Tradisi Malam Suroan Yang Masih Dilakukan dan Wajib Dihindari

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Malam Tahun Baru Islam 1 Muharram atau yang biasa dikenal dengan Malam 1 Suro dalam kalender Hijriyah jatuh pada Selasa, 18 Juli 2023. Bagi orang Indonesia, khususnya orang Jawa, malam 1 Suro sangat sakral karena berbalut mistis. Ada sejumlah larangan yang pantang untuk dilanggar dan menjadi mitos bagi orang Jawa. Salah satunya adalah larangan menggelar pernikahan pada malam 1 Suro. Lantas apa akibatnya jika melanggar? Dalam kalender Jawa-Islam, Suro artinya bulan pertama. “Suro” bagi orang Jawa adalah bulan Muharram dalam kalender Hijriyah. Kata tersebut berasal dari kata ‘Asyura’ dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung. Sultan Agung melebur penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka. Tujuannya untuk merayakan keagamaan bersamaan dengan seluruh umat Islam serta menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam) Hingga hari ini malam 1 Suro masih dianggap menyeramkan dan diliputi bencana. Karena dipercaya pada malam tersebut para lelembut berkeliaran sehingga orang Jawa melarang anak-anaknya keluar rumah. Beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan ketika tepat datangnya malam 1 Suro : Namun seiring perkembangan zaman tidak sedikit orang Jawa yang juga yakin jika kepercayaan itu adalah mitos. Salah satu alasan yang membuat kepercayaan itu perlahan luntur karena jika masyarakat menggelar pesta pernikahan pada malam 1 Suro akan dianggap menyaingi ritual yang digelar Keraton sehingga akan sepi. Jika melanggar? Mereka percaya akan datang kesialan dan hal buruk. Karena itu, pada malam 1 Suro sebaiknya menahan diri untuk keluar rumah. Tak hanya dilarang berbicara, orang yang menjalankan ritual itu juga tidak boleh makan, minum, hingga merokok. Kepercayaan ini masih dipegang orang Jawa di sejumlah daerah, salah satunya di Yogyakarta. (muh)

Read More

Ini Kenapa Bulan Muharram Dijadikan Sebagai Awal Tahun Baru Hijriah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Banyak yang mengira bahwa penetapan bulan Muharram sebagai awal tahun Hijriyah adalah karena peristiwa Hijrah Rasulullah SAW ke Madinah terjadi pada bulan itu. Benarkah demikian? Dikutip dari Buku Bulan Muharram Hukum dan Pelajaran, Perkiraan tersebut keliru, karena Rasulullah SAW memulai perjalanan Hijrahnya pada akhir bulan Shafar dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabi’ul Awal. Akan tetapi memang benar adanya bahwa peristiwa hijrah dijadikan sebagai patokan untuk memulai penanggalan Hijriah, di mana tahun kejadiannya dijadikan sebagai tahun pertama dalam penanggalan hijriah. Maka kalau sekarang dikatakan sebagai tahun 1427 H, hal itu berarti telah berlalu 1427 tahun sejak peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah. Namun penetapan Muharram sebagai awal bulan dalam tahun Hijriyah adalah karena alasan lain. Ketika dimusyawarahkan pada zaman Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu tentang bulan apa yang akan dijadikan sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriah, pada awalnya yang diusulkan adalah bulan Rabi’ul Awal, ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun akhirnya yang disepakati adalah bulan Muharram. Hal ini karena pada bulan ini kaum muslimin telah pulang dari melaksanakan ibadah haji yang merupakan akhir dari rukun Islam yang lima. Di samping itu terkait dengan peristiwa hijrah karena bulan Muharram dianggap sebagai awal dari keinginan Hijrah, mengingat peristiwa Bai’atul Aqabah kedua terjadi pada pertengahan bulan Dzulhijjah, dan karenanya diperkirakan bahwa pada bulan Muharram keinginan untuk melakukan hijrah sudah bulat. Hanya saja secara praktis hal tersebut baru dapat direalisasikan pada bulan Safar. (git)

Read More

Sejarah Awal Munculnya Tahun Baru Hijriyah

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Bagi kita, tentu sudah tak asing lagi mengetahui adanya Tahun baru Hijriyah yang merupakan penetapan awal tahun baru Islam, dimana hari pertama penanggalan tahun baru pada Hijriyah dimulai tiap 1 Muharam. Tahun baru Hijriyah atau Tahun Baru Islam pada tahun ini (1445 H) jatuh pada Rabu,19 Juli 2023. Bagi umat Islam, tahun baru Hijriyah merupakan suatu hari yang penting karena ada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi. Hijrahnya Nabi Muhammad ditetapkan sebagai hari pertama penanggalan Hijriyah, yakni 1 Muharram 1 Hijriyah. Ada perbedaan antara kalender Hijriyah dengan kalender Masehi. Kalender Hijriyah enggunakan perhitungan orbit bulan pada bumi, karenanya disebut dengan kalender lunar. Sedangkan kalender Masehi menggunakan perhitungan pergerakan matahari, karenanya disebut dengan kalender solar. Namun demikian, keduanya memiliki jumlah bulan yang sama, yaitu 12. Jika tahun Masehi dimulai pada Januari dan berakhir pada Desember, maka tahun Hijriyah dimulai pada Muharram dan diakhiri Dzulhijjah. Nama-nama bulan di kalender masehi adalah Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Sementara, nama bulan di kalender Hijriyah sebagai berikut: Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqaidah, dan Dzulhijjah. Satu tahun dalam kalender Hijriyah panjangnya 354 atau 355 hari tahun kabisat dengan nama-nama hari; al-Ahad (minggu), al-Itsnayn (Senin), ats-Tsalaatsa’ (Selasa), al-Arba’aa’ (Rabu), al-Khamiis (Kamis), al-Jum’aat (Jumat), dan as-Sat (Sabtu). Dilansir dari Al Arabiya, sebelum Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama, terjadi diskusi tentang apakah bulan pertama tahun Hijriyah harus Ramadhan sebagai bulan puasa umat Islam atau Muharram. Kemudian, Muharram diumumkan sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriyah Islam. Alasannya karena Muharram terjadi setelah umat Islam mengakhiri musim haji tahunan selama Dzulhijjah. Asal-usul kalender Hijriyah dimulai pada era kepemimpinan Umar bin Khattab. Kala itu, Umar berdiskusi dengan sahabat Nabi lainnya untuk memilih di antara tiga peristiwa penting sebagai penanda awal tahun Hijriyah. Tiga peristiwa itu di antaranya adalah hari dan tahun kelahiran Nabi Muhammad, wafat Nabi Muhammad, atau hijrah dari Makkah ke Madinah. Dan, para sahabat sepakat menggunakan waktu hijrah nabi dari Makkah ke Madinah pada 622 sebagai bulan pertama dan tahun pertama kalender Hijriyah. Di Indonesia, tahun baru Islam secara resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional merujuk pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 1953. (yus)

Read More

Bukti Manuskrip Orang Suku Jawa Memiliki Nasab Hingga Ke Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sejarah yang mengatakan bahwa orang-orang suku Jawa memiliki nasab sambung dengan Rasulullah Muhammad SAW sepertinya bukan hanya rumor biasa. Fakta sejarah tentang suku Jawa memiliki nasab sambung dengan Rasulullah SAW ini sempat dijelaskan secara gamblang melalui manuskrip kuno yang dimiliki oleh salah satu Pakar Ilmu Filologi Universitas Airlangga Surabaya, Ust Menachem Ali. Dalam kesempatanya saat menjadi narasumber primer di chanel Youtube MARETDUATUJUH, Ust Menachem Ali mengatakan, bahwa agama Islam dengan Jawa tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut kata, Ust Menachem Ali, dibuktikan dengan adanya beberapa literasi manuskrip kuno berbahan kertas deluwang (kertas khas orang Jawa) yang isinya memadukan antara huruf besar berbahasa arab dengan huruf kecil berbahasa Jawa namun, menggunakan aksara jawa. “Jadi antara keislaman dan kejawaan, itu tidak bisa dipisah. Itulah sebabnya muncul literasi model seperti ini. Dan ini buktinya berbasis dokumen,” ungkapnya. Bukti lain yang membuktikan jika Islam dan Jawa tak terpisahkan juga ditunjukan oleh Ust Menachem Ali, melalui sebuah dokumen karya literasi dari ringkasan muhtasor bernama Bidayaturohman terbitan tahun 1935 yang dibuat oleh Kiai Saleh Darat yang merupakan penerjemah sekaligus guru dari Raden Ajeng Kartini yang dibelinya langsung dari Mesir. “Karya ini diterbitkan langsung di Mesir. Pertanyaan sekarang, kenapa karya ini diterbitkan di Mesir? Berarti ada relasi antara arab dengan jawa di Mesir. Dan huruf pada karya tersebut sangat jelas, bahasanya menggunakan bahasa jawa tapi, hurufnya arab. Ini penting, artinya jangan dipisah antara kejawaan dengan keislaman,” bebernya. Menariknya lagi dan ini sering menjadi pusat perhatian kita bersama, ditambahkan Ust Menachem Ali, jika membahas Bani Jawi ada beberapa dokumen yang harus dilihat. Bani Jawi sendiri kata Ust Menachem Ali, menggambarkan sosok orang Jawa yang tidak dapat dipisahkan dari Islam. Dimana memori kolektif orang Jawa tidak dapat dipisahkan dari sosok Nabi Ismail atau Aji Saka (nama asli Joko Songkolo) yang merupakan nenek moyang dari orang Jawa. Dan ternyata jika dilihat dari beberapa manuskrip yang ada di Jawa, Madura maupun Sunda, semua mengenal sosok tokoh yang bernama Aji Saka atau Aji Soko. Dan itu adalah bagian bukti dari sebuah memori kolektif. Dimana memori kolektif, itu berarti diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang menjadi bagian dari warisan generasi. “Di dalam manuskrip ini penulisnya adalah Ki Bagus Burhan yang memiliki nama julukan Ronggo Warsito. Ronggo Warsito sendiri lahir pada 1802 dan wafat 1873 Masehi. Sedangkan lembaga nasab yang terkenal Robitoh Alawiyah baru didirikan 1928 Masehi. Sementara Ronggo Warsito sebagai penulis Serat Paramayugo itu wafat pada 1873 Masehi. Pertanyaan sekarang, siapa Ronggo Warsito itu?” tandasnya. Ronggo Warsito sendiri, menurut Ust Menachem Ali, memiliki nama asli Ki Bagus Burhan yang merupakan murid langsung dari Kia Khasan Basari pimpinan Ponpes Tegal Sari dan sangat tersohor si era belanda. Lalu, jika dirunut nasabnya, Ki Bagus Burhan atau Ronggo Warsito itu adalah putra dari Yosodipuro Surakarta hingga nasabnya beliau sambung kepada Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijoyo. Sementara siapa Sultan Hadiwijoyo? Sultan Hadiwijoyo, nasabnya sendiri berada di urutan ke 23 dari Kanjeng Nasi Muhamad SAW. “Jadi ini jelas. Ada catatan keluarganya. Namanya memang jawa, tapi nama arabnya tidak muncul di dalam ini (manuskrip). Jadi sekali lagi, ini sangat menarik jika dirunut,” ucapnya. Sementara jika melihat lebih jauh lagi dari sebuah catatan berjudul Serat Paramayoga yang dibuat oleh Ronggo Warsito, kata Ust Menachem Ali, muncul sebuah nama tokoh yang sempat disebutkan. Nama tokoh yang disebut adalah Aji Soko. Dimana Aji Soko merupakan keturunan dari Prabu Sarkil. “Di dalam karya tersebut juga disebutkan Kitab Jibta Soro. Nama kitab yang dimaksud ini bukan seperti bahasa arab. Dan ini adalah PR bagi orang jawa untuk mencarinya. Tolong cari kitab Jibta Soro. Karena itu akan menjadi rujukan dari Ronggo Warsito. Bahkan, disebutkan juga Kitab Mila Duniren juga di dalamnya. Disini juga disebutkan siapa itu Prabu Sarkil? Jadi Prabu Sarkil, itu masih keturunan dari Nabi Ismail. Sementara Aji Soko, itu nasabnya nyambung dengan Prabu Sarkil. Dan Aji Soko adalah datuknya dari orang-orang jawa,” lanjutnya. Maka masih dijelaskan oleh Ust Mechanem Ali, pada teks akhir karya tersebut turut disebutkan bahwa Aji Soko ngajawi (menjadi orang jawa). Sehingga menurut Ust Mechanem Ali, jika memori kolektif orang jawa disambungkan ke Nabi Ismail, tidak mungkin orang jawa itu tidak muslim. Karena jika mereka sudah menjadi jawa, maka mereka akan merasa menjadi keturunan dari Nabi Ismail. “Dan disini nanti, Aji Soko itu akan bertemu dengan Kanjeng Nabi Muhamad SAW. Boleh jadi orang-orang meragukan, itu adalah sebuah mitos. Yang jelas ada memori kolektif bahwa orang jawa yang ada hubungan dengan Aji Soko bertemu dengan Nabi Muhamad SAW. Dan Nabi Muhamad SAW sendiri keturunan dari Nabi Ismail, sementara Aji Soko keturunan Nabi Ismail,” ungkapnya lebih detail. Namun diingatkan sekali lagi oleh Ust Mechanem Ali, orang-orang jawa harus tetap mencari kitab Mila Duniren dan kitab Jibta Soro yang dijadikan acuan oleh Raden Ronggo Warsito. Kitab-kitab yang disebut pada karya Raden Ronggo Warsito, itu merupakan bagian dari sebuah clue dari semua rangkaian sejarah tersebut. “Kitab Mila Duniren ini sepertinya berbahasa arab. Karena Mila sendiri memiliki arti kelahiran, sementara Niren berasal dari kata nuroin. Jadi kitab kelahiran dua cahaya, nah ini semua kaitannya dengan nasab. Kalau tidak dicari nanti, ini akan jadi mukotib atau terputus nasabnya. Dan ini PR bagi orang Bani Jawi,” pungkas Ust Mechanem Ali. (har)

Read More

Kedahsyatan Asma Suryani Yang Diamalkan Pangeran Diponegoro

Sleman – 1miliarsantri.net : Ilmu bisa didapat dengan berbagai macam lelaku. Dalam kancah dunia supranatural, lazimnya ilmu-ilmu yang ingin didapat, diperoleh dengan laku prihatin. Misalnya dengan puasa, tirakat, ziarah serta lelaku prihatin lainnya. Semakin berat lelaku prihatin dijalani, konon ilmu yang diperoleh akan semakin kuat energinya. Namun ternyata tidak semua ilmu supranatural harus ditebus dengan puasa. Ada beberapa ilmu tingkat tinggi yang cara menguasainya justru tanpa harus melakukan puasa. Hal ini diungkap H Dody Tepi Zaman, perupa sekaligus praktisi ilmu supranatral. “Ada hizib-hizib langka yang justru untuk menguasainya tidak harus dengan puasa,” terang pria paruh baya yang sempat bermukim di Arab Saudi selama 5 tahun ini. Menurut Dody, hizib dapat diartikan sebagai laskar, kumpulan, golongan atau pasukan. Hizib adalah sebuah kumpulan wirid yang digunakan untuk memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi persoalan lahir maupun batin, baik urusan dunia ataupun akhirat. “Karena besarnya fadhilah suatu hizib dan kekhususannya, pengertian hizib menjadi lebih spesifik. Hizib tidak lagi hanya serangkaian wirid, tapi merupakan pasukan pelindung bagi mereka yang istikamah mengamalkannya,” jelas koordinator Paseban Songgo Langit ini. Paseban Songgo Langit merupakan majelis dzikir beranggotakan anak-anak muda yang memelajari dan mendalami hizib langka. Setiap malam Jumat Legi mereka menyelenggarakan mujahadah dan manakib. Tempatnya berpindah-pindah, sesuai permintaan jamaah atau warga yang menginginkan menjadi tuan rumah majelis. “Kami membekali jamaah dengan wiridan khusus untuk memerkuat keimanan dan sebagai perisai menjaga keselamatan. Sekarang persoalan hidup sangat kompleks. Kita mencoba perkuat iman agar tak menempuh jalan salah, namun di sisi lain kita selamat dari niat jahat orang-orang yang menghalalkan segala cara dalam meraih keinginan duniawi. Sebab selama ini banyak orang yang sebenarnya baik, namun karena mereka tak membentengi diri dengan kekuatan spiritual, akhirnya justru jadi sasaran mereka yang punya niat jahat. Kita berusaha tetap istikamah di kebaikan, namun kita juga membentengi diri dengan pagar agar todak jadi sasaran orang-orang yang punya niat buruk,” papar Dody ketika ditemui di Sentono Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Beberapa hizib yang diajarkan di Pasben Songgo Langit antara lain Hizib Suryani. Lebih dikenal sebagai Asma Suryani. Konon Asma Suryani dimiliki oleh ulama besar sekaligus pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro. Dikisahkan, suatu hari ia berjalan-jalan hingga sampai tempat sepi. Di lokasi yang sepi tersebut ternyata ada aksi kekejaman tentara Belanda. Pangeran Diponegoro melihat ada seorang pribumi dianiaya tentara Belanda. Kemudian ia mengambil kacang hijau dan berdoa pada Allah dengan membaca Asma Suryani dan melemparkan kacang hijau tersebut ke segerombolan orang Belanda. Anehnya seketika itu juga kacang hijau tersebut berubah jadi ratusan tentara, sehingga Belanda lari terbirit-birit. “Itu salah satu kisah tentang kedahsyatan Asma Suryani. Hizib adalah pasukan. Maka ketika hizib dibaca, akan hadir pasukan gaib yang melindungi, menjaga dan membantu menyelamatkan,” jelasnya. Di Paseban Songgo Langit, pemberian ijazah (menurunkan ilmu) kepada jamaah dilakukan setelah dari hasil pengamatan spiritual kiai pengampu, santri atau orang luar yang iengn memeroleh ijazah dinilai layak menerima ilmu langka tersebut. Selanjutnya terjadi proses penurunan hizib dengan prosesi kecil. “Selama 7 hari wajib melakukan ritual tanpa putus. Baru setelah itu dilakukan evaluasi, apakah khadam sudah masuk dan menyatu atau belum. Selanjutnya ada arahan cara aplikasinya,” jelas Dody. Orang yang mengamalkan Asma Suryani, secara fisik akan merasakan reaksi. Semakin sering dan semakin banyak hitungan membaca wiridnya, tubuh terasa panas dan bagian telapak tangan muncul getaran seperti reaksi aliran listrik. “Jika dilihat orang yang punya ilmu hikmah, akan terlihat ada cahaya kelar dari orang yang mengamalkan Asma Suryani,” ungkapnya. Asma Suryani disebut ilmu multiguna. Untuk keselamatan, mahabah, rezeki dan berbagai kegunaan lain. “Tergantung tujuan dan ketekunan mengamalkan wiridan. Semakin sering diwirid dan dilakukan dengan istikamah, ibarat pisau akan semakin tajam karena setiap hari diasah,” pungkasnya. (fq)

Read More

Jamaah Maiyah Bacakan Shalawatan Nur Untuk Kesembuhan Cak Nun

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Perkembangan kesehatan Tokoh dan sekaligus Budayawan, Emha Ainun Nadjib atau yang biasa dipanggil Cak Nun, berangsur – angsur membaik. Hal tersebut disampaikan Dokter pribadi Cak Nun, dr. Eddy Supriyadi yang melaporkan bahwa hasil evaluasi tim dokter hari ini menunjukkan perbaikan kondisi Mbah Nun dari hari kemarin. Seperti yang diberitakan sebelumnya, Cak Nun mengalami pendarahan otak dan sempat tidak sadarkan diri, sehingga langsung dilarikan ke RSUP dr. Sardjito untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Hingga saat ini Cak Nun masih menjalani masa recovery. Ditempat terpisah, Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan, enggan berkomentar tentang perkembangan kondisi Cak Nun karena hal tersebut masuk ke privasi pasien dan belum diizinkan untuk disampaikan ke publik. “Maaf beribu maaf, kondisi klinis kami belum bisa matur (mengatakan) karena masuk privasi pasien yang belum diizinkan diterangkan,” terang Banu. Dikabarkan, kondisi Cak Nun terus membaik seiring dengan doa yang terus mengalir untuknya. Berbagai tokoh nasional dan pejabat negara juga sempat menjenguk Cak Nun, termasuk Presiden RI Joko Widodo. Sementara itu, bertempat di Pendopo Rumah Maiyah Kadipiro, Sleman, Yogyakarta, masih terus istiqomah mendoakan Cak Nun. Beberapa daerah juga menggelar acara serupa yang rutin melakukan Tawashshulan setiap malam nya untuk mendoakan kesembuhan Budayawan asal Jombang tersebut. Para Jamaah Maiyah Mocopat Syafaat Yogyakarta terlihat sangat khusyuk dalam doa dan berharap terus membaiknya kondisi kesehatan Cak Nun yang saat ini masih dirawat di RSUP Dr Sardjito, Sleman, Yogyakarta. Sangat terasa khusyuk hanyut dalam doa mereka penuh harap akan terus membaiknya kondisi Mbah Nun. Sesudah uluk salam, rangkaian kalimat thayyibah, dan baiat tauhid, bagian yang utama dalam Tawashshulan itu adalah Shalawatun Nur. “Shalawatun Nur Ialah gondelan kepada syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Saw. dengan menyadari Nabi Muhammad bukan hanya sebagai Muhammad bin Abdullah dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, melainkan Muhammad sebagai Nur Muhammad. Cahaya terpuji,” terang Zakki, adik kandung Cak Nun yang dilansir dari caknun.com, Kamis (13/07/2023). Dalam Shalawatun Nur itu Mbah Nun menulis indah salah satu kalimat di dalamnya: سُبْحَانَ اللَّهِ الَّذِى بِعُطْفِهِ أَجْزَلَ لَنَا شَفَاعَةَ النُوْرِ Maha suci Allah yang dengan welas asihnya bermurah hati menganugerahkan kepada kita syafaat Nur Muhammad. “Kalimat-kalimat shalawat Nur yang indah itu setiap malam dilantunkan dengan rasa yang membubung tinggi ke langit, mengajak kita nyuwun agar syafaat Nur Muhammad itu makin berlimpah ruah teranugerahkan kepada Mbah Nun,” pungkasnya. (yus)

Read More

Baca Doa ini Sebanyak 3 Kali Sehari Agar Terhindar Dari Sifat Riya

Jakarta – 1miliarsantri.net : Riya adalah salah satu bentuk kegiatan yang kita lakukan untuk memamerkan amal, ibadah, prestasi atau sesuatu hal kepada orang lain dengan tujuan mendapat pujian dan penghargaan darinya. Riya juga merupakan perbuatan hati yang tercela, bahkan riya itu dianggap sebagai asy-syirk al-ashgar (syirik kecil). Terkadang, perbuatan riya sendiri ingin dilihat hebat atau saleh di depan orang lain. Misalnya saja ketika membicarakan ibadah kepada orang lain dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam sangat tidak menyukai umatnya yang senantiasa memamerkan segala bentuk ibadah dan amalannya kepada orang lain. Tentu sebagai umat yang beriman, tentu kita tidak ingin ada riya dalam diri kita saat beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itulah, Islam mengajarkan doa supaya kita terhindar dari perbuatan riya saat ibadah. Pendakwah Buya Yahya mengungkap sebuah doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah. Doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah ini dianjurkan Rasulullah dan dibaca sebanyak tiga kali sehari. Selain itu, doa ini juga sangat cocok diamalkan disaat diri kita merasa ingin melakukan riya dan ingin dipuji. Buya Yahya yang juga pendiri pondok pesantren Al Bahjah, Cirebon ini mengungkap doa agar kita terhindar dari penyakit riya saat melakukan ibadah. Doa agar terhindar dari riya ini merupakan doa sering dipanjatkan Nabi. “Nabi mengatakan, ayo baca ini kalau takut riya,” kata Buya Yahya. Adapun doa supaya kita terhindar dari perbuatan riya saat ibadah seperti berikut ini: “Allaahumma Innaa Na’udzu bika min an Nusyrika bika wa Syaan Na’lamuhuu wa Nastaghfiruka Limaa Laa Na’lamuhu” Yang artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak kami ketahui. Doa ini juga bagus dibaca saat diri kita terdapat potensi atau merasa ingin melakukan riya. “Kami sadar ini nggak boleh, tapi kadang-kadang kami sengaja menikmati agar amal saya dilihat oleh orang, kan begitu,” sambung Buya. Jika sudah ada rasa ingin melakukan riya, maka segera meminta ampun kepada Allah dengan membaca doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah. Doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah ini dianjurkan Rasulullah agar dibaca sebanyak tiga kali sehari. “Baca doanya tiga kali sehari minimal atau disaat kita merasa ada guncang pengen riya,” pungkas Buya Yahya. (gus)

Read More

Buya Yahya : Berdoa Sambil Bersujud diluar Sholat Hukum nya Haram

Jakarta – 1miliarsantri.net : Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Prof. KH. Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab dianggil Buya Yahya menegaskan hukum berdoa sambil sujud di luar shalat. Dikatakan Buya Yahya, bila berdoa sambil sujud di luar salat itu hukumnya haram. Buya Yahya mengungkapkan bahwa sujud adalah ibadah tertinggi dan bentuk penghambaan yang sejati. “Sujud adalah saat terindah seorang hamba, karena dengan sujud itulah tampak penghambaan sejati. Sujud adalah salah satu cara perilaku ibadah yang paling agung, makanya sujud tidak boleh dilakukan sembarangan, kecuali dalam ibadah,” ungkapnya. Lebih lanjut dijelaskan Buya Yahya, jika sujud itu ada tiga yakni sujud saat salat, sujud tilawah, dan sujud syukur. Jadi, jika melakukan sujud selain ketiga itu maka hukumnya haram, karena sujud merupakan ibadah yang special. “Hati-hati, jangan gampang sujud kecuali untuk ibadah. Dikit-dikit sujud, sujud apa itu, pertama adalah sujud dalam salat, kedua adalah sujud tilawah karena kita membaca ayat disitu ada ayat sajadah, yang ketiga adalah sujud syukur tentunya dengan niat dan cara, tapi asal sujud-sujud saja tidak diperkenankan, tidak boleh itu haram, karena sujud ibadah special,” pungkasnya. (rid)

Read More

Wayang Sebagai Sarana Dakwah Sekaligus Hiburan

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Beberapa waktu lalu pernah terjadi perdebatan polemik tentang wayang yang dianggap haram. Dan tentu saja membuat banyak tokoh angkat bicara, termasuk salah satu ulama besar NU, Syekh Maimoen Zubair (Mbah Moen). Semasa hidupnya Mbah Moen mempunyai ikatan yang sangatverat dengan wayang, di mana menurutnya masing-masing tokoh pewayangan memainkan peran keteladanan, sedangkan kisah yang disajikan mengandung makna ketauhidan. Mbah Moen menilai wayang adalah sebuah sarana dakwah sekaligus hiburan. Nilai penting lain dari tokoh pewayangan adalah selipan teladan dan ajaran yang diperankan masing-masing tokohnya. Beberapa tokoh utama, kata Mbah Moen, seperti Puntodewo/Yudhistira versi lain disebut Prabu Darmokusumo, pemilik Jimat Kalimosodo, yang dikenal adil dan bijak, banyak tirakat dan pengayom wong cilik. “Ada juga keakraban Yudhistira dengan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Keempat punakawan tersebut dengan kondisi fisik yang tidak lumrah, miskin, banyak utang, dan lucu, tetapi dilengkapi dengan etika dan unggah-ungguh yang berkualitas,” kata Mbah Moen dalam beberapa petikan youtube. Tokoh yang tak kalah sentral adalah Werkudoro/Brotoseno/Bimo atau populer dengan sebutan Satrio Jodipati. Brotoseno dikenal memiliki Kuku Ponconoko, yang jadi senjata pamungkasnya. Kuku Bima itu digunakan digunakan untuk menumpas kezaliman dan angkara murka serta menjadi senjata utama dalam perang melawan Kurawa. “Bima digambarkan tegas, pembela kebenaran meski berbicara blak-blakan. Ada juga Arjuno atau Janoko. Mbah Moen menyebut Arjuno memiliki sifat danang joyo. Danang artiya memberi, joyo artinya kejayaan. Sedangkan Nakulo atau Nengkulo adalah akronim dari meneng anggonmu ngemawulo (khidmatlah dalam berbakti kepada Tuhan), Sadewo dengan makna bakale bisa dadi dewa (orang-orang suci, saleh-mushlihah). Pandowo Limo dan Kurowo yang bertentangan merupakan kader Kiai Durno, konsultan politik dan ketatanegaraan Prabu Duryudhana, penguasa Ngastinopuro. Pandowo Limo dan Kurowo yang berhadap-hadapan dalam perang Baratayudha berada di bawah asuhan Kiai Durno dalam Yayasan Sukolimo yang dia miliki. Kiai Durno ditempatkan bersebrangan dengan Prabu Darmo Kusumo, negeri Ngamarto alias Indraprasta yang memiliki penasihat bernama Kiai Kresno. Kiai Kresno adalah pemegang Senjata Cokro dengan gelar sosrosumpeno (seribu penglihatan). Senjata Kiai Durno yakni Jamus Kalimosodo, masih dalam cerita Mbah Moen, adalah istilah yang digunakan para wali sebagai upaya mengikrarkan masyarakat Jawa ketika itu untuk masuk ke dalam pelukan Islam. Secara harfiah kalimosodo terdiri dari dua kata, “kalimo” artinya kalimat, dan “sodo” yang berarti syahadat. Kalimosodo itu dipahami sebagai wujud pengakuan kepada risalah Allah yang dibawa Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, rukun Islam yang pertama, yang secara berurutan yakni syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Mbah Moen juga menjelaskan “kalimo” itu juga bisa diartikan “lima” dan “sodo” artinya “dua belas”. Artinya 5 tambah 12 sama dengan 17 yakni jumlah rakaat sholat. Arti bilangan tersebut menjelaskan berislam yakni menegakkan seluruh kewajiban waktu berupa shalat lima waktu yang menjadi aji atau jimat Muslim. “Shalat adalah soko agomo,” bunyi hadist yang masyhur. Selain sebagai tiang, sholat adalah perintah langsung yang diterima Rasulullah dari Allah ketika peristiwa Isra’ dan Mikraj. Saking krusialnya, sholat adalah kunci bagi Muslim dan penentu seluruh amal saat hari hisab. (mif)

Read More

UAH Mencium Aroma Wangi di Makam Mbah Maimun Zubair

Jakarta – 1miliarsantri.net : Sosok Kiai Haji Maimun Zubair atau akrab dipanggil Mbah Moen sangat lah berkesan di kalangan para mubaligh, bukan saja di Indonesia, tapi juga seluruh dunia memahami karakteristik ulama kharismatik tersebut. Mbah Moen meninggal dunia di Mekkah, seusai Sholat Subuh pada 6 Agustus 2019 pukul 04.30 waktu setempat di Rumah Sakit An-Nur Mekkah. Tidak ada gejala beliau sakit karena malam sebelumnya beliau menerima kunjungan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Dr. Agus Maftuh Abegebriel. Mbah Moen dimakamkan pada tanggal yang sama, di Ma’la, Mekkah. Makamnya berdekatan dengan makam guru beliau, Sayyid Alawi al-Maliki al-Hasani dan makam Khadijah istri Rasulullah. Kisah-kisah kebaikan Mba Moen masih lestari dan karomah Mbah Moen dirasakan Ustadz Adi Hidayat (UAH) saat berziarah ke Ma’la. Waktu itu UAH berziarah ke makam Mbah Moen bersama sejumlah teman dan menceritakan mencium wangi harum. “Saya bersaksi demi Allah, Anda boleh catat kalimat saya ini. Saya kemarin waktu ke Mekkah, Alhamdulillah Allah tunjukkan beberapa (kebaikan) almaghfurlah, Mbah Moen,” terang UAH. UAH menceritakan, saat itu dirinya berziarah ke Pemakaman Ma’la, termasuk ke makam KH Maimun Zubair dan ibunda tercinta Sayyidah Khadijah radhiyallahu anha. Saat berdoa kebaikan di makam Mbah Moen, UAH mencium wangi yang sangat harum. “Ini tidak apa-apa disampaikan, memang saya mengalami dan saya menyampaikan. Begitu saya melewati pemakaman lalu di makamnya itu (makam Mbah Moen) kemudian kita di situ berdoa kebaikan. Kita kalau (mendoakan) sama ulama nggak mungkin meminta ampunan, adabnya begitu, tapi tambahan kemulian, tambahkan cahaya. Dan setelah itu selesai (berdoa),” kata UAH merawikan. Setelah selesai berdoa, UAH mencium bau harum di sekitarnya yang diyakini berasal dari makam Mbah Moen. Setelah selesai tercium bau harum, aroma wangi itu sangat melekat dan sempat bertanya kepada kawan-kawan nya. “Waktu itu saya sampai bertanya kepada teman, antum pakai parfum apa, dijawab gak ada. Itu bisa jadi wangi makamnya (Mbah Moen), kata teman saya,” urai UAH. UAH mengaku saat itu berziarah di waktu yang dilarang untuk berkunjung. Karena menurut UAH, waktu untuk berkunjung di Pemakaman Ma’la adalah ba’da Shalat Shubuh dan ba’da Sholat Ashar. Karena itu menurut UAH tidak mungkin kalau ada yang memberikan minyak wangi ke makam Mbah Moen di waktu itu. “Ndak mungkin (kalau ngasih minyak wangi), walaupun ada tuh kena panas selesai (hilang) gitu. Ini waktunya datang ke situ ditolak atau bukan waktu kunjungan,” ucap UAH. Mbah Moen adalah seorang ulama kelahiran Rembang pada 28 Oktober 1928. Selain sebagai ulama, Mbah Moen pernah menjadi politikus Partai Persatuan Pembangunan dan pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama tujuh tahun, dan menjadi anggota MPR mewakili Jawa Tengah selama tiga periode. Setelah tidak menjadi anggota dewan, Mbah Moen fokus mengurus dan menjadi pengasuh tertinggi Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, meski beliau masih menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah PPP hingga ia wafat. (riz)

Read More