Ulama Nusantara yang Berpengaruh, Tapi Jarang Dibahas di Sekolah

Dengarkan Artikel Ini

Bogor – 1miliarsantri.net : Saat berbicara tentang ulama besar dalam sejarah Islam, banyak dari kita langsung teringat pada nama-nama dari Timur Tengah seperti Imam Syafi’i, Imam Bukhari, atau Ibnu Sina.

Padahal, di Nusantara sendiri ada banyak ulama besar yang pengaruhnya sangat kuat, baik dalam bidang dakwah, pendidikan, politik, hingga budaya. Namun jarang dibahas secara mendalam dalam kurikulum sekolah formal.

Mereka adalah para ulama yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga berjuang melawan penjajahan, membangun masyarakat, hingga merumuskan gagasan pendidikan dan kebudayaan.

Dengan mengulas kembali kiprah mereka, masyarakat akan memahami bahwa sejarah bangsa tidak hanya dipenuhi dengan tokoh politik dan pahlawan perang, tetapi juga dengan ulama-ulama visioner yang kontribusinya sangat besar bagi lahirnya Indonesia yang berdaulat, religius, dan berbudaya.

Mengenal kembali sosok-sosok ini penting. Selain memperluas wawasan sejarah, juga membangkitkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa yang memiliki jejak keilmuan Islam yang sangat kaya.

Mengapa Ulama Lokal Kurang Diangkat dalam Pembelajaran?

Salah satu alasan mengapa banyak ulama Nusantara “terlupakan” adalah karena narasi sejarah yang cenderung sentralistik dan kurang memberi ruang pada tokoh lokal. Selain itu, keterbatasan referensi dan kurangnya minat baca sejarah juga membuat nama-nama mereka tidak sepopuler tokoh-tokoh luar negeri.

Padahal, kontribusi mereka luar biasa dalam menyebarkan Islam yang ramah, membaur dengan budaya lokal, dan relevan dengan konteks masyarakat saat itu bahkan hingga kini.

Beberapa Ulama Nusantara yang Layak Dikenal

1. Syekh Yusuf Al-Makassari (Makassar, Sulawesi Selatan)

Beliau adalah tokoh ulama dan pejuang anti-kolonial yang dihormati tidak hanya di Indonesia, tapi juga Afrika Selatan. Ia dikenal sebagai ulama sufi yang juga menulis banyak karya spiritual dan sosial-politik.

2. Syekh Nawawi Al-Bantani (Banten)

Dikenal sebagai “Imam Masjidil Haram” asal Nusantara karena pernah menjadi pengajar tetap di Makkah. Karyanya dalam bidang tafsir, fikih, dan tasawuf menjadi rujukan ulama dunia Islam hingga saat ini.

3. Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat)

Selain sebagai pemimpin perang Padri, beliau juga dikenal sebagai ulama reformis yang ingin memurnikan ajaran Islam dari praktik menyimpang. Ia memperjuangkan pembaruan agama berbasis pemahaman yang mendalam.

4. KH Ahmad Dahlan & KH Hasyim Asy’ari

Dua nama besar ini dikenal sebagai pendiri organisasi besar: Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Kontribusi mereka sangat besar dalam pendidikan dan pemikiran Islam di Indonesia, namun kadang dibahas hanya sebatas “nama besar” tanpa menggali ajaran dan perjuangannya.

Baca Juga : Kisah KH Miftachul Akhyar Jadi Ulama Besar

Ulama dan Pendidikan: Warisan Nyata

Salah satu warisan terbesar para ulama Nusantara adalah sistem pendidikan pesantren. Di sinilah lahir ribuan santri, kader ulama, bahkan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Sistem ini membuktikan bahwa ulama bukan hanya tokoh agama, tapi juga pendidik, pemikir, dan pemimpin sosial.

Namun, sejarah besar ini sering kali luput dalam pelajaran sekolah. Kurikulum jarang menggambarkan kontribusi ulama sebagai bagian dari pembangunan bangsa secara utuh.

Baca Juga : perjuangan santri dan ulama

Pentingnya Reinterpretasi Sejarah

Mengingat kembali ulama Nusantara bukan sekadar nostalgia. Ini adalah bagian dari jihad intelektual, membangun kesadaran sejarah yang utuh dan adil. Generasi muda perlu tahu bahwa Islam di Indonesia berkembang melalui pendekatan damai, adaptif, dan penuh kebijaksanaan, bukan dengan kekerasan atau pemaksaan.

Membicarakan ulama Nusantara adalah membicarakan akar kita sendiri. Mereka adalah pilar penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Dengan mengenal mereka lebih dekat, kita bukan hanya belajar sejarah, tapi juga belajar tentang keteladanan, keilmuan, dan semangat perjuangan yang tak lekang oleh waktu.

Sudah saatnya sekolah-sekolah, media, dan komunitas Muslim lebih banyak mengangkat sosok-sosok ini. Karena menghormati ulama adalah bagian dari mencintai ilmu dan merawat jati diri bangsa. Ulama Nusantara yang jarang dibahas di sekolah sejatinya menyimpan lautan ilmu, perjuangan, dan keteladanan yang bisa menjadi cermin bagi generasi muda.

Mereka bukan hanya penjaga agama, tetapi juga pejuang peradaban yang mengajarkan kemandirian, toleransi, dan cinta tanah air. Mengangkat kembali kisah-kisah mereka berarti menghidupkan warisan luhur yang selama ini terpendam, agar cahaya perjuangan mereka terus menerangi langkah bangsa. Semoga generasi sekarang mampu meneladani semangat itu, menjadikannya bekal untuk membangun Indonesia yang bermartabat, berilmu, dan berakhlak mulia. (***)

Penulis: Salwa Widfa Utami

Editor : Iffah Faridatul Hasanah

Foto Ilustrasi AI


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca