Wakil Menteri Tenaga Kerja dan 9 Orang Terjaring OTT KPK, Ini Tanggapan Istana

Foto : Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan saat melakukan kunjungan kerja ke kawasan industri smelter Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah pada Senin (4/11/2024). Dok: kemenaker.go.id. Istana Masih Menunggu 1×24 Jam Hasil Di KPK Seperti Apa Jakarta – 1miliarsantri.net: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer alias Noel dalam operasi tangkap tangan (OTT) pada Rabu malam (20/8/2025). Total ada 10 orang yang diamankan. “Benar. Sepuluh orang terjaring dalam OTT semalam,” kata Wakil Ketua KPK Fitroh Rohcahyanto, Kamis (21/8/2025). Sementara itu, pihak Istana melalui Mensesneg Prasetyo Hadi menyatakan sikap akan menunggu 1×24 jam hasil dari KPK seperti apa. Prasetyo mengunkapkan, ada jeda 1×24 untuk menyimpulkan perkembangan status hukum Wakil Menteri Tenaga Kerja. Dugaan Pemerasan Sertifikat K3 Penindakan ini terkait dugaan pemerasan perusahaan dalam proses pengurusan sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sertifikat K3 merupakan syarat penting agar perusahaan bisa menjalankan kegiatan usahanya dengan standar keselamatan. Menurut Fitroh, penyidik menemukan indikasi kuat adanya permintaan uang dari pihak pejabat Kemenaker kepada perusahaan agar sertifikat K3 bisa terbit. Profil Singkat Noel Immanuel Ebenezer dikenal sebagai aktivis sosial dan politik. Ia pernah memimpin Relawan Jokowi (Rejo) di Pilpres 2019 dan aktif menyuarakan isu demokrasi serta tenaga kerja. Pada 2024, ia dilantik menjadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan. Penunjukan Noel kala itu menuai pro dan kontra, namun ia dipercaya masuk ke kabinet berkat kedekatan dengan lingkaran kekuasaan. Langkah KPK Hingga kini, KPK masih memeriksa para pihak yang diamankan. Sesuai aturan, lembaga antirasuah punya waktu 1×24 jam untuk menentukan status hukum Noel dan sembilan orang lainnya. “Perkembangan lebih lanjut akan kami sampaikan setelah pemeriksaan intensif,” ujar Fitroh. Tanggapan Istana Kepada media yang meliput konferensi pers di di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi bersama Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, menyatakan: “Kita tunggu dulu 1×24 jam, nanti hasil dari teman-teman di KPK seperti apa.” Lebih lanjut Prasetyo menegaskan, “Kalau memang kemudian terbukti (secara hukum, red), kita akan segera melakukan proses terhadap yang bersangkutan.” OTT KPK dalam kasus ini menambah panjang daftar praktik korupsi di sektor pelayanan publik. Sertifikasi K3 yang seharusnya menjamin keselamatan pekerja justru diduga dijadikan ajang pemerasan. Publik kini menanti langkah tegas KPK dalam menuntaskan kasus ini.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto : Dok. Kemenaker.Go.ID

Read More

Tidak Kolot! Begini Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah yang Sederhana Tapi Hidup Penuh Berkah

Jakarta Timur – 1miliarsantri.net: Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah sering kali menjadi bahan renungan bagi banyak orang, terutama di tengah tren gaya hidup minimalis yang kian populer saat ini. Banyak yang menganggap minimalisme hanyalah sekadar mengurangi barang, hemat uang, atau menata ruangan agar terlihat rapi. Padahal, jauh sebelum istilah ini dikenal, Rasulullah SAW telah mencontohkan gaya hidup sederhana yang bukan hanya menenangkan jiwa, tetapi juga penuh dengan keberkahan. Bagaimana sebenarnya prinsip hidup minimalis ala Rasulullah? Mengapa gaya hidup ini penting untuk kita teladani di era yang serba konsumtif sekarang? Mari kita belajar lebih dalam, melalui penjelasaqn di bawah ini! Prinsip Utama dalam Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah Minimalis dalam Islam sering dikenal dengan istilah zuhud. Zuhud bukan berarti menjauhi dunia sepenuhnya, melainkan memandang dunia dengan secukupnya dan tidak berlebihan dalam urusan materi. Rasulullah SAW sendiri meski dikenal sebagai pedagang sukses, beliau memilih menjalani hidup yang sederhana. Beliau tidak dikuasai oleh harta, melainkan menjadikan harta sebagai sarana untuk berbuat kebaikan. Dan mari kita lihat, di bawag ini ada beberapa prinsip dari Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah bisa menjadi pedoman kita: 1. Mengutamakan kebutuhan daripada keinginan Rasulullah SAW selalu memilih sesuatu berdasarkan manfaatnya, bukan karena tren atau gengsi. Beliau tidak pernah menuruti hawa nafsu hanya untuk mengikuti arus zaman. Misalnya, pakaian beliau digunakan hingga benar-benar habis manfaatnya. Dari sini, kita bisa belajar untuk menahan diri agar tidak mudah tergoda pada hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan. 2. Kualitas lebih penting daripada kuantitas Rasulullah SAW lebih memilih memiliki barang sedikit, tetapi awet dan bermanfaat. Pakaian beliau dijahit ulang jika sobek, bukan langsung diganti baru. Sikap ini jelas berbeda dengan kebiasaan banyak orang sekarang yang sering membeli barang hanya karena diskon atau tren. Dengan prinsip ini, kita bisa menghemat sekaligus membuka ruang untuk berbagi kepada yang membutuhkan. 3. Kesederhanaan dalam konsumsi makanan Rasulullah SAW selalu makan secukupnya. Beliau mengajarkan untuk tidak berlebihan, bahkan bersabda agar perut diisi sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sisanya untuk udara. Kebiasaan ini bukan hanya menyehatkan, tetapi juga mengajarkan kita untuk tidak boros dan selalu menghargai nikmat Allah. Manfaat Menjalani Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah Jika ditanya apa manfaat mengikuti Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah, jawabannya bukan hanya soal hemat uang. Ada banyak keberkahan yang bisa kita rasakan jika konsisten menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, hidup menjadi lebih dekat dengan Allah SWT. Dengan gaya hidup sederhana, hati akan lebih mudah bersyukur dan terhindar dari sifat tamak. Kedua, pikiran menjadi lebih tenang. Memiliki sedikit barang berarti beban pikiran lebih ringan karena tidak banyak yang harus dipikirkan dan diurus. Ketiga, terbuka kesempatan lebih luas untuk beramal. Uang atau barang yang biasanya dipakai untuk hal-hal yang tidak penting bisa dialihkan menjadi sedekah atau membantu sesama. Cara Menerapkan Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah Kamu mungkin bertanya, bagaimana cara mempraktikkan gaya hidup ini dalam kehidupan modern? Sebenarnya mudah, asalkan ada niat dan komitmen. Pertama, evaluasi barang yang kamu miliki. Rasulullah SAW tidak menyimpan sesuatu yang tidak bermanfaat. Jadi, jika ada barang yang hanya memenuhi ruangan tanpa terpakai, lebih baik disedekahkan atau dijual. Kedua, pilih barang yang awet dan bermanfaat. Daripada membeli banyak barang murah yang cepat rusak, lebih baik memiliki sedikit barang berkualitas. Ketiga, biasakan diri untuk bijak dalam mengonsumsi makanan. Ambil porsi secukupnya dan usahakan tidak membuang makanan. Langkah kecil ini jika dilakukan terus-menerus akan membentuk kebiasaan positif. Bahkan, dalam jangka panjang akan membawa perubahan besar, baik untuk kehidupan pribadi maupun lingkungan sekitar. Minimalis Bukan Berarti Pelit Salah satu kesalahpahaman yang sering terjadi adalah menganggap gaya hidup minimalis identik dengan pelit. Padahal, justru sebaliknya. Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat dermawan meski hidupnya sederhana. Hemat bukan berarti menahan harta untuk diri sendiri, tetapi lebih kepada menghindari pemborosan sehingga bisa dialokasikan untuk hal yang lebih bermanfaat, seperti menolong orang lain atau bersedekah. Jadi, Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah bukan membuatmu kikir, melainkan semakin terbuka hatimu untuk berbagi. Hidup sederhana tidak menutup pintu untuk berbuat kebaikan, malah justru memperluas kesempatan untuk itu. Dan sudah ada beberapa hadist telah menyebutkan tentang sikap zuhud Rasulullah SAW, salah satunya hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari: ”Telah menceritakan kepada kami [Utsman] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] dari [Aisyah] dia berkata; “Semenjak tiba di Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah merasa kenyang dari makanan gandum hingga tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal,” (HR. Bukhari) Menjaga Diri dari Godaan Konsumerisme Di era media sosial, godaan konsumerisme begitu kuat. Promo besar-besaran, iklan kreatif, hingga tren viral sering membuat kita mudah tergoda untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Inilah tantangan besar yang harus kita hadapi jika ingin konsisten dengan Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah. Untuk menghadapinya, kamu bisa mulai dengan langkah-langkah sederhana. Misalnya, batasi waktu berselancar di platform belanja online, terapkan “no spend day” atau hari tanpa belanja secara berkala, dan fokuskan pengeluaran pada hal-hal yang lebih berharga, seperti ilmu, pengalaman, atau amal kebaikan. Dengan begitu, kamu bisa melatih diri untuk lebih tahan terhadap godaan dan lebih bijak dalam mengatur keuangan. Kesederhanaan Jalan Menuju Ketenangan Hati dan Keberkahan Hidup. Pada akhirnya, Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah bukanlah sekadar soal mengurangi kepemilikan barang atau menata rumah agar rapi. Lebih dari itu, ini adalah cara hidup yang penuh kesadaran, mengutamakan keberkahan, dan menyeimbangkan kebutuhan dunia dengan akhirat. Rasulullah SAW mencontohkan bahwa kesederhanaan adalah jalan menuju ketenangan hati dan keberkahan hidup. Dengan menerapkan Gaya Hidup Minimalis ala Rasulullah, kamu bisa hidup lebih tenang, lebih dekat dengan Allah, dan lebih banyak berkontribusi positif untuk sesama. Jadi, jangan hanya menjadikan minimalisme sebagai tren, tetapi hiduplah dengan kesadaran bahwa kesederhanaan adalah bagian dari sunnah yang akan membawamu pada kebahagiaan sejati, di dunia maupun di akhirat.** Penulis: Vicky Vadila Muhti Editor : Ainun Maghfiro dan Thamrin Humris Foto ilustrasi

Read More

Emang Bisa Bisnis Syariah di Era AI? Wow Jawaban ini Bikin Kamu Berpikir Dua Kali!

Jakarta Timur – 1miliarsantri.net: Pernah membayangkan kalau Bisnis Syariah bisa berjalan berdampingan dengan teknologi secanggih Artificial Intelligence (AI)? Buat sebagian orang, gabungan antara nilai syariah yang berlandaskan aturan agama dan kecerdasan buatan yang diciptakan manusia mungkin terdengar bertolak belakang. Tapi faktanya, perkembangan zaman justru membuka ruang besar bagi pengusaha Muslim untuk memanfaatkan AI tanpa harus meninggalkan prinsip syariah. Pertanyaan pentingnya adalah apakah kamu siap membangun Bisnis Syariah yang modern, relevan, dan tetap berkah di tengah gempuran teknologi ini? Mari kita lihat jawabannya secara bersama-sama melalui artikel ini! Era AI dan Perubahan Wajah Bisnis Kamu pasti sudah sering dengar kalau AI sekarang jadi tulang punggung banyak perusahaan besar. Mulai dari otomatisasi pelayanan pelanggan, membaca tren pasar, sampai mengelola stok barang, semuanya bisa dilakukan jauh lebih cepat dan akurat dibanding cara manual. Buat pelaku Bisnis Syariah, kondisi ini seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, peluang yang terbuka begitu luas. Tapi di sisi lain, ada tantangan besar agar bisnis tetap berada di jalur halal sesuai ajaran Islam. Bayangkan saja, tanpa AI, promosi produk halal bisa saja nggak tepat sasaran. Tapi dengan bantuan analisis data AI, kamu bisa lebih mudah menentukan siapa target pasar yang butuh produk halalmu. Inilah bukti bahwa teknologi bukan sesuatu yang harus ditakuti, tapi perlu diatur agar tetap sesuai nilai-nilai Islam. Peluang Bisnis Syariah dengan AI Sebenarnya, peluang pengembangan Bisnis Syariah di era AI sangat terbuka lebar. Jika digunakan dengan benar, teknologi ini bisa menjadi jalan besar untuk menguatkan ekosistem halal yang lebih luas. Dan mari, kita lihat bersama-sama peluang bisnis syariah yang bisa disandingkan dengan AI di bawah ini: 1. Pemasaran Produk Halal Lebih Tepat AI bisa membaca perilaku konsumen dengan sangat detail. Misalnya, jika kamu menjual makanan halal atau fashion Muslim, algoritma AI mampu membantu menargetkan iklan ke orang yang benar-benar peduli dengan kehalalan produk. Hasilnya, biaya promosi lebih hemat, tapi dampaknya jauh lebih efektif. 2. Inovasi Produk Berbasis Data Kamu tentu tahu kalau kebutuhan konsumen terus berubah. Nah, AI bisa menganalisis tren dan memberikan gambaran produk apa saja yang sedang dicari pasar Muslim. Dari sinilah muncul peluang menciptakan aplikasi keuangan syariah, platform edukasi Islami, atau layanan halal lainnya. 3. Layanan Keuangan Syariah yang Lebih Canggih Di sektor keuangan, AI bisa membantu bank syariah maupun fintech halal untuk memberikan rekomendasi investasi bebas riba, mempercepat proses pembiayaan, hingga meningkatkan kualitas layanan pelanggan. Jadi, masyarakat bisa merasakan kemudahan digital tanpa harus khawatir melanggar prinsip syariah. Tantangan yang Harus Kamu Waspadai Meski terlihat menjanjikan, penerapan AI dalam Bisnis Syariah juga punya tantangan besar. Kalau tidak bijak, bisa saja bisnis yang awalnya berniat halal justru tergelincir. Dan beberapa tantangan yang harus di waspadai dari fenomena ini bisa berupa: 1. Isu Etika dan Privasi Data Islam menekankan pentingnya amanah dan menjaga kerahasiaan. Penggunaan AI yang bergantung pada data konsumen harus benar-benar transparan agar tidak melanggar hak privasi. 2. Konten yang Bertentangan dengan Syariah Algoritma AI sering digunakan untuk iklan dan promosi. Kalau tidak diatur, bisa saja konten yang muncul malah mendukung gaya hidup atau produk yang dilarang syariat. 3. Risiko Ketergantungan Berlebihan Kalau semua serba AI, apa jadinya kalau sistemnya bermasalah? Islam mengajarkan keseimbangan: gunakan teknologi, tapi jangan lupakan peran manusia. 4. Algoritma yang Tidak Sesuai Syariah Karena AI dibuat oleh manusia, kalau dari awal tidak dimasukkan prinsip syariah, hasilnya bisa menyimpang. Itulah sebabnya pengusaha Muslim perlu bekerja sama dengan ahli syariah agar tetap berada di jalur halal. Strategi Membangun Bisnis Syariah Berbasis AI Biar nggak sekadar ikut tren, kamu perlu strategi matang supaya teknologi benar-benar jadi berkah. Dan beberapa strategi yang bisa kamu gunakan untuk membangun bisnis syariah berbasis AI bisa berupa: Pengusaha Muslim wajib melek teknologi. Jangan hanya ikut-ikutan, tapi pahami cara kerja AI sekaligus pastikan penggunaannya sesuai syariah. Jangan ragu untuk melibatkan ulama atau konsultan syariah ketika merancang sistem berbasis AI. Hal ini akan menjaga bisnis tetap halal sejak awal. AI sebaiknya jadi penunjang produktivitas, bukan pengganti manusia sepenuhnya. Dengan begitu, bisnis tetap punya sentuhan manusiawi yang Islami. Bisnis Syariah menekankan kejujuran. Maka, penting untuk selalu menjelaskan kepada pelanggan bagaimana data mereka digunakan. Gunakan AI untuk menghadirkan solusi unik yang memperkuat identitas Muslim. Misalnya, chatbot Islami untuk konsultasi halal atau sistem rekomendasi produk halal. Masa Depan Bisnis Syariah di Era AI Kalau dikelola dengan benar, masa depan Bisnis Syariah di era AI terlihat sangat cerah. Negara-negara dengan mayoritas Muslim, termasuk Indonesia, punya peluang besar membangun ekosistem halal yang modern, mendunia, dan penuh keberkahan. AI bisa jadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi syariah, asalkan prinsip maqashid syariah tetap dijadikan landasan utama. Dengan begitu, bisnis tidak hanya sekadar mencari keuntungan materi, tetapi juga memberikan manfaat bagi umat dan bernilai ibadah. Keunggulan Bisnis Syariah dibanding model bisnis lain adalah “ada keberkahan yang menyertai setiap langkahnya.” Kehadiran AI bukan ancaman, tapi justru peluang emas bagi kamu yang ingin mengembangkan Bisnis Syariah. Dengan pemahaman yang benar, komitmen pada syariat, serta strategi inovatif, teknologi ini bisa menjadi alat untuk menguatkan posisi pengusaha Muslim di pasar global. Jadi, jangan takut menghadapi perubahan zaman. Bisnis Syariah yang menggabungkan kecanggihan AI dengan nilai Islam akan selalu relevan, dipercaya, dan tentu saja penuh berkah.** Penulis: Vicky Vadila Muhti Editor : Ainun Maghfiro dan Thamrin Humris Foto ilustrasi

Read More

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kabupaten Bekasi Siap Melaksanakan Program Sekolah Rakyat

Bekasi – 1milliarsantri.net : Program Sekolah Rakyat merupakan salah satu program kolaborasi lintas Kementerian atau lembaga dan pemerintahan daerah yang menjadi salah satu langkah strategis dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Pemerintah diyakini mulai mematangkan rencana penyelenggaraan Sekolah Rakyat yang dalam agenda akan dimulai pada tahun ajaran 2026-2027. Rapat terkait penyelenggaraan Sekolah Rakyat pun telah dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 Maret 2025 yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto bersama jajaran Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Merdeka Jakarta. Dikutip dari situs kemensos.go.id, pembahasan mengenai Sekolah Rakyat tersebut telah sampai pada berbagai aspek penting seperti lokasi, kurikulum, sarana-prasarana serta mekanisme penerimaan siswa. Tidak hanya itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) juga melaporkan bahwa telah tersedia 53 lokasi yang siap untuk memulai penyelenggaraan Sekolah Rakyat hingga saat ini. “Secara sarana dan prasarana, kami sudah siap di 41 Sentra dan Balai milik Kemensos. Kemudian Jatim ada 9, lalu ada 2 universitas dan 1 di Sumatera Barat, jadi total 53 lokasi yang sudah siap,” Gus Ipul menjelaskan Sekolah Rakyat merupakan salah satu program dari Presiden Prabowo Subianto yang akan dibuka untuk jenjang SD, SMP dan SMA dengan standar pendidikan nasional dibawah koordinasi Kementerian Sosial. Sekolah Rakyat akan menyediakan pendidikan gratis berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Dalam pelaksanaannya, pemerintah menargetkan peserta didik berasal dari kategori desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), yang mana seleksi akan dilakukan secara bertahap, dengan tahapan awal berupa verifikasi status ekonomi yang kemudian dilanjutkan dengan tes akademik, lalu dilanjutkan dengan perjanjian orang tua yang isinya berupa pernyataan bahwa anak akan mengikuti proses belajar mengajar di sekolah rakyat sampai lulus dan tidak terputus. Sekolah Rakyat yang juga akan menyelenggarakan pendidikan dengan standar nasional ini akan menyediakan kurikulum yang tidak hanya berfokus pada mata Pelajaran formal namun juga akan menekankan pada penguatan karakter, kepemimpinan, nasionalisme dan keterampilan. Gus ipul menambahkan bahwa, Sekolah Rakyat merupakan sekolah gratis dan seluruh kebutuhan siswa akan dipenuhi dalam pelaksanaannya termasuk makanan serta asrama untuk tempat tinggal siswa. Diharapkan, sekolah rakyat dapat menjadi model pendidikan inklusif yang mampu mengangkat anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, keluar dari lingkaran kemiskinan. Simulasi Sekolah Rakyat di Jakarta dan Bekasi Pada hari Rabu tanggal 9 Juli 2025, Kementerian Sosial (Kemensos) mulai melakukan uji coba pelaksanaan Sekolah Rakyat di dua lokasi, yaitu Sentra Handayani Jakarta dan Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi.  Pelaksanaan uji coba ini berlangsung sebelum pada siswa mulai masuk sekolah pada 14 Juli 2025, dengan cara siswa akan menjalani uji coba pembelajaran dan menginap di asrama yang telah disediakan. Adapun tahapan uji coba diantaranya, dimulai dengan proses registrasi para siswa serta pembagian kamar asrama yang disertai dengan tes kesehatan gratis, talent mapping, uji coba pembelajaran akademik dengan memperkenalkan Learning Management System (LMS) hingga pengenalan tata tertib. Dikutip dari situs komdigi.go.id, salah satu orang tua murid bernama Aan Kadarwati (47) mengaku senang dan terharu karena akhirnya anak bungsu mereka Bernama, Novita Ardila Putri akan menempuh jenjang SMP di Sekolah Rakyat Sentra Handayani. Beliau mengatakan bahwa program ini sangat membantu keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, dimana suaminya hanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan tidak menentu,  sedangan dirinya hanya seorang ibu rumah tangga. “Emang anak saya sebenarnya pengen mondok (masuk pondok pesantren). Kata saya, kalau buat mondok saya enggak sanggup. Makanya pas ditawari ketua PKH untuk masuk sekolah rakyat, Alhamdulillah pak. Saya senang banget,”Ucap Aan pada saat itu. Kabupaten Bekasi Siap Hadirkan Sekolah Rakyat Sekolah Rakyat yang merupakan salah satu program Nasional yang menyediakan program pendidikan gratis, direncanakan mulai masuk dalam tahap pembangunan gedung sarana pendidikan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten Bekasi diketahui telah menyiapkan lahan seluas 7,6 hektare untuk Pembangunan Sekolah Rakyat di Kawasan Deltamas, Cikarang Pusat. Penyelenggaraan Sekolah Rakyat di Kabupaten Bekasi pun sama dengan program pemerintah pusat yaitu penyediakan pendidikan gratis mulai dari jenjang SD, SMP hingga SMA yang diperuntukkan bagi keluarga tidak mampu maupun anak-anak terlantar yang tidak dapat mengakses pendidikan formal. Dikutip dari situs titrhabhagasasi.ci.id, Sekda Kabupaten Bekasi Dedi Supriyadi bersama perwakilan tim Kementerian Pekerjaan Umum dan Badan Gizi Nasional, pada hari Jumat tanggal 8 Agustus 2025, telah meninjau kesiapan lahan Pembangunan Sekolah Rakyat. “Kami telah menyiapkan lahan 7,6 hektare, bagian dari lahan fasos fasum,” ujar Sekda Kabupaten Bekasi. Beliau menambahkan, bahwa Pemkab Bekasi terus bersinergi dengan pemerintah pusat untuk memastikan seluruh tahapan Pembangunan Sekolah Rakyat berjalan dengan baik.” Dikutip dari situs bekasikab.go.id, Pemerintah Kabupaten Bekasi telah mengajukan 44 anak dari keluarga miskin untuk mengikuti Program Sekolah Rakyat, sebagai upaya untuk memperluas akses pendidikan gratis bagi warga prasejahtera serta mendukung penuntasan kemiskinan ekstrem. (***) Kontributor : Gita Rianti D Pratiwi Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah Sumber Foto : Ilustrasi AI, Komdigi.go.id, Bekasikab.go.id

Read More

Berani Rilis Data BPS Sebut Angka Kemiskinan Turun Jadi 8,47 Persen, Sesuai Kondisi Riil Masyarakat Indonesia?

Tegal – 1miliarsantri : Berani rilis Data Badan Pusat Statistik (BPS) memberi kabar yang terdengar ‘melegakan’ publik. Dalam publikasi resmi bertajuk Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2025 yang diumumkan pada 25 Juli 2025 lalu, angka kemiskinan nasional disebut mengalami penurunan. Namun, perbedaan signifikan dengan data Bank Dunia memunculkan perdebatan: seberapa akurat ukuran kemiskinan yang digunakan pemerintah? BPS mencatat bahwa per Maret 2025, jumlah penduduk miskin di Indonesia ada 23,85 juta orang. Angka ini turun sekitar 200 ribu jiwa dibandingkan September 2024. Persentase kemiskinan pun menyusut dari 8,57 persen menjadi 8,47 persen. “Persentase penduduk miskin pada Maret 2025 tercatat sebesar 8,47 persen, menurun 0,10 persen poin dibanding September 2024,” tulis BPS. BPS mengklasifikasikan seseorang sebagai miskin jika pengeluaran per kapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan, yakni jumlah uang minimum untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan. Pada Maret 2025, garis kemiskinan nasional ditetapkan sebesar Rp609.160 per kapita per bulan atau sekitar Rp20.305 per hari. Angka ini dihitung melalui pendekatan Cost of Basic Needs (CBN) yang mempertimbangkan: BPS tidak hanya menghitung jumlah dan persentase kemiskinan, tetapi juga mengukur tingkat kedalaman dan ketimpangan di antara masyarakat miskin: P1 menggambarkan seberapa jauh pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan, sementara P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara kelompok miskin. Bank Dunia: Angkanya Jauh Lebih Besar Berbeda drastis dari BPS, Bank Dunia dalam laporan June 2025 Update to the Poverty and Inequality Platform (PIP) menyebut tingkat kemiskinan Indonesia pada 2024 mencapai 68,3 persen atau sekitar 194,72 juta jiwa dari total populasi 285,1 juta orang. Selisih ini disebabkan perbedaan standar garis kemiskinan. Bank Dunia menggunakan data Purchasing Power Parity (PPP) 2021 yang baru direvisi: Menurut Bank Dunia, revisi PPP bertujuan menyesuaikan perbedaan daya beli antarnegara, sehingga perbandingan kemiskinan menjadi lebih setara di tingkat global. Meski demikian, BPS menegaskan bahwa standar kemiskinan Bank Dunia belum bisa sepenuhnya diadopsi di Indonesia. Alasannya, meski Indonesia telah naik ke kategori negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income), posisinya masih di batas bawah kategori ini dengan Gross National Income (GNI) per kapita US$4.870 pada 2023. “Jika standar kemiskinan global Bank Dunia diterapkan, jumlah penduduk miskin akan terlihat sangat tinggi,” tulis BPS dalam siaran persnya pada 2 Mei 2025. Bank Dunia sendiri menyarankan tiap negara menggunakan garis kemiskinan nasional yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan sosial masing-masing. Data kemiskinan BPS bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang digelar dua kali setahun. Pada 2024, survei Maret mencakup 345 ribu rumah tangga, sedangkan survei September mencakup 76 ribu rumah tangga. Pengukuran dilakukan pada tingkat rumah tangga, bukan individu, karena pengeluaran dan konsumsi umumnya bersifat kolektif. Rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,71 anggota. Dengan garis kemiskinan per kapita Rp609.160, maka garis kemiskinan per rumah tangga secara nasional adalah sekitar Rp2,8 juta per bulan. Namun, angkanya bervariasi di setiap daerah. Perbedaan ini mencerminkan disparitas harga dan biaya hidup di berbagai provinsi. Kritik dari Akademisi dan Ekonom Metodologi BPS mendapat kritik dari sejumlah pihak. Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN, Yanu Endar Prasetyo, menilai pendekatan BPS sudah ketinggalan zaman karena tidak banyak berubah sejak 1998. Ia berpendapat, meski Cost of Basic Needs masih relevan, daftar komponen kebutuhan harus diperbarui mengikuti perubahan pola konsumsi masyarakat. “Pengeluaran non-makanan kini semakin besar dan kompleks, termasuk kebutuhan teknologi seperti internet,” ujarnya sebagaimana dikutip dari BBC News Indonesia. Pengamat ekonomi Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, juga menilai garis kemiskinan BPS terlalu rendah untuk menggambarkan realitas. Menurutnya, meski ada yang bisa bertahan hidup dengan pengeluaran di bawah Rp609 ribu per bulan, banyak yang melakukannya dengan bergantung pada bantuan keluarga atau berutang. “Kalau sekadar bertahan hidup, orang Indonesia bisa. Tapi ini bukan soal survive, ini soal hidup layak,” kata Andri dikutip dari BBC News Indonesia. Ia mengusulkan agar daftar kebutuhan non-makanan mencakup biaya pulsa, internet, hingga cicilan utang, agar ukuran kemiskinan lebih realistis. Andri mengingatkan, menaikkan garis kemiskinan akan membuat jumlah penduduk miskin secara statistik melonjak. Hal ini bisa dianggap “buruk” bagi citra pemerintah, sehingga ada resistensi untuk melakukan pembaruan. Namun, ia menekankan, memperbaiki standar kemiskinan penting agar kebijakan penanggulangan kemiskinan tepat sasaran. Bantuan sosial, misalnya, sebaiknya dibarengi dengan intervensi harga bahan pokok agar lebih terjangkau, bukan sekadar menggelontorkan dana tunai sementara harga tetap tinggi. Akhir kata, perbedaan mencolok ukuran kemiskinan di Indonesia versi BPS dan Bank Dunia memunculkan pertanyaan di publik: mana yang lebih menggambarkan kondisi riil masyarakat Indonesia? BPS berpegang pada pendekatan nasional yang dianggap sesuai kemampuan fiskal dan kondisi lokal, sementara Bank Dunia menggunakan standar global yang memungkinkan perbandingan antarnegara. Keduanya sah secara metodologi, namun hasilnya jelas berbeda. Bagi sebagian pihak, angka 8,47 persen dari BPS memberikan kesan optimistis. Namun, jika mengacu pada standar Bank Dunia, tantangan kemiskinan di Indonesia ternyata jauh lebih besar dari yang terlihat di atas kertas. Penulis: Satria S Pamungkas Editor: Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

BPS Klaim Ekonomi RI Tumbuh 5,12 Persen di Kuartal II-2025, Ekonom Pertanyakan Keakuratan Data Statistik

Tegal – 1miliarsantri.net : Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 menjadi sorotan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (year on year/YoY). Angka ini dianggap cukup tinggi, namun sejumlah kalangan ekonom pertanyakan keakuratan data statistik tersebut tidak sejalan dengan kondisi riil di lapangan. Rilis resmi BPS pada Selasa (5/8/2025) mencatat, hampir seluruh komponen PDB mengalami pertumbuhan, kecuali konsumsi pemerintah yang justru mencatatkan angka negatif. Konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian nasional, tercatat tumbuh 4,97 persen. Di sisi lain, kinerja ekspor dan impor justru melonjak tajam masing-masing sebesar 10,67 persen dan 11,65 persen. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menjelaskan bahwa dua komponen yang memberikan kontribusi terbesar pada PDB kuartal II adalah konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB, atau investasi, mencatat pertumbuhan 6,99 persen YoY, jauh lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yang hanya 2,12 persen, dengan kontribusi mencapai 27,83 persen terhadap PDB. Secara total, 82,08 persen PDB kuartal II bersumber dari konsumsi rumah tangga dan PMTB. Edy menilai, pertumbuhan konsumsi yang tetap solid menunjukkan bahwa permintaan domestik masih kuat. Ia juga menyebut, kinerja ekspor didorong oleh kenaikan nilai ekspor non-migas serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara. Meski impor juga tumbuh signifikan, kontribusinya terhadap PDB tercatat negatif, yakni -20,66 persen. “Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Triwulan II-2025 disumbang oleh komponen konsumsi rumah tangga dan PMTB. Hal ini didorong dengan peningkatan belanja kebutuhan rumah tangga dan mobilitas masyarakat serta permintaan barang modal untuk mendukung aktivitas produksi. Di sisi produksi, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Triwulan II-2025 adalah industri pengolahan, perdagangan, infokom, dan kontruksi. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas produksi untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor,” jelas Edy dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di kanal YouTube resmi BPS, Selasa (5/8/2025). Prediksi Ekonom Jauh di Bawah Data BPS Sontak, angka yang diumumkan BPS ini langsung memunculkan tanda tanya. Sejumlah ekonom mengaku terkejut karena hasil tersebut jauh melampaui perkiraan mereka. Sebelumnya, konsensus memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 tidak akan menyentuh angka 5 persen. Kepala Ekonom BCA, David Sumual, memperkirakan ekonomi hanya tumbuh sekitar 4,8 persen. Menurutnya, konsumsi domestik justru melemah pada periode ini, sementara perdagangan internasional mengalami tekanan. Ia menambahkan, kenaikan impor pada kuartal II sebagian besar disebabkan oleh fenomena front loading menjelang penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat. Banyak pelaku usaha memilih mengimpor barang lebih awal demi menghindari beban tarif yang lebih tinggi. Pandangan serupa disampaikan Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda. Ia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 kemungkinan hanya berada di kisaran 4,55–4,65 persen. Huda menyoroti kondisi sektor manufaktur yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juni 2025 tercatat di level 46,9, lebih rendah dibanding Mei yang berada di angka 47,4. Posisi ini menandakan sektor industri berada dalam fase kontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Menurut Huda, angka PMI yang masih di bawah batas ekspansi memperlihatkan bahwa perusahaan cenderung mengurangi produksi dan tenaga kerja. Hal ini terjadi karena permintaan melambat dan konsumsi rumah tangga belum pulih optimal. “PMI manufaktur Indonesia juga masih berada di bawah garis ekspansi. Artinya perusahaan di Indonesia tidak melakukan penambahan produksi. Bahkan cenderung mengurangi produk dan karyawan (PHK),” kata Huda, sebagaimana dikutip dari kontan.id, Selasa (15/8/2025) Tuntutan Klarifikasi dari BPS Perbedaan antara data BPS dan indikator ekonomi lainnya memicu desakan dari berbagai pihak agar BPS memberikan penjelasan terbuka. Universitas Paramadina, dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (9/8/2025), meminta lembaga statistik negara itu menjelaskan metodologi dan asumsi yang digunakan dalam menghitung PDB, termasuk sumber data dan metode estimasi yang bisa diverifikasi oleh pihak independen. Menurut pihak universitas, publik berhak memahami alasan di balik perbedaan signifikan antara data BPS dengan indikator sektoral yang justru menunjukkan perlambatan ekonomi. Mereka juga menegaskan pentingnya independensi BPS agar data yang dirilis bukan sekadar alat legitimasi politik, melainkan cerminan akurat kondisi ekonomi nasional. CELIOS bahkan melangkah lebih jauh dengan mengirim surat resmi ke Badan Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Statistics Division/UNSD) dan Komisi Statistik PBB (United Nations Statistical Commission/UNSC). Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, menyampaikan bahwa surat tersebut berisi permintaan peninjauan ulang data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bhima mempersoalkan klaim pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,68 persen YoY yang dikeluarkan BPS. Menurutnya, data tersebut tidak selaras dengan fakta bahwa PMI manufaktur berada pada level kontraksi, porsi manufaktur terhadap PDB turun dari 19,25 persen pada kuartal I menjadi 18,67 persen di kuartal II, serta meningkatnya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya akibat beban biaya yang naik. Direktur Kebijakan Fiskal CELIOS, Media Wahyudi Askar, menambahkan bahwa jika ada tekanan institusional atau intervensi dalam penyusunan data, hal itu akan bertentangan dengan Fundamental Principles of Official Statistics yang diadopsi PBB. Ia menegaskan, kredibilitas data statistik memiliki dampak langsung terhadap kepercayaan internasional terhadap Indonesia dan kesejahteraan rakyat. Pemerintah Tetap Percaya BPS Di tengah kritik yang muncul, pemerintah menyatakan tetap percaya pada data yang dirilis BPS. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, seluruh indikator ekonomi yang digunakan pemerintah selalu mengacu pada data resmi BPS. Ia menekankan bahwa BPS memiliki kewenangan dan metodologi yang sesuai standar internasional, sehingga data mereka layak dipercaya. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, juga membela BPS. Menurutnya, pemerintah selalu menyampaikan data apa adanya, baik ketika terjadi kenaikan maupun penurunan indikator ekonomi. Sementara itu, Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menegaskan bahwa pihaknya selalu berpegang pada prinsip dan standar statistik internasional dalam setiap perhitungan. Ia memastikan bahwa seluruh data pendukung dalam laporan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 telah diverifikasi dan memiliki tingkat keandalan yang tinggi. “Kan ada standar internasional. Data-data pendukungnya sudah oke.” kata Amalia, Rabu (6/8/2025), dikutip dari cnbcindonesia.com. Menguji Konsistensi Data Perbedaan pandangan ini menempatkan publik di persimpangan. Di satu sisi, BPS sebagai lembaga resmi negara memiliki prosedur baku dan tanggung jawab besar dalam menyediakan data statistik nasional. Di sisi lain, kritik para ekonom dan lembaga independen menunjukkan adanya potensi kesenjangan antara angka-angka di atas kertas dan realitas di lapangan. Pertanyaan yang muncul bukan hanya soal benar atau tidaknya angka 5,12 persen itu, melainkan juga bagaimana publik bisa memastikan integritas proses pengumpulan dan pengolahan data. Dalam konteks…

Read More

Perempuan Wajib Waspadai 4 Jenis Nyeri Haid Demi Kesehatan Reproduksi

Jakarta – 1miliarsantri.net: Setiap perempuan pasti pernah atau sering merasakan nyeri haid. Terkadang nyeri haid atau dismenore sering dianggap sebagai “penderitaan” bulanan yang wajar bagi perempuan. Kram perut, pegal di punggung, hingga suasana hati yang kurang baik seolah menjadi paket lengkap yang harus diterima. Sahabat perempuan 1miliarsantri.net jangan meremehkan dan memandang semua nyeri haid itu sama ya!. Ada batas tipis antara nyeri normal dan nyeri yang merupakan sinyal bahaya dari tubuh. Nyeri Haid Normal “Dismenore Primer”​Jenis nyeri haid ini adalah nyeri haid normal (dismenore primer) biasanya muncul 1-2 hari sebelum menstruasi dan mereda setelah 2-3 hari pertama. Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi rahim untuk meluruhkan lapisannya. Nyeri Haid Tak Tertahankan Diseratai Gejala Lain “Dismenore Sekunder”Namun, jika nyeri yang Anda rasakan terasa tak tertahankan, semakin memburuk dari waktu ke waktu, atau disertai gejala lain yang tidak biasa, ini bisa menjadi tanda dismenore sekunder. Jenis nyeri ini disebabkan oleh adanya masalah medis pada organ reproduksi. Buat kaum hawa, mengenali perbedaan nyeri haid adalah langkah pertama untuk melindungi aset terpenting : kesehatan reproduksi. Jangan abaikan sinyal tubuh kamu. 4 Jenis Nyeri Haid Yang Wajib Diwaspadai Hati-hati ya, nyeri haid itu tidak selalu normal. Jika kamu sering merasa sakit luar biasa saat haid, bisa jadi itu pertanda masalah besar. 1.Nyeri Haid yang Menjalar ke Punggung & Kaki: Waspadai gejala Endometriosis Nyeri haid jenis ini ditandai dengan rasa nyeri yang menjalar dari perut bawah ke punggung dan paha bagian belakang bisa jadi gejala endometriosis. Biasanya disertai haid yang deras nyeri saat berhubungan intim dan kadang susah hamil. 2.Nyeri Haid Disertai Diare atau Sembelit: patut waspada bisa jadi ini Endometriosis Usus Jika saat haid kamu merasa mulas berlebihan, diare bahkan sulit BAB, bisa jadi jaringan endometrium tumbuh di saluran pencernaan. 3.Nyeri Haid yang Tak Kunjung Hilang Meski Minum Obat: Waspadai Adenomiosis atau Kista Ovarium. Jika mengalami nyeri haid jenis ini, meskipun sudah minum obat nyeri atau pereda nyeri, apalagi jika perut bagian bawah terasa berat atau penuh, sebaiknya segera periksa ke dokter. 4.Nyeri Haid + Keputihan Abnormal & Haid Tidak Teratur: Waspadai Infeksi atau Mioma Kalau nyeri haid disertai keputihan berbau, gatal, atau haid tidak teratur, bisa jadi ada infeksi panggul atau mioma uteri (tumor jinak rahim). Jangan Anggap Remeh, Dengarkan Tubuh Anda ​Tubuh Anda sangat cerdas dalam memberikan sinyal ketika ada sesuatu yang tidak beres. Nyeri adalah salah satu sinyal paling jelas. Mengabaikan nyeri haid yang abnormal sama saja dengan mengabaikan potensi masalah kesehatan serius yang dapat berdampak jangka panjang pada kesuburan dan kualitas hidup Anda. ​Jika Anda mengalami salah satu dari empat jenis nyeri yang disebutkan di atas, jangan ragu dan jangan menunda. Segera konsultasikan dengan dokter spesialis kandungan (obgyn). Mendiamkan masalah tidak akan membuatnya hilang. Dengan pemeriksaan yang tepat, Anda bisa mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang dibutuhkan untuk kembali sehat. Hubungi pusat layanan kesehatan terdekat untuk langkah pencegahan, konsultasikan dengan tenaga kesehatan yang kompeten dan tidak perlu malu. Menjaga kesehatan reproduksi adalah investasi terbaik untuk masa depanmu.** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto ilustrasi

Read More

Bekasi Di Goyang Gempa 4,9 Magnitudo, Pusat Gempa 14 km Tenggara Bekasi

Bekasi – 1miliarsantri.net: Warga Bekasi sempat dikejutkan oleh guncangan gempa bumi bermagnitudo 4,9 yang terjadi pada Rabu malam, 20 Agustus 2025. BMKG melalui saluran resmi Telegram WRS-BMKG menerbitkan “Warning Gempa dirasakan.” Gempa bumi dengan kekuatan 4,9 magnitudo, dengan pusat gempa berada di darat 14 km Tenggara Kabupaten Bekasi, terjadi tepat pada pukul 19:54:55 WIB, juga dirasakan dibeberapa wilayah di Jabodetabek. Menurut laporan BMKG, gempa ini dirasakan(MMI):III Purwakarta, III Bekasi, II-III Jakarta, II-III Depok, II-III Tangerang, II-III Tangerang Selatan, II Pelabuhan Ratu. Dampak dan Kondisi Terkini Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa. BMKG, melalui saluran resmi/Channel Telegram WRS-BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang namun waspada terhadap kemungkinan gempa susulan. Bekasi bukan daerah rawan gempa besar, namun aktivitas seismik sesekali dapat terjadi akibat pergeseran lempeng dan sesar lokal. Kejadian ini menjadi pengingat penting bahwa mitigasi bencana perlu disiapkan di semua wilayah, termasuk kota-kota besar di Jawa Barat. Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris

Read More

Menag Tegaskan Langkah Cepat Atasi Intoleransi, Fokus pada Pencegahan Dini dan Pendidikan Toleransi

Tegal – 1miliarsantri.net : Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar, memastikan bahwa Kementerian Agama akan bergerak cepat dalam menangani berbagai kasus intoleransi yang masih terjadi di Indonesia. Penegasan ini ia sampaikan saat berkunjung ke kantor Kompas Gramedia Group di Jakarta, Selasa (12/8/2025). Nasaruddin mengakui bahwa masih ada sejumlah kasus intoleransi yang masuk dalam catatan kementeriannya. Ia mencontohkan peristiwa di Sumatera Barat dan Jawa Barat yang baru-baru ini terjadi. Menurutnya, setiap kasus akan ditangani secara kasuistik agar penanganannya tepat sasaran. “Memang masih ada beberapa kasus yang kami catat, seperti peristiwa yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Kami sudah memiliki daftar kasus tersebut dan menanganinya secara kasuistik,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa pihaknya bergerak cepat berkoordinasi dengan pimpinan aparat, termasuk Kapolri, untuk memastikan penanganan berjalan efektif. Dalam waktu dekat, Kemenag juga akan menggelar pertemuan bersama Bintal (Pembinaan Rohani dan Mental) Provos dari berbagai angkatan, Badan Intelijen Negara (BIN), serta pihak terkait lainnya. Bahkan, menurutnya, pembahasan pencegahan dini telah dibicarakan dalam briefing resmi bersama BIN pada pagi hari yang sama. “Minggu ini, kami juga akan bertemu lagi dengan BIN dan pihak-pihak terkait. Saya ingin pertemuan ini menjadi langkah konkret terakhir sebelum eksekusi di lapangan,” tegas Menag. Pencegahan Dini Jadi Fokus Utama Bagi Nasaruddin, kunci mengatasi persoalan intoleransi adalah dengan memperkuat langkah pencegahan dini. Ia menilai bahwa potensi konflik harus dicegah sebelum berkembang menjadi masalah besar. Menurutnya, upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan aparat hingga tingkat kecamatan, tokoh agama, imam desa, dan tokoh lokal lainnya. Ia menekankan agar setiap informasi sensitif segera dilaporkan ke pusat, tanpa menunggu situasi memburuk. “Sedapat mungkin, informasi yang ada jangan ditahan, laporkan segera ke pusat,” pesannya. Dengan teknologi komunikasi saat ini, seperti telepon, ia meyakini laporan bisa diterima dalam waktu kurang dari 24 jam dan langsung ditindaklanjuti. Menag menargetkan tidak hanya mengeliminasi, tetapi juga meniadakan potensi terjadinya konflik. Menurutnya, mengeliminasi berarti membatasi risiko, sedangkan meniadakan berarti memastikan situasi kondusif sehingga konflik tidak pernah muncul. Perkuat Fondasi Pendidikan Toleransi Selain langkah penanganan langsung, Nasaruddin menilai penyelesaian masalah intoleransi tidak dapat dilakukan hanya di level praksis. Perlu ada pembenahan di tingkat yang lebih mendasar, terutama dalam pendidikan. Untuk itu, ia memperkenalkan program “kurikulum cinta” yang bertujuan agar pendidikan agama tidak mengajarkan kebencian atau menonjolkan perbedaan, melainkan menumbuhkan kesadaran akan persamaan dan titik temu antaragama. “Kurikulum cinta ini akan dipadukan dengan ekoteologi,” jelasnya. Kedua konsep ini, menurutnya, merupakan pendekatan baru untuk memperkuat toleransi beragama dan kemanusiaan. Prinsip dasarnya adalah mencintai sesama manusia tanpa membedakan bangsa, warna kulit, atau agama, serta membangun kerukunan antara manusia dengan alam. Ia optimistis bahwa penerapan ekoteologi, kurikulum cinta, dan kerukunan antarumat beragama dapat menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai kemanusiaan dan kerukunan yang membanggakan di mata dunia. “Kami yakin, jika trilogi ekoteologi, kurikulum cinta, dan kerukunan antarumat beragama ini berhasil diterapkan, Indonesia akan memiliki nilai kemanusiaan dan kerukunan yang dapat menjadi kebanggaan dunia,” ujarnya. Seruan Membangun Indonesia Sebagai Rumah Besar yang Damai Sehari sebelumnya, Senin (11/8/2025), Nasaruddin juga menyampaikan pesan serupa saat menghadiri Ikrar Bela Negara dan Zikir Kebangsaan di Masjid Istiqlal, Jakarta. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Jamiyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabaroh Ahlussunnah Wal Jamaah (JATMA ASWAJA). Dalam kesempatan itu, ia mengajak seluruh umat beragama untuk menjadikan Indonesia sebagai rumah besar yang nyaman, damai, dan rukun bagi semua warganya. “Pluralisme yang kita miliki adalah kekayaan yang harus dibuktikan dengan kehidupan yang damai dan rukun,” ucapnya. Ia menegaskan bahwa toleransi dan persatuan hanya dapat terwujud jika setiap pemeluk agama benar-benar memahami ajaran agamanya. “Jika setiap orang memahami agamanya dengan baik, semakin sulit menemukan alasan untuk saling membedakan, apalagi memecah belah,” tegasnya. Menurutnya, inti dari semua ajaran agama adalah kebaikan, kasih sayang, dan penghormatan terhadap sesama. Pemahaman yang mendalam akan nilai-nilai ini akan memperkuat daya tahan bangsa terhadap perpecahan. Rumah Ibadah Sebagai Pusat Persaudaraan Menag juga menekankan pentingnya peran rumah ibadah sebagai pusat persaudaraan, solidaritas, dan kepedulian sosial, bukan semata-mata tempat menjalankan ritual keagamaan. Ia berharap rumah ibadah menjadi tempat yang memberi solusi dan harapan bagi umat yang membutuhkan. “Rumah-rumah ibadah mestinya juga menjadi rumah kemanusiaan,” ujarnya. Baginya, rumah ibadah ideal adalah tempat yang terbuka dan siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan, tanpa memandang latar belakang agama atau keyakinan. “Jika umat membutuhkan pertolongan, mereka tahu masjid atau rumah ibadah akan menjadi tempat yang memberi solusi dan harapan,” pungkasnya. (**) Sumber berita: kemenag.go.id Kontributor : Satria S Pamungkas Editor: Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

Angka Kemiskinan Nasional Turun, tapi Warga Miskin di Wilayah Perkotaan Meningkat

Tegal – 1miliarsantri.net : Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis data kemiskinan nasional per Maret 2025. Secara umum, kabar yang tersaji cukup melegakan. BPS mencatat bahwa persentase dan jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun. Namun, yang menjadi perhatian adalah fakta bahwa warga miskin di wilayah perkotaan meningkat populasinya. Dalam laporannya, BPS mencatat bahwa persentase penduduk miskin nasional pada Maret 2025 berada di angka 8,47 persen, turun 0,10 persen dibandingkan September 2024 yang tercatat 8,57 persen. Penurunan ini setara dengan berkurangnya sekitar 210 ribu penduduk miskin, sehingga totalnya kini ada 23,85 juta jiwa. BPS juga menjelaskan bahwa penduduk masuk kategori miskin jika pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan. Untuk periode Maret 2025, garis kemiskinan nasional ditetapkan sebesar Rp609.160 per kapita per bulan atau setara dengan sekitar Rp20 ribu per hari. Angka ini mencakup kebutuhan pangan dan non-pangan minimum yang dianggap layak untuk hidup. Data BPS juga menunjukkan bahwa kemiskinan di perdesaan turun dari 13,01 juta orang pada September 2024 menjadi 12,58 juta orang pada Maret 2025 atau 11,34 persen pada September 2024 menjadi 11,03 persen pada Maret 2025. Artinya, ada perbaikan meski skalanya relatif kecil. Namun sebaliknya, angka kemiskinan di wilayah perkotaan justru naik dari 6,66 persen menjadi 6,73 persen pada periode yang sama. Kenaikan 0,07 persen itu setara dengan tambahan sekitar 220 ribu warga miskin di kota, dari 11,05 juta jiwa menjadi 11,27 juta jiwa. “Dibanding September 2024, jumlah penduduk miskin Maret 2025 perkotaan meningkat sebanyak 0,22 juta orang. Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin perdesaan justru menurun sebanyak 0,43 juta orang,” tulis BPS dalam publikasi resminya Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2025 yang dirilis pada 25 Juli 2025. Perbedaan tren ini memunculkan pertanyaan besar bagi banyak masyarakat Indonesia: apa yang membuat kemiskinan di kota justru meningkat sementara di perdesaan mengalami perbaikan? Tiga Penyebab Warga Miskin di Perkotaan Meningkat Berkenaan dengan hal ini, Ateng Hartono selaku Deputi Bidang Statistik Sosial BPS memaparkan tiga faktor utama yang memicu kenaikan angka kemiskinan di perkotaan. 1. Kenaikan jumlah setengah penganggur Dalam periode Agustus 2024 hingga Februari 2025, jumlah setengah penganggur naik sekitar 460 ribu orang. Mereka adalah pekerja yang jam kerjanya kurang dari 35 jam per minggu dan masih aktif mencari pekerjaan tambahan. Kondisi ini mencerminkan bahwa banyak penduduk kota yang bekerja, tetapi pendapatannya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2. Kenaikan harga pangan Sepanjang setahun terakhir, harga sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan, seperti minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih. Di kota, yang sebagian besar kebutuhan pangannya bergantung pada pasokan dari luar, kenaikan harga ini langsung memukul daya beli masyarakat. 3. Meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada laki-laki TPT laki-laki di perkotaan naik dari 5,87 persen pada Agustus 2024 menjadi 6,06 persen pada Februari 2025. Menurut Ateng, hal ini signifikan karena di banyak keluarga, laki-laki masih menjadi penopang utama ekonomi rumah tangga. Jika mereka menganggur, risiko keluarga jatuh miskin akan meningkat. Mengapa Warga Desa Justru Lebih Tahan? Kenaikan harga pangan ternyata tidak berimbas besar pada penduduk desa. Menurut Ateng, masyarakat perdesaan memiliki akses lebih mudah terhadap pangan lokal, baik dari produksi sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Hal ini membantu mereka menjaga konsumsi minimum meski harga pangan naik. Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat, yang berarti harga jual hasil pertanian cukup untuk menutup biaya produksi dan kebutuhan hidup petani. Peningkatan ini ikut menambah kesejahteraan rumah tangga petani. Faktor lain yang tak kalah penting adalah bertambahnya jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan dan pertanian. Data BPS mencatat, dari Februari 2024 hingga Februari 2025, jumlah pekerja di sektor perdagangan naik 900 ribu orang, dan sektor pertanian bertambah 890 ribu orang. “Itu tadi beberapa hal yang mendukung dan menghambat terhadap kemiskinan di wilayah perkotaan,” kata Ateng dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui YouTube resmi BPS, Jumat (25/7/2025). Tanda Rapuhnya Ketahanan Ekonomi di Kota Kepala Pusat Makroekonomi INDEF, Rizal Taufiqurrahman, menilai hal tersebut merupakan cermin betapa rapuhnya ketahanan ekonomi rumah tangga di kota. Hal itu terutama saat menghadapi tekanan harga pangan dan stagnasi lapangan pekerjaan. Menurutnya, kota bukan lagi pusat peluang, melainkan tempat yang rawan bila tidak didampingi dengan agenda pemulihan ekonomi sektoral yang responsif. Dirinya pun menekankan pemerintah perlu melakukan intervensi jangka pendek hingga panjang. Sebab solusi atas kemiskinan tidak bisa bergantung pada bantuan tunai sesaat. “Tanpa desain kebijakan terintegrasi, angka kemiskinan urban akan sulit diturunkan secara berkelanjutan,” katanya, dikutip dari Kontan pada Jumat (8/8/2025). Tantangan ke Depan Fenomena berlawanannya tren kemiskinan di desa dan kota memberi sinyal bahwa kebijakan pengentasan kemiskinan perlu lebih spesifik menyesuaikan karakter wilayah. Di kota, penciptaan lapangan kerja dan pengendalian harga pangan menjadi prioritas, sementara di desa, menjaga keberlanjutan sektor pertanian dan perdagangan lokal menjadi kunci. Meski ada penurunan angka kemiskinan secara nasional, tantangan besar masih menghadang. Perlambatan ekonomi, PHK massal, dan kenaikan harga pangan berpotensi membalikkan tren positif ini. Kebijakan jangka panjang yang berfokus pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat menjadi krusial agar penurunan kemiskinan bukan hanya angka di atas kertas, melainkan perubahan nyata dalam kehidupan warga. Kontributor : Satria S Pamungkas Editor: Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More