Apa Makna Nasihat kepada Allah dan Rasul

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam bahasa Arab, nasihat (nashihah) berarti ajaran, pelajaran, atau anjuran yang baik. An-nashaha juga bermakna `murni’. Para ulama mengibaratkan nasihat seperti menyaring madu agar terpisah dari lilinnya sehingga menghasilkan madu yang murni. Perumpamaan itu bermakna, seseorang memilih kata-kata yang tepat agar pesan kebaikan bisa sampai kepada pendengar atau pembaca dengan baik. عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رضي اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ Dari Abu Ruqayyah Tamim ad-Dari radhiyallahu an’hu, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ad-diinu an-nashiihah. Artinya, Agama ini (Islam) adalah nasihat.” Lantas, para sahabat bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjelaskan, “Nasihat yang dimaksud adalah untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya.” Hadis di atas sesungguhnya menyampaikan, nasihat merupakan tiang agama Islam. Dengan adanya pokok ajaran itu, Islam senantiasa dihayati oleh setiap mukmin. Apabila kaum Muslimin enggan memberi atau menerima nasihat, kekurangan akan menimpa mereka dalam setiap aspek kehidupan. Hadis tersebut juga menerangkan lima peruntukan nasihat. Adapun nasihat yang ditujukan kepada Allah SWT berarti mengikuti apa-apa yang Dia cintai. Seorang Muslim yang menyadari hal itu akan selalu berupaya melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Nasihat kepada Allah juga bermakna ikhlas, yakni seorang hamba meyakini bahwa Allah Maha-Esa. Tidak ada satu pun yang sebanding dengan- Nya. Tiada pula yang bisa menandingi-Nya. Selanjutnya, nasihat ditujukan kepada kitab Allah dan Rasul-Nya. Manifestasi hal itu ialah beriman kepada semua kitab yang diturunkan dari sisi Allah kepada para utusan- Nya. Alquran berlaku bagi seluruh manusia, sejak Nabi Muhammad SAW hingga hari akhir.Maka, inilah kitabullah yang wajib diyakini dan dijadikan pedoman. Adapun nasihat kepada Rasulullah SAW berarti membenarkan kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi larangannya, menghidupkan sunahnya, dan lain-lain. Begitu pula dengan mengikuti suri teladannya, berakhlak sesuai dengan contoh Rasul SAW. Dengan memuliakan Alquran dan Nabi SAW, hidup kaum Muslimin akan tenteram, baik di dunia maupun akhirat kelak. Selanjutnya, nasihat untuk para pemimpin umat. Dalam artian, mengingatkan mereka untuk selalu amanah dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu, mencegahnya agar tidak melakukan perbuatan zalim. Seorang imam yang baik akan menerima nasihat dengan lapang dada. Pada akhirnya, nasihat untuk sesama manusia.Seorang Muslim hendaknya mengajak orang-orang untuk berbuat baik dan mengutamakan kemaslahatan umum. Allah SWT berfirman dalam Alquran surah al-‘Ashr: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “Demi masa. Sungguh, manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.” (yat) Baca juga :

Read More

Tidak Tepat Memberi Nasihat Saat Anak Perempuan Haid

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menstruasi adalah fase alami yang dialami oleh setiap perempuan, tetapi sering kali disertai tantangan emosional yang signifikan. Pakar parenting dan konsultan penanggulangan narkoba dokter Aisah Dahlan mengingatkan saat anak perempuan mengalami haid, khususnya pada hari-hari pertama hingga kelima, orang tua perlu lebih bijaksana dalam memberikan nasihat. Dia mengatakan bagi yang memiliki anak perempuan yang sudah baligh, sangat penting untuk tidak memberikan nasihat yang berat saat mereka sedang haid. Anak perempuan yang baru memasuki masa pubertas sering kali sulit menerima nasihat dari ibunya pada waktu-waktu tersebut. “Inilah sebabnya mengapa sering terjadi ketegangan antara anak perempuan remaja dan ibunya karena kita memberikan nasihat di waktu yang keliru,” ujar Aisah dalam kajian ‘Indahnya Cinta Aisyah’, Ahad (27/10/2024). Dia juga menjelaskan secara biologis, perempuan memiliki corpus callosum jaringan yang menghubungkan dua belahan otak yang 30 persen lebih tebal daripada laki-laki. Kondisi ini dapat mempengaruhi cara perempuan mengelola emosi dan berpikir. Ketika emosi memblokir akal, situasi ini dapat diperburuk oleh fluktuasi hormon, terutama saat haid ketika kadar estrogen dan progesteron menurun. “Banyak perempuan mengalami kesulitan berpikir dengan baik saat menstruasi, karena ketidakseimbangan hormon ini dapat mempengaruhi suasana hati dan konsentrasi mereka,” kata Aisah. Untuk itu, orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan emosional yang lebih hangat dan pengertian selama masa-masa sulit ini. Aisah menekankan pentingnya komunikasi yang sensitif antara ibu dan anak. Penting bagi orang tua untuk memahami pengalaman menstruasi anak perempuan mereka dan memberikan dukungan yang diperlukan agar mereka merasa didengar dan dipahami, bukan terbebani dengan harapan atau nasihat yang mungkin tidak relevan dalam kondisi emosional mereka saat haid. (Iin) Baca juga :

Read More

Lima Hal Terlarang yang Bikin Rezeki Anda Tersendat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Allah SWT Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu menjamin ketersediaan rezeki tidak hanya bagi manusia tetapi kepada setiap makhluk-Nya, termasuk binatang. Allah SWT mengatur segala aspek kehidupan, termasuk rezeki, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Pandangan ini memberikan penghiburan dan kepercayaan bagi umat Islam bahwa tidak perlu khawatir atau cemas terhadap kecukupan rezeki. Meskipun manusia memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan berusaha, namun pada akhirnya rezeki datang atas kehendak dan kebaikan Allah SWT. Dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan manusia untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan-Nya serta menjalankan kewajiban berbagi kepada sesama sebagai tanda terima kasih atas nikmat yang telah diberikan. Dalam Surat Hud ayat 6, Allah SWT berfirman, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” Riwayat hadits juga menjelaskan soal kepastian rezeki bagi setiap hamba. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili, Nabi Muhammad SAW bersabda: (إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها، وتستوعِبَ رزقَها، فاتَّقوا اللهَ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ) “Sungguh ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara menjemput rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Abu Nu’aim, tercantum dalam Shahih Al Jami’) Meski demikian terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian, karena bisa mencegah atau mempersempit turunnya rezeki kepada seorang hamba. Alquran dan hadits telah memberi pesan terkait perbuatan yang bisa mencegah rezeki turun. Berikut penjelasannya. Suatu hari Nabi Muhammad SAW memasuki masjid dan menemukan Abu Umamah sendirian dan tampak cemas dan tertekan. Dia mengatakan kepada Rasul, “Kecemasan dan utang membebani aku.” Lalu Nabi SAW mengajarkan kepadanya tentang doa agar dijauhkan berbagai hal yang buruk. Rasulullah SAW memintanya untuk mengucapkan doa berikut ini di saat mau tidur dan selepas bangun tidur: اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، وأعوذ بك من العجز والكسل ، ومن الجبن والبخل ، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال ، “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan dari ketakutan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari penindasan.” (HR. Abu Daud) Putusnya ikatan silaturahim, dalam hal ini ikatan kekerabatan keluarga, juga menjadi salah satu penyebab yang mencegah rezeki turun. Seperti sulit mencari nafkah dan sulit dalam berwirausaha. Karena itu, faktor ini perlu direnungi oleh setiap Muslim yang sedang dirundung kesulitan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: (مَن سَرَّهُ أنْ يُبْسَطَ عليه رِزْقُهُ، أوْ يُنْسَأَ في أثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ) “Siapa yang ingin dilapangkan pintu rizeki untuknya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturrahim.” (HR. Bukhari) Ketika seorang Muslim selalu gelisah dalam hidup, maka tidak menutup kemungkinan ini karena dia bersikap kikir atas apa yang dimilikinya. Padahal Alquran telah mengabadikan janji Allah SWT bagi para hamba yang menafkahkan hartanya di jalan kebaikan. Allah SWT berfirman: قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Saba’ ayat 39) Tawakal kepada Allah SWT bukan berarti malas berusaha. Seorang Muslim tidak bisa mendapatkan rezeki dengan sikap malas dan enggan berusaha. Siapa yang berusaha maka ia akan mendapatkannya. Siapa yang menabur maka ia akan menuainya. Allah SWT berfirman: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk ayat 15) Ulama Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan, siapa yang berjalan di bumi dengan penuh kerendahan hati maka ia memperoleh rezeki dari apa yang telah Allah berikan kepadanya. Adapun siapa yang lalai atau malas maka dia sepantasnya tidak mendapatkan rezeki, kecuali ia mengambil hak orang lain. Karena itu, Islam menyerukan untuk berjuang dan bekerja, dan memberi peringatan terhadap sikap malas dan menganggur. Mungkin ada sebagian Muslim yang tampak selalu beribadah tapi menyertakan hatinya. Menghadirkan qolbu dalam setiap ibadah termasuk kunci mendatangkan kemudahan. Rezeki terhalang datang ketika seorang Muslim tidak menghadirkan hati pada setiap amal ibadah yang dilakukan. Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “إن الله تعالى يقول: يا ابن آدم، تفرغ لعبادتي أملأ صدرك غنى، وأسد فقرك، وإن لا تفعل ملأت يدك شغلًا، ولم أسد فقرك”، رواه الترمذي وابن ماجه وصححه الألباني. “Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan (batin). Aku akan hilangkan kemiskinanmu. Jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan masuki hatimu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menghilangkan kemiskinanmu.’” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi) (yat) Baca juga :

Read More

UAH Ungkap 2 Sifat yang Jadi Penyebabnya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan peringatan penting kepada umat Muslim tentang dua sifat yang bisa membuat sholat dan ibadah menjadi sia-sia. Hal ini disampaikan dalam ceramahnya yang disiarkan melalui channel YouTube Audio Dakwah. Dalam ceramah tersebut, UAH menyebutkan dua sifat yang telah dijelaskan dalam Al-Quran sebagai perusak amal ibadah, yaitu fahsya dan munkar. “Mohon izin kalau kata Quran orang yang tidak baik itu cirinya ada dua sumbernya. Pertama fahsya atau yang kedua munkar,” ujar Ustaz Adi Hidayat, dikutip Kamis (24/10/2024). UAH menjelaskan bahwa fahsya adalah sifat buruk yang berasal dari hawa nafsu dan syahwat. “Fahsya itu keburukan yang diingkari oleh hati sumbernya dari syahwat ya, seperti kata-kata jorok kotor, pornografi, pornoaksi, LGBT itu fahsya,” sambungnya. Sementara sifat kedua, munkar, dijelaskan sebagai perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. “Munkar keburukan yang diingkari oleh hati sumber dari perut dan akal, kaya mencuri, munkar juga korupsi, temannya berselisih itu munkar, merampok itu munkar,” lanjutnya. UAH menekankan bahwa seseorang yang sholatnya benar-benar khusyuk tidak mungkin memiliki kedua sifat tersebut. “Jadi demi Allah saya katakan orang Yang Salatnya bagus orang yang shalatnya baik akan terhindar dari sumber-sumber keburukan. Jadi mustahil ada orang yang shalat bisa mencela, mustahil karena dia yang nyambung (terhubung) dengan Allah,” imbuhnya. Pentingnya menjaga sholat ini diperkuat dengan firman Allah SWT yang berbunyi “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” UAH juga mengingatkan pentingnya menjaga ucapan, sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW yang berbunyi: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berbicara dengan yang terbaik atau berdiam diri,” (HR. Muslim, 173). (yan) Baca juga :

Read More

Ini Rahasia Sholat Malam ala Buya Yahya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menghidupkan malam dengan beribadah adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama dengan melaksanakan sholat malam. Sholat sunnah malam biasanya dilakukan setelah Isya hingga menjelang waktu Subuh. Keutamaan sholat malam ini telah disebutkan dalam hadis dan Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda bahwa sholat malam adalah sholat yang paling utama setelah sholat wajib. Hal ini juga diperkuat oleh firman Allah SWT dalam Surah Al-Isra’ ayat 79 yang menyebutkan bahwa sholat tahajud bisa mengangkat derajat seseorang ke tempat yang terpuji. Meski banyak muslim yang menyadari keutamaan sholat malam, tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah. Namun, jika mengetahui besarnya pahala yang dijanjikan, tentu banyak yang akan tertarik untuk mendapatkannya. Buya Yahya, seorang ulama terkenal, memberikan tips bagaimana mendapatkan pahala setara dengan sholat semalam suntuk. Beliau mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Utsman radhiyallahu anhu. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa saja yang melaksanakan sholat Isya berjamaah, maka pahalanya seperti menghidupkan setengah malam. Jika orang tersebut kemudian melanjutkan dengan sholat Subuh berjamaah, maka pahalanya seperti menghidupkan semalam penuh. Buya Yahya menekankan pentingnya sholat berjamaah, terutama Isya dan Subuh. Beliau mendorong umat Islam untuk menghidupkan malam-malam istimewa seperti malam hari raya, Nisfu Sya’ban, atau Lailatul Qadar dengan beribadah. Menurut Buya Yahya, amalan ini bisa menjadi motivasi bagi umat Islam untuk lebih peduli dengan sholat berjamaah. Beliau berharap agar Allah memudahkan kita dalam melaksanakan sholat berjamaah, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita ahli sholat yang khusyuk, ikhlas, dan diterima oleh Allah SWT. (yan) Baca juga :

Read More

Legacy vs Money

Jakarta — 1miliarsantri.net : Prof Ahmad Zainul Hamdi, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kementerian Agama RI. Bagi penggemar Mixed Martial Art (MMA) atau olah raga tarung dengan menggabungkan berbagai jenis aliran, nama Khabib Nurmagomedov bukanlah nama asing. Nama lengkapnyanya adalah Khabib Abdulmanapovich Nurmagomedov. Dia adalah salah satu petarung MMA terbesar dalam ajang UFC. Dia dikenal sebagai seorang Muslim taat dari Dagestan, Rusia. Dia adalah orang Rusia pertama dan Muslim pertama yang memenangkan gelar UFC. Sangat kontras dengan para petarung MMA lain, dia dikenal sebagai pribadi santun dan tidak pernah mau terpancing dengan olokan kasar lawannya yang biasanya disemburkan saat trash talk session. Dalam sejarah pertarungannya di dunia MMA, dia tak terkalahkan. Dalam 29 pertarungannya, dia mencatatkan kemenangan KO sebanyak 8 kali, lawan menyerah sebanyak 11 kali, dan keputusan juri sebanyak 10 kali. Pertarungan terbesarnya adalah saat dia melawan Conor McGregor, jagoan Ultimate Fighting Championship (UFC) dari Irlandia yang dikenal sangat kasar dan brutal. Pertarungan yang dihelat di Las Vegas, 6 Oktober 2018 itu ditonton 2.4 juta orang di seluruh dunia melalui saluran berbayar. Ini adalah jumlah penonton terbanyak dalam sejarah MMA. Khabib mengakhiri karier gemilangnya dalam pertarungannya melawan Justin Gaethje. Pertarungan yang dimenangkan Khabib melalui kuncian triangle choke ini diselenggarakan di Abu Dhabi, pada Minggu 20 Oktober 2020. Seperti biasanya, setelah pertarungan itu, Khabib melepas sarung tangannya, lalu bersujud syukur. Tulisan ini tentu saja tidak akan mengulas biografi dan sejarah karier Khabib di dunia MMA. Yang ingin disorot dalam tulisan ini adalah salah satu kalimat yang pernah diucapkan Khabib saat press conference menjelang pertarungannya melawan Max Holloway, yang rencananya akan digelar pada 7 April 2018. Pertarungan itu sendiri akhirnya gagal karena Holloway dilarang bertanding oleh Komisi Atletik New York, dengan alasan terlalu berisiko bagi Holloway karena mepetnya waktu untuk menurunkan berat badan. Kalimat Khabib yang hingga kini banyak dikenang itu adalah sebagai berikut: “I want to explain to you guys the difference between money and legacy. He fights for money. I fight for legacy. It’s different.” Arti bebasnya kurang lebih seperti ini: “Saya akan jelaskan pada Anda sekalian perbedaan antara uang dan legacy. Dia bertarung demi uang, sedang saya bertarung untuk legacy (menciptakan sejarah yang akan terus dikenang dan diteladani dalam jangka waktu lama). Itu jelas berbeda.” Dari ungkapan Khabib di atas, kita bisa mengambil pelajaran tentang dua jenis manusia dalam menjalani profesi dengan segala pangkat, jabatan, dan uang yang menyertainya. Manusia pertama adalah manusia dengan mental money, di mana profesi dengan segala pangkat dan jabatannya dikejar dalam rangka untuk kemakmuran diri. Profesi dijalani dengan penghayatan semata untuk menumpuk-numpuk uang. Manusia jenis ini jelas berbeda dengan manusia jenis kedua, yaitu manusia dengan mental legacy. Manusia dengan mental legacy adalah mereka yang menjalani profesinya karena ingin membuat sejarah yang memiliki dampak kebaikan di masa depan. Apakah manusia jenis ini tidak membutuhkan uang? Manusia kedua ini juga butuh uang. Mungkin Anda bertanya: Lalu apa bedanya? Di sebuah kesempatan lain, Khabib menjelaskan pertanyaan itu sebagai berikut: “If we have money, we can help people…. If you have money in your hand, it is very good. But, if money go in your mind, this is very bad. That is why we stay focused, stay humble, help people. This is very important.” (Kalau kita memiliki uang, kita bisa menolong orang. Jika kamu memiliki uang di tangan, itu baik. Yang tidak baik adalah ketika uang itu menguasai pikiranmu. Itulah mengapa kita tetap harus fokus, rendah hati, dan menolong orang lain. Inilah yang lebih penting) Jadi, manusia dengan mental money jelas berbeda dengan manusia bermental legacy. Perbedaannya bukan ditentukan bahwa manusia mental legacy tidak membutuhkan uang. Perbedaannya ditentukan bagaimana dua tipe manusia ini menginsafi dan memperlakukan jabatannya. Manusia dengan mental money, mengejar pangkat dan jabatan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan dirinya. Sementara, manusia dengan mental legacy membatinkan dan menjalankan pangkat dan jabatannya karena untuk membuat sejarah agung di masa depan melalui tindakan kebaikan demi kebaikan. Ada nasihat kuno yang dikira masih relevan untuk terus kita hayati. “Positions are temporary. Ranks and titles are limited. But the way you treat people will always be remembered.” (Jabatan hanyalah sementara. Pangkat dan gelar ada batasnya. Tapi caramu memperlakukan orang lain itulah yang akan selalu dikenang). (yan) Baca juga :

Read More

Kunci Bahagia Rumah Tangga ala Buya Yahya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam era di mana media sosial kerap memicu perbandingan gaya hidup, termasuk dalam rumah tangga, seorang ulama terkemuka angkat bicara. Buya Yahya, pengasuh Pondok Pesantren LPD Al Bahjah di Cirebon, menyoroti pentingnya menjaga ucapan terkait rezeki dalam kehidupan berumah tangga. Melalui ceramah yang diunggah di kanal YouTube Al Bahjah, Buya Yahya menyentuh isu sensitif yang sering menjadi akar perselisihan pasangan: persepsi tentang rezeki. Dengan tegas, beliau mengingatkan bahaya menganggap pasangan sebagai penghalang rezeki. “Menuduh pasangan menghalangi rezeki bukan hanya menyakiti hati, tapi juga mencerminkan ketidakpahaman tentang hakikat rezeki dari Allah,” ungkap Buya Yahya dalam ceramahnya. Fenomena membandingkan kondisi ekonomi antara pernikahan pertama dan kedua juga tak luput dari perhatian Buya Yahya. Beliau menekankan bahwa praktik ini dapat meracuni hubungan dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu. Tak hanya menyasar pasangan, Buya Yahya juga mengingatkan peran penting keluarga besar, terutama mertua, dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Beliau mengkritik kebiasaan menyalahkan menantu atas kesulitan finansial yang dialami anak. Sebagai solusi, Buya Yahya menawarkan perspektif yang lebih positif. Beliau mengajak pasangan untuk saling mendukung dan melihat satu sama lain sebagai pembuka pintu rezeki, bukan penghalangnya. “Ucapkanlah kata-kata yang membangun. Lihatlah pasanganmu sebagai pembawa berkah dalam hidupmu,” anjur Buya Yahya. Lebih dari sekadar nasihat, ceramah Buya Yahya ini menyentuh aspek spiritual dalam memandang rezeki. Beliau menegaskan bahwa cara kita berbicara tentang rezeki mencerminkan pemahaman kita tentang takdir dan kepercayaan kepada Allah. Buya Yahya juga menyoroti pentingnya komunikasi yang sehat dalam pasangan. Beliau mendorong pasangan untuk saling mendengarkan dan memahami, tidak hanya dalam hal finansial, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan. Di tengah maraknya konten “relationship goals” di media sosial, pesan Buya Yahya ini menjadi pengingat akan esensi pernikahan yang sesungguhnya. Beliau menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari materi, melainkan dari kuatnya ikatan batin antara pasangan. Ceramah Buya Yahya ini mengajak masyarakat untuk merefleksikan kembali nilai-nilai fundamental dalam membangun rumah tangga. Di era di mana perceraian semakin umum terjadi, pesan ini menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Dengan gaya penyampaian yang lugas namun penuh hikmah, Buya Yahya berhasil menyentuh inti permasalahan yang sering dihadapi pasangan modern. Beliau mengingatkan bahwa pernikahan bukan arena kompetisi, melainkan perjalanan spiritual bersama menuju ridha Allah. Pesan Buya Yahya ini diharapkan dapat menjadi obat penawar bagi pasangan yang mungkin sedang menghadapi ujian dalam rumah tangga mereka, terutama terkait masalah finansial. Semoga dengan menjaga ucapan dan hati, pasangan dapat membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. (yan) Baca juga :

Read More

Deretan Kasus Pencabulan Nodai Pesantren

Jakarta — 1miliarsantri.net : Momentum peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 diiringi dengan perpindahan jabatan menteri agama RI yang dilantik pada 21 Oktober 2024. Menteri agama yang baru akan menghadapi pekerjaan rumah yang tidak sedikit terlebih mengenai dunia pesantren. Belakangan ini, publik kerap disuguhi kasus pencabulan, kekerasan seksual hingga perundungan di pesantren. Ketua RMI NU DKI Jakarta KH. Rakhmad Zaelani Kiki, pun berharap menteri agama yang baru bisa berlaku tegas dan menyeluruh untuk menjaga martabat pesantren sebagai lembaga pendidikan agama dan benteng moral bangsa. Kiai Kiki mengatakan, menag baru harus berani memberikan sanksi yang tegas, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan tindakan amoral seperti pencabulan. “Menteri Agama yang baru harus tegas dalam memberikan sanksi administratif dengan mencabut izin operasional bagi pesantren yang memiliki kasus pencabulan terhadap santri yang dilakukan oleh pemimpin atau pengasuh pesantren,” terangnya kepada 1miliarsantri.net, Ahad (20/10/2024). Kiai Kiki yang juga merupakan pembina pesantren ramah anak menambahkan, pesantren dengan pengasuh yang terlibat dalam tindakan amoral seperti pencabulan tidak layak lagi disebut pesantren. “Inti dari pesantren adalah kiai yang merupakan pendiri atau pengasuh pesantren itu sendiri. Jika mereka yang seharusnya menjadi panutan moral justru melakukan tindakan tak bermoral seperti pencabulan, maka hancurlah pesantren tersebut,” tegas dia. Dalam pandangannya, apabila pendiri atau pengasuh pesantren terbukti melakukan pencabulan terhadap santri, pesantren tersebut harus ditutup secara permanen. Hanya saja, dia memberi catatan apabila pelakunya hanya sebatas guru alias musyrif atau musyrifah, maka pesantren tersebut tidak perlu ditutup, melainkan pelaku harus diberikan sanksi tegas. Dia juga menekankan pentingnya peran Kementerian Agama dalam memberikan pendampingan kepada korban. Menteri Agama, melalui bidang terkait kepesantrenan, diharapkan turut aktif dalam mendampingi santri yang menjadi korban pencabulan. “Santri yang menjadi korban pencabulan harus dipulihkan baik kesehatan mentalnya maupun hak-haknya,” ujarnya. Pesantren dinilai merupakan pusat pembinaan moral dan benteng moral bagi generasi muda. Oleh karena itu, pesantren harus tetap menjaga kesucian nilai-nilai yang diajarkan. Jika pesantren tidak mampu menjaga integritas moralnya, terutama dari segi pemimpin atau pengasuhnya, maka hilanglah esensi dari pesantren itu sendiri. “Pesantren adalah tempat pembinaan moral, pusat moral. Kiai atau pendiri itu adalah intinya. Jika terjadi pencabulan yang dilakukan oleh pendiri atau pengasuh, maka sudah tidak ada lagi pesantren. Hancurlah pesantren itu,” sambungnya. Kiai Kiki menekankan bahwa tindakan tegas dari menteri agama yang baru sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Dengan menutup pesantren yang pemimpinnya terlibat dalam tindakan amoral dan memberikan sanksi kepada pelaku pencabulan, pesantren lain dapat terjaga integritasnya sebagai lembaga pendidikan yang mendidik generasi muda dengan nilai-nilai moral dan agama yang kuat. Dia juga berharap agar Kementerian Agama semakin memperketat pengawasan terhadap pesantren dan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan serta perlindungan santri. “Pengawasan harus lebih ketat, dan pendampingan kepada santri harus ditingkatkan,” tambahnya. Menurut Kiai Kiki, pentingnya pesantren sebagai tempat pendidikan agama yang seharusnya menjadi pusat pembentukan moral generasi muda. Dia berharap dengan adanya tindakan tegas dari pemerintah, pesantren bisa tetap menjalankan fungsinya sebagai benteng moral yang kokoh tanpa tercoreng oleh tindakan amoral yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. (yan) Baca juga :

Read More

Siapa Firaunnya Umat Rasulullah SAW?

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dakwah Rasulullah SAW selalu menghadapi pelbagai rintangan dan ancaman dari penguasa musyrik Makkah. Beberapa dari mereka menyerang langsung Nabi Muhammad SAW. Tidak sedikit pula yang menyiksa kaum Muslimin, terutama dari kalangan yang lemah seperti anak-anak, perempuan, dan budak. Di antara mereka adalah seorang pria yang berjulukan “Firaun-nya umat Islam.” Dialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam. Pernah Abu Jahal berseru kepada kaumnya, “Wahai sekalian orang-orang Quraisy! Sesungguhnya Muhammad tidak akan mau berhenti dari mencela agama kita (menyembah berhala), mencaci-maki nenek moyang kita, dan membodoh-bodohkan sesembahan kita. Oleh karena itu, aku benar-benar bersumpah demi Allah. Au besok akan menghadang dia dengan membawa batu terbesar. Kalau dia (Muhammad SAW) bersujud dalam shalatnya di depan Ka’bah, maka aku akan pecahkan kepalanya dengan batu itu!” Fitnah Abu Jahal terhadap Nabi SAW sedemikian besar. Seperti tampak dari sumpahnya, sesungguhnya dia beriman kepada eksistensi Allah SWT. Hanya saja, dia sebagaimana kaum musyrikin umumnya, menganggap penyembahan terhadap Allah mesti diperantarai berhala-berhala. Padahal, syariat tauhid tidak membenarkan hal itu. Kebenciannya terhadap Islam antara lain karena sifat egaliter yang dibawa ajaran tauhid. Semua orang sama kedudukannya di dalam agama Islam. Yang membedakan hanyalah ketakwaan terhadap Allah SWT. Sementara, Abu Jahal menikmati kedudukannya sebagai pemuka Quraisy. Selain itu, toh Abu Jahal sehari-hari menjual berhala kepada penduduk Makkah. Bila sampai Islam tersebar luas, maka orang-orang akan meninggalkan penyembahan terhadap berhala. Jika itu terjadi, siapa lagi yang akan membeli berhala miliknya? Bisnisnya akan gulung tikar. Pernah suatu ketika, Abu Jahal diamanati mengurus seorang anak yatim. Namun, belakangan dia memakan harta si anak itu tanpa persetujuannya. Bahkan, anak yatim ini lantas diusirnya dari rumah. Tidak ada tempat mengadu selain Rasulullah SAW. Maka Nabi SAW bersama anak yatim itu menemui Abu Jahal. Beliau meminta agar harta milik si anak dikembalikan. Abu Jahal tewas dalam kancah Perang Badar pada tahun kedua Hijriah. Keadaannya tetap kafir. Seperti diriwayatkan dalam pelbagai kitab hadits sahih, begitu Rasulullah SAW menerima kabar itu, maka beliau berkata, “Fir’aun umat ini telah terbunuh.” Dalam Perang Badar, pasukan Muslimin berhadapan dengan balatentara kafir Quraisy yang berjumlah lebih banyak. Bagaimanapun, umat Rasulullah SAW ini tak gentar sedikit pun. Saat itu, Abdurrahman bin Auf berdiri di tengah sejumlah pasukan Muslimin. Kemudian, sahabat Nabi SAW ini dihampiri seorang pemuda dari kalangan Anshar. Namanya adalah Mu’adz bin Afra. “Wahai paman, apakah paman mengenal Abu Jahal?” tanya pemuda usia 16 tahun itu. “Ya, kenal. Tetapi, ada keperluan apa kamu dengannya?” “Saya mendengar Abu Jahal selalu memaki-maki Rasulullah SAW selama di Makkah. Demi Allah Yang menguasai diriku. Kalau saya melihatnya (Abu Jahal), tidak akan berpisah sebelum salah satu dari kami mati terlebih dahulu!” tegas Mu’adz. Abdurrahman bin Auf terkesan dengan kata-kata pemuda itu. Tidak lama berselang, datang pemuda lainnya yang juga dari Anshar. Dia merupakan adik dari Mu’adz, yakni Mu’awwidz bin Afra. “Wahai paman, apakah paman tahu Abu Jahal?” tanya Mu’awwidz kepada Abdurrahman. “Ya, dan apa keperluanmu dengannya?” “Saya mendengar Abu Jahal selalu bersikap keras terhadap Rasulullah SAW di Makkah. Demi Allah, saya ingin membunuhnya,” jawab sang adik usia 15 tahun itu. Sekonyong-konyong, Abdurrahman melihat sosok Abu Jahal di kejauhan. Dia dapat memastikan itulah sang musuh Allah, walaupun Abu Jahal saat itu tampil dengan balutan baju besi di seluruh tubuhnya kecuali mata dan sebagian wajah. “Itu Abu Jahal!” seru Abdurrahman bin Auf sambil menunjuk orang yang dimaksud. Seketika, dua pemuda tadi melesat maju, bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya. Padahal, Abu Jahal sedang di atas kuda dan di depannya ada 10 lapis pasukan dengan persenjataan lengkap. Dengan cekatan, Mu’awwidz menerjang pasukan musyrikin itu untuk dapat menebas Abu Jahal. Sebelum akhirnya gugur, dia dapat melukai paha Abu Jahal dengan sayatan yang dalam dan parah. Adapun kakaknya, Mu’adz bin Afra, juga berhasil menyayat dalam paha Abu Jahal. Namun, tebasan pedang ‘Ikrimah bin Abu Jahal (waktu itu belum masuk Islam) nyaris memutus tangan kiri Mu’adz. Untuk sementara, dia pun keluar dari deru pertempuran. Pemuda itu lalu menginjak sisa tangan kirinya dan membuangnya, karena merasa tangan itu mengganggu konsentrasinya mengejar Abu Jahal. Akhirnya, Mu’adz syahid di medan pertempuran, mengikuti adiknya yang lebih dahulu gugur. Bagaimanapun, keduanya amat berjasa. Abu Jahal tidak bisa bertahan lama akibat luka parah pada pahanya; luka yang ditinggalkan kakak-beradik yang telah syahid itu. Meski di ambang maut, Abu Jahal tetap saja menghina kaum Muslimin. Menjelang akhir Perang Badar, Abdullah bin Mas’ud berhasil melumpuhkan Abu Jahal dan memenggal kepala pemuka Quraisy itu. (yan) Baca juga :

Read More

Lima Tips Agar Tidak Lupa Mengingat Allah

Surabaya — 1miliarsantri.net : Mengajarkan anak untuk selalu mengingat Allah adalah langkah penting dalam membentuk kepribadian mereka yang saleh dan taat. Jadi melalui artikel ini, kita akan membahas beberapa tips bermanfaat yang akan membuat kita tidak lupakan Allah. Dan hal ini bisa diajarkan kepada anak-anak Anda. Kiat-kiat ini juga ditujukan kepada siapapun yang telah terjerumus dalam kehidupan duniawi agar mereka senantiasa terhubung dengan Allah SWT dan senantiasa memfokuskan pikirannya kepada Allah SWT. Berikut lima tips agar Anda dan anak Anda tidak lupa mengingat Allah: Menjaga pelaksanaan shalat wajib tepat waktu merupakan salah satu cara agar kita selalu ingat terhadap Allah SWT. Dalam Alquran, Allah berfirman: Baca Juga : Sayyidina Ali bin Abi Thalib: Balasan Orang yang Bersedekahحَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ Artinya: “Peliharalah semua sholat (fardu) dan salat Wustha. Berdirilah karena Allah (dalam sholat) dengan khusyuk. (QS Al-Baqarah [2]:238) Teruslah membaca doa-doa dzikir di pagi hari dan di petang hari sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Anda juga bisa mengajarkan kepada anak Anda untuk melakukannya juga. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: Rasulullah SAW biasa mengucapkan doa di pagi hari: اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُورُ Artinya: “Ya Allah, dengan pertolongan-Mu kami menjalani waktu pagi dan sore, dan dengan pertolongan-Mu kami hidup dan mati, dan kepada- Mu tempat kami kembali.” Di sore hari beliau akan berdoa: اللَّهُمَّ بِكَ أمْسَيْنا، وَبِكَ نَحْيا، وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ النُّشُورُ Artinya: “Ya Allah, karena Engkau kami mengalami waktu petang dan karena Engkau kami hidup dan mati, dan kepada-Mu juga kami akan kembali”. Teruslah membaca Alquran minimal 10 ayat setiap malam. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash, Nabi SAW bersabda: مَن قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ فِي لَيلَةٍ لَم يُكتَبْ مِنَ الغَافِلِينَ Artinya: “Barangsiapa membaca sepuluh ayat pada malam hari, maka dia tidak termasuk orang-orang yang lalai.” Selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya yang tidak terhitung. Allah SWT berfirman: فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ Artinya: “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS Al-Baqarah [2]:152) Selalu ingat akhiratmu dan bahwa suatu hari nanti kamu akan meninggal. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR Tirmidzi). (yat) Baca juga :

Read More