5 Fase Penulisan Al-Qur’an Sejak Masa Rasulullah Hingga Saat Ini

Bekasi – 1miliarsantri.net: Al-Qur’an adalah kalam Allah, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an bukanlah ciptaan manusia, melainkan wahyu illahi yang menjadi pedoman hidup bagi umat manusia, khususnya seluruh umat Islam. Banyak yang bertanya, apakah Al-Qur’an saat ini sama dengan Al-Qur’an saat diterima Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam ataukah berbeda? Baca juga : Investasi Akhirat ‘Bantu Bebaskan Lahan’ Untuk Pondok Pesantren Al Quran Fajar Ashshiddiq Patut diketahui, secara prinsip Isi Al-Qur’an sejak Rasulullah menerima wahyu pertama hingga saat ini adalah sama. Firman Allah yang diterima Nabi Muhammad selama 23 tahun itu tercatat dengan baik dari masa ke masa dan dalam pemeliharaan Allah. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9). 5 Fase Penulisan Al-Qur’an Sejak pertama kali Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad, terdapat 5 (lima) fase penulisan kitabullah yang perlu dipahami. Tidak ada perbedaan isi Al-Qur’an, yang berbeda hanya cara penulisannya. Fase Pertama: Penulisan Langsung, yang mana penulisan setiap potongan ayat saat itu juga ketika wahyu diturunkan, Rasulullah ﷺ kemudian memanggil para sahabat untuk menuliskan dihadapannya. Ada 4 sahabat nabi yang menuliskan ayat-ayat Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad, diantara mereka ada yang merupakan penghafal Al-Qur’an. Para sahabat itu, Zaid bin Tsabit, Muawiyah Ibn Abi Sufyan, Ubaid bin Ka’ab (penghafal qur’an) dan Zubair Nawab. Baca juga : ‘Spirit Mencetak Pemimpin Qurani Menuju Indonesia Emas 2045’, Dipilih Jadi Tema ‘Wisuda Akbar Ke-XI’ Ponpes Darul Hijrah se Jawa Timur Zaid bin Tsabit mengatakan, Rasul mendiktekan Al-Qur’an dan meminta sahabat membaca sesudahnya, lalu Rasulullah mengkoreksi bacaannya/tulisannya. Lalu diijinkan untuk disampaikan kepada sahabat-sahabat dan kaum muslimin Madinah saat itu. Pada fase tersebut, ayat-ayat Qur’an ditulis dalam bentuk potongan pada media seperti pelepah kurma, papan, batu, kulit binatang dan lainnya, belum dalam bentuk buku yang tersusun rapi seperti saat ini. Fase Kedua: Pengumpulan tulisan-tulisan sebelumnya dalam 1 shuhuf, kemudian ditulis ulang dalam lembaran kertas dikumpulkan menjadi satu / mushaf induk. Kegiatan penulisan tersebut dilakukan zaman Abubakar Siddik Radhiyallahu’Anhu (atas saran Umar Bin Khattab Radhiyallahu’Anhu). Baca juga : Ikatan Keluarga Minangkabau ‘IKM’ Ende Buka Taman Pendidikan Al-Qur’an ‘Al Istiqomah’ Fase Ketiga: Disalin Ulang, Mushaf induk zaman Abubakar, mushaf induk tersebut disalin ulang, atau diperbanyak istilah sekarang dicopy menjadi mushaf-mushaf yang banyak. Kegiatan tersebut berlangsung pada masa sahabat Utsman Bin Affan Radhiyallahu’Anhu. Kemudian mushaf-mushaf dikirim atau disebar ke negeri-negeri atau kota-kota kaum muslimin bersama qari yang mutkin (mumpuni keilmuannya). Seperti kota Makkah, Syam, Basyrah, Kuffah dan lainnya. Fase Keempat: Kaum Muslimin Menulis Ulang / Memperbanyak Mushaf. Mushaf yang dikirim dari Madinah bersama qari yang mutkin, misal ketika ada di Syam kemudian diperbanyak lagi / ditulis ulang (disalin) dan berlanjut seterusnya, namun tetap terjaga keasliannya. Baca juga : Gratis! ‘Pelatihan Guru Ngaji’ Pusat AlQuran Indonesia, Terbatas Untuk 100 Orang Fase Kelima: Muncullah Kitab-kitab yang ditulis para Ulama yang memberikan penetapan tentang kekhususan-kekhususan penulisan Qur’an (Ilmu Rasmil Masail). Mushaf meskipun dalam bahasa Arab ada pembahasan kaidah-kaidah antara penulisan dan pembacaannya. misalnya ayat “Maalikiyaumiddin” dalam penulisan tidak ada alif (hanya Mim, Lam, Kaf), namun mim dibaca panjang, ada yang juga yang dibaca pendek. inilah yang disebut kaidah-kaidah penulisan mushaf. Inilah lima fase penulisan Al-Qur’an, semoga artikel ini menjadi salah satu literasi bagi kaum muslimin bahwa Al-Qur’anul Karim ditulis dalam beberapa fase hingga saat ini.** Sumber: Catatan Pribadi Redaksi Dalam Kelas Khusus Tajwid Mushawwar Batch 4, Qothrunnadaa Learning Center (https://qothrunnadaa.id/). Penulis dan Editor : Thamrin Humris Foto : Ilustrasi

Read More

Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Dunia Konseling

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di era digital sekarang ini, teknologi artificial intelligence (AI) mulai merambah berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali dalam dunia konseling. Jika dulu konseling identik dengan pertemuan tatap muka dan keterlibatan emosional secara langsung, kini AI hadir sebagai pelengkap yang mampu mempercepat proses asesmen, menyederhanakan pencatatan, hingga memberikan respons awal bagi klien. Meski tak bisa menggantikan sepenuhnya peran konselor manusia, pemanfaatan AI dalam konseling membuka peluang besar untuk menciptakan layanan yang lebih efisien, terjangkau, dan mudah diakses oleh berbagai kalangan. Teknologi AI mulai dikenal oleh masyarakat yaitu sekitar tahun 2022 melalui suatu program atau aplikasi chatboat, yaitu ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI (OpenAI, 2022). Dikutip dari berbagai sumber, Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Berangkat dari hal tersebut, teknologi AI memberikan berbagai kemudahan pada berbagai lini kehidupan, diantaranya dapat meningkatkan produktivitas, memberikan kemudahan pada saat menganalisis data, meminimalisir human eror hingga yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Berbicara mengenai kesehatan mental, ada banyak isu di Indonesia yang mengangkat tentang minim nya kesadaran akan kesehatan mental. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2021, yang dipaparkan oleh Dr. Celestinus Eigya Munthe menyebutkan bahwa terdapat sekitar 20% dari seluruh populasi di Indonesia memiliki potensi untuk mengalami gangguan mental. Maka dari itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental yaitu dengan menggunakan AI. AI menjadi salah satu opsi yang dipilih untuk mencari informasi terkait kesehatan mental. Jika berbicara mengenai Kesehatan mental, maka salah satu yang dapat dibahas adalah mengenai konseling. Sebelum membahas lebih jauh mengenai pemanfaatan AI dalam konseling, berikut penjelasan singkat mengenai psikologi konseling. Psikologi Konseling Psikologi konseling merupakan salah satu disiplin ilmu dari psikologi yang mempelajari tentang berbagai kecenderungan yang berkaitan dalam gerakan bimbingan, kesehatan mental, psikometri, kasus-kasus sosial dan psikoterapi. Psikologi konseling saat ini telah diarahkan pada suatu bentuk pelayanan professional yang memiliki ruang lingkup sebagai berikut 1. Ruang Lingkup Sekolah Psikologi konseling dalam ruang lingkup sekolah bertujuan untuk memberikan layanan konseling bagi siswa-siswa yang membutuhkan bantuan psikologis, seperti misalnya siswa yang memiliki masalah dalam prestasi belajar. 2. Ruang Lingkup Karier dan Industri Psikologi konseling dalam ruang lingkup karier dan industri salah satunya bertujuan untuk membantu permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi pada karyawan di suatu perusahaan atau industri tertentu. 3. Ruang Lingkup Masyarakat Psikologi konseling dalam ruang lingkup masyarakat dinilai memiliki tujuan dalam membantu semua elemen masyarakat yang memiliki permasalahan psikologis dengen menemukan akar dari suatu permasalahan dan mencari problem solving yang tepat. Pada prosesnya, psikologi konseling memuat beberapa aspek yang saling berkaitan diantaranya berupa konseling, konselor, konseli, berbagai permasalahan yang menunjang serta menghambat konseling serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam konseling. Lalu, Apa Itu Konseling? Konseling merupakan hubungan bantuan yang bersifat pribadi dengan menggunakan teknik-teknik hubungan yang efektif serta jaminan kerahasiaan kepada konseli. Konseling juga disebut sebagai bentuk bantuan professional dari konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi konseli agar dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju. Dalam pelaksanaannya, pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor kepada konseli tidak serta merta dilakukan tanpa adanya asas-asas yang menjadi acuan dalam pelayanan konseling. Jadi, Bagaimana Pemanfaatan Teknologi AI dalam Konseling? Seiring perkembangan teknologi, Artificial Intelligence (AI) mulai dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya berkaitan dengan  kesehatan mental. Kesehatan mental menjadi salah satu isu yang tidak kalah penting, mengingat tuntutan hidup yang semakin kompleks membuat banyak individu merasa ingin memiliki tempat untuk berbagi cerita. Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sedikit yang enggan untuk melakukan konseling secara langsung dengan konselor professional sehingga teknologi AI menjadi salah satu opsi yang saat ini banyak digunakan untuk melakukan konseling secara virtual atau online. Pemanfaatan AI dalam konseling, dipercaya mampu mengurangi kemungkinan kesalahan diagnosis yang mungkin muncul dari ketidaktahuan atau bias konselor. Contohnya, penggunaan alat berbasis AI, dapat membantu konselor untuk melakukan identifikasi mengenai indikasi gangguan psikologis yang mungkin terlewat dalam sesi wawancara biasa. Hal ini secara tidak langsung, dapat memberikan wawasan lebih kepada konselor mengenai kondisi klien sehingga memungkinkan untuk memberikan intervensi yang lebih tepat sasaran. Selanjutnya, pemanfaatan AI dalam konseling juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas intervensi secara lebih objektif, misalnya dengan alat berbasis AI yang dapat memantau pola tidur, penggunaan media sosia atau perubahan perilaku yang dapat memberikan informasi berharga mengenai perkembangan kondisi klien. Namun, mengingat bahwa konseling merupakan hubungan yang dibangun dengan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai empati dan hubungan personal antara konselor dan klien, maka yang harus digarisbawahi adalah pemanfaatan AI tetap harus dilihat sebagai alat pendukung bukan pengganti, mengingat peran konselor dalam proses konseling adalah tetap memberikan sentuhan manusiawi untuk menjaga hubungan terapeutik yang efektif. Sehingga keseimbangan antara teknologi dan empati harus tetap dijaga agar proses konseling tetap berpusat pada kebutuhan klien. Sumber: Jurnal Komputer dan Teknologi Sains (KOMTEKS) Hartono, Soedarmadji Boy. 2012. Psikologi Konseling Edisi Revisi. Jakarta :  Kencana Prenada Media Group Fadhillah, R. & Lestari, B. (2024). Penggunaan AI Pada Mahasiswa Psikologi Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental. Jurnal Empati, 13 (4), 280-290. https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id https://ojs.fkip.ummetro.ac.id https://ejournal3.undip.ac.id http://repository.iainpalu.ac.id https://bk.fip.unesa.ac.id Kontributor : Gita Rianti D Pratiwi, S.Psi Editor  : Toto Budiman

Read More

Santri Melek Digital: Menjadi Generasi Muslim yang Cakap Teknologi dan Tetap ‘Membumi’

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah derasnya arus digitalisasi, para santri dituntut tidak hanya fasih dalam ilmu agama, tetapi juga cakap dalam teknologi. Dunia kini bergerak cepat, dan kemampuan mengakses serta memanfaatkan teknologi menjadi kebutuhan dasar, termasuk bagi generasi pesantren. Namun, tantangannya bukan sekadar melek digital, tetapi juga bagaimana para santri tetap membumi dalam akhlak, menjaga adab, dan menjadikan kecanggihan teknologi sebagai sarana dakwah dan kemaslahatan umat. Artikel ini mengajak kita melihat bagaimana santri masa kini bisa tampil sebagai generasi Muslim yang adaptif terhadap perubahan, tanpa kehilangan jati diri keislaman. Transformasi teknologi saat ini berlangsung tak hanya terjadi di kota-kota besar atau kantor perusahaan start up saja. Di balik tembok pesantren dan lantunan kitab kuning, para santri pun perlahan bangkit menjadi generasi yang tak hanya piawai mengaji, tetapi juga mulai melek teknologi. Fenomena santri digital bukanlah angan-angan. Kini, banyak pesantren yang mulai mengintegrasikan kurikulum teknologi dalam kegiatan belajar mengajarnya. Santri diajarkan membuat konten dakwah digital, menulis di blog, mengedit video Islami, hingga memanfaatkan media sosial sebagai sarana syi’ar. Perpaduan antara nilai-nilai agama dan literasi digital menjadi potensi luar biasa bagi kemajuan umat. Namun, pertanyaannya: mungkinkah santri tetap membumi dengan akhlak Islami di tengah derasnya arus digitalisasi? Islam dan Teknologi: Bukan Dua Hal yang Bertentangan Sebagian orang mungkin masih ragu. Mereka menganggap bahwa teknologi bisa menggerus nilai-nilai keislaman. Padahal, jika dikelola dengan benar, teknologi justru bisa menjadi alat untuk memperluas dakwah dan meningkatkan kualitas umat. Dalam sejarah Islam, umat Muslim adalah pelopor dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk teknologi. Dari Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al-Khwarizmi di bidang matematika, hingga Al-Jazari yang menciptakan alat-alat mekanik di abad ke-12. Semangat mencari ilmu dan berinovasi sejatinya telah menjadi warisan Islam sejak dahulu. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi santri masa kini untuk ketinggalan dalam hal teknologi. Justru, inilah saatnya santri mengambil peran lebih luas di tengah masyarakat modern. Membentuk Karakter Digital Islami Tantangan terbesar dalam dunia digital bukan pada akses atau kecakapan, tetapi pada karakter penggunanya. Dunia maya adalah ruang yang luas dan bebas, namun tidak selalu ramah. Fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian berseliweran tiap detik. Di sinilah pentingnya peran santri sebagai “filter moral” yang menjaga nilai-nilai Islam tetap hidup di jagat digital. Santri yang melek digital seharusnya tidak sekadar tahu cara membuat konten, tetapi juga bijak dalam menggunakannya. Mereka harus mampu menebarkan kebaikan, menyebarkan ilmu, dan membendung arus informasi negatif. Konten-konten edukatif seperti ceramah pendek, kisah inspiratif sahabat Nabi, atau bahkan tutorial hafalan Al-Qur’an bisa menjadi alternatif positif yang sangat dibutuhkan masyarakat. Lebih dari itu, santri digital juga harus menjadi contoh etika bermedia yang baik. Tidak menyebar berita tanpa tabayyun, tidak berdebat tanpa adab, dan selalu menempatkan ilmu di atas emosi. Di sinilah akhlak Islami diuji dalam dunia virtual. Pesantren 4.0: Inovasi Tanpa Kehilangan Akar Beberapa pesantren kini mulai mengadopsi pendekatan teknologi secara kreatif. Misalnya, membuat platform e-learning berbasis kitab kuning, aplikasi belajar nahwu sharaf, hingga kelas daring untuk pembelajaran tafsir. Ini menjadi bukti bahwa Islam tidak anti terhadap inovasi. Namun, tentu saja inovasi ini harus tetap berpijak pada nilai-nilai tradisional yang menjadi kekuatan pesantren selama ini: tawadhu, ikhlas, istiqamah, dan keilmuan. Teknologi hanyalah alat, sedangkan niat dan tujuan tetap harus diluruskan. Menuju 1 Miliar Santri Digital Visi besar seperti “1 Miliar Santri” bukanlah mimpi kosong jika didukung dengan ekosistem yang tepat. Para santri yang dibekali pemahaman agama yang kuat serta kemampuan digital yang mumpuni bisa menjadi garda depan dalam membentuk peradaban Islam masa depan. Mereka bisa menjadi jurnalis, programmer, content creator, desainer grafis, dan banyak lagi  tanpa harus meninggalkan identitas santri mereka. Terdapat 3 fakta menyedihkan yang menunjukkan bahwa umat Islam secara umum masih terbelakang dan tertinggal dalam penguasaan teknologi Informasi di tingkat global. Pertama adalah rendahnya indeks inovasi dan teknologi di negara berpenduduk mayoritas muslim. Data skor yang rendah dalam GII – Global Innovation Indeks dan NRI – Networked Readiness Index, yang mengukur kesiapan dan kemampuan suatu negara dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi dan inovasi. Kedua. Di banyak negara mayoritas muslim, akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi masih terbatas. Menurut data dari ITU – International Telecommunication Union, tingkat penetrasi internet dan kepemilikan perangkat digital di banyak negara muslim, masih di bawah rata-rata global. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, biaya yang tinggi dan kurangnya literasi digital. Ketiga. Rendahnya jumlah publikasi ilmiah dan hak paten di bidang teknologi. Data dari WIPO- World Intellectual Property Organization menunjukkan bahwa sebagian besar negara muslim berkontribusi sangat sedikit terhadap pendaftaran paten international. Selain itu, jumlah publikasi ilmiah dalam jurnal-jurnal bereputasi global dari negara-negara ini juga sangat rendah. Sumber : pesantrenterbuka.id Santri melek digital bukan berarti kehilangan kesederhanaan. Justru, kesederhanaan itu menjadi kekuatan di tengah dunia yang sering kali penuh kepalsuan. Dengan fondasi akidah yang kuat dan keterampilan digital yang relevan, santri bisa hadir sebagai solusi, bukan hanya puas menjadi ‘penonton’ di pinggiran percaturan global. Serta tagline ‘Santri Indonesia Menyapa Dunia’ yang diusung 1miliarsantri.net menemukan relevansinya. Penutup Membentuk santri digital bukan hanya tentang mengajarkan coding atau editing video. Ini tentang membangun generasi yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat, teknologi dan iman, inovasi dan adab. Di tangan para santri, masa depan Islam bisa ‘bersinar’ terang  tidak hanya di mimbar masjid, tapi juga di layar-layar gawai umat manusia. Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, para santri dapat menjadi pionir perubahan, menginspirasi dunia dengan ilmu, akhlak, dan teknologi. Inilah saatnya santri bangkit, melek digital, dan hadir sebagai generasi Muslim yang cerdas, bijak, dan membumi. Kontributor : Salwa Widfa Utami Editor : Toto Budiman

Read More

Tradisi Malam Satu Suro dalam Warisan Jawa yang Dibalut Aura Keheningan

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, masih ada satu malam yang membuat sebagian besar masyarakat Jawa menahan napas, melambatkan langkah, dan memaknai waktu dengan lebih dalam. Malam itu dikenal dengan Tradisi Malam Satu Suro. Peringatan malam satu Suro adalah hasil akulturasi antara budaya Jawa dan penanggalan Islam, yang dimaknai secara spiritual oleh masyarakat Jawa. Meski tidak memiliki dasar syar’i secara eksplisit, peringatan ini masih dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya dan warisan leluhur. Tidak seperti perayaan tahun baru yang diwarnai gegap gempita, malam ini justru dibalut dalam keheningan, kesakralan, dan renungan. Tradisi ini diwariskan secara turun-temurun, menyimpan makna spiritual yang tak lekang oleh zaman. Untuk memahami dasar peringatan malam satu Suro, kita perlu menengok sejarah kalender Jawa. Penanggalan ini diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja Mataram Islam pada abad ke-17. Sultan Agung menyatukan dua sistem penanggalan: kalender Saka (Hindu-Buddha) dan kalender Hijriyah (Islam), dalam rangka islamisasi budaya Jawa. Satu Suro dalam kalender Jawa diselaraskan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, yang menandai Tahun Baru Islam. Maka, malam satu Suro merupakan malam pergantian tahun menurut kalender Jawa-Islam. Lalu, apa sebenarnya yang membuat Tradisi Malam Satu Suro begitu dihormati? Mari kita simak perjalanan sejarahnya di bawah ini. 1. Kirab Pusaka Salah satu prosesi utama dalam Tradisi Malam Satu Suro adalah Kirab Pusaka. Biasanya digelar di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, iring-iringan benda pusaka seperti keris, tombak, hingga gamelan dilakukan dengan penuh kehormatan. Tak sekadar benda, pusaka-pusaka ini dianggap menyimpan kekuatan spiritual dan nilai sejarah yang tinggi. Tradisi Malam Satu Suro menjadikan momen ini sebagai simbol pembersihan energi negatif, baik dari benda pusaka maupun diri sendiri. Dalam suasana hening dan khidmat, para abdi dalem membawa pusaka-pusaka tersebut mengelilingi keraton tanpa suara, tanpa senyum, hanya aura kebesaran leluhur yang terasa begitu kuat. 2. Tapa Bisu Mubeng Beteng Tradisi Malam Satu Suro tidak bisa dilepaskan dari ritual Tapa Bisu Mubeng Beteng. Ritual ini adalah perjalanan kaki mengelilingi benteng keraton, tanpa bicara, tanpa alas kaki, dan tanpa suara. Tidak banyak orang mampu melakukannya, karena dibutuhkan ketenangan batin dan tekad kuat. Tapa Bisu adalah lambang dari introspeksi diri yang mendalam. Dalam diam, setiap langkah menjadi doa, dan setiap tetes keringat adalah bentuk permohonan keselamatan untuk diri dan keluarga di tahun yang akan datang. 3. Mandi Suro Tak sedikit masyarakat Jawa yang menjalani Mandi Suro pada malam ini. Biasanya dilakukan di sumber mata air atau sungai yang dianggap suci. Tradisi ini dipercaya mampu membersihkan tubuh dan jiwa dari energi buruk yang mungkin menempel sepanjang tahun. Air menjadi media penyucian, sementara doa dan harapan dilantunkan dalam hati. Dalam Tradisi Malam Satu Suro, air bukan hanya elemen alam, tapi jembatan spiritual menuju ketenangan dan pembaruan diri. 4. Selamatan dan Tirakatan Malam Satu Suro juga identik dengan selamatan dan tirakatan. Selamatan adalah doa bersama yang dilanjutkan dengan makan bersama. Ini menjadi simbol kebersamaan dan ungkapan syukur atas segala nikmat yang telah diterima. Sedangkan tirakatan adalah bentuk ibadah pribadi, seseorang mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa, dzikir, dan perenungan. Tradisi Malam Satu Suro memberi ruang bagi tiap individu untuk menyendiri dan berdialog dengan Sang Pencipta. 5. Bubur Suro Satu lagi elemen khas yang tak pernah absen dalam Tradisi Malam Satu Suro adalah Bubur Suro. Hidangan ini biasanya terdiri dari nasi gurih yang disajikan dengan berbagai lauk dan tujuh jenis kacang. Angka tujuh melambangkan keseimbangan dan keberkahan. Bubur Suro tidak sekadar makanan, tapi lambang harapan akan tahun yang baru yang lebih baik, seimbang, dan penuh rezeki. Setiap suapan menjadi bagian dari rasa syukur dan doa. Makna dan Simbolisme Tradisi Malam Satu Suro Tradisi Malam Satu Suro bukan hanya warisan budaya, melainkan juga simbol spiritual yang dalam. Malam ini menandai awal tahun baru dalam kalender Jawa, yang merupakan gabungan antara sistem kalender Hindu Saka, Islam Hijriah, dan pengaruh Julian dari Barat. Ini mencerminkan kearifan lokal yang menyatu dengan nilai-nilai religi dan kosmologis. Malam ini juga menjadi momen refleksi, untuk meninjau kembali langkah-langkah yang telah ditempuh setahun terakhir, dan merancang jalan baru dengan lebih berhati-hati. Dalam Tradisi Malam Satu Suro, pembersihan diri baik melalui mandi, tirakatan, maupun kirab pusaka adalah wujud nyata dari keinginan menjadi manusia yang lebih baik di tahun mendatang. Tak kalah penting, malam ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur. Semua ritual dan pantangan dijalankan sebagai bagian dari menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu. Pantangan dalam Malam Satu Suro Agar kesakralan malam ini tetap terjaga, masyarakat Jawa meyakini beberapa pantangan. Dalam Tradisi Malam Satu Suro, dianjurkan untuk tidak menggelar hajatan, bepergian jauh, atau melakukan kegiatan yang menimbulkan kegaduhan. Selain itu, masyarakat diimbau untuk menghindari pertengkaran, menjaga ucapan, dan menciptakan suasana tenang. Semua ini adalah bentuk penghormatan terhadap malam yang dianggap sakral, penuh makna, dan tak layak dicemari oleh hal-hal negatif. Tradisi Malam Satu Suro bukan sekadar kebiasaan turun-temurun. Ia adalah cerminan dari kedalaman spiritual masyarakat Jawa, yang dalam diamnya menyuarakan doa, dalam langkahnya memohon keselamatan, dan dalam pusakanya menyimpan sejarah. Di tengah arus modernisasi, Tradisi Malam Satu Suro tetap hidup sebagai pelita budaya dan simbol keheningan yang bermakna. Menjaga tradisi ini adalah menjaga jati diri, merawat warisan, dan menyatu dengan semesta dalam doa dan renungan. Perspektif Islam terhadap Malam Satu Suro Dari sisi keislaman, 1 Muharram memang memiliki nilai penting sebagai awal tahun Hijriyah dan pengingat peristiwa hijrahnya Rasulullah ﷺ. Namun, Islam tidak mengenal ritual khusus untuk malam 1 Muharram, apalagi yang bernuansa mistis atau mengandung unsur khurafat (kepercayaan yang tidak berdasar syariat). Islam mengajarkan agar setiap momen digunakan untuk introspeksi, memperbanyak ibadah, dan menjauhi syirik serta takhayul. Maka, selama peringatan malam satu Suro dilakukan tanpa bertentangan dengan prinsip tauhid, sebagian ulama membolehkannya sebagai budaya yang mengandung nilai positif seperti ketenangan, doa, dan refleksi diri. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Cara Menjalankan Usaha Tanpa Riba, Panduan Bisnis Halal dari Nol

Surabaya – 1miliarsantri.net : Dalam Islam, keberkahan sebuah usaha tidak hanya ditentukan dari seberapa besar keuntungannya, tetapi juga dari cara dan prinsip yang digunakan dalam menjalankannya. Salah satu prinsip utama dalam bisnis syariah adalah menjauhi riba, praktik yang dilarang tegas dalam Al-Qur’an karena menzalimi dan merugikan. Namun, di tengah sistem ekonomi modern yang sangat erat dengan bunga dan pinjaman konvensional, membangun usaha tanpa riba sering dianggap sulit. Banyak dari kita yang menginginkan punya usaha sendiri, tapi terkadang bingung harus mulai dari mana, apalagi ingin menjalankannya sesuai prinsip syariah. Salah satu hal penting yang sering menjadi pertimbangan adalah cara menjalankan usaha tanpa riba. Karena riba bukan hanya dilarang dalam Islam, tapi juga bisa membawa dampak negatif dalam jangka panjang, baik secara finansial maupun spiritual. Artikel ini dibuat bagi kamu yang ingin membangun bisnis dari nol, tapi tetap halal dan berkah. Ayo kita simak panduan selengkapnya! Menjaga Keberkahan Bisnis: Hindari Riba Sejak Awal Dalam membangun usaha, banyak orang tergoda untuk mengambil pinjaman berbunga agar bisa cepat berkembang. Tapi, jika kita serius ingin tahu cara menjalankan usaha tanpa riba, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bahwa keberkahan lebih penting daripada sekadar keuntungan instan. Riba merupakan tambahan atau bunga dari pinjaman uang yang sangat dilarang dalam Islam. Jadi, langkah awal yang bisa kamu ambil adalah menghindari semua bentuk pinjaman berbunga, baik dari bank konvensional maupun pihak lain yang menetapkan bunga. Jika memang butuh modal, maka ada banyak alternatif halal yang bisa dijajaki. Salah satunya dengan mencari investor yang mau bagi hasil (mudharabah) atau sistem kerja sama syariah lainnya seperti musyarakah. Kamu juga bisa memulai dari modal kecil yang kamu kumpulkan sendiri, meskipun terlihat lambat di awal tapi ini lebih aman dan tenang dijalani. Ingat! rezeki itu bukan soal cepat atau lambat, tapi soal keberkahan. Jadi, selama masih berusaha sesuai dengan syariat, insyaAllah hasilnya pun akan membawa kebaikan. Cara menjalankan usaha tanpa riba membutuhkan komitmen yang tinggi. Berikut ada beberapa langkah yang bisa kamu terapkan: Pertama, mulailah yang kamu bisa dan kamu punya. Jangan menunggu punya modal besar dulu baru mulai usaha. Lihat potensi yang ada di sekitarmu. Misalnya, kamu jago masak? Bisa mulai dari jualan makanan rumahan. Atau punya keahlian desain? Bisa buka jasa desain online. Dengan modal keterampilan, kamu bisa menghindari utang yang berbunga. Kedua, manfaatkan model bisnis syariah. Coba pelajari sistem kerja sama seperti bagi hasil (mudharabah) atau patungan usaha (musyarakah). Ini bisa menjadi solusi modal tanpa harus melibatkan riba. Banyak juga lembaga keuangan syariah yang sekarang menyediakan bantuan modal sesuai prinsip Islam. Ketiga, gunakan keuangan yang transparan dan jujur. Salah satu inti dari cara menjalankan usaha tanpa riba adalah kejujuran dalam bertransaksi. Catat semua pemasukan dan pengeluaran, hindari spekulasi, dan pastikan semua yang dilakukan tidak melanggar prinsip syariah. Keempat, tingkatkan ilmu tentang ekonomi syariah. Jangan hanya semangat usahanya saja, tapi harus bekali diri kamu dengan pengetahuan. Sekarang banyak sumber belajar gratis seputar bisnis syariah. Ikuti webinar, baca buku, atau tonton konten edukatif agar kamu tidak salah langkah. Kelima, membangun komunitas atau jaringan usaha halal. Bergaul dengan sesama pengusaha halal bisa memberikan banyak manfaat. Kamu bisa saling tukar pengalaman, belajar strategi baru, atau bahkan kolaborasi usaha. Dengan ini bisa mempercepat pertumbuhan bisnismu. Menjalankan bisnis tanpa riba sangat membutuhkan perjuangan dan kesabaran. Tapi percayalah, setiap langkah yang kamu ambil dengan niat yang benar akan membawa berkah yang luar biasa. Rezeki itu datang dari arah yang tidak disangka-sangka, apalagi kalau usaha kita dilakukan dengan cara yang diridhai Allah. Jadi, jika benar-benar ingin tahu cara menjalankan usaha tanpa riba, maka mulailah dari niat yang lurus, strategi yang jelas, dan komitmen untuk tetap di jalur yang halal. Jangan takut memulai dari nol, karena setiap pengusaha sukses pun pernah ada di titik itu. Semoga artikel ini bisa menjadi motivasi dan panduan untuk kamu yang sedang memulai perjalanan bisnis halal. Yuk, kita sama-sama membangun usaha yang bukan cuma untung di dunia, tapi juga bernilai ibadah di akhirat. Dan pastikan langkahmu selalu diawali dengan niat baik dan cara yang benar. Karena itulah kunci sejati dalam cara menjalankan usaha tanpa riba. Penulis : Iffah Faridatul H Editor : Toto Budiman 

Read More

Jejak Islam di Kerajaan Demak dan Mataram : Awal Peradaban Islam di Nusantara

Surabaya – 1miliarsantri.net : Membahas tentang awal peradaban Islam di Nusantara, rasanya seperti membuka halaman awal dari sebuah kisah besar yang membentuk jati diri bangsa ini. Kita semua tahu, Indonesia bukan hanya kaya budaya dan suku, tapi juga punya sejarah panjang dalam perkembangan agama, khususnya agama Islam. Proses masuknya Islam ke tanah air bukan suatu yang instan. Ia tumbuh perlahan menyesuaikan diri dengan budaya lokal, dan pada akhirnya melahirkan kerajaan-kerajaan Islam yang berjaya di masa lampau, seperti Demak dan Mataram. Jika kamu pernah bertanya bagaimana Islam bisa begitu mengakar di Indonesia, terutama di Jawa? maka menelusuri jejak awal peradaban Islam di Nusantara lewat Kerajaan Demak dan Mataram adalah langkah yang menarik. Yuk, kita ulas bersama-sama! Awal Peradaban Islam di Nusantara antara Demak dan Mataram Islam masuk ke Nusantara lewat berbagai jalur : perdagangan, dakwah, perkawinan, hingga kesenian. Namun, perubahan besar mulai terasa ketika kerajaan-kerajaan bercorak Islam mulai berdiri dan memegang kekuasaan. Dua di antaranya yang punya pengaruh besar dalam awal peradaban Islam di Nusantara adalah Kerajaan Demak dan Mataram Islam. Kerajaan Demak sering disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Berdiri sekitar abad ke-15, Demak muncul setelah melemahnya Kerajaan Majapahit. Salah satu tokoh yang berperan penting di balik kejayaan Demak adalah Raden Patah. Ia dipercaya sebagai pendiri sekaligus raja pertama di kerajaan Demak. Kerajaan Demak begitu istimewa dalam sejarah awal peradaban Islam di Nusantara karena statusnya sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak juga aktif menyebarkan ajaran Islam lewat jalur politik dan militer. Salah satu misinya adalah menyerang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang masih bertahan, seperti di Blambangan (Banyuwangi) dan Majapahit. Tak hanya lewat kekuatan senjata, Demak juga dikenal karena perannya dalam pembangunan spiritual dan budaya. Masjid Agung Demak adalah bukti nyata peran besar kerajaan ini dalam menyebarkan Islam. Masjid tersebut konon didirikan oleh para Wali Songo, yang mempunyai peran vital dalam dakwah Islam saat itu. Setelah kerajaan Demak, kekuasaan Islam di Jawa berlanjut ke Kerajaan Mataram Islam. Berdiri pada akhir abad ke-16, Mataram membawa nuansa yang sedikit berbeda dibandingkan Demak. Jika Demak lebih fokus pada ekspansi politik dan militer, maka Mataram justru mengedepankan penguatan budaya dan spiritualitas. Tokoh utama dalam Kerajaan Mataram adalah Sultan Agung, ia berhasil membawa kerajaan ini ke puncak kejayaan. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, berani, dan sangat menghormati tradisi. Bahkan, Sultan Agung dikenal karena usahanya menyelaraskan antara Islam dan budaya Jawa. Di sinilah terlihat bahwa awal peradaban Islam di Nusantara tidak sekadar soal kekuasaan, tapi juga tentang proses adaptasi yang halus dan penuh kearifan lokal. Salah satu contoh nyata dari pendekatan ini adalah penggunaan kalender Jawa-Islam yang merupakan perpaduan antara penanggalan Hijriyah dan tradisi lokal. Selain itu, Sultan Agung juga dikenal karena perjuangannya melawan VOC dan kolonialisme, sehingga menambah nilai kepahlawanan dalam catatan sejarah Mataram. Dari dua kerajaan ini, kita bisa melihat betapa kompleksnya awal peradaban Islam di Nusantara. Di tangan para pemimpin seperti Raden Patah dan Sultan Agung, Islam tidak dipaksakan, tapi dibawa dengan cara yang lembut, bijak, dan berakar pada tradisi lokal. Perpaduan antara dakwah yang humanis, adaptasi budaya yang halus, serta pengaruh politik yang kuat membuat Islam bisa tumbuh subur di Nusantara. Inilah mengapa hingga kini, ajaran Islam tetap terasa dekat dan membumi di tengah masyarakat Indonesia. Dengan mengenal akar-akar peradaban ini, kita bisa lebih bijak melihat masa kini dan masa depan. Islam yang datang ke Nusantara bukan sekadar sebagai agama, tapi juga sebagai peradaban yang menanamkan nilai toleransi, kebijaksanaan, dan penghormatan pada budaya lokal. Yuk, terus gali sejarah dan jaga warisan luhur ini bersama-sama. Penulis : Iffah Faridatul H Editor : Toto Budiman

Read More

Semangat Koperasi Membangun Dunia yang Lebih Baik

Jakarta – 1miliarsantri.net: Sebuah catatan singkat penuh makna dalam semangat Hari Koperasi Sedunia 5 Juli 2025 dan menjelang Perayaan Hari Koperasi Nasional 12 Juli 2025. Catatan tentang Gerakan Koperasi dengan kekuatan tersembunyinya dan harapan masa depan yang lebih baik. Catatan ini patut dijadikan literasi bagi insan perkoperasian di Indonesia dan dunia, disajikan dengan judul “Semangat Koperasi Membangun Dunia yang Lebih Baik”, oleh seorang wartawan senior dan pegiat/tokoh gerakan koperasi, Irsyad Muchtar. International Day of Cooperatives/CoopsDay Di tengah antusiasme masyarakat koperasi Indonesia merayakan Hari Koperasi Nasional pada bulan ini, tepatnya 5 Juli 2025, para pegiat koperasi di seluruh dunia juga turut memperingati Hari Koperasi Internasional dengan semangat tinggi. Tahun ini, perayaan tersebut mengusung tema yang sangat progresif: “Driving Inclusive and Sustainable Solutions for a Better World — Mendorong Solusi Inklusif dan Berkelanjutan untuk Dunia yang Lebih Baik.” Peringatan Hari Koperasi Internasional (International Day of Cooperatives/CoopsDay) tahun ini menjadi lebih bermakna karena bertepatan dengan perayaan Tahun Koperasi Internasional 2025 yang telah dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tema yang diangkat mencerminkan peran strategis koperasi sebagai penyedia solusi nyata terhadap berbagai tantangan global—mulai dari kemiskinan, krisis iklim, ketimpangan sosial, hingga inklusi ekonomi. CoopsDay 2025 bukan sekadar seremoni simbolik, tetapi menjadi panggilan bagi dunia untuk kembali menyadari kekuatan model usaha koperasi yang berpijak pada solidaritas, partisipasi, dan keberlanjutan. Presiden International Cooperative Alliance (ICA), Ariel Guarco, menyebut CoopsDay 2025 sebagai tonggak penting dalam sejarah gerakan koperasi internasional. “Sekarang adalah waktunya untuk memperkuat dampak kita dan memperluas jangkauan aksi kolektif—yang berakar pada prinsip dan nilai-nilai koperasi. Berkat identitas ini, koperasi tetap kuat secara global dan dapat beradaptasi dengan konteks lokal untuk menawarkan solusi nyata bagi tantangan global,” ujar Guarco. ICA meyakini bahwa koperasi bukan sekadar entitas bisnis, melainkan gerakan berbasis nilai—di mana demokrasi ekonomi, pemerataan kesejahteraan, dan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan menjadi pondasi utamanya. Di tengah ketidakpastian global, nilai-nilai tersebut terbukti relevan dan mampu memperkuat ketahanan komunitas. Kekuatan Ekonomi yang Tersembunyi Koperasi hadir di hampir semua sektor ekonomi—mulai dari pertanian, keuangan, perdagangan, energi, perumahan, kesehatan, hingga pendidikan. Saat ini, terdapat lebih dari 3 juta koperasi aktif di seluruh dunia yang menyediakan lapangan kerja atau peluang usaha bagi sekitar 280 juta orang, atau sekitar 10% dari populasi global. Selain itu, 300 koperasi terbesar dunia mencatat omzet gabungan mencapai USD 2,4 triliun, menjadikannya kekuatan ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam Laporan Sekretaris Jenderal PBB tahun 2023, koperasi disebut sebagai aktor pembangunan sosial yang berhasil menjangkau kelompok rentan dan memperkuat ketahanan masyarakat. Sekjen PBB António Guterres, dalam pernyataannya pada peluncuran Tahun Koperasi Internasional 2025, menyampaikan bahwa koperasi telah berkontribusi signifikan dalam mengatasi kemiskinan, memperkuat ketahanan pangan, serta membuka akses pasar global bagi pelaku usaha lokal. Perayaan di Tanah Kelahiran Gerakan Koperasi CoopsDay 2025 turut dimeriahkan dengan Festival Koperasi di Manchester dan Rochdale, Inggris—tempat lahirnya gerakan koperasi modern pada abad ke-19. Festival ini diselenggarakan oleh The Co-operative Group dan Co-operatives UK, sekaligus memperingati 130 tahun berdirinya ICA. Beragam kegiatan digelar, termasuk kunjungan ke koperasi-koperasi ikonik seperti FC United of Manchester, Unicorn Grocery, dan Museum Rochdale Pioneers. Acara ini menjadi momen reflektif dan inspiratif yang menunjukkan bahwa semangat koperasi masih menyala terang di tanah kelahirannya—dan terus berkembang ke berbagai penjuru dunia. Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik CoopsDay 2025 mengingatkan kita bahwa koperasi bukan sekadar sistem usaha alternatif, tetapi jawaban konkret atas kebutuhan zaman. Di tengah berbagai tantangan global, koperasi menawarkan solusi yang inklusif, partisipatif, dan berkelanjutan. Di tangan gerakan koperasi—dan para anggotanya—tersimpan harapan akan masa depan ekonomi yang lebih adil, hijau, dan manusiawi. Seperti semboyan ICA yang kembali digaungkan tahun ini: “Cooperatives Build a Better World.” Semangat yang didengungkan oleh para pegiat koperasi di Manchester dan Rochdale ini bak angin segar di tengah carut-marut perang tarif global, melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan disrupsi di berbagai sektor industri. Semoga semangat ini tak berhenti di jalan, dan mampu sampai ke seluruh penjuru dunia—termasuk ke koperasi-koperasi di Indonesia.** Penulis : Irsyad Muchtar, Pegiat/tokoh gerakan koperasi dan wartawan senior Foto istimewa Editor : Thamrin Humris

Read More

Gadis Kecil Gaza: ‘Kembalikan Ibuku Dari Surga’

Gaza – 1miliarsantri.net: Tangis sosok gadis kecil Gaza “Kembalikan Ibuku Dari Surga”, seolah mewakili jutaan kesedihan kolektif anak-anak Gaza yang nyaris tiap hari kehilangan orang tua, kehilangan sosok Ibu yang menyayanginya. Nariman Abdullah Al-Eisa yang berusia empat tahun, sosok gadis kecil di Gaza-Palestina, satu diantara ribuan anak dalam cerita yang menyayat hati. Hidupnya telah hancur akibat sebuah serangan udara zionis israel. Momen dimana dia kehilangan ibunya, kehilangan kaki kanan dan mata kanannya. Malam itu 26 Juni, Nariman bercengkrama bersama sang Ibu di rumah mereka, di dekat Al-Samer Junction, saat rudal zionis menghantam rumahnya. Ibundanya syahid (terbunuh) seketika dan Anas saudara laki-lakinya ikut terluka tertimpa puing-puing bangunan yang hancur. Baca juga: Arab Saudi Mengutuk Keras Eskalasi Militer Israel Di ‘Gaza’ Palestina Nariman, Gadis Kecil Gaza “Kehilangan Segala-galanya” Mengutip SAFA Press Agency, sang ayah, Abdullah Al-Eisa mengisahkan ketika nenek Nariman mencoba menenangkan dan menjelaskan kepada sang cucu. “Ibumu pergi bersama Tuhan, dia di surga”, namun Nariman tidak mengerti mengapa pelukan hangat ibundanya tidak ada lagi. Abdullah berupaya memulihkan kondisi fisik Nariman, bekerja sama dengan pihak Palang Merah (Red Cross) dan Médecins Sans Frontières untuk mendapatkan penanganan dan tindakan medis mendesak di luar negeri. Dia berharap Nariman dapat menerima prostetik, perawatan psikologis dan mungkin merebut kembali fragmen masa kecil yang telah dicuri perang. Baca juga: Negara-negara Eropa Mulai Mengakui Kemerdekaan Palestina Data Tentang Anak-Anak Gaza Yang Syahid (Tewas) Dan Terluka Selama perang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023, data medis di Gaza menunjukan satu dari setiap sepuluh anak yang cedera selama perang saat ini telah mengakibatkan amputasi, dan setengah dari kasus tersebut adalah anak-anak. Tim medis tidak hanya berjuang untuk penyembuhan korban secara fisik, tetapi juga menghadapi trauma psikologis yang parah, terutama pada anak-anak dan perempuan. Kondisi perempuan dan anak-anak di Gaza (Foto dok. SAFA Press Agency) Menurut laporan UNICEF, lebih dari 50.000 anak-anak di Gaza telah tewas atau terluka sejak perang dimulai. Sementara itu, lebih dari 14.000 orang dengan cedera kritis atau penyakit tetap, dalam daftar tunggu untuk perawatan di luar negeri. Tindakan zionis israel yang menutup total penyeberangan perbatasan sejak 2 Maret, membuat penduduk Gaza terisolir dari dunia luar.*** Editor : Thamrin Humris Sumber dan Foto Istimewa: SAFA Press Agency

Read More

Antara Gaya dan Syariat! Pandangan Ulama’ Terhadap Trend Model Baju Muslim Terbaru

Surabaya – 1miliarsantri.net : Tren fashion muslimah terus mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Kini, model baju muslim terbaru hadir dengan desain yang tak hanya modis tetapi juga dinilai tetap menjaga nilai-nilai kesopanan. Hal ini menciptakan pertanyaan besar di tengah masyarakat, bagaimana pandangan ulama terhadap perkembangan model baju muslim terbaru yang semakin beragam? Di sinilah perbincangan menjadi menarik, ketika dunia fashion bersinggungan langsung dengan norma agama dan pandangan para ahli syariah. Dan khusus untuk pembahasan ini, kami akan mengulas bagaimana tren berpakaian muslimah terkini dilihat dari kacamata para ulama, serta sejauh mana batasan dan kebebasan dalam berpakaian menurut Islam. Pandangan Ulama Terhadap Perkembangan Busana Muslim Fenomena model baju muslim terbaru yang semakin modern memicu beragam respons dari kalangan ulama. Sebagian melihatnya sebagai hal positif selama tidak keluar dari batas-batas syariat, sementara sebagian lainnya mengkhawatirkan terjadinya pergeseran nilai dalam berpakaian. Para ulama sepakat bahwa pakaian muslim harus memenuhi prinsip dasar, menutupi aurat, tidak ketat, tidak transparan, dan tidak menyerupai lawan jenis. Namun, mereka juga mengakui adanya kebutuhan umat Islam, khususnya perempuan, untuk tampil rapi dan menarik di ruang publik selama tetap berada dalam koridor Islam. Inilah titik tengah antara gaya dan syariat yang terus dicari oleh para desainer busana muslimah. Perpaduan Nilai Estetika dan Syariat dalam Model Baju Muslim Terbaru Dalam dunia fashion modern, estetika menjadi hal penting. Namun, dalam konteks busana muslim, keindahan visual harus tetap sejalan dengan prinsip agama. Para ulama memberikan pandangan yang cukup fleksibel, selama busana tersebut: 1. Tidak menonjolkan lekuk tubuh Meski beberapa model baju muslim terbaru memiliki potongan yang ramping dan mengikuti bentuk tubuh, ulama mengingatkan pentingnya kelonggaran agar tidak menimbulkan fitnah. 2. Tidak transparan atau menerawang Bahan yang digunakan dalam pakaian muslimah harus cukup tebal untuk menutupi warna kulit. Meski desain bisa menarik, aspek ini menjadi prioritas. 3. Tidak mengandung unsur tasyabbuh (menyerupai non-Muslim) Meskipun dunia fashion global semakin terbuka, ulama tetap memberi catatan agar umat Islam tidak meniru gaya berpakaian yang bertentangan dengan nilai keislaman. Inovasi Fashion Muslimah, Antara Kreativitas dan Keteladanan Kehadiran model baju muslim terbaru sebenarnya membuka peluang besar dalam dakwah visual. Artinya, dengan busana yang menarik dan syar’i, perempuan muslim bisa menjadi contoh nyata bahwa Islam tidak mengekang kreativitas. Ulama kontemporer pun mendukung inovasi ini, asal tetap berpegang pada nilai dasar pakaian Islami. Model busana muslim tidak hanya berfungsi sebagai penutup aurat, tetapi juga menjadi cerminan identitas diri seorang muslimah. Dalam pandangan ulama, pilihan pakaian dapat merepresentasikan karakter, kepribadian, dan kebanggaan seorang wanita terhadap agamanya. Oleh karena itu, para ulama mendorong setiap muslimah untuk memilih busana yang tidak hanya sesuai syariat, tetapi juga mencerminkan jati diri sebagai wanita muslim yang berakhlak dan percaya diri. Di sisi lain, tren modest wear yang kini merambah pasar global dianggap sebagai peluang strategis dalam menyampaikan nilai-nilai Islam secara visual. Para ulama memandang perkembangan ini secara positif karena mampu menjadi jembatan antara budaya lokal dan nilai universal Islam. Modest wear yang mengedepankan kesopanan, keanggunan, dan prinsip syar’i menjadi media dakwah yang efektif tanpa harus mengucap kata-kata, membuktikan bahwa nilai keislaman bisa tampil harmonis dalam dunia mode internasional. Tantangan dan Batasan dalam Menyikapi Model Baju Muslim Terbaru Meskipun perkembangan model baju muslim terbaru cukup pesat dan memberi warna baru dalam dunia fashion, para ulama juga memberikan peringatan agar tidak terjebak dalam arus komersialisasi yang melupakan aspek spiritual. Dalam perkembangan tren model baju muslim terbaru, para ulama menyoroti dua tantangan utama yang perlu diperhatikan masyarakat. Pertama, adalah komersialisasi agama, di mana tidak sedikit produk fashion yang menggunakan label syar’i hanya sebagai strategi pemasaran. Padahal, secara prinsip dan desain, pakaian tersebut tidak sepenuhnya memenuhi syarat berpakaian sesuai syariat. Karena itu, ulama mengimbau para konsumen untuk lebih selektif dan tidak mudah tergoda hanya karena tampilan luar atau embel-embel religius yang belum tentu mencerminkan nilai sebenarnya. Kedua, ulama juga mengingatkan agar tren busana muslim tidak menjadi pemicu gaya hidup hedonisme. Pakaian seharusnya tidak dijadikan sarana untuk pamer kemewahan atau mengikuti gaya hidup berlebihan. Dalam Islam, kesederhanaan tetap menjadi nilai utama dalam berpakaian, sekalipun desainnya mengikuti perkembangan zaman. Dari paparan di atas, jelas bahwa model baju muslim terbaru merupakan hasil dari adaptasi antara tuntutan zaman dan prinsip agama. Para ulama tidak serta-merta menolak tren fashion muslimah, tetapi justru mendorong agar kreativitas dalam desain busana tetap berjalan seiring dengan nilai-nilai Islam. Dengan pemahaman yang seimbang antara estetika dan etika, setiap muslimah dapat memilih busana yang tidak hanya cantik dipandang tetapi juga membawa berkah. Jadi, sebelum mengikuti tren, ada baiknya kita bertanya, apakah model baju muslim terbaru yang kita kenakan telah sesuai dengan ruh syariat yang sesungguhnya? Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Inilah Ide Model Hijab Syar’i Pesta yang Bisa Kamu Coba

Surabaya – 1miliarsantri.net : Dalam setiap undangan pesta, khususnya bagi wanita muslimah, memilih busana yang sesuai syariat sekaligus tetap modis tentu menjadi tantangan tersendiri. Banyak yang bingung bagaimana tampil elegan tanpa melanggar batasan aurat. Nah, bagi Anda yang ingin tampil istimewa tanpa meninggalkan kaidah syar’i, memilih model hijab syar’i pesta bisa jadi solusi terbaik. Dan artikel ini akan membahas inspirasi hijab syar’i khusus pesta yang tidak hanya menutup aurat dengan sempurna, tetapi juga menampilkan kesan mewah dan elegan yang cocok untuk berbagai acara formal. Simak ide-ide model hijab syar’i pesta berikut ini yang bisa menjadi referensi Anda tampil memukau tanpa meninggalkan nilai-nilai Islami. 1. Elegan dan Berkelas dengan Gaya Hijab Syar’i (Khimar Panjang) Gaya hijab syar’i dengan khimar panjang kerap menjadi pilihan utama untuk pesta karena memberikan kesan anggun dan menutup seluruh tubuh bagian atas dengan sempurna. Selain itu, khimar panjang juga cocok dipadukan dengan dress pesta yang bermodel A-line atau gamis brokat. – Khimar Layer dengan Bahan Ceruty Babydoll Model hijab syar’i pesta ini sangat cocok untuk menampilkan sisi feminin. Bahan ceruty yang lembut memberikan efek jatuh yang natural, sehingga terlihat lebih manis dan rapi. Layer-nya juga membantu menyamarkan bentuk tubuh secara maksimal. – Khimar Bordir Mewah Untuk acara formal seperti pesta pernikahan atau resepsi keluarga, khimar dengan bordir bunga di bagian bawah atau pinggiran khimar dapat menambah sentuhan eksklusif. Pilih warna netral seperti gold, navy, atau maroon agar tetap terlihat mewah. 2. Sentuhan Modern dalam Balutan Syar’i dengan Kombinasi Dress dan Hijab Satin Tidak sedikit wanita yang ingin tetap tampil stylish di pesta namun tetap syar’i. Kombinasi dress berbahan satin dengan hijab instan syar’i kini menjadi tren yang mulai digemari karena praktis dan tetap memberikan kesan modern. – Hijab Satin Instan Berpotongan Cape Model hijab syar’i pesta dengan potongan cape sangat cocok bagi Anda yang ingin tampil formal namun tetap simpel. Hijab jenis ini biasanya sudah dilengkapi dengan inner, sehingga tidak perlu banyak peniti atau jarum pentul. – Warna Pastel yang Lembut dan Feminin Warna seperti dusty pink, lavender, atau mocca sangat populer untuk acara pesta di siang hari. Warna ini memberikan kesan lembut dan hangat, cocok untuk pesta garden party atau acara semi-formal. 3. Gaya Hijab Syar’i Glamor untuk Acara Malam Hari Pesta malam hari biasanya identik dengan tampilan yang lebih mewah dan bold. Namun tenang, Anda tetap bisa tampil glamor tanpa meninggalkan gaya syar’i. Pilih model hijab syar’i pesta yang terbuat dari bahan berkilau namun tidak menerawang. – Hijab Berpayet atau Berkilau Halus Model hijab dengan detail payet di bagian pinggir dapat memberikan kesan mewah dan elegan. Gunakan warna gelap seperti hitam, emerald, atau dark blue agar efek glamornya lebih maksimal di bawah cahaya lampu pesta. – Hijab Plisket Panjang Model hijab plisket yang menjuntai panjang dapat memberikan efek jenjang pada tubuh dan cocok dipadukan dengan gaun panjang full brokat. Model ini juga mudah ditata dan sangat nyaman dipakai dalam waktu lama. Tips Tampil Syar’i Tapi Tetap Stylish Saat Pesta Tak hanya soal model, Anda juga perlu memperhatikan kenyamanan dan kepercayaan diri saat mengenakan hijab syar’i di pesta. Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan: 1. Pilih Bahan yang Nyaman dan Tidak Panas Mengingat pesta bisa berlangsung berjam-jam, pilihlah hijab berbahan ringan, tidak mudah kusut, dan menyerap keringat. Bahan ceruty, voal premium, dan satin silk adalah beberapa yang direkomendasikan. 2. Sesuaikan Warna Hijab dengan Outfit Jika gaun Anda sudah ramai dengan motif atau detail, pilih hijab polos agar tampilan tetap seimbang. Sebaliknya, jika outfit cenderung polos, Anda bisa memilih hijab yang memiliki aksen seperti bordir atau mutiara. 3. Gunakan Aksesori Secukupnya Untuk melengkapi tampilan model hijab syar’i pesta, Anda bisa menambahkan bros kecil atau headpiece elegan di bagian samping hijab. Namun ingat, jangan berlebihan agar tetap terlihat sopan dan anggun. Tidak perlu bingung lagi mencari cara agar tetap tampil cantik dan syar’i dalam acara formal. Kini, dengan berbagai inspirasi model hijab syar’i pesta yang telah dibahas, Anda bisa memilih mana yang paling sesuai dengan selera dan jenis acara. Yang terpenting, kenyamanan dan kepercayaan diri tetap menjadi prioritas utama saat memilih gaya berhijab untuk pesta. Jadi, jangan ragu tampil percaya diri dan tetap sesuai syariat dalam setiap momen spesial Anda. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More