1miliarsantri.net: Segenap Redaksi dan Manajemen 1miliarsantri.net dari Jakarta, Surabaya, Bekasi, Sidoarjo, Gresik, Situbondo, Bondowoso dan kota-kota lain di tanah air tercinta mengucapkan “DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA ke-80.” Semoga semangat kemerdekaan terus menginspirasi generasi santri dan seluruh rakyat Indonesia untuk membangun negeri dengan ilmu, iman, dan akhlak mulia. SEMANGAT PERSATUAN DAN CINTA TANAH AIR Dalam semangat persatuan dan cinta tanah air, segenap Redaksi dan Manajemen 1MiliarSantri.Net mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia ke-80. Sebuah momen penuh makna bagi seluruh anak bangsa untuk kembali menguatkan tekad dalam membangun negeri, menjaga nilai-nilai kebangsaan, dan menebarkan semangat kebaikan di tengah masyarakat. Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 menjadi momentum reflektif bagi seluruh elemen bangsa, termasuk komunitas santri digital yang tergabung dalam 1MiliarSantri.Net. Sebagai media edukatif dan inspiratif yang mengusung nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan literasi digital, kami berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam membangun Indonesia yang berakhlak, berilmu, dan berdaya saing global. 1MILIARSANTRI.NET Reborn Melalui berbagai konten jurnalistik, ilustrasi edukatif, dan gerakan literasi media, kami ingin menjadikan semangat kemerdekaan sebagai energi kolektif untuk memperkuat karakter bangsa, memperluas wawasan umat, dan mempererat persatuan dalam keberagaman. Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju Tema peringatan tahun ini, “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”, menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukanlah akhir, melainkan awal perjuangan untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan beradab. Santri, sebagai bagian penting dari sejarah bangsa, memiliki peran besar dalam menjaga moralitas, pendidikan, dan kemandirian umat. Mari kita jadikan HUT RI ke-80 ini sebagai titik tolak untuk memperkuat peran santri dalam membangun peradaban Indonesia yang unggul dan bermartabat. #Merdeka! #HUTRI80 #1MiliarSantriUntukIndonesia #SantriIndonesiaMenyapaDunia

Read More

Atraksi Tim Akrobatik Jupiter TNI AU di HUT RI ke-80

Jakarta – 1miliarsantri.net: Atraksi Tim Akrobatik Jupiter TNI AU di HUT RI ke-80, semarakkan langit Jakarta dengan manuver udara spektakuler dari Team akrobatik kebanggaan TNI Angkatan Udara. Sebanyak delapan pesawat KT-1B Woongbee berlatih di kawasan Lanud Halim Perdanakusuma sejak tanggal 12 Agustus 2025. Persiapan serius dengan latihan yang menguras emosi dan stamina demi suksesnya detik-detik upacara HUT RI ke-80 di atas langit Jakarta dan sekitarnya. Para penerbang TNI Angkatan Udara menggeber formasi-formasi indah sambil mengeluarkan asap merah dan putih, simbol kebanggaan dan persatuan bangsa, dan itu yang dipertontonkan kepada Presiden Prabowo Subianto dan seluruh rakyat Indonesia yang menyaksikan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI. Manuver Spesial Jupiter Aerobatic Tim Jupiter Aerobatic Team (JAT) dipimpin oleh Flight Leader Letkol Pnb Ari Nugroho Widodo dan Mission Commander Kolonel Pnb Frando L.H. Marpaung. Atraksi ini bukan sekadar tontonan udara. JAT dengan manuver berani, formasi indah, dan asap kebangsaan, menjadi simbol dedikasi dan profesionalisme TNI AU. Ditambah unsur pesawat tempur dan helikopter, aksi ini jelas dirancang untuk menyematkan rasa bangga dan cinta tanah air—di hari kemerdekaan ke-80 bangsa Indonesia. Pesawat KT-1B Woongbee, buatan Korea Aerospace Industries (KAI) Dalam HUT RI ke-80 hari ini 17 Agustus 2025, atraksi akrobatik udara JAT tampil dengan formasi 8 unit pesawat KT-1B Woongbee yang mengeluarkan asap merah dan putih di langit Jakarta, sangat memukau dan luar biasa. Fakta singkat tentang KT-1B Woongbee: Struktur Lengkap Tim Jupiter Aerobatic TNI-AU di HUT RI ke-80 Mengutip halaman Wikipedia Bahasa Indonesia yang diperbarui pada 18 Juli 2025, berikut struktur lengkap terbaru anggota Jupiter Aerobatic Team (JAT) TNI AU untuk Team Jupiter Saat Ini, yang mencakup posisi Jupiter 1 hingga Jupiter 6: Posisi Nama & Panggilan Jupiter 1 Letkol Pnb Ferdian “Corbie” Habibi Jupiter 2 Kapten Pnb Stefanus “Harrier” Adi Prakoso Jupiter 3 Kapten Pnb Sang Made “Medved” Yogi Arya Prakosa Jupiter 4 Kapten Pnb I Putu Satrya “Bhoma” Kedaton Jupiter 5 Mayor Pnb Pujo “Grackle” Angoro Jupiter 6 Mayor Pnb Bayu “Meerkat” Anugerah Raharjo Putra Peran Masing-Masing Anggota Tim JAT Sesuai Posisi Overall pada pelaksanaan HUT RI ke-80 hari ini Tim JAT tampil memukau dihadapan Presiden Republik Indonesia Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto dan seluruh rakyat Indonesia baik secara langsung maupun melalui siaran televisi dan strreaming Youtube SEKRETARIAT PRESIDEN. Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, “Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera.”*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto tangkapan layar : SEKRETARIAT PRESIDEN

Read More

HUT RI ke-80 ‘Warga RT.003/007 Jatimulya Kompak Gelar Tasyakuran’

“Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera Indonesia Maju” Bekasi – 1miliarsantri.net: Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik tahun 2025 terasa sangat istimewa di berbagai penjuru tanah air. Ini merupakan HUT RI ke-80 di tahun pertama masa Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto (2024-2029), dengan tema “Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera Indonesia Maju” Sebagai wujud rasa syukur perjalanan panjang Kemerdekaan Indonesia, dalam rangka guyub sesama warga, Pengurus RT.003 / RW.007 Kelurahan Jatimulya kompak menggelar acara tasyakuran dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Sabtu 16 Agustus 2025. Acara yang mendapat apresisasi dan dukungan dari semua warga RT.003 serta Ketua RW.007 dan seluruh tokoh masyarakat serta tokoh agama itu diselenggarakan berkat kerja keras Panitia HUT RI ke-80 RT.003 RW.007, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, yang merupakan generasi muda di lingkungan, sebagai wujud regenerasi kepemimpinan, dipimpin oleh Cut Diva Nazwa Angita selaku Ketua Panitia. Ketua Panitia dalam sambutannya mengucapkan rasa syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada semua warga RT.003 RW.007 atas segala dukungan dan partisipasinya sehingga acara Tasyakuran ini dapat terlaksana dengan baik dan sukses. Guyub Tua-Muda, Anak-Remaja, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Pimpinan Wilayah Acara tasyakuran dimulakan pada pukul 20.00 WIB, dihadiri sekitar 200-an warga RT.003, juga tamu undangan, ada tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan wilayah. Semua tampak ceria dan penuh rasa syukur. Kegiatan yang dimulai dengan sambutan-sambutan, dilanjutkan dengan tahlil dan pembacaan do’a serta acara ramah-tamah. Ketua RT.003 Saelan yang akrab disapa Bang Nale mengawali sambutannya dengan mengucapkan terima kasih atas partisipasi warga dan kerja keras semua panita pelaksana. Nale mengatakan, “Terima kasih atas dukungan dan partisipasi semua warga, terima kasih kerja keras panitia dan terima kasih atas kehadiran semua tamu undangan.” Diapun mengingatkan, selain tasyakuran, esok hari (17 Agustus 2025) akan digelar aneka lomba untuk anak-anak. Pesan Ketua RW.007 “Jangan Mengkotak-kotakan Warga” Imron Rosadi, Ketua RW.007 dalam sambutannya mengatakan, “Mari kita bersyukur kepada Allah atas anugerah kemerdekaan ini, tak lupa sholawat serta salam untuk baginda kita, junjungan kita, pemberi syafaat Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam.” Diapun melanjutkan, “saya doakan Ketua RT diberikan kesehatan dan kemudahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, ada satu PR yang perlu diperhatikan, teruslah menjalin silaturahmi dengan warga, juga antar warga.” Imron juga menegaskan PR dan pesan warga, “jangan mengkotak-kotakkan warga yang ada di RT. 003 sebagaimana yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, agar terjalin kerukunan dan kerjasama antar warga sehingga tercipta kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.” “Kita patut Bersyukur bahwa anak-anak yang dulu ikutan acara seperti ini, mereka saat itu masih kecil, sekarang mereka telah menjadi panitia dan mendukung apa yang menjadi hajatan lingkungan RT. 003,” pungkas Imron. Pesan Tokoh Masyarakat Sementara itu, Haji Raban Lentera salah satu tokoh masyarakat, salah satu pesannya mengingatkan semua warga, “Bijaklah dalam bermedsos, gunakan HP/gadget seperlunya, hindari hal-hal yang mudharat.” “Syukuran kemerdekaan dan perayaan ini telah berlangsung terus-menerus, ada sumbangan dari kita dan untuk kita warga RT. 003 sebagai bentuk kekompakan,” terangnya. Acara Tasyakuran Kemerdekaan RI ke-80 di wilayah RT.003 diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh tokoh agama, dan dilanjutkan dengan pemotongan simbolis tumpeng yang merupakan kreasi dari ibu-ibu warga RT.003. “Semoga semua pesan dari tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah, sertaamanah dari masyarakat dan warga RT.003 RW.007 dapat terakomodir dan dilaksanakan dengan baik oleh Ketua RT dan jajarannya,” tutup Akung pembawa acara.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto istimewa dokumentasi 1MILIARSANTRI.NET

Read More

Perut Lapar dan Janin Terancam: Kehamilan di Gaza Jadi Pertarungan Hidup-Mati

Di tenda-tenda pengungsian yang lembap dan sempit, perempuan Gaza mengandung dengan tubuh yang lapar, tanpa gizi, tanpa obat, dan tanpa kepastian apakah bayi mereka akan lahir hidup. Gaza – 1miliarsantri.net: Di sebuah tenda pengungsian yang lembap dan sempit di Gaza barat, seorang perempuan hamil berusia tiga puluhan duduk bersandar lemah. Nafasnya terengah, tubuhnya kian menyusut, dan janin dalam kandungannya nyaris tak bergerak. “Saya tidak makan makanan bergizi sejak awal kehamilan. Berat badan saya turun dari 96 kilo menjadi 75. Saya tidak tahu apakah bayi saya akan lahir sehat, cacat, atau bahkan selamat,” ujarnya dengan suara serak. Ia adalah satu dari ribuan perempuan hamil di Gaza yang berjuang bukan hanya melawan rasa sakit, tetapi juga melawan kelaparan, keterbatasan medis, dan hilangnya hak-hak dasar. Kehamilan di sana adalah pertarungan antara hidup-mati. Dalam kata-katanya sendiri, kondisi mereka adalah “bencana”. Tubuh yang Mengikis Diri Sendiri Selama enam bulan kehamilannya, ia tak pernah mencicipi susu, buah, atau vitamin. Tidak ada pemeriksaan USG, tidak ada akses laboratorium untuk mengetahui kondisi janinnya. Pemeriksaan darah terakhir menunjukkan kadar hemoglobin hanya 8, tanda anemia parah. “Saya pusing setiap hari, tubuh saya terasa mengikis dari dalam. Saya tidak tahu apakah bayi saya masih hidup,” katanya sambil mengusap perutnya yang kian tirus. Situasi ini bukan hanya pengalaman pribadi. Menurut data organisasi kesehatan lokal, lebih dari separuh ibu hamil di Gaza mengalami malnutrisi akut, dengan gejala anemia, pusing, hingga kelelahan kronis. Hal itu diperburuk dengan hilangnya fasilitas rumah sakit akibat pemboman, serta hancurnya rantai pasokan makanan dan obat-obatan karena blokade Israel. Ketakutan Melahirkan dalam Kekosongan Di kamp pengungsian yang menampung lebih dari 350 keluarga, tangisan bayi menjadi simfoni duka yang terus terdengar. Tidak karena rewel biasa, melainkan karena perut kecil mereka kosong. Susu formula langka, harganya melonjak hingga tak terjangkau. “Popok sekarang 600 syikal. Susu tidak ada sama sekali. Bayi-bayi di sini tidak bisa tidur karena kelaparan,” kata sang ibu. Ia menyebut dua pekan lalu seorang bayi meninggal di kampnya akibat tidak mendapat susu. Ironisnya, banyak perempuan hamil kini tak lagi menantikan kelahiran dengan harap, melainkan dengan cemas. “Saya bahkan tidak ingin melahirkan. Apa yang akan saya berikan pada bayi saya? Tidak ada susu, tidak ada popok. Kalau lahir, ia hanya akan menderita,” ucapnya dengan getir. Gaza: Kehidupan yang Dimusnahkan Amina Abdulfattah Hammouda, warga kamp Jabalia, menuturkan pengalaman serupa. Ia menggambarkan tubuhnya “seperti memakan dirinya sendiri” akibat kekurangan gizi. Rania Saleh al-Hourani, pengungsi hamil lain, menambahkan bahwa lingkungan tenda pengungsian sama sekali tidak layak untuk melahirkan. “Tidak ada air bersih, tidak ada tempat aman, tidak ada pelayanan kesehatan. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa melahirkan dengan selamat di sini?” katanya. Bagi banyak perempuan Gaza, hak dasar seorang ibu hamil—ruang aman, makanan bergizi, pemeriksaan medis—telah lenyap. “Seharusnya sembilan bulan ini saya beristirahat di rumah, menyiapkan pakaian bayi, memastikan ada perawatan yang baik. Tapi sekarang saya tinggal di tenda bocor, tanpa makanan, tanpa obat. Seperti tidak ada hak bagi kami,” ungkap seorang ibu dengan getir. Ancaman Generasi yang Hilang Dokter-dokter Gaza memperingatkan bahwa anak-anak yang lahir di tengah perang ini berisiko tinggi mengalami prematuritas, cacat lahir, dan stunting permanen. Kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan berarti generasi Gaza berikutnya sedang tumbuh dengan tubuh rapuh, otak kurang berkembang, dan kesehatan yang terancam seumur hidup. “Setiap kelahiran kini adalah pertempuran antara hidup dan mati,” kata seorang tenaga medis di kota Gaza. “Kekurangan listrik membuat inkubator berhenti berfungsi, tidak ada obat-obatan, dan para ibu datang dalam keadaan anemia berat. Kami hanya bisa berdoa.” Dihantui Pilihan Mustahil Meski penderitaan terus memburuk, sebagian besar perempuan Gaza menolak meninggalkan tanah air. “Kami diusir dari Jabalia ke Gaza barat. Itu sudah cukup. Tapi meninggalkan Gaza ke luar negeri? Tidak mungkin. Lebih baik mati di tanah kami sendiri daripada terusir,” kata sang ibu hamil yang masih tinggal di tenda. Keputusan itu berakar dari keyakinan mendalam akan hak atas tanah air, meski harus membayar dengan penderitaan pribadi. “Selama masih ada zaitun dan za’atar di Gaza, kami tidak akan pergi. Kami akan tetap bertahan,” tambahnya. Kehamilan yang Berubah Jadi Pertarungan Hidup Di banyak belahan dunia, kehamilan adalah masa penuh harapan: mendekorasi kamar bayi, menyiapkan pakaian mungil, mengantisipasi tangisan pertama. Di Gaza, kehamilan berubah menjadi pertarungan hidup-mati. Setiap hari terasa seperti seratus tahun, penuh dengan ketakutan apakah bayi yang lahir akan bernapas, apakah ia akan mendapat susu, apakah ibunya masih akan hidup setelah persalinan. Situasi ini adalah cermin krisis kemanusiaan yang paling telanjang. Ia menunjukkan bahwa perang bukan hanya menghancurkan bangunan dan jalan, tetapi juga merenggut kehidupan paling murni—janin yang bahkan belum lahir. Gaza: Kehidupan yang Dirampas Sebelum Dimulai Di balik dinding tenda bocor dan tanah becek kamp pengungsian, ibu-ibu hamil Gaza terus menunggu hari kelahiran dengan hati yang diliputi cemas. Mereka menanti bukan dalam sukacita, melainkan dalam doa agar bayi mereka bisa sekadar bertahan hidup. “Setiap hari saya berpikir, mungkin lebih baik bayi saya tetap di dalam kandungan daripada lahir ke dunia yang penuh penderitaan ini,” kata sang ibu sambil menatap kosong ke luar tenda. Di Gaza, kehidupan bukan hanya sulit—ia sering kali dirampas bahkan sebelum sempat dimulai. Penulis : Abdullah al-Mustofa Editor : Thamrin Humris Sumber : Kanal youtube Al Jazeera dan Al Jazeera.net Foto tangkapan layar Kanal youtube : Al Jazeera dan Al Jazeera.net

Read More

Kisah Inspiratif dari Tenda Pengungsi Gaza ‘Empat Bersaudari Sukses Menghafal Al-Quran’ di Tengah Perang dan Kelaparan

Gaza – 1miliarsantri.net: Di tengah kecamuk perang yang tak henti-hentinya melanda Jalur Gaza, sebuah kisah inspiratif muncul dari tenda-tenda pengungsian yang panas dan sesak, membuktikan bahwa cahaya Al-Quran dapat bersinar bahkan dalam kegelapan yang paling pekat. Empat bersaudari dari keluarga Al-Masri, yang kini menjadi penghafal Al-Quran, telah mengukir prestasi luar biasa, dengan tiga di antaranya berhasil menghafal seluruh Al-Quran Di tengah deru konflik yang tak henti, ketiganya berhasil menuntaskan hafalan Al-Qur’an, di bawah bimbingan saudari tertua mereka. Tim Al Jazeera Mubasher, yang melaporkan langsung dari salah satu tenda pengungsian keluarga Al-Masri, bertemu dengan keempat bersaudari ini. Mereka adalah Alma (17 tahun), Hala (20 tahun), Sama (15 tahun), dan Nada (22 tahun), sang pembimbing. Nada sendiri telah menyelesaikan hafalan Al-Qurannya pada September 2023. Perjalanan Menuju Hafalan di Tengah Cobaan Perjalanan menghafal Al-Quran ini jauh dari mudah. Alma mengungkapkan bahwa prosesnya sangat sulit dan penuh banyak kesulitan, termasuk pengalaman pengungsian, kelaparan, dan pengusiran. Namun, dengan ketekunan, ia berhasil menjadi hafizah dan merasakan perasaan indah yang tak terlukiskan. Hala mengidentifikasi panas yang sangat menyengat, tempat yang sempit, kurangnya ketenangan, dan suara bom yang dekat sebagai rintangan terberat yang mereka hadapi. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa mereka mengatasi kesulitan ini dengan tekad dan kesabaran. Motivasi mereka tak hanya datang dari keinginan pribadi, melainkan juga dari harapan untuk dapat memakaikan mahkota kepada orang tua mereka di Hari Kiamat. Sama, yang termuda di antara, menggambarkan perjalanannya sebagai sulit tapi manis. Ia juga menyoroti kondisi yang memburuk: pengungsian, pengusiran, kehilangan orang-orang terkasih, kelaparan, dan ketiadaan tempat yang layak untuk menghafal akibat pendudukan Israel yang menghancurkan semua masjid. Namun, ia menyatakan, “dengan tekad dan kegigihan kami, kami berhasil mewujudkan impian kami”. Nada, Sang Pembimbing dan Pelopor Cahaya Nada, sang pembimbing, memegang peran sentral dalam keberhasilan saudari-saudarinya. Nada sangat berterima kasih kepada ayahnya, Kamel Al-Masri, yang menjadi alasan utama di balik perjalanannya dan mendukungnya secara finansial serta moral. Nada adalah benih pertama yang, setelah menghafal Al-Quran, bertekad untuk membimbing saudari-saudarinya. Perjalanan hafalan bersama ini dimulai pada Januari 2024, di tengah masa pengungsian mereka ke Rafah. Nada menyusun jadwal yang ketat untuk hafalan dan muroja’ah. Seluruh tenda pengungsian mereka pun berubah menjadi halaqah tahfiz. Nada juga menegaskan bahwa penghancuran masjid, pusat pendidikan, dan impian mereka tidak menghalangi mereka untuk menghafal Al-Quran. Menyebarkan Cahaya Al-Quran di Tengah Krisis Bahkan di tengah pengungsian, semangat Nada untuk menyebarkan Al-Quran tak padam. Ketika mereka kembali ke Khan Younis, sebuah mushola sederhana didirikan dari terpal dan nilon. Mushola ini menarik sejumlah besar siswi, lebih dari 240 siswi, sebuah berkah dari Allah. Bersama sejumlah pengajar yang mumpuni, Nada mengembangkan program terpadu bekerja sama dengan “Dar Al-Itqan”. Program ini tidak hanya fokus pada hafalan Al-Quran, tetapi juga akidah, sirah nabawiyah, tajwid, dan pendidikan Islam. Tujuannya adalah untuk mencetak generasi Qurani. Pusat pendidikan mereka, “Fatayat Al-Quran,” telah berhasil meluluskan lebih dari 20 penghafal Al-Quran. Nada mengungkapkan bahwa Al-Quran adalah penghibur dalam hiruk pikuk kehidupan mereka, bahkan mushaf-mushaf ini mereka bawa serta saat mengungsi dari rumah mereka. Pesan Harapan dan Wajah Sejati Gaza Nada meneteskan air mata, perpaduan antara kebahagiaan dan kebanggaan, saat ia melihat impian ayahnya menjadi kenyataan. Baginya, hafalan Al-Quran “menguatkan kami, menguatkan rakyat kami,” dan akan melahirkan generasi Qurani. Pesan mereka untuk semua orang yang ingin menghafal Al-Quran sangatlah jelas: “Mulailah dengan niat yang tulus karena Allah SWT, dan jangan menyerah menghadapi kesulitan dan kondisi apapun, dan yakinlah bahwa Allah akan mempermudah jalanmu”. Nada menambahkan, “Tidak ada kondisi yang lebih sulit dari kondisi yang kami alami”. Kamel Al-Masri, sang ayah, menyatakan kebanggaan, kehormatan, dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT yang telah membimbing putri-putrinya menghafal Al-Quran, menjadikan rumah mereka mercusuar Al-Quran. Ia menyoroti inisiatif Nada yang, di hari pertama mereka tiba di tempat pengungsian, langsung bertanya, “Ayah, di mana masjid terdekat? Aku ingin mendirikan halaqah tahfiz Al-Quran”. Ayah mereka dengan tegas menyatakan bahwa ini adalah wajah sejati Gaza. Di zaman di mana perilaku premanisme, pencurian, keserakahan, dan penimbunan marak, keluarga Al-Masri menunjukkan bahwa ini adalah wajah sejati Gaza: hafalan Al-Quran, tarbiyah, dan keteguhan. Ia menekankan bahwa Gaza tetap menghasilkan prestasi, meskipun berada dalam perang, kelaparan, kehancuran, dan pengeboman. Kisah empat bersaudari putri Al-Masri adalah bukti nyata ketahanan, harapan, dan tekad luar biasa yang dapat tumbuh bahkan di tengah kehancuran. Mereka adalah cahaya yang bersinar dari tenda-tenda pengungsian rakyat Palestina di Gaza, menunjukkan kepada dunia bahwa semangat Al-Quran dan pencarian ilmu takkan padam oleh kesulitan apapun.*** Penulis : Abdullah al-Mustofa Editor : Thamrin Humris Sumber : Kanal youtube Al Jazeera Mubasher Foto tangkapan layar Kanal youtube Al Jazeera Mubasher

Read More

Sejarah Panjang Perlawanan Pajak di Pati dari Demak hingga Era Modern, Buntut Kenaikan Pajak 250% Oleh Bupati Sudewo

Pati – 1miliarsantri.net: Pati mengalami gonjang-ganjing akibat kebijakan pajak yang dirasa sangat memberatkan masyarakatnya. Kebijakan Bupati menaikan pajak secara drastis, PBB naik 250%, masyarakat sangat terbebani. Potret perlawanan pajak di Pati kembali menggema. Protes warga Pati yang viral di media sosial mendapatkan tanggapan serius dari Presiden Prabowo melalui Sekjen Partai Gerindra. Fenomena perlawanan pajak di Pati tahun 2025 memang terasa seperti dejavu sejarah yang berulang. Perlawanan pajak dari Demak hingga era modern terus berulang. Di balik demonstrasi besar-besaran yang mengguncang pemerintahan Bupati Sudewo, tersimpan jejak panjang perlawanan sipil yang telah mengakar sejak era kolonial. Berikut rangkuman sejarah dan konteksnya, sebuah tulisan yang diangkat oleh R Temmy Setiawan seorang facebookers asal Jogjakarta. ERA KERAJAAN​Berawal dari Pajak Hasil Bumi ​Sejarah perlawanan pajak di Pati dimulai pada era Kerajaan Demak sekitar tahun 1500-an. Di bawah kepemimpinan Tombronegoro, masyarakat Pati memprotes keras kenaikan pajak hasil bumi sebesar 30% yang memberatkan. Perlawanan ini berlanjut pada tahun 1540-an ketika Ki Penjawi memimpin perlawanan terhadap kenaikan kuota setoran pajak sebesar 20%, yang pada akhirnya membuat Pati mengalihkan kesetiaan mereka ke Kerajaan Pajang. ​Pada masa Kerajaan Mataram, perlawanan kembali memuncak. Upeti beras naik hingga 40% pada 1620-an di era Adipati Pragola I, yang membuat Pati menolak kewajiban setor beras secara besar-besaran. Puncaknya adalah pemberontakan besar di bawah Adipati Pragola II pada 1627-1628, di mana kenaikan pajak sebesar 50% menjadi alasan utama penolakan membayar upeti kepada Sultan Agung. Perlawanan ini berlanjut hingga era Pragola III pada 1670-an, di mana kenaikan pajak sebesar 35% oleh Amangkurat I kembali memicu perlawanan. ERA KOLONIAL ​Melawan Penindasan Penjajah ​Memasuki masa kolonial, semangat perlawanan masyarakat Pati tidak surut. Pada tahun 1740, perlawanan terhadap kenaikan bea perdagangan VOC sebesar 25% terjadi, dipimpin oleh pengikut Sunan Kuning. Perlawanan ini mencapai puncaknya pada Geger Pecinan (1741-1743) di mana rakyat Pati, di bawah pengaruh pengikut Untung Surapati, ikut menyerbu pos VOC yang memungut pajak pelabuhan hingga 40%. ​Pajak yang memberatkan juga berlanjut di era Daendels dan Raffles (1811-1816), di mana kenaikan sewa tanah tahunan sebesar 30% memicu perlawanan lokal yang dipimpin oleh Ki Kromo Pati. Penderitaan rakyat semakin parah dengan diberlakukannya Cultuurstelsel (Tanam Paksa) pada tahun 1830. Beban tanam paksa setara dengan 66% hasil panen, yang membuat petani Pati melakukan mogok tanam sebagai bentuk protes. Perlawanan ini melahirkan tokoh legendaris seperti Samin Surosentiko pada 1880-an yang menolak pajak kolonial atas tanah dan hasil bumi yang naik 25%. ​Perlawanan terus berlanjut hingga masa pendudukan Jepang, di mana masyarakat Pati menolak pajak romusha atau kerja paksa hingga 60 hari per tahun. Setelah kemerdekaan, perlawanan kembali terjadi pada masa Agresi Militer Belanda II (1948) di mana masyarakat menolak pajak darurat perang yang menaikkan setoran pangan sebesar 20%. ERA ORDE BARU DAN REFORMASISuara Rakyat Terus Bergema ​Pada masa Orde Baru (1965-1966), masyarakat Pati kembali menyuarakan penolakan terhadap kenaikan pajak hasil panen sebesar 15% untuk stabilitas. Puncaknya pada tahun 1998, seiring dengan gelombang reformasi nasional, mahasiswa dan petani Pati menuntut reformasi pajak dan menolak pungutan liar yang rata-rata mencapai 10% dari harga jual. Kenaikan Pajak PBB 250% di Tahun 2025: Puncak dari Sejarah Panjang ​Dari rentetan sejarah perlawanan pajak di Pati, terlihat jelas bahwa kenaikan pajak yang tidak wajar selalu memicu reaksi keras dari masyarakat. Namun, kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) sebesar 250% di tahun 2025 menjadi yang paling mencengangkan dalam sejarah. Kenaikan ini jauh melampaui kenaikan pajak pada era penjajahan Belanda, di mana pajak darurat perang hanya naik sebesar 20% dan pungutan liar di era reformasi rata-rata 10%. Angka 250% ini menunjukkan betapa besarnya beban yang harus ditanggung masyarakat Pati saat ini. Sejarah telah membuktikan bahwa sejak era kerajaan hingga era modern, masyarakat Pati selalu berdiri tegak menolak penindasan. ​Sejarah panjang ini menjadi cerminan bahwa masyarakat Pati tidak akan pernah diam ketika hak-hak mereka diinjak-injak. Perlawanan ini bukan sekadar menolak pajak, tetapi juga merupakan tuntutan atas keadilan dan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat, yang memahami masalah, dan memiliki solusi nyata. Sebuah perenungan dan harapan, Indonesia akan lebih baik. Aamiin.** Penulis : R Temmy Setiawan Seorang Facebookers, Konten Kreator, Pecinta sejarah, pariwisata dan budaya. siap bekerja sama meningkatkan pariwisata daerah. Facebook: R Temmy Setiawan Sumber : Facebook R Temmy Setiawan Foto : Facebook R Temmy Setiawan Editor : Thamrin Humris

Read More

Shalat di Cafe: Spiritualitas Muslim Urban di Tengah Budaya Nongkrong

Surabaya – 1miliarsantri.net : Cafe di era modern bukan sekadar tempat ngopi. Shalat di cafe sembari melakukan aktivitas budaya nongkrong, menjadi fenomena umum. Ia telah menjelma menjadi ruang serbaguna: tempat kerja remote, ruang diskusi, hingga ruang refleksi spiritual. Bagi Muslim muda urban yang hidup dalam ritme cepat dan budaya nongkrong, shalat di cafe bukanlah hal aneh kita dapati, tidak lagi terbatas di masjid atau rumah ibadah. Di tengah aktivitas padat dan mobilitas tinggi, muncul fenomena ibadah mikro seperti praktik ibadah yang fleksibel, ringkas, dan disesuaikan dengan realitas ruang publik seperti Cafe. Fenomena ini terutama terlihat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Yogyakarta.a Shalat dilakukan di sela-sela meeting online, saat jeda tugas kuliah, atau setelah menyeruput kopi susu. Meskipun tempatnya kadang sempit dan tak ideal, kebutuhan spiritual tetap berjalan seiring kehidupan sosial. Tingkat spritualitas muslim urban terkadang teruji di tengah keasyikan budaya nongkrong. Segera melaksanakan kewajiban shalat ataukah tetap asyik nongkrong dan menunda shalat di akhir waktu. Namun, praktik ini tidak selalu mudah. Tantangan terbesar biasanya muncul dari keterbatasan ruang wudhu. Wastafel kecil, toilet sempit, atau tempat cuci tangan di pojok kafe menjadi pilihan improvisasi. Meski terasa kikuk bagi sebagian orang, terutama saat membasuh kaki di tempat umum, mereka tetap melakukannya bukan karena abai, melainkan karena komitmen terhadap kewajiban ibadah. Menariknya, sejumlah kafe mulai menyadari kebutuhan ini. Beberapa menyediakan ruang salat kecil atau memperbesar wastafel agar lebih ramah untuk wudhu. Namun, tidak semua tempat ramah ibadah. Maka adaptasi pun terjadi. Muslim muda menciptakan cara-cara baru untuk tetap menjalankan salat tanpa merepotkan orang lain. Tips Praktis Saat Nongkrong dan Menjaga Ibadah Shalat di Cafe Fenomena ibadah mikro di Cafe menunjukkan bahwa spiritualitas bisa hidup dalam kesederhanaan. Berikut beberapa tips praktis agar ibadah tetap nyaman di tengah budaya nongkrong: Botol semprot isi air ini bisa dibawa ke mana-mana dan digunakan dengan efisien. Cocok untuk mencuci bagian tubuh tertentu tanpa membuat area sekitar basah. Ini penting agar aktivitas wudhu tidak mengganggu pengunjung lain. Bila perlu, siapkan handuk kecil untuk mengeringkan kaki agar tetap bersih. Sajadah kecil, mukena atau sarung lipat, dan kantong khusus sandal bisa disimpan dalam pouch ringan. Ini memudahkan kamu salat di berbagai tempat tanpa kerepotan. Sepatu slip-on atau kaos kaki wudhu bisa sangat membantu saat berada di ruang publik. Praktis, cepat, dan tetap menjaga kebersihan. Beberapa Cafe kini mencantumkan informasi fasilitas salat di Google Maps atau media sosial. Kamu juga bisa bergabung dengan komunitas lokal yang berbagi ulasan kafe ramah ibadah. Praktik ibadah mikro bukan tanda kekurangan kekhusyukan, melainkan bentuk spiritualitas yang justru lebih intim dan personal. Tidak semua harus terdengar lantang, cukup dijalankan dengan kesadaran, kesungguhan, dan rasa syukur dalam hati. Islam urban seperti ini tidak keras, tapi fleksibel. Ia tidak butuh banyak ruang, hanya butuh niat. Di tengah dunia yang terus berubah, ibadah tetap bisa hadir, diam-diam, namun teguh. Solidaritas Spiritual di Tengah Hiruk Pikuk Kota Yang tak kalah penting dari praktik ini adalah dukungan sosial. Teman nongkrong yang bersedia menjaga privasi saat wudhu, menutup area dengan tas, atau berdiri seolah antre, memberikan ruang aman untuk beribadah. Ini mungkin tampak sepele, tapi sangat berarti bagi kenyamanan spiritual. Solidaritas ini juga berkembang di dunia digital. Di media sosial, banyak akun membagikan tips salat di ruang publik, rekomendasi kafe ramah ibadah, bahkan peta digital yang mencantumkan lokasi kafe dengan musholla. Semua ini menunjukkan bahwa ibadah mikro bukan sekadar solusi darurat, tapi cerminan kesadaran kolektif umat Muslim dalam merespons tantangan urban secara kreatif. Salat yang dilakukan dengan tenang di pojok ruangan cafe, tanpa adzan atau pengeras suara, justru menjadi bentuk spiritualitas yang intim dan penuh kesadaran. Islam urban semacam ini tidak memaksakan ruang, tapi menyusup ke dalam celah ruang publik secara bijak. Tidak mengubah tempat menjadi masjid, tapi menjadikan tempat apapun sebagai bagian dari perjalanan spiritual. Dalam dunia yang serba cepat dan seringkali bising, ibadah mikro hadir sebagai pengingat bahwa nilai-nilai spiritual tidak harus megah untuk bermakna. Cukup dengan air sedikit, niat yang lurus, dan ruang kecil yang tenang, ibadah tetap dapat dijalankan dengan khusyuk, bahkan di tengah hiruk pikuk budaya nongkrong. Penulis: Faruq Ansori Editor: Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

40 Bandara Seluruh Indonesia Berstatus Internasional, Langkah Strategis Konektivitas Global dan Pemerataan Ekonomi

Jakarta – 1miliarsantri.net: Pemerintah Indonesia berikan Status Internasional kepada 40 bandara di seluruh Indonesia dalam rangka meningkatkan konektivitas global dan pemerataan ekonomi, tertuang dalam Kepmen 37 dan 38 Tahun 2025. Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah menetapkan 36 bandar udara umum, 3 bandar udara khusus, dan 1 bandar udara yang dikelola pemerintah daerah sebagai bandara internasional. Penetapan Status Internasional Merupakan Langkah Strategis 40 Bandara di Indonesia berstatus internasional untuk perluasan konektivitas dan pemerataan ekonomi merupakan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 37 dan KM 38 Tahun 2025. Menurut Dirjen Perhubungan Udara, penetapan ini sebagai implementasi nyata Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya misi memperluas konektivitas demi pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa mengatakan, “Penetapan status internasional pada bandara merupakan langkah strategis untuk mendorong pemerataan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah.” Perluasan konektivitas akan membuka jalur perdagangan, memperkuat arus pariwisata, serta menarik investasi ke daerah-daerah yang selama ini jarang tersentuh penerbangan internasional, terang Lukman. Standar Keselamatan Global dan Tanggung Jawab yang Signifikan Untuk memenuhi kriteria dan persyaratan penerbangan internasional,  bandara-bandara tersebut perlu mengembangkan infrastruktur penting seperti fasilitas imigrasi, pemrosesan bea cukai, dan layanan karantina. Mengutip travelandtourworld.com / TTW Semua bandara harus mematuhi standar keselamatan global untuk memastikan kepatuhannya terhadap peraturan penerbangan internasional. Langkah-langkah ini penting untuk menjaga keselamatan dan memastikan bahwa bandara dapat menangani lalu lintas internasional dengan lancar dan efisien. Fokus Pada Pembangunan Daerah, Pariwisata, dan Penguatan Peluang Bisnis Kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia saat ini berfokus pada pembangunan daerah, pariwisata, dan penguatan peluang bisnis dengan membuat perjalanan udara internasional lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang di seluruh negeri.  Pendekatan ini menunjukkan visi jangka panjang yang berupaya menyeimbangkan langkah-langkah pengendalian biaya dengan inisiatif pertumbuhan, dengan fokus pada keberlanjutan dan memaksimalkan potensi Indonesia sebagai pemain global. Dampak Perluasan Bandara Internasional Status 40 bandara internasional akan berdampak pada bidang ekonomi, mendorong pariwisata dan bisnis regional, serta memfasilitasi perkembangan industri lokal. Selain itu peningkatan konektivitas akan mendorong lebih banyak investasi di sektor-sektor lain, termasuk manufaktur, teknologi, dan pertanian. Langkah yang diambil pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini merupakan langkah berani yang dirancang untuk meningkatkan konektivitas global, menarik wisatawan internasional, dan memperkuat peran negara ini sebagai pusat penerbangan utama Asia Tenggara.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto ilustrasi

Read More