Masjid Al Muharram Brajan Yogyakarta, Pelopor Gerakan Sedekah Sampah

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Banyak tempat yang selalu memberikan kesempatan kepada jamaah nya untuk bersedekah di Masjid atau Musholla, tapi berbeda dengan Masjid Al Muharram yang menjadikan sampah menjadi salah satu upaya untuk bersedekah sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan sekitar. Masjid yang berada di Kampung Brajan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, ini telah menginisiasi Gerakan Sedekah Sampah (GSS) sejak 2013 silam. Gerakan ini diinisiasi oleh Ustaz Ananto Isworo, Takmir Masjid Al Muharram tepat pada 1 Ramadhan. Keprihatinannya mengenai sampah sudah dirasakan Ananto sejak pindah ke Brajan pada 2005 silam. Saat itu, Kampung Brajan dikenal sebagai kampung yang kumuh. Banyak anak jalanan yang menghuni kampung tersebut. Ustad Ananto terkejut mengetahui bahwa ia pindah ke lokasi yang tidak ramah. “Kampung tempat saya tinggal ini volume sampah nya cukup besar dan tidak terkelola dengan baik. Sebelumnya kalau buang ke kebun dan tanah, ketika hujan ya jadi banjir, ada angin sampah jadi nggak karuan,” terangnya. Awal mencetuskan program ini tidaklah mudah mengingat kata ‘sedekah’ tidak sebanding dengan ‘sampah’. Warga merasa heran dengan nama program tersebut. Ustad Ananto harus menunjukkan ke orang-orang bahwa semiskin apa pun, mereka tetap bisa bersedekah, yakni dengan memberikan sampah yang bisa didaur ulang ke masjid. Dana hasil pengumpulan sampah dari gerakan tersebut kemudian dikembalikan lagi ke masyarakat. Ada tiga program yang dikelola dengan menggunakan dana gerakan ini. Pertama, santunan beasiswa pendidikan yatim piatu dan dhuafa. Ini merupakan program yang pertama kali digerakkan melalui dana GSS. Awalnya dari tidak percaya dengan gerakan ini, tetapi ketika mereka merasakan SPP anak-anak mereka dibantu, warga pun mulai ikut membesarkan GSS. “Target kami waktu itu membebaskan mereka dari persoalan tidak bisa bayar SPP. Sekarang alhamdulillah rata-rata ekonominya sudah membaik, jadi tidak diutamakan lagi, kami cari yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya. Santunan sedekah bagi janda fakir miskin, yaitu Rp 50 ribu-Rp 100 ribu setiap paket selama tiga bulan sekali. Seiring waktu program ini terkadang diselingi dengan bantuan pemerintah maupun swasta. Program santunan kesehatan untuk setiap warga kurang mampu yang opname akan mendapatkan santunan Rp 500 ribu. Melihat manfaat besar dari GSS ini, tidak hanya warga Kampung Brajan maupun remaja masjid yang ikut memilah sampah di masjid. Anak-anak muda dari luar seperti mahasiswa juga kerap ikut serta. Aktivitas yang hanya dilakukan sendiri oleh Ustad Ananto kemudian bertambah dengan lima remaja masjid. Kini, relawan GSS telah mencapai hampir 50 orang dari murid SD hingga lansia. Proses pemilahan sampah dilakukan setiap Ahad pekan pertama dan ketiga setiap bulannya. Tidak hanya melalui sedekah sampah, Ustaz Ananto juga mendorong agar Masjid Al Muharram sebagai eco masjid dengan membuat bangunan ramah lingkungan dengan sinar matahari sebagai penerangan utama, memanen air hujan untuk wudhu, menanam banyak pohon, hingga akan memasang panel surya dalam waktu dekat.. Kini, Kampung Brajan menjadi kampung yang bersih dan ramah lingkungan. Ekonomi warganya pun sudah membaik seiring dengan berbagai bantuan yang diberikan melalui sedekah sampah ini. Kiprah Ustad Ananto dalam membesarkan gerakan ini rupanya membuatnya dilirik oleh sejumlah pihak. Pihak Kedubes Norwegia serta berbagai NGO luar pernah beberapa kali mengunjunginya untuk sharing mengenai gerakan lingkungan yang bermula dari masjid ini. Ustad.Ananto juga pernah ditunjuk menjadi salah satu delegasi Indonesia pada acara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) di Paris, Prancis, pada Maret 2020. Prestasinya dalam mengembangkan GSS ini juga telah membuatnya menjadi banyak pembicara seminar serta memberikan pelatihan mengenai sedekah sampah. Tidak hanya itu, ia bahkan menginspirasi masjid-masjid lainnya untuk mengembangkan program serupa. GSS yang dipelopori oleh Masjid Al Muharram kini menginspirasi terbentuknya Gerakan Sedekah Sampah Indonesia Berbasis Masjid (GRADASI) yang beranggotakan beberapa masjid dari seluruh Indonesia. “Saya ingin lebih mengembangkan lagi Al Muharram menjadi eco masjid. Insya Allah sebelum Idul Adha kami akan memasang panel surya disponsori oleh Muhammadiyah,” pungkas Ustad Ananto. (yus)

Read More

Jamaah Haji Indonesia Gelombang Dua Tiba di Jeddah dan Langsung Mengenakan Ihram

Jeddah – 1miliarsantri.net : Jelang pelaksanaan Wukuf Arofah, jamaah calon haji Indonesia sudah mulai banyak berdatangan dan memasuki Fase perdana kedatangan Jamaan haji Indonesia gelombang dua di Tanah Suci. Ada dua kelompok terbang (kloter) yang mendarat perdana di Bandara King Abdulaziz International Airport (KAIA) Jeddah pada Kamis (8/6/2023) waktu Arab Saudi (WAS). Kloter 42 Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG-42) membuka rangkaian kedatangan jamaah haji gelombang dua di Bandara Jeddah pada pukul 04.05 WAS. Selang lima menit kemudian giliran Kloter 46 Embarkasi Solo-Yogyakarta (SOC-46) tiba di Bandara Jeddah melalui Terminal D. Kedatangan jamaah kloter JKG-42 yang keluar melalui Terminal Fast Track langsung disambut Direktur Bina Haji Kemenag Arsad Hidayat, Kepala Kantor Urusan Haji Arab Saudi Nasrullah Jassam, dan Kadaker Bandara Haryanto. “Alhamdulillah kedatangan jamaah hari ini berjalan lancar. Jemaah haji juga sudah menggunakan kain ihram saat turun pesawat. Ini kami harapkan bisa ditiru kloter lainnya,” terang Arsad kepada media. Para jamaah haji gelombang dua ini semuanya telah mengenakan pakaian ihram sejak dari embarkasi di Tanah Air. Mereka juga telah berniat ihram di pesawat saat berada di atas wilayah Yalamlam. Hal ini dilakukan sesuai imbauan Kemenag. Tujuannya agar jamaah haji tidak perlu waktu lama mengantre dan memakai ihram di Bandara Jeddah. Sebab lalu lintas kedatangan jamaah haji di Bandara Jeddah sudah mulai padat dan tidak hanya berasal dari Indonesia. “Seluruh negara nanti akan mempergunakan Bandara King Abdul Aziz Jeddah ini. Nanti akan lebih cepat ketika menggunakan ihram dari tanah air. Saya kira ini membantu kelancaran untuk diberangkatkan,” ucap Arsad. Kloter JKG-42 yang mengangkut 383 penumpang ini langsung diarahkan ke bus yang sudah terparkir di bandara untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju Makkah. Sementara kloter SOC-46 lebih dulu dikumpulkan di Paviliun D3 karena tidak melalui fast track. Mereka dibagi per kelompok untuk kemudian diarahkan naik bus menuju ke Makkah. Sebelum naik bus, seluruh paspor jamaah dikumpulkan ke petugas untuk disimpan. Suasana kedatangan hari pertama juga terlihat lebih ramai terutama jumlah wukala yang cukup banyak. Dalam satu jalur atau line ada tiga sampai 4 wukala yang mengatur ritme stop and go jamaah. Ditambah wukala untuk transportasi dan petugas haji Indonesia Daker Madinah Arsyad menyebut lancarnya kedatangan jamaah gelombang kedua tak lepas dari kerja sama pihak bandara, panitia haji dan keluarga yang kebetulan mendampingi jamaah lansia. “Sehingga kami tidak mendengar adanya kendala mulai Embarkasi sampai pendaratan. Harapan kami apa yang terlihat sekarang bisa berlanjut,” tambahnya. (wan)

Read More

Syi’ir Kiai Ahmad Rifa’i Kalisalak Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Penjajah

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Berbagai bentuk perlawanan menghadapi penjajah selalu ditempuh dengan berbagai cara oleh para ulama Nusantara jaman dulu. Selain mengangkat senjata seperti di Perang Padri (1821-1835) di Sumatera dan Perang Diponegoro (1825-1830) di Jawa, ulama Nusantara juga mengangkat pena (dakwah karya tulis) sebagai salah satu bentuk perlawanannya. Salah satu ulama Nusantara yang menggunakan metode tersebut ialah Kiai Ahmad Rifa’i. Beliau ulama yang gigih melakukan perlawanan melalui dakwah dan protes sosial sampai akhir hayatnya. Ia merupakan seorang ulama yang lahir pada hari Kamis tanggal 9 Muharram 1200 H, atau 12 November 1785 Masehi di desa Tempuran, Kabupaten Kendal. Kiai Ahmad Rifa’i dilahirkan dari rahim seorang wanita bernama Siti Rahmah, buah cintanya dengan Raden KH Muhammad Marhum. Jika melihat tahun kelahirannya, ia seangkatan dengan Pangeran Diponegoro (lahir 1785). Ahmad Rifa’i diasuh oleh kedua orang tuanya kandungnya sendiri sejak lahir hingga ayahnya wafat saat ia berusia enam tahun. Menurut kalangan Rifa’iyah, ia kemudian diasuh dan dididik oleh pamannya yang bernama KH Asy’ari, seorang ulama terkemuka di daerah Kaliwungu. Diasuh oleh KH Asy’ari menjadikan Ahmad Rifa’i tumbuh dewasa kental dengan ilmu agama Islam. Sejak kecil ia sudah memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tak heran jika kelak ia menjadi ulama besar. Perjuangan dakwah Kiai Ahmad Rifa’i dilakukan sejak beliau muda. Pada usia 30-an tahun, tepatnya tahun 1833 ia menunaikan ibadah haji ke Makkah dan menetap di sana selama delapan tahun untuk menimba ilmu. Ia bertemu dengan para ulama besar di sana. Saat itu jaringan ulama dunia berpusat di Makkah. Pertemuan tersebut membuatnya semakin bersemangat menimba ilmu. Salah satu gurunya adalah Isa al-Barawi. Iai juga pernah berguru kepada Ibrahim al-Bajuri, seorang ulama dari Mesir meskipun kepergian Kiai Ahmad Rifa’i ke Mesir masih diragukan. Namun, karena pada masa itu banyak ulama yang beraktivitas di Makkah dan Madinah, bisa jadi Kiai Rifa’i bertemu Syaikh Ibrahim al-Bajuri di sana. Pada saat Kiai Ahmad Rifa’i menimba ilmu di tanah haram, beliau bertemu dengan beberapa ulama Nusantara, seperti Syaikh Nawawi Banten dan Syaikh Kholil Bangkalan. Ketiga ulama tersebut menjadi sahabat karib dan sempat melakukan diskusi terkait dakwahnya kelak. Dari hasil diskusi tersebut ketiganya bersepakat, Syaikh Kholil Bangkalan akan fokus pada masalah tasawuf dalam dakwahnya, Syaikh Nawawi Banten pada masalah usuluddin, sementara Kyai Ahmad Rifa’i pada masalah fiqih. Sesampai di tanah air Kiai Ahmad Rifa’i memulai dakwahnya di sebuah desa terpencil yakni Kalisalak, sekarang masuk di Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang. Pada masa itu Nusantara sedang terpuruk karena penjajahan dan kebodohan. Ia sangat prihatin melihat kondisi masyarakat. Karena saat kehidupan sosial rakyat sangat tertindas oleh penjajah, para birokrat pribumi banyak yang bersekutu dengan penjajah. Melihat kondisi tersebut ia mendirikan pondok pesantren di Kalisalak yang digunakan sebagai tempat berdakwah dan mengajar agama Islam. Ia menilai bahwa budaya Islam di masyarakat harus diubah agar terhindar dari budaya yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunah. Selain mengajar di pondok, ia juga sering berdakwah ke tempat lain seperti Wonosobo, Pekalongan, Kendal. Dari dakwahnya tersebut menjadikan pondok pesantrennya diketahui banyak orang. Hal itu membuat banyak orang berbondong-bondong ke pondok pesantren Kalisalak untuk menyantri pada Kiai Ahmad Rifa’i. Melihat kondisi tersebut ia mendirikan pondok pesantren di Kalisalak yang digunakan sebagai tempat berdakwah dan mengajar agama Islam. Ia menilai bahwa budaya Islam di masyarakat harus diubah agar terhindar dari budaya yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunah. Selain mengajar di pondok, ia juga sering berdakwah ke tempat lain seperti Wonosobo, Pekalongan, Kendal. Dari dakwahnya tersebut menjadikan pondok pesantrennya diketahui banyak orang. Hal itu membuat banyak orang berbondong-bondong ke pondok pesantren Kalisalak untuk menyantri pada Kiai Ahmad Rifa’i. Materi dakwahnya tidak selalu tentang hukum Islam, tapi juga protes sosial karena ia melihat pemerintah kolonial yang selalu menindas masyarakat. Protes sosial ia masukkan dalam ajaran dan kitab yang ditulisnya. Ia meyakini pemerintah kolonial adalah kafir dan harus diperangi. Keyakinan tersebut diajarkan kepada santri-santrinya agar tidak tunduk terhadap penjajah dan birokrat pribumi yang bersekutu dengannya. Tidak hanya itu, Kiai Ahmad Rifa’i juga mengajarkan kepada santrinya bahwa melawan pemerintah kolonial merupakan Perang Sabil. Kiai Rifa’i termasuk ulama yang sangat produktif dalam bidang penulisan. Kebanyakan karyanya adalah syi’ir atau nazam. Salah satu syi’ir ini menggambarkan pendapatnya pada pribumi yang mau bekerjasama dengan penjajah. “Ghalib alim lan haji pasik pada tulung, marang raja kafir asih pada junjung. Ikulah wong alim munafik imane suwung, Dumeh diangkat drajat dadi tumenggung. Lamun wong alim weruho ing alane wong takabur, mengko ora tinemu dadi kadi miluhur.” Artinya: Ghalib alim dan haji fasik menolong, raja kafir dan senang mendukungnya. Itulah orang alim yang munafik yang kosong imannya, Merasa diangkat derajatnya jadi tumenggung. Jika orang alim menunjukkan jeleknya orang takabur, nanti tidaklah mungkin dapat kadi terkenal. Pada syair di atas bisa kita lihat bagaimana kerasnya terhadap penjajah dan orang-orang pribumi yang bekerjasama dengan mereka. Perlawanan dalam mengusir penjajah dari para pahlawan sangat beragam dengan situasi dan kondisi pada masa itu. Kiai Ahmad Rifai lebih memilih menggunakan metode dakwah secara lisan dan tulisan yang dirangkum dalam kitab-kitabnya. Metode tersebut memiliki keunikan tersendiri karena membentuk kesadaran masyarakat bahwa mereka sedang tertindas. Ia juga menanamkan pada masyarakat untuk menjadikan Islam sebagai fondasi dan jalan hidup yang benar. Dengan kitab Tarjumah yang ia buat menjadikan santri-santri lebih mudah memahami ajarannya karena ditulis dengan Arab pegon yang umumnya berbahasa Jawa. Karena melihat kondisi masyarakat pada saat itu yang belum familiar dengan bahasa Arab. Selain mengajarkan agama Islam, dalam kitabnya, Kiai Ahmad Rifai memasukkan pesan-pesan untuk melawan penjajah dengan sekuat tenaga dan kemampuan masing-masing. Slameta dunya akhirat wajib kinira nglawen raja kafir sakuasnu kafikira Tur perang sabil luwih kadene ukara Kacukupan tan kanti akeh bala kuncara. Artinya: Keselamatan dunia akhirat wajib diperhitungkan Melawan raja kafir sekemampuannya perlu dipikirkan Demikian juga perang sabil lebih daripada ucapan Cukup tidak menggunakan pasukan yang besar. Pada syair di atas kita menghayati keteguhan Kiai Ahmad Rifa’i dalam dakwahnya melalui pena melawan penjajah dan sekaligus kebodohan. (sar)

Read More

Perbedaan Hari Raya Menurut Buya Hamka

Jakarta – 1miliarsantri.net : Perbedaan waktu ketika Hari Raya, terutama dalam penentuan Idul Fitri, tampaknya bukan hanya terjadi pada kurun waktu terakhir ini, namun sudah pernah terjadi dibeberapa tahun sebelumnya, seperti pada suatu hari di tahun 1975, Buya Hamka pernah ditanya soal perbedaan waktu Idul Adha di Indonesia dengan negara Arab Saudi? Buya Hamka menerangkan, ketika waktu itu Departemen Agama memutuskan Hari Raya Idul Adha 1395 H, jatuh pada Sabtu 13 Desember 1975. Tiba-tiba Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta menyiarkan bahwa Idul Adha jatuh hari Jumat, 12 Desember 1975. Perbedaan tersebut mengakibatkan terjadi dua kubu di masyarakat. Ada golongan yang menganjurkan agar Sholat Idul Adha dilaksanakan pada Jumat, dikarenakan sudah wukuf pada Kamis. Ada yang berkeras mempertahankan keputusan semula, yaitu sholat Hari Raya Haji hari Sabtu, 13 Desember 1975, sesuai keputusan Departemen Agama setelah mendengar pertimbangan dari pimpinan majelis ulama dan ahli-ahli hisab dan rukyah di Indonesia. Hamka mengawali jawaban dengan mengatakan, jika bersatu permulaan puasa, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha di seluruh dunia Islam, sehingga sama puasa kaum Muslimin, sama berbuka dan sama Hari Raya Haji, adalah satu hal yang baik sekali. Apalagi pada zaman sekarang dengan adanya alat-alat telekomunikasi yang cepat dapat menyampaikan berita di seluruh dunia, hal yang seperti itu mungkin bisa dicapai. Itulah sebabnya, jumhur ulama memandang persatuan umat dalam mengerjakan ibadah puasa dan hari raya adalah sangat dituntut. Menurut Hamka, sangat sulit tercapai seluruh umat bisa berbarengan waktunya melaksanakan awal Ramadhan, sholat Idul Fitri, dan Idul Adha. Hanya pada negara-negara yang berdekatan saja yang bisa sama, yaitu yang satu mathla’. Adapun yang berjauhan mathla’, seperti antara Andalus (sebelah barat) dan Khurasan (sebelah timur) tidak dapat dipersamakan. Pendapat ini diperkuat melalui hadits yang pernah terjadi pada zaman sahabat-sahabat Rasulullah, yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Kuraib. Bahwa ia datang ke Syam. la sampai di sana pada akhir bulan Sya’ban menjelang masuk bulan Ramadhan, la sendiri turut melihat bulan (rukyah hilal) ketika berada di Syam. “Saya melihat bulan itu pada malam Jumat.” Setelah beberapa hari di Syam, Kuraib kembali ke Madinah pada ujung bulan Ramadhan. Ia berkata, “Lalu bertanya kepadaku Ibnu Abbas dan dibicarakannya juga soal hilal itu. la bertanya, “Kapan kalian melihat hilal Saya jawab, “Malam Jumat.” Lalu Ibnu Abbas bertanya lagi, “Engkau sendiri melihat?” Kuraib menjawab, “Ya, saya lihat dan orang ramai pun melihatnya, maka puasalah orang ramai pada besoknya dan puasa pula Muawiyah itu sendiri?” Lalu, Ibnu Abbas berkata, “Namun, kami melihat hal itu pada malam Sabtu, dan kami teruslah puasa sampai kami cukupkan bilangan tiga puluh hari, atau kami lihat hilal nanti.” Lalu Kuraib bertanya, “Tidakkah kallan padukan saja dengan Rukyah Muawiyah dan puasanya.” Ibnu Abbas menjawab, “Tidak. Karena begitulah diperintahkan Rasulullah SAW kepada kita. Hadits ini disalin secara bebas, dirawikan oleh Imam Ahmad, Muslim, dan at -Tirmidzi. “Hadits ini adalah hassan, shahh, dan gharib. Amalan menurut hadis ini pada sisi ahli ilmu, yaitu bahwa tiap tap negeri dengan rukyahnya sendiri.” “Hadits inilah yang menjadi pegangan seluruh dunia Islam itu, bukan lagi semata-mata di Tanah Arab, melainkan telah melebar meluas ke luar Arab, bahkan ke seluruh dunia,” kata Buya Hamka dalam bukunya. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 189: “Mereka itu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (petunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji…” Berdasarkan ayat ini, pokok pertama dan utama dalam memulal ibadah, baik ibadah puasa Ramadhan maupun penutupan puasa Ramadhan (Idul Fitri) atau penentuan permulaan haji, atau menentukan perhitungan mengeluarkan zakat (haul) semuanya dihitung menurut bulan qamariah, bukan syamsiah. Caranya adalah apabila ada orang yang melihat hillal (yaitu bulan sabit, permulaan bulan baru di ufuk barat, sesudah terbenamnya matahari), lalu dilaporkannya kepada pihak yang berwenang atau penguasa di negeri itu. Sesudah memeriksa keterangan-keterangan yang diberikan oleh pihak yang melihat bulan itu dengan menyuruhnya mengucapkan dua kalimat syahadat lebih dahulu setelah penguasa mempercayai berita itu, lalu disuruhlah menyiarkan berita itu kepada orang ramai dan dimaklumkanlah bahwa besoknya mulailah puasa, atau besoknya mulailah Hari Raya Idul Fitri. Kala bulan haji, dilihat orang pula hilal permulaan Dzulhijjah dan dilaporkannya kepada penguasa, lalu dimaklumkanlah ke muka umum bahwa Hari Raya Haji akan jatuh pada 10 sesudah itu. Adapun di Makkah sendiri, ada tambahan khusus lagi, yaitu pada sembilan hari bulan akan wukuf di Arafah. Cara yang begini adalah menurut Sunnah dari Nabi sendiri, yaitu sebuah hadits Ibnu Abbas yang dirawikan oleh at Tirmidzi bahwa pada suatu hari, seseorang dari kampung (A’rabi) datang memberitahukan bahwa la melihat hilal malam itu. Lalu ia disuruh mengucap dua kalimat syahadat, (suatu kesaksian yang lebih besar pengaruhnya daripada sumpah sendiri bagi orang yang beriman; bahwa ia bertanggung jawab sebagai Muslim dan ucapan yang ia keluarkan). Setelah Nabi percaya kepada kesaksian orang itu, baginda berkata kepada bilal. “Hai Bilal, beritahukan kepada manusia, puasa besok.” Dari dalil-dalil sunnah Nabi itu, teranglah bahwa mengerjakan ibadah puasa atau haji itu dengan berjamaah. Maksud dengan jamaah adalah masyarakat kaum Muslimin. Pada zaman Rasulullah masih hidup, pimpinan jamaah itu adalah di tangan baginda sendiri. Setelah Nabi SAW wafat, berada di tangan khalifah-khalifah yang menggantikannya. Setelah dunia Islam bertambah luas dan berkembang, jamaah kaum Muslimin itu dikepalai oleh amir-amir atau sultan-sultan di daerahnya masing-masing. Setelah kebanyakan negeri Islam dijajah oleh bangsa Barat, terutama seperti di Indonesia ini, terserah kepada kaum Muslimin sendiri mengatur permulaan puasa dan berbukanya dan Hari Raya Hajinya. Di negeri-negeri yang ada raja atau sultan dalam naungan penjajah, raja-raja dan sultan itulah yang menentukan puasa, berbuka dan Hari Raya Haji. Karena itu, seperti di Sumatra Timur pada zaman jajahan, tidaklah mustahil jika berbeda permulaan dan penutupan puasa antara Kerajaan Deli dan Kerajaan Sendang, Kerajaan Asahan dan Kerajaan Kualuh, walaupun “kerajaan-kerajaan” itu sangat berdekatan. Adapun di luar daerah kekuasaan sultan, seperti dalam kota Medan orang tidak merasa terikat oleh perintah sultan. Sebab itu penentuan puasa, berbuka, dan Hari Raya Haji adalah menurut kalender yang mereka percayai dan pegangi saja. “Lebih-lebih setelah berkembang ilmu hisab, mulailah banyak orang yang puasa, berbuka, dan Hari Raya Haji menurut hisab saja. Perkumpulan-perkumpulan Islam seperti Muhammadiyah mengeluarkan pengumuman tiap tahun yang dijadikan pegangan oleh anggotanya dan orang yang menuruti…

Read More

Jejak Langkah Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Gresik – 1miliarsantri.net : Diantara deretan nama-nama para Waliyyullah (Wali Songo) penyebar agama Islam di Pulau Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan wali senior di antara para Wali Songo lainnya. Meski bukan orang Islam pertama yang datang ke Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim boleh dikata sebagai pelopor penyebar Islam di tanah Jawa. Syekh Maulana Malik Ibrahim yang juga dikenal dengan sebutan Syekh Maghribi tiba di Desa Leran, Gresik, Jawa Timur pada 1404 Masehi. Asal-usul Syekh Maulana Malik Ibrahim ada yang mengatakan berasal dari Arab. Tapi, juga ada yang menyampaikan berasal dari Gujarat, India. Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget dengan ajaran baru yang dibawanya. Selain itu, Syekh Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran agama Islam secara berangsur-angsur diterima oleh masyarakat setempat. Pada suatu hari, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan muridnya berkeliling kampung untuk melihat dari dekat keadaan penduduk sekitar pesantren. Saat tiba di pinggir lapangan, Syekh Maulana Malik Ibrahim terkejut menyaksikan dua orang pemuda yang saling memukul. Kedua pemuda itu, dengan dikelilingi penduduk setempat terus saja saling memukul, hingga akhirnya pingsan lah keduanya. Setelah kedua pemuda itu disingkirkan dari arena perkelahian, tiba-tiba seorang ketua adat dengan angkuhnya maju di tengah kerumunan penduduk. Tangan kanannya mengacungkan sebilah keris dan mulutnya komat-kamit membaca mantra. Setelah diselidiki, rupanya sang ketua adat itu hendak membunuh seorang gadis remaja sebagai persembahan kepada dewa hujan. “Hentikan …..!” kata Syekh Maulana Malik Ibrahim melerai. Agaknya mereka tidak mendengarkan kata yang diucapkan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Bahkan para penduduk semakin kuat memegangi sang gadis yang hendak mereka korbankan. Gadis itu pun meronta dan menjerit ketakutan. Apa yang kisanak kehendaki dengan mempersembahkan gadis yang tak berdosa ini?” suara Syekh Maulana Malik Ibrahim kembali terdengar. Mereka pun menoleh ke arah Syekh Maulana Malik Ibrahim. “Kami mengharapkan hujan,” serentak mereka menjawab. “Untuk itukah kisanak hendak mengorbankan gadis sebagai persembahan?” kata Syekh Maulana Malik Ibrahim. Merasa dihalangi maksudnya, ketua adat marah dan memerintahkan kedua orang kepercayaannya untuk mengusir Syekh Maulana Malik Ibrahim. Kedua suruhan itu bangkit hendak menendangnya. Tapi yang terjadi, sungguh di luar dugaan. Kedua orang itu berdiri kaku bagaikan patung. Menyaksikan peristiwa itu, mereka mulai memperhatikan ucapan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Mereka memang sangat mengharapkan hujan. Lepaskan dulu gadis itu, dan setelahnya baru kami akan memohon hujan kepada Allah,” pinta Syekh Maulana Malik Ibrahim. Singkat cerita Syekh Maulana Malik Ibrahim dan muridnya melakukan sholat istisqa (sholat minta hujan). Selang beberapa waktu, hujan turun dengan derasnya. Para penduduk yang hadir bersorak kegirangan. Hanya ketua adat dan kedua orang suruhannya yang nampak tercengang. “Sihir….. jangan Anda percaya…..semua ini adalah sihir…..” kata ketua adat kepada para penduduk. Tak ada penduduk yang memperhatikan ucapan ketua adat. Mereka sudah tertarik terhadap Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dan mereka mulai belajar Islam dari Maulana Malik Ibrahim. (jal)

Read More

MUI Bentuk Tim Investigasi Terkait Ponpes Al Zaytun

Jakarta – 1miliarsantri.net : Heboh kontroversi yang dilakukan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu yang diduga sudah menyimpang dari syariat Islam, mulai dari dugaan mencampur adukkan barisan sholat laki-laki dan perempuan, membawakan lagu Yahudi hingga adzan dengan gerakan yang tidak seperti biasanya. Bahkan kontroversi yang terbaru yakni memperbolehkan para santri berzina karena dosanya bisa ditebus dengan sejumlah uang. Hal inilah yang akhirnya membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) segera mengambil sikap daj diketahui akan segera melakukan investigasi langsung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun Indramayu. Karena hal itu, Ketua MUI Bidang Pengkajian dan Penelitian, Prof Utang Ranuwijaya mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim investigasi yang terdiri atas pengurus pusat, provinsi, sampai kabupaten untuk bisa mengunjungi Pondok Pesantren Al Zaytun. “Sekarang tim sedang bekerja, mempersiapkan untuk mulai turun ke lapangan ke Al-Zaytun langsung, sudah dibentuk sub-sub timnya, yang ke lapangan itu ada 9 orang yang nanti langsung menuju ke sasaran ke Al-Zaytun,” kata Prof Utang kepada media, Kamis (8/05/2023) Prof Utang menjelaskan, tim tersebut terdiri atas berbagai komisi di MUI. Mulai dari Komisi Fatwa MUI, Komisi Infokom MUI, lembaga dakwah khusus MUI, dan Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman MUI. Kemudian, ada pula tim MUI dari Jawa Barat serta MUI dari Kabupaten Indramayu. Meski begitu, Utang tidak membocorkan secara detail kapan kunjungan itu dilaksanakan. Ia hanya meminta masyarakat untuk menyerahkan dan memercayakan hal itu kepada tim yang dibentuk “Itu tim ya, saya tidak bisa terlalu masuk ke tugas-tugas dan rencana-rencana tim yang akan bekerja. Kita jamin semua kegiatan mereka berjalan dengan baik dan menjadi rencana strategi mereka dalam melakukan tugas tim untuk mengkaji dan meneliti di lapangan, termasuk informasi yang mereka perlu gali dari lapangan dan dari banyak pihak tentunya,” ujarnya. Dia menegaskan bahwa tim tersebut akan secepatnya melakukan kunjungan ke Ponpes Al-Zaytun Indramayu. Karena target perampungan dari hasil investigasi yang diberikan oleh Ketua MUI harus rampung dalam waktu selama tiga bulan. “Secepatnya mereka akan turun, karena memang pimpinan menargetkan, 1-2 bulan sampai paling lambat 3 bulan harus sudah selesai, rampung pembahasan penelitian termasuk turun ke lapangan langsung. Jadi, sesuai dengan SOP yang diberlakukan di MUI terkait dengan aliran-aliran keagamaan yang sedang ditangani diteliti dilakukan pengkajian,” pungkasnya. (zen)

Read More

Mengenal 10 Bahasa Kuno Yang Masih Dipergunakan Sekarang Ini

Jakarta – 1miliarsantri.net : Setiap negara atau mungkin bisa setiap daerah selalu memiliki bahasa tersendiri. Kalimat demi kalimat atau Kata-kata yang diucapkan tersebut tidak bisa lepas meninggalkan jejak fisik di dunia. Jadi jika ingin mencari asal usul bahasa manusia bisa menjadi urusan yang rumit, karena bahasa juga terus berubah, dengan kata-kata dan maknanya berubah dan terus berubah setiap generasi. Karenanya sulit menentukan bahasa apa yang tertua di dunia. Ada banyak bahasa dari zaman purba yang masih dituturkan sampai hari ini, diantaranya : Sekitar tahun 400 M, bahasa Ibrani tidak lagi menjadi bahasa sehari-hari dan hampir menjadi bahasa mati. Namun, kebangkitan Zionisme di era modern memastikan kebangkitan bahasa tersebut dan sekarang digunakan oleh 9 juta orang, terutama di Israel yang menjadi bahasa resmi. Bahasa Ibrani modern berbeda dari versi Alkitab. Sansekerta masih dituturkan hari ini dalam beberapa bentuk, utamanya oleh pendeta Hindu selama upacara keagamaan. Diperkirakan kurang dari 1 persen orang India dapat berbicara Sansekerta, dengan hanya 14.000 orang menggambarkannya sebagai bahasa utama mereka. Bahasa ini juga ditemukan dalam prasasti di candi-candi yang ada di Indonesia. Namun, warisannya tetap hidup. Bahasa Sanskerta milik keluarga besar yang dikenal sebagai bahasa Indo-Eropa, yang berarti memiliki hubungan yang jelas dengan bahasa Inggris, Prancis, Portugis, Spanyol, Rusia, dan banyak bahasa lain yang digunakan secara luas di Eropa. Tamil ini dituturkan sebagian besar oleh orang India di bagian selatan, di negara bagian Tamil Nadu. Selain itu, bahasa Tamil juga digunakan di Sri Lanka. Yang paling menarik, karya sastra bahasa Tamil paling awal, Tolkappiyam, berasal dari tahun 300 SM. Bentuk klasik bahasa ini jauh berbeda dari yang dituturkan hari ini di Yunani, meskipun sebagian besar penutur fasih harus dapat memahami bahasa Hellenistik atau Yunani “Koine” yang diucapkan di masa lalu. Namun, bentuk-bentuk seperti dialek Attic, salah satu bentuk tertua yang diucapkan oleh orang-orang seperti Socrates, kemungkinan akan terlalu jauh untuk dipahami oleh penutur modern. Bahasa ini pertama kali muncul di barat laut Semenanjung Arabia dan anggota keluarga bahasa Semit, bersama bahasa Ibrani dan Aramaik atau Aram. Diperkirakan ada 371 juta penutur bahasa Arab di seluruh dunia hari ini dan menganggap bahasa Arab sebagai bahasa ibu mereka. Lebih banyak lagi yang menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa kedua, karena bahasa Arab merupakan bahasa utama Alquran. Namun, semuanya dapat ditelusuri kembali ke China kuno. Beberapa penggunaan prasasti aksara China paling awal yang diketahui telah ditemukan di cangkang kura-kura yang berasal dari setidaknya 1123 SM, menunjukkan bahwa bahasa tertulis telah ada selama lebih dari 3.000 tahun. Sejak saat itu bahasa Mandarin telah berkembang dan beragam secara signifikan, tetapi pengaruh sistem bahasa kuno ini masih dapat dirasakan oleh penutur zaman modern. Pada abad keenam hingga kesembilan Masehi, bahasa tersebut telah berkembang menjadi bahasa Romawi modern, seperti bahasa Italia, Spanyol, Portugis, dan Prancis. Meskipun bahasa Latin tidak lagi digunakan sebagai bahasa pertama, ia telah berhasil menghindari menjadi bahasa mati berkat minat yang besar pada teks-teks kuno dan pengaruh luas bahasa Latin pada budaya Eropa, termasuk pilihan bahasa Latin Linnaeus untuk nomenklatur binomial, sistem penamaan organisme dalam sains. Sekitar 700.000 orang masih menuturkan bahasa ini di Negara Basque,komunitas otonom yang terletak di pegunungan Pyrenees antara perbatasan Prancis dan Spanyol. Usia bahasa ini masih misteri karena tidak terkait dengan bahasa lain yang ada. Namun, hal ini menjadikannya bahasa yang menarik untuk dipelajari oleh para ahli bahasa karena ini adalah salah satu dari sedikit bahasa Eropa yang bertahan sebelum dibanjiri oleh bahasa Indo-Eropa. (yan)

Read More

Kemajuan Perekonomian Kerajaan Perlak di Tangan Putri Nurul A’al

Aceh Timur – 1miliarsantri.net : Sejarah tentang kerajaan-kerajaan Nusantara memang tak akan ada habisnya untuk dipelajari. Karena hingga sekarang ini belum banyak tergali informasi-informasi penting yang berguna untuk generasi mendatang, termasuk diantara nya adalah Kesultanan Perlak. Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Dalam berbagai catatan sejarah disebutkan bahwa kerajaan ini berkuasa antara 840 hingga 1292 M. Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah. Di Kesultanan Perlak, selain para Sultan, ada juga sosok perempuan yang perannya tak kalah dari Sultan. Ia merupakan srikandi sebelum lahirnya tokoh Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, dan tokoh-tokoh perempuan lainnya yang lahir setelahnya. Seperti Puteri Nurul A’al. Ia salah satu tokoh penting di dalam sejarah Kesultanan Perlak. Tidak banyak yang mengangkat kiprahnya secara detil baik dalam bentuk tulisan maupun lainnya. Sehingga sedikit yang mengetahui tentang sejarak sosok ini. Ismail Fahmi Arrauf Nasution dan Miswari dalam artikel pendahuluannya yang dimuat di Paramita: Historical Studies Journal menyebutkan bahwa Kesultanan Perlak terkenal dengan daerah penghasil kayu perlak. Kualitasnya bagus dan cocok untuk pembuatan kapal. Kualitas kayu tersebut yang menarik para pedagang dari berbagai daerah di luar Nusantara untuk membelinya. Seperti dari Gujarat, Arab, dan India. Mereka berbondong-bondong pergi ke daerah Kesultanan Perlak. Daerah ini kemudian menjelma menjadi kawasan bandar niaga yang sangat maju pada awal abad ke-8. “Kondisi ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para saudagar Muslim dengan penduduk setempat,” tulisnya. Perkawinan campur ini menjadi faktor berkembang pesatnya Islam di Kerajaan Perlak. Dan pada masa Puteri Nurul A’la ini Islam disebut-sebut mencapai puncaknya. Saat itu, dia menjabat sebagai Perdana Menteri perempuan. Puteri Nurul A’la memegang peranan penting di bidang ekonomi. Pada masa itu, ia menjabat sebagai ketua bendahara kerajaan (baitul mal). Putri Nurul A’la adalah putri dari Sultan Perlak kesebelas yaitu, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (1078-1108). Jabatan yang didudukinya sebagai perdana menteri yaitu meneruskan perjuangan ayahnya. Selain jabatan tersebut, Puteri Nurul A’la disebutkan juga menjabata sebagai panglima perang. Ia digambarkan sebagai panglima perang yang gagah berani pada masanya. Rakyat Aceh tidak asing dengan cerita tentang sosok Puteri Nurul A’la. Sehingga cerita rakyat yang dikenal dengan Hikayat Puteri Nurul A’la adalah cara rakyat Aceh mengenang riwayat Puteri Nurul A’la. Hikayat tersebut menceritakan bahwa zaman dulu terdapat seorang raja yang berkuasa di Perlak dimana wilayahnya terletak di Blang Perlak antara Muara Krueng Tuan dan Krueng Seumanah. Setelah lama menikah, raja tersebut belum dikaruniai keturunan. Lalu dia bernazar jika diberi putera, dia akan memandikan putera tersebut di laut dekat Kuala Perlak. Tak lama kemudian, raja tersebut dikaruniai seorang putera yang diberi nama Ahmad Banta dan seorang puteri yaitu Puteri Nurul A’la. Puteri Nurul A’la dikenal sebagai pedagang kayu perlak. Sehingga tak heran jika ekonomi sangat maju ketika dia menjabat sebagai perdanan menteri Kesultanan Perlak. Sistem koperasi sudah dijalankan pada masa itu, khususnya di bidang peternakan dan pertanian yang berbasis pinjaman modal dengan pengembalian melalui cara dicicil. Selain ekonomi, Puteri Nurul A’la juga disebut-sebut berkiprah dalam kemajuan dibidang pendidikan. Tetapi tak banyak sumber yang menjelaskan lebih detil tentang kiprah baik dibidang pendidikan maupun lainnya. Peran Puteri Nurul A’la tersebut patu menjadi contoh bagi generasi saat ini. Semangatnya dalam membangun ekonomi perlu ditiru. Namun yang jelas bahwa perempuan bisa ikut mengambil peran yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang. (zak)

Read More

Hitungan Masehi, Tanggal 8 Juni 632 Rasulullah SAW Wafat

Jakarta – 1miliarsantri.net : Secara hitungan masehi, tepat hari ini, 1.391 tahun lalu, umat Islam kehilangan sosok pemimpin yang menjadi panutan untuk selama-lamanya. Baginda Rasulullah Muhammad shallalahu ‘alaihi wassalam (SAW) wafat pada Senin, 8 Juni 632 Masehi (12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah). Rasulullah SAW lahir di Makkah dari keluarga yang sangat sederhana. Ia menikah dengan seorang janda kaya pada usia 25 tahun dan hidup 15 tahun berikutnya sebagai pedagang biasa. Rasulullah SAW mendapat wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril di sebuah gua di Gunung Hira di utara Makkah pada 610 M. Wahyu-wahyu yang diterimanya kemudian terkumpul menjadi kitab suci Alquran yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Rasulullah SAW merupakan nabi terakhir sekaligus sebagai nabi penyempurna tradisi Yahudi-Kristen. Baginda mengadopsi teologi agama-agama lebih tua sambil memperkenalkan ajaran baru, yaitu Islam. Ajarannya juga membawa persatuan bagi suku Baduy di Arab. Pada musim panas 622 M, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah sejauh 200 mil sebelah utara Makkah. Di sana ia diberi kekuatan politik yang cukup besar. Di Madinah, Rasulullah SAW membangun sebuah pemerintahan teokratis dan mengelola kerajaan yang berkembang dengan sangat pesat. Setelah wafat, Rasulullah SAW diakui sebagai pemimpin yang sangat sukses di seluruh Arab selatan hingga aktif di Kekaisaran Timur, Persia, dan Ethiopia. Pada perjalanannya, Islam menjadi kepercayaan terbesar yang pernah ada di dunia, yang terbentang dari India ke Timur Tengah dan Afrika Utara serta sampai ke Semenanjung Iberia di Eropa Barat. Penyebaran Islam berlanjut setelah berakhirnya penaklukan di Arab. Banyak agama di Afrika dan Asia mengadopsi agama tersebut. Saat ini, Islam adalah agama terbesar kedua di dunia. Rasulullah meninggal di usia 63 tahun. Rasul terakhir bagi umat Islam sekaligus sebagai nabi akhir jaman itu mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan istrinya, Aisyah. Nabi Muhammad wafat setelah kesehatannya menurun hingga ia jatuh sakit lebih dari dua pekan. Aku menyandarkan Rasulullah ke dadaku atau pangkuanku. Beliau meminta bejana untuk dijadikan tempat beliau membuang air kecil. Setelah itu, beliau wafat,” kata Aisyah diriwayatkan dari Humaid bin Mas’adah Al-Bashri yang dikutip dari buku Mengenal Pribadi Agung Nabi Muhammad SAW oleh Imam At-Tirmizi. Sebelum wafat, Rasulullah SAW jatuh pingsan. Tidak lama kemudian beliau sadar, lalu bertanya, “Apakah waktu sholat telah tiba?” Para sahabat menjawab, “Ya.” Beliau berkata, “Perintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dan perintahkan Abu Bakar untuk bertindak sebagai imam sholat!” Beliau jatuh pingsan lagi. Sesaat kemudian, beliau sadar dan kembali bersabda, “Perintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dan perintahkan Abu Bakar untuk bertindak sebagai imam!’ Mendengar perintah tersebut Aisyah berkata, “Ayahku orang yang sangat halus perasaannya. Jika menjadi imam, ia akan menangis. Ia bukan orang yang tepat untuk menjadi imam sholat. Alangkah baiknya jika engkau menugaskan orang lain.” Bilal pun mengumandangkan adzan dan Abu Bakar bertindak sebagai imam sholat. Ketika itu, Rasulullah merasakan sakitnya mulai berkurang. Maka beliau berkata, “Carilah orang yang bisa memapahku!” Barirah pun datang bersama seorang laki-laki. Dengan dipapah kedua orang itu, Rasulullah keluar rumah. Ketika Abu Bakar melihat beliau keluar, ia hendak mundur. Tapi Rasulullah memberi isyarat agar Abu Bakar tetap di tempatnya. Abu Bakar pun mengimami sholat hingga selesai. Setelah itu, Baginda Rasulullah Muhammad shallalahu ‘alaihi wassalam wafat. Diceritakan oleh Nashr bin Ali Al-Jahzhami, setelah itu Umar bin Khattab berkata, “Demi Allah, siapa pun yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat pasti akan kuhajar ia dengan pedangku ini.” Kemudian, Abu Bakar yang baru tiba berkata, “Wahai para sahabat, biarkan aku lewat. Mereka pun memberinya jalan. Abu Bakar masuk dan memeluk Rasulullah, menunduk dan menyentuh lengan beliau, kemudian berkata, ‘Sungguh, engkau telah wafat dan mereka pun (akan) mati.” Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa Al-Anshari, perawakan Rasulullah tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu pendek, kulitnya tidak putih juga tidak kecoklatan. Rambutnya ikal, tidak terlalu keriting dan tidak pula lurus kaku. Allah mengutusnya sebagai Rasul pada usia 40 tahun. Beliau tinggal di Makkah selama 10 tahun dan di Madinah selama 13 tahun. Allah mewafatkannya pada usia 63 tahu. Pada kepala dan jenggotnya tidak terdapat sampai 20 lembar rambut yang telah berwarna putih. Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar As-Shidiq diangkat sebagai khalifah pertama Islam. Setelah itu, Umar memegang tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Maka, orang-orang pun ikut membaiatnya dengan baiat yang baik dan indah. (yan)

Read More