Islam Ajarkan Suami-Istri Jaga Rahasia Urusan Ranjang

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kehidupan rumah tangga adalah privasi yang hendaknya tidak diumbar ke siapa dan di mana pun. Ini adalah salah satu ajaran Islam yang sangat luhur. عن أبي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْأَمَانَةِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا Dari Abu Sa’id al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amanat yang paling besar di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah seseorang yang bersetubuh dengan istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasianya.” (HR Mulim). Hadits yang agung ini merupakan contoh lain dari pendidikan bagi pasangan suami istri untuk menjaga rahasia mereka. Suami menjaga rahasia istrinya dan demikian juga sebaliknya istri menjaga rahasia suaminya serta membangun rasa malu di antara keduanya. Hal yang demikian dapat menjaga rumah tangga syar’i dari sebab-sebab keretakannya. Tidak boleh bagi salah seorang dari suami istri untuk menceritakan kepada orang lain tentang apa yang terjadi di antara dirinya dan istrinya, terutama yang berkaitan dengan kondisi urusan ranjang dan yang berkaitan dengan hal tersebut. Imam Ibnu Hajar dalam Kitab Bulugh al-Maram fi Adillat al-Ahkam, menggunakan redaksi “Sesungguhnya manusia terburuk.” Sedangkan dalam Shahih Muslim memakai lafaz “Inna min asyarrinnas.” bisa jadi Ibnu Hajar meriwayatkannya dengan makna. Mungkin saja yang ini merujuk pada pendapat ulama nahwu bahwa tidak boleh menggunakan lafaz asyarrun atau akhyarun. Yang diperbolehkan adalah memakai lafaz khairun. Seperti penggunaannya pada kalimat huwa khairun minhu atau huwa syarrun minhu. Imam an-Nawawi mengitup perkataan Qadhi Iyyadh, hadits-hadits sahih ini diriwayatkan dengan memakai dua bentuk itu sekaligus, ini dalil bolehnya kedua bentuk itu dan masih dalam satu makna. Dalam kitab Shahih-nya, Imam Muslim menyebutkan riwayat lain juga dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda: إن من أعظم الأمانة عند الله يوم القيامة الرجل يفضي إلى امرأته، وتفضي إليه ثم ينشر سرها “Sesungguhnya kedustaan yang paling besar di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang suami yang mengadukan istrinya, lalu istrinya mengadu suaminya, kemudian ia membuka rahasianya: Ini merupakan isyarat bahwa apa yang diceritakan oleh seorang suami kepada istrinya dan istrinya kepada suaminya adalah amanah yang tidak boleh dikhianati dengan membuka rahasia yang ada di antara keduanya. Adapun jika seorang suami atau istri perlu menceritakan apa yang ada di antara keduanya kepada seorang hakim, maka hal itu dibolehkan jika memang dibutuhkan. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis no 30 dalam Kitab Nikah, yaitu tentang seorang wanita yang ditalak suaminya sebanyak tiga kali, kemudian ia menikah lagi dengan suaminya yang lain, namun ia tidak mendapatkan sesuatu, lalu ia menceritakan kepada Rasulullah SAW bahwa suaminya itu tidak mempunyai sesuatu kecuali ujung kain, dan Rasulullah SAW tidak mengingkari hal itu. Syariat Islam juga melarang seorang wanita melihat wanita asing dan mengabarkannya kepada suami atau orang lain tanpa ada niat yang benar, karena hal itu dapat menimbulkan bahaya kecuali dengan maksud yang syar’i. (yat) Baca juga :

Read More

UAH : Terima Kasih Jokowi untuk Hari Santri

Jakarta — 1mikiarsantri.net : Ustadz Adi Hidayat atau yang biasa disebut UAH secara khusus menyampaikan pesan kepada Presiden ke-7 Republik Indonesia (RI) Joko Widodo setelah purna tugas menunaikan masa tugasnya dalam dua periode kepemimpinan. UAH menyampaikan ucapan terima kasih dan refleksi khusus bagi presiden yang telah menjabat selama 10 tahun tersebut. Dalam video yang ditujukan kepada Jokowi dan masyarakat Indonesia secara luas, Ustadz Adi Hidayat menyoroti perjalanan kepemimpinan Joko Widodo, pencapaian, dan tantangan yang telah dihadapi selama masa jabatannya. Ustadz Adi memulai dengan memuji kebesaran Allah SWT serta menyampaikan harapan, video ini menemui semua orang dalam keadaan sehat dan dimuliakan oleh Allah SWT. “Saya juga berharap agar setiap orang diberi kemampuan untuk menjalani aktivitas kehidupan dengan baik, serta dapat menghasilkan kreativitas yang bernilai dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa,” ujar UAH lewat chennel YouTube Adi Hidayat Official, beberapa waktu lalu. Khusus kepada Jokowi, UAH menyampaikan terima kasih atas dedikasi yang diberikan selama 10 tahun masa kepemimpinannya sebagai Presiden Indonesia. Dia menyoroti bahwa selama menjabat, Joko Widodo telah memberikan berbagai kontribusi penting bagi bangsa, salah satunya adalah penetapan Hari Santri. Hari Santri, yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober, merupakan salah satu warisan yang ditinggalkan oleh Jokowi selama masa jabatannya. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang menandai peringatan ini diresmikan pada 22 Oktober 2015, dan hingga hari ini, santri di seluruh pelosok negeri merayakan hari tersebut dengan penuh kebanggaan. Selain apresiasi, Ustadz Adi Hidayat juga mengakui bahwa setiap kepemimpinan pasti memiliki kekurangan. “Saya memohon maaf jika selama masa kepemimpinan Joko Widodo ada hal-hal dari masyarakat, termasuk dirinya, yang mungkin dirasa kurang pantas atau kurang layak dilakukan,” sambungnya. Ustadz Adi berharap Joko Widodo dapat memaafkan setiap kesalahan tersebut dan melapangkan hatinya. Dalam bagian refleksinya, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan sebuah pesan penting yang mungkin jarang disampaikan kepada seorang mantan pemimpin, yaitu mengenai evaluasi diri setelah menjalankan amanah besar. Menurut Ustadz Adi, meski tugas sebagai presiden telah usai, namun tanggung jawab baru dimulai, yaitu persiapan untuk mempertanggungjawabkan segala hal di hadapan Allah SWT. UAH mengingatkan bahwa setiap manusia, baik pemimpin maupun rakyat biasa, akan menghadapi hisab atau pertanggungjawaban di akhirat. Oleh karena itu, ia mengajak Jokowi dan seluruh rakyat Indonesia untuk mempersiapkan diri dengan melakukan evaluasi dan memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT. UAH juga mendoakan agar Joko Widodo dapat menjalani masa pasca-purnanya dengan lebih baik, mengisi hari-harinya dengan kontemplasi, dan menyiapkan diri untuk hisab di akhirat nanti. Menurut UAH, pesan ini tidak mudah disampaikan karena mungkin jarang disampaikan oleh orang-orang terdekat Jokowi, termasuk para agamawan atau kiai di sekitarnya.UAH merasa penting untuk mengingatkan bahwa jabatan presiden adalah amanah besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Sebagai penutup, UAH mengajak semua pihak untuk saling mendoakan dan saling mengingatkan agar dapat menjalani hidup dengan baik, sesuai dengan ajaran agama. Ia berharap agar seluruh umat Muslim bisa mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT dan meraih kebahagiaan ketika kembali kepada-Nya. Ia juga berdoa agar bangsa Indonesia selalu berada dalam lindungan Allah SWT, serta diberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan yang baik dan mendapatkan akhir yang baik, yakni Husnul Khatimah. Ucapan yang disampaikan Ustadz Adi Hidayat ini menggambarkan sikap yang rendah hati dan penuh penghormatan terhadap Joko Widodo. Di samping ucapan terima kasih dan pengakuan atas pencapaian-pencapaiannya, Ustadz Adi juga menekankan pentingnya evaluasi diri dan persiapan untuk menghadapi hisab di akhirat, sebagai wujud dari tanggung jawab spiritual setiap individu, tak terkecuali seorang mantan presiden. Pesan dari Ustadz Adi ini juga memberikan inspirasi kepada masyarakat Indonesia untuk tidak hanya menghargai hasil kerja yang telah dilakukan oleh para pemimpin, tetapi juga merenungkan tugas-tugas yang lebih besar di hadapan Allah SWT. Dalam semangat ini, Ustadz Adi mengajak semua orang untuk terus menjaga hubungan baik dengan Allah SWT, mempersiapkan diri untuk menghadapi akhirat, serta menjalani kehidupan dunia dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran spiritual. (yan) Baca juga :

Read More

Apa Makna Nasihat kepada Allah dan Rasul

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam bahasa Arab, nasihat (nashihah) berarti ajaran, pelajaran, atau anjuran yang baik. An-nashaha juga bermakna `murni’. Para ulama mengibaratkan nasihat seperti menyaring madu agar terpisah dari lilinnya sehingga menghasilkan madu yang murni. Perumpamaan itu bermakna, seseorang memilih kata-kata yang tepat agar pesan kebaikan bisa sampai kepada pendengar atau pembaca dengan baik. عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رضي اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ Dari Abu Ruqayyah Tamim ad-Dari radhiyallahu an’hu, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ad-diinu an-nashiihah. Artinya, Agama ini (Islam) adalah nasihat.” Lantas, para sahabat bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjelaskan, “Nasihat yang dimaksud adalah untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya.” Hadis di atas sesungguhnya menyampaikan, nasihat merupakan tiang agama Islam. Dengan adanya pokok ajaran itu, Islam senantiasa dihayati oleh setiap mukmin. Apabila kaum Muslimin enggan memberi atau menerima nasihat, kekurangan akan menimpa mereka dalam setiap aspek kehidupan. Hadis tersebut juga menerangkan lima peruntukan nasihat. Adapun nasihat yang ditujukan kepada Allah SWT berarti mengikuti apa-apa yang Dia cintai. Seorang Muslim yang menyadari hal itu akan selalu berupaya melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Nasihat kepada Allah juga bermakna ikhlas, yakni seorang hamba meyakini bahwa Allah Maha-Esa. Tidak ada satu pun yang sebanding dengan- Nya. Tiada pula yang bisa menandingi-Nya. Selanjutnya, nasihat ditujukan kepada kitab Allah dan Rasul-Nya. Manifestasi hal itu ialah beriman kepada semua kitab yang diturunkan dari sisi Allah kepada para utusan- Nya. Alquran berlaku bagi seluruh manusia, sejak Nabi Muhammad SAW hingga hari akhir.Maka, inilah kitabullah yang wajib diyakini dan dijadikan pedoman. Adapun nasihat kepada Rasulullah SAW berarti membenarkan kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi larangannya, menghidupkan sunahnya, dan lain-lain. Begitu pula dengan mengikuti suri teladannya, berakhlak sesuai dengan contoh Rasul SAW. Dengan memuliakan Alquran dan Nabi SAW, hidup kaum Muslimin akan tenteram, baik di dunia maupun akhirat kelak. Selanjutnya, nasihat untuk para pemimpin umat. Dalam artian, mengingatkan mereka untuk selalu amanah dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu, mencegahnya agar tidak melakukan perbuatan zalim. Seorang imam yang baik akan menerima nasihat dengan lapang dada. Pada akhirnya, nasihat untuk sesama manusia.Seorang Muslim hendaknya mengajak orang-orang untuk berbuat baik dan mengutamakan kemaslahatan umum. Allah SWT berfirman dalam Alquran surah al-‘Ashr: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “Demi masa. Sungguh, manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.” (yat) Baca juga :

Read More

Tidak Tepat Memberi Nasihat Saat Anak Perempuan Haid

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menstruasi adalah fase alami yang dialami oleh setiap perempuan, tetapi sering kali disertai tantangan emosional yang signifikan. Pakar parenting dan konsultan penanggulangan narkoba dokter Aisah Dahlan mengingatkan saat anak perempuan mengalami haid, khususnya pada hari-hari pertama hingga kelima, orang tua perlu lebih bijaksana dalam memberikan nasihat. Dia mengatakan bagi yang memiliki anak perempuan yang sudah baligh, sangat penting untuk tidak memberikan nasihat yang berat saat mereka sedang haid. Anak perempuan yang baru memasuki masa pubertas sering kali sulit menerima nasihat dari ibunya pada waktu-waktu tersebut. “Inilah sebabnya mengapa sering terjadi ketegangan antara anak perempuan remaja dan ibunya karena kita memberikan nasihat di waktu yang keliru,” ujar Aisah dalam kajian ‘Indahnya Cinta Aisyah’, Ahad (27/10/2024). Dia juga menjelaskan secara biologis, perempuan memiliki corpus callosum jaringan yang menghubungkan dua belahan otak yang 30 persen lebih tebal daripada laki-laki. Kondisi ini dapat mempengaruhi cara perempuan mengelola emosi dan berpikir. Ketika emosi memblokir akal, situasi ini dapat diperburuk oleh fluktuasi hormon, terutama saat haid ketika kadar estrogen dan progesteron menurun. “Banyak perempuan mengalami kesulitan berpikir dengan baik saat menstruasi, karena ketidakseimbangan hormon ini dapat mempengaruhi suasana hati dan konsentrasi mereka,” kata Aisah. Untuk itu, orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan emosional yang lebih hangat dan pengertian selama masa-masa sulit ini. Aisah menekankan pentingnya komunikasi yang sensitif antara ibu dan anak. Penting bagi orang tua untuk memahami pengalaman menstruasi anak perempuan mereka dan memberikan dukungan yang diperlukan agar mereka merasa didengar dan dipahami, bukan terbebani dengan harapan atau nasihat yang mungkin tidak relevan dalam kondisi emosional mereka saat haid. (Iin) Baca juga :

Read More

Lima Hal Terlarang yang Bikin Rezeki Anda Tersendat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Allah SWT Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu menjamin ketersediaan rezeki tidak hanya bagi manusia tetapi kepada setiap makhluk-Nya, termasuk binatang. Allah SWT mengatur segala aspek kehidupan, termasuk rezeki, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Pandangan ini memberikan penghiburan dan kepercayaan bagi umat Islam bahwa tidak perlu khawatir atau cemas terhadap kecukupan rezeki. Meskipun manusia memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan berusaha, namun pada akhirnya rezeki datang atas kehendak dan kebaikan Allah SWT. Dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan manusia untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan-Nya serta menjalankan kewajiban berbagi kepada sesama sebagai tanda terima kasih atas nikmat yang telah diberikan. Dalam Surat Hud ayat 6, Allah SWT berfirman, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” Riwayat hadits juga menjelaskan soal kepastian rezeki bagi setiap hamba. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili, Nabi Muhammad SAW bersabda: (إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها، وتستوعِبَ رزقَها، فاتَّقوا اللهَ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ) “Sungguh ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara menjemput rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Abu Nu’aim, tercantum dalam Shahih Al Jami’) Meski demikian terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian, karena bisa mencegah atau mempersempit turunnya rezeki kepada seorang hamba. Alquran dan hadits telah memberi pesan terkait perbuatan yang bisa mencegah rezeki turun. Berikut penjelasannya. Suatu hari Nabi Muhammad SAW memasuki masjid dan menemukan Abu Umamah sendirian dan tampak cemas dan tertekan. Dia mengatakan kepada Rasul, “Kecemasan dan utang membebani aku.” Lalu Nabi SAW mengajarkan kepadanya tentang doa agar dijauhkan berbagai hal yang buruk. Rasulullah SAW memintanya untuk mengucapkan doa berikut ini di saat mau tidur dan selepas bangun tidur: اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، وأعوذ بك من العجز والكسل ، ومن الجبن والبخل ، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال ، “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan dari ketakutan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari penindasan.” (HR. Abu Daud) Putusnya ikatan silaturahim, dalam hal ini ikatan kekerabatan keluarga, juga menjadi salah satu penyebab yang mencegah rezeki turun. Seperti sulit mencari nafkah dan sulit dalam berwirausaha. Karena itu, faktor ini perlu direnungi oleh setiap Muslim yang sedang dirundung kesulitan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: (مَن سَرَّهُ أنْ يُبْسَطَ عليه رِزْقُهُ، أوْ يُنْسَأَ في أثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ) “Siapa yang ingin dilapangkan pintu rizeki untuknya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturrahim.” (HR. Bukhari) Ketika seorang Muslim selalu gelisah dalam hidup, maka tidak menutup kemungkinan ini karena dia bersikap kikir atas apa yang dimilikinya. Padahal Alquran telah mengabadikan janji Allah SWT bagi para hamba yang menafkahkan hartanya di jalan kebaikan. Allah SWT berfirman: قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Saba’ ayat 39) Tawakal kepada Allah SWT bukan berarti malas berusaha. Seorang Muslim tidak bisa mendapatkan rezeki dengan sikap malas dan enggan berusaha. Siapa yang berusaha maka ia akan mendapatkannya. Siapa yang menabur maka ia akan menuainya. Allah SWT berfirman: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk ayat 15) Ulama Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan, siapa yang berjalan di bumi dengan penuh kerendahan hati maka ia memperoleh rezeki dari apa yang telah Allah berikan kepadanya. Adapun siapa yang lalai atau malas maka dia sepantasnya tidak mendapatkan rezeki, kecuali ia mengambil hak orang lain. Karena itu, Islam menyerukan untuk berjuang dan bekerja, dan memberi peringatan terhadap sikap malas dan menganggur. Mungkin ada sebagian Muslim yang tampak selalu beribadah tapi menyertakan hatinya. Menghadirkan qolbu dalam setiap ibadah termasuk kunci mendatangkan kemudahan. Rezeki terhalang datang ketika seorang Muslim tidak menghadirkan hati pada setiap amal ibadah yang dilakukan. Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “إن الله تعالى يقول: يا ابن آدم، تفرغ لعبادتي أملأ صدرك غنى، وأسد فقرك، وإن لا تفعل ملأت يدك شغلًا، ولم أسد فقرك”، رواه الترمذي وابن ماجه وصححه الألباني. “Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan (batin). Aku akan hilangkan kemiskinanmu. Jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan masuki hatimu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menghilangkan kemiskinanmu.’” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi) (yat) Baca juga :

Read More

UAH Ungkap 2 Sifat yang Jadi Penyebabnya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan peringatan penting kepada umat Muslim tentang dua sifat yang bisa membuat sholat dan ibadah menjadi sia-sia. Hal ini disampaikan dalam ceramahnya yang disiarkan melalui channel YouTube Audio Dakwah. Dalam ceramah tersebut, UAH menyebutkan dua sifat yang telah dijelaskan dalam Al-Quran sebagai perusak amal ibadah, yaitu fahsya dan munkar. “Mohon izin kalau kata Quran orang yang tidak baik itu cirinya ada dua sumbernya. Pertama fahsya atau yang kedua munkar,” ujar Ustaz Adi Hidayat, dikutip Kamis (24/10/2024). UAH menjelaskan bahwa fahsya adalah sifat buruk yang berasal dari hawa nafsu dan syahwat. “Fahsya itu keburukan yang diingkari oleh hati sumbernya dari syahwat ya, seperti kata-kata jorok kotor, pornografi, pornoaksi, LGBT itu fahsya,” sambungnya. Sementara sifat kedua, munkar, dijelaskan sebagai perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. “Munkar keburukan yang diingkari oleh hati sumber dari perut dan akal, kaya mencuri, munkar juga korupsi, temannya berselisih itu munkar, merampok itu munkar,” lanjutnya. UAH menekankan bahwa seseorang yang sholatnya benar-benar khusyuk tidak mungkin memiliki kedua sifat tersebut. “Jadi demi Allah saya katakan orang Yang Salatnya bagus orang yang shalatnya baik akan terhindar dari sumber-sumber keburukan. Jadi mustahil ada orang yang shalat bisa mencela, mustahil karena dia yang nyambung (terhubung) dengan Allah,” imbuhnya. Pentingnya menjaga sholat ini diperkuat dengan firman Allah SWT yang berbunyi “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” UAH juga mengingatkan pentingnya menjaga ucapan, sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW yang berbunyi: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berbicara dengan yang terbaik atau berdiam diri,” (HR. Muslim, 173). (yan) Baca juga :

Read More

Ini Rahasia Sholat Malam ala Buya Yahya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menghidupkan malam dengan beribadah adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama dengan melaksanakan sholat malam. Sholat sunnah malam biasanya dilakukan setelah Isya hingga menjelang waktu Subuh. Keutamaan sholat malam ini telah disebutkan dalam hadis dan Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda bahwa sholat malam adalah sholat yang paling utama setelah sholat wajib. Hal ini juga diperkuat oleh firman Allah SWT dalam Surah Al-Isra’ ayat 79 yang menyebutkan bahwa sholat tahajud bisa mengangkat derajat seseorang ke tempat yang terpuji. Meski banyak muslim yang menyadari keutamaan sholat malam, tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah. Namun, jika mengetahui besarnya pahala yang dijanjikan, tentu banyak yang akan tertarik untuk mendapatkannya. Buya Yahya, seorang ulama terkenal, memberikan tips bagaimana mendapatkan pahala setara dengan sholat semalam suntuk. Beliau mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Utsman radhiyallahu anhu. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa saja yang melaksanakan sholat Isya berjamaah, maka pahalanya seperti menghidupkan setengah malam. Jika orang tersebut kemudian melanjutkan dengan sholat Subuh berjamaah, maka pahalanya seperti menghidupkan semalam penuh. Buya Yahya menekankan pentingnya sholat berjamaah, terutama Isya dan Subuh. Beliau mendorong umat Islam untuk menghidupkan malam-malam istimewa seperti malam hari raya, Nisfu Sya’ban, atau Lailatul Qadar dengan beribadah. Menurut Buya Yahya, amalan ini bisa menjadi motivasi bagi umat Islam untuk lebih peduli dengan sholat berjamaah. Beliau berharap agar Allah memudahkan kita dalam melaksanakan sholat berjamaah, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita ahli sholat yang khusyuk, ikhlas, dan diterima oleh Allah SWT. (yan) Baca juga :

Read More

Legacy vs Money

Jakarta — 1miliarsantri.net : Prof Ahmad Zainul Hamdi, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kementerian Agama RI. Bagi penggemar Mixed Martial Art (MMA) atau olah raga tarung dengan menggabungkan berbagai jenis aliran, nama Khabib Nurmagomedov bukanlah nama asing. Nama lengkapnyanya adalah Khabib Abdulmanapovich Nurmagomedov. Dia adalah salah satu petarung MMA terbesar dalam ajang UFC. Dia dikenal sebagai seorang Muslim taat dari Dagestan, Rusia. Dia adalah orang Rusia pertama dan Muslim pertama yang memenangkan gelar UFC. Sangat kontras dengan para petarung MMA lain, dia dikenal sebagai pribadi santun dan tidak pernah mau terpancing dengan olokan kasar lawannya yang biasanya disemburkan saat trash talk session. Dalam sejarah pertarungannya di dunia MMA, dia tak terkalahkan. Dalam 29 pertarungannya, dia mencatatkan kemenangan KO sebanyak 8 kali, lawan menyerah sebanyak 11 kali, dan keputusan juri sebanyak 10 kali. Pertarungan terbesarnya adalah saat dia melawan Conor McGregor, jagoan Ultimate Fighting Championship (UFC) dari Irlandia yang dikenal sangat kasar dan brutal. Pertarungan yang dihelat di Las Vegas, 6 Oktober 2018 itu ditonton 2.4 juta orang di seluruh dunia melalui saluran berbayar. Ini adalah jumlah penonton terbanyak dalam sejarah MMA. Khabib mengakhiri karier gemilangnya dalam pertarungannya melawan Justin Gaethje. Pertarungan yang dimenangkan Khabib melalui kuncian triangle choke ini diselenggarakan di Abu Dhabi, pada Minggu 20 Oktober 2020. Seperti biasanya, setelah pertarungan itu, Khabib melepas sarung tangannya, lalu bersujud syukur. Tulisan ini tentu saja tidak akan mengulas biografi dan sejarah karier Khabib di dunia MMA. Yang ingin disorot dalam tulisan ini adalah salah satu kalimat yang pernah diucapkan Khabib saat press conference menjelang pertarungannya melawan Max Holloway, yang rencananya akan digelar pada 7 April 2018. Pertarungan itu sendiri akhirnya gagal karena Holloway dilarang bertanding oleh Komisi Atletik New York, dengan alasan terlalu berisiko bagi Holloway karena mepetnya waktu untuk menurunkan berat badan. Kalimat Khabib yang hingga kini banyak dikenang itu adalah sebagai berikut: “I want to explain to you guys the difference between money and legacy. He fights for money. I fight for legacy. It’s different.” Arti bebasnya kurang lebih seperti ini: “Saya akan jelaskan pada Anda sekalian perbedaan antara uang dan legacy. Dia bertarung demi uang, sedang saya bertarung untuk legacy (menciptakan sejarah yang akan terus dikenang dan diteladani dalam jangka waktu lama). Itu jelas berbeda.” Dari ungkapan Khabib di atas, kita bisa mengambil pelajaran tentang dua jenis manusia dalam menjalani profesi dengan segala pangkat, jabatan, dan uang yang menyertainya. Manusia pertama adalah manusia dengan mental money, di mana profesi dengan segala pangkat dan jabatannya dikejar dalam rangka untuk kemakmuran diri. Profesi dijalani dengan penghayatan semata untuk menumpuk-numpuk uang. Manusia jenis ini jelas berbeda dengan manusia jenis kedua, yaitu manusia dengan mental legacy. Manusia dengan mental legacy adalah mereka yang menjalani profesinya karena ingin membuat sejarah yang memiliki dampak kebaikan di masa depan. Apakah manusia jenis ini tidak membutuhkan uang? Manusia kedua ini juga butuh uang. Mungkin Anda bertanya: Lalu apa bedanya? Di sebuah kesempatan lain, Khabib menjelaskan pertanyaan itu sebagai berikut: “If we have money, we can help people…. If you have money in your hand, it is very good. But, if money go in your mind, this is very bad. That is why we stay focused, stay humble, help people. This is very important.” (Kalau kita memiliki uang, kita bisa menolong orang. Jika kamu memiliki uang di tangan, itu baik. Yang tidak baik adalah ketika uang itu menguasai pikiranmu. Itulah mengapa kita tetap harus fokus, rendah hati, dan menolong orang lain. Inilah yang lebih penting) Jadi, manusia dengan mental money jelas berbeda dengan manusia bermental legacy. Perbedaannya bukan ditentukan bahwa manusia mental legacy tidak membutuhkan uang. Perbedaannya ditentukan bagaimana dua tipe manusia ini menginsafi dan memperlakukan jabatannya. Manusia dengan mental money, mengejar pangkat dan jabatan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan dirinya. Sementara, manusia dengan mental legacy membatinkan dan menjalankan pangkat dan jabatannya karena untuk membuat sejarah agung di masa depan melalui tindakan kebaikan demi kebaikan. Ada nasihat kuno yang dikira masih relevan untuk terus kita hayati. “Positions are temporary. Ranks and titles are limited. But the way you treat people will always be remembered.” (Jabatan hanyalah sementara. Pangkat dan gelar ada batasnya. Tapi caramu memperlakukan orang lain itulah yang akan selalu dikenang). (yan) Baca juga :

Read More

Kunci Bahagia Rumah Tangga ala Buya Yahya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam era di mana media sosial kerap memicu perbandingan gaya hidup, termasuk dalam rumah tangga, seorang ulama terkemuka angkat bicara. Buya Yahya, pengasuh Pondok Pesantren LPD Al Bahjah di Cirebon, menyoroti pentingnya menjaga ucapan terkait rezeki dalam kehidupan berumah tangga. Melalui ceramah yang diunggah di kanal YouTube Al Bahjah, Buya Yahya menyentuh isu sensitif yang sering menjadi akar perselisihan pasangan: persepsi tentang rezeki. Dengan tegas, beliau mengingatkan bahaya menganggap pasangan sebagai penghalang rezeki. “Menuduh pasangan menghalangi rezeki bukan hanya menyakiti hati, tapi juga mencerminkan ketidakpahaman tentang hakikat rezeki dari Allah,” ungkap Buya Yahya dalam ceramahnya. Fenomena membandingkan kondisi ekonomi antara pernikahan pertama dan kedua juga tak luput dari perhatian Buya Yahya. Beliau menekankan bahwa praktik ini dapat meracuni hubungan dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu. Tak hanya menyasar pasangan, Buya Yahya juga mengingatkan peran penting keluarga besar, terutama mertua, dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Beliau mengkritik kebiasaan menyalahkan menantu atas kesulitan finansial yang dialami anak. Sebagai solusi, Buya Yahya menawarkan perspektif yang lebih positif. Beliau mengajak pasangan untuk saling mendukung dan melihat satu sama lain sebagai pembuka pintu rezeki, bukan penghalangnya. “Ucapkanlah kata-kata yang membangun. Lihatlah pasanganmu sebagai pembawa berkah dalam hidupmu,” anjur Buya Yahya. Lebih dari sekadar nasihat, ceramah Buya Yahya ini menyentuh aspek spiritual dalam memandang rezeki. Beliau menegaskan bahwa cara kita berbicara tentang rezeki mencerminkan pemahaman kita tentang takdir dan kepercayaan kepada Allah. Buya Yahya juga menyoroti pentingnya komunikasi yang sehat dalam pasangan. Beliau mendorong pasangan untuk saling mendengarkan dan memahami, tidak hanya dalam hal finansial, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan. Di tengah maraknya konten “relationship goals” di media sosial, pesan Buya Yahya ini menjadi pengingat akan esensi pernikahan yang sesungguhnya. Beliau menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari materi, melainkan dari kuatnya ikatan batin antara pasangan. Ceramah Buya Yahya ini mengajak masyarakat untuk merefleksikan kembali nilai-nilai fundamental dalam membangun rumah tangga. Di era di mana perceraian semakin umum terjadi, pesan ini menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Dengan gaya penyampaian yang lugas namun penuh hikmah, Buya Yahya berhasil menyentuh inti permasalahan yang sering dihadapi pasangan modern. Beliau mengingatkan bahwa pernikahan bukan arena kompetisi, melainkan perjalanan spiritual bersama menuju ridha Allah. Pesan Buya Yahya ini diharapkan dapat menjadi obat penawar bagi pasangan yang mungkin sedang menghadapi ujian dalam rumah tangga mereka, terutama terkait masalah finansial. Semoga dengan menjaga ucapan dan hati, pasangan dapat membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. (yan) Baca juga :

Read More

Deretan Kasus Pencabulan Nodai Pesantren

Jakarta — 1miliarsantri.net : Momentum peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 diiringi dengan perpindahan jabatan menteri agama RI yang dilantik pada 21 Oktober 2024. Menteri agama yang baru akan menghadapi pekerjaan rumah yang tidak sedikit terlebih mengenai dunia pesantren. Belakangan ini, publik kerap disuguhi kasus pencabulan, kekerasan seksual hingga perundungan di pesantren. Ketua RMI NU DKI Jakarta KH. Rakhmad Zaelani Kiki, pun berharap menteri agama yang baru bisa berlaku tegas dan menyeluruh untuk menjaga martabat pesantren sebagai lembaga pendidikan agama dan benteng moral bangsa. Kiai Kiki mengatakan, menag baru harus berani memberikan sanksi yang tegas, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan tindakan amoral seperti pencabulan. “Menteri Agama yang baru harus tegas dalam memberikan sanksi administratif dengan mencabut izin operasional bagi pesantren yang memiliki kasus pencabulan terhadap santri yang dilakukan oleh pemimpin atau pengasuh pesantren,” terangnya kepada 1miliarsantri.net, Ahad (20/10/2024). Kiai Kiki yang juga merupakan pembina pesantren ramah anak menambahkan, pesantren dengan pengasuh yang terlibat dalam tindakan amoral seperti pencabulan tidak layak lagi disebut pesantren. “Inti dari pesantren adalah kiai yang merupakan pendiri atau pengasuh pesantren itu sendiri. Jika mereka yang seharusnya menjadi panutan moral justru melakukan tindakan tak bermoral seperti pencabulan, maka hancurlah pesantren tersebut,” tegas dia. Dalam pandangannya, apabila pendiri atau pengasuh pesantren terbukti melakukan pencabulan terhadap santri, pesantren tersebut harus ditutup secara permanen. Hanya saja, dia memberi catatan apabila pelakunya hanya sebatas guru alias musyrif atau musyrifah, maka pesantren tersebut tidak perlu ditutup, melainkan pelaku harus diberikan sanksi tegas. Dia juga menekankan pentingnya peran Kementerian Agama dalam memberikan pendampingan kepada korban. Menteri Agama, melalui bidang terkait kepesantrenan, diharapkan turut aktif dalam mendampingi santri yang menjadi korban pencabulan. “Santri yang menjadi korban pencabulan harus dipulihkan baik kesehatan mentalnya maupun hak-haknya,” ujarnya. Pesantren dinilai merupakan pusat pembinaan moral dan benteng moral bagi generasi muda. Oleh karena itu, pesantren harus tetap menjaga kesucian nilai-nilai yang diajarkan. Jika pesantren tidak mampu menjaga integritas moralnya, terutama dari segi pemimpin atau pengasuhnya, maka hilanglah esensi dari pesantren itu sendiri. “Pesantren adalah tempat pembinaan moral, pusat moral. Kiai atau pendiri itu adalah intinya. Jika terjadi pencabulan yang dilakukan oleh pendiri atau pengasuh, maka sudah tidak ada lagi pesantren. Hancurlah pesantren itu,” sambungnya. Kiai Kiki menekankan bahwa tindakan tegas dari menteri agama yang baru sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Dengan menutup pesantren yang pemimpinnya terlibat dalam tindakan amoral dan memberikan sanksi kepada pelaku pencabulan, pesantren lain dapat terjaga integritasnya sebagai lembaga pendidikan yang mendidik generasi muda dengan nilai-nilai moral dan agama yang kuat. Dia juga berharap agar Kementerian Agama semakin memperketat pengawasan terhadap pesantren dan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan serta perlindungan santri. “Pengawasan harus lebih ketat, dan pendampingan kepada santri harus ditingkatkan,” tambahnya. Menurut Kiai Kiki, pentingnya pesantren sebagai tempat pendidikan agama yang seharusnya menjadi pusat pembentukan moral generasi muda. Dia berharap dengan adanya tindakan tegas dari pemerintah, pesantren bisa tetap menjalankan fungsinya sebagai benteng moral yang kokoh tanpa tercoreng oleh tindakan amoral yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. (yan) Baca juga :

Read More