Kelembutan Nabi Musa AS Dalam Menghadapi Firaun

Jakarta — 1miliarsantri.net : Firaun dikenal sebagai raja yang sangat kejam dan biadab. Dia tak ragu membunuh semua anak lelaki di Mesir karena takut dikejar mimpi. Tak hanya itu, ke sombongan Firaun karena kekuasaannya membuatnya merasa sebagai Tuhan yang layak disembah. Untuk mengingatkan Firaun, Allah pun mengutus Musa setelah terlebih dahulu memberinya mukjizat. Allah tidak menyuruh Musa untuk memerangi Firaun. Dia memerintahkan Musa dan Harun agar menghadap raja yang sombong itu. Mereka diperintahkan untuk berdakwah dengan katakata yang lembut. Lewat kelembutan itu, Firaun diharapkan ingat jika dia adalah makhluk. “Pergilah kamu berdua ke pada Firaun. Sesungguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS Thaha: 43-44). Betapa indah firman Allah ke pada Musa. Allah tetap meminta Musa untuk bersikap lemah lembut dan ramah kepada diktator seperti Firaun. Dalam mengomentari ayat itu, Ibnu Abbas mengatakan, firman itu bertujuan agar Musa dan Harun melihat kenyataan jika Firaun adalah seseorang yang memiliki kekuasaan (kerajaan). Karena itu, mereka sebaiknya menempuh cara yang ramah. Musa pun berkata kepada Fir aun. “Jika engkau menerima ajak an kami, Allah akan menjadikan kekuasaan ini tetap ber ada padamu. Allah bahkan akan benar-benar menguatkan kedudukanmu lebih dari sekarang.” Aidh al-Qarni dalam Sentuhan Spritual Aidh al Qarni menjelaskan, lewat cara ini, mudah-mudahan Firaun ingat akan firman Allah yang telah dilimpahkan kepada-Nya. Adakalanya manusia bersedia menerima sesuatu disebabkan ketertarikan. Selain itu, mereka bisa menerima ajakan melalui intimidasi terlebih dahulu. Karena itu, selayaknya dai mengetahui celah mana agar cara tersebut bisa menyentuh ke hati sehingga ajakan itu pun bisa diterima. Musa pun mendatangi Firaun dengan Harun berada di sisinya. Meski dikisahkan bahwa mereka merasa takut Firaun akan me nyik sanya, Allah SWT Maha Mengetahui apa yang dua utusan- Nya itu rasakan. “Janganlah kamu berdua khawatir. Sesungguhnya Aku bersama kamu ber dua. Aku mendengar dan melihat.” (QS Thaahaa: 46). Musa berbicara kepada Firaun. Harun bertugas menguatkan dan membantu Musa. Raja yang kejam itu menatap keduanya de ngan angkuh. Ia mendeklarasikan diri sebagai pencipta. Dia pun mengingkari tauhid kepada Tu han semesta alam meski hatinya yakin adanya kebenaran keberadaan Allah SWT. “Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Firaun, seorang yang akan binasa. ” (QS al-Isra:102). Firaun hanya tertawa ketika Musa mengajaknya ke jalan Allah. Dia justru merendahkan Musa dan Harun. Musa dilihatnya sebagai seorang penggembala ternak dan lelaki bodoh yang selalu membawa tongkat gem bala—seorang lelaki yang tidak mengerti per adaban. Firaun ma lah memban ding kan Musa de ngan dirinya yang notabene se orang raja besar. Du nia di bawah cengkeraman ke kua saannya. Ke sombongannya pun semakin besar. Alquran mencatat betapa Fir aun mengajukan pertanyaan yang merendahkan Musa. “Berkata Firaun, maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” (QS Thaahaa: 49). Musa pun menjawab, “Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, ke mudian memberikan petunjuk.” (QS Thaahaa: 50). Dengan jawaban itu, Musa se sungguhnya telah memberikan “tamparan keras” kepada Firaun. Ucapan khalqahu (bentuk kejadiannya) menyimpan setumpuk iba rat. Demikian pada ucapan haa daa (memberi petunjuk). Kalimat ini memberikan penjelasan jika Tuhan Musa pemberi petunjuk kepada segala sesuatu. Dia yang memberi petunjuk kepada sang bayi yang dilahirkan. Bayi yang tidak mengetahui dan me lihat sesuatu ditunjukkan oleh Allah hingga mencapai susu ibunya. Mendapatkan jawaban ini, Firaun terpukul. Dia hanya bisa terdiam. Kelemahannya tampak jelas sebagai sebuah kegagalan. Namun, Firaun pun mencoba me lemparkan pertanyaan lain. “Ber kata Firaun, ‘Maka bagaimana kah keadaan umat-umat yang dahulu?’ (QS Thaahaa: 51). Musa menjawab, “Pengetahu an tentang itu ada di sisi Tu han ku. Di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan salah dan tidak akan lupa.’” (QS Thaahaa: 52). Jawaban Musa merupakan pu kul an kedua yang telak untuk Firaun. Jawaban yang membuka kelemahan Firaun di hadapan kaumnya sendiri. Ada beberapa pelajaran me narik yang bisa diambil dari ki sah Musa dan Firaun di atas. Pertama, berpegang teguhlah kepada kali mat lailaahaillallah. Untuk menegakkan kalimat ini lah sesungguhnya kitab-kitab itu diturunkan. Untuk kepentingan tauhid sesungguhnya para rasul diutus. Untuk tujuan yang sama, langit, bumi, dan seisinya diciptakan. Pelajaran berikutnya adalah masalah kemenangan. Allah akan selalu menolong para wali-Nya dan akan menguatkan para keka sih-Nya. Meski mereka terlihat sebagai orang kalah dan terpinggirkan, maka sesungguhnya me reka akan menuai hasil dari kerja kerasnya. Berikutnya, tentang teknik ber dakwah. Bagaimana seorang penyeru kebenaran bisa mengeta hui celah yang bisa dilalui un tuk me nyentuh hati lawan bicara, yak ni dengan menghilangkan si kap ka sar yang dapat melukai pe rasaan. Kemudian, seorang Muslim tidak perlu merasa khawatir dan takut. Sesungguhnya jiwa manu sia berada dalam genggaman Allah. (fq)

Read More

Gus Baha : Muslim Sangat Perlu Belajar dan Menguasai Ilmu Fiqih

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU,) KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) kembali menjelaskan betapa pentingnya memahami ilmu fiqih dalam beragama. Dia mengatakan para kiai ahli fiqih harus bangga karena ilmu atau kealiman yang dimiliki. “Sebab, kalau kita menjadi wali, mungkin yang sowan kepada kita akan banyak dan gulamu (untuk menggambarkan hadiah yang diberikan saat seseorang sowan) banyak. Tapi kalau kita menjadi seorang yang ahli ilmu atau alim, orang yang mengaji kepada kita akan banyak dan orang yang menjadi tahu soal ilmu fiqih juga banyak,” terang Gus Baha, Senin (31/07/2023). Saat mengisi pengajian umum dalam rangka haul Kiai Ahmad Mutamakkin di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah Kamis (27/07/2023), Gus Baha mengatakan di era modern ini agak ruwet dengan adanya fenomena orang yang tidak mandi, rambutnya gondrong, di pinggir gunung dan tidak pernah keluar, sudah dianggap wali. Berbeda dengan orang alim yang mandi, dandanannya rapi dan pakai parfum, pasti tidak akan ada yang menganggapnya wali. “Padahal bisa saja dia (yang dandanannya rapi) wali,” lanjutnya. Gus Baha menyebut, bila seseorang menjadi wali yang mendapatkan manfaat adalah diri pribadi orang itu saja, sebab orang itulah yang diberi uang, misalnya, dan dihormati. Namun jika menjadi alim, yang akan mendapat manfaat yakni agama Islam. Dengan alim atau ahli fiqih, orang-orang menjadi mengaji kepada orang alim tersebut. “Jadi orang-orang ingin belajar fiqih, cara shalat, cara haji, cara istinja’, dan belajar Islam secara benar,” ungkapnya. Kealiman atau kedalaman ilmu tersebut, menurut Gus Baha juga sesuai khazanah keluarga Kiai Kajen yang ta’dimul ilmi atau ilmu adalah segala-galanya. Pada kesempatan itu, Gus Baha juga mengisahkan bahwa ia pernah mendengar cerita Mbah Mu’adz Thohir, pengasuh Pondok Pesantren Kulon Banon dan Pondok Pesantren Roudhoh At-Thohriyyah Kajen. “Dulu ada anak Kajen yang hendak mondok di suatu pondok pesantren. Karena mushalanya ada najis dan tidak disucikan, akhirnya anak tersebut tidak jadi dipondokkan di situ,” kisahnya. Menurut Gus Baha, ukuran atau standar akan hal itu adalah ilmu fiqih. “Jadi kalau ada orang ahli fiqih yang memetik buahnya ialah agama Islam. Karena orang-orang jadi tahu halal haram, cara bersuci, cara shalat dan lain sebagainya,” pungkas Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA ini. (fat)

Read More

Mbah Kholil Sudah Membaca Nadzom Alfiyah Secara Terbalik

Surabaya — 1miliarsantri.net : Siapa yang tidak kenal atau minimal pernah mendengar nama Syaikhona Kholil (Mbah Kholil) Bangkalan, Madura. Beliau adalah seorang ulama besar yang sangat masyhur dan dikenal sebagai maha guru para kiai dan ulama Nusantara. Santri-santrinya banyak yang kemudian menjadi ulama berpengaruh di Indonesia, di antaranya adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari dan juga beberapa tokoh kyai lainnya. Merujuk pada buku “99 Kiia Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa, dan Hizib” terbitan Keira, Syaikhonan Kholil lahir di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura pada 11 Jumadil Akhir 1235 H/1820 M. Ayahnya, KH Abdul Latif kemudian memberinya nama Muhammad Kholil. Kiai Latif berharap putranya ini kelak menjadi pemimpin umat. Seusai mengadzani telinga kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, Kiai Latif memohon kepada Allah agar mengabulkan permohonannya. Sejak kecil Mbah Kholil sudah menunjukkan kecerdasan dan keistimewaannya, di mana ia sudah hafal dengan baik nazham Alfiyah Ibnu Malik, seribu bait ilmu nahwu. Bahkan, saking cerdasnya, Kholil mampu menghafal nazham ini secara terbalik, dari bait paling akhir ke bait depan atau dalam istilah Jawa disebut dengan nyungsang. Adalah sangat memalukan jika seorang santri atau bahkan kiai membaca kitab kuning tanpa memperhatikan atau bahkan menyalahi kaidah tata bahasa Arab yang baik dan benar. Suatu kesalahan kecil dalam membaca kitab kuning dalam tradisi pesantren dapat mengurangi muruah seorang santri atau kiai. Kegandrungannya pada bait-bait alfiyah ini ia bawa sampai tua. Sering orang bertanya tentang berbagai hal, termasuk hal-hal gaib, ia jawab dengan satu dua bait nazham Alfiyah. Ini dimaksudkan agar orang yang bertanya tersebut mau berpikir lebih lanjut atau malah mau belajar Alfiyah. Ia pun memberikan apresiasi tinggi kepada orang-orang yang hafal nazham Alfiyah. Kiai Kholil sangat gemar akan kitab Alfiyah, sehingga ketika santrinya akan pulang ke kampung halamannya dan meminta izin kepadanya, maka yang dijadikan syarat adalah menghafal Alfiyah. Jika santrinya tersebut tidak hafal, maka ia tidak akan diberikan izin. (har)

Read More

Ini Sebenarnya Pesan Yang Disampaikan Dari Tembang Lingsir Wengi Ciptaan Sunan Kalijogo

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Jika anda sering menonton tayangan film horor Indonesia, seringkali terdengar backsound atau pemeran tersebut melantunkan sebuah tembang yang sering disebut dengan Lingsir Wengi. Kekuatan mistik tak henti-hentinya dikaitkan dengan lagu Lingsir wengi. Bahkan dipercaya bisa memanggil makhluk gaib. Orang-orang menjadi marah atau kesal saat lagu yang populer di film horor ini dimainkan. Karena menurut mereka lagu ini menyebabkan munculnya makhluk ghaib. Siapapun yang mendengar tembang Lingsir Wengi pasti akan merinding. Apalagi saat tembang ini dinyanyikan saat suasana sunyi dengan angin dingin berhembus di malam hari serta didukung dengan lingkungan sekitar yang agak angker atau sepi dan dalam kondisi gelap. Ternyata tembang Lingsir Wengi ini diciptakan oleh Raden Mas Said atau yang dikenal dengan panggilan Sunan Kalijaga. Ketika diciptakannya lagu ini, Kanjeng Sunan Kalijogo menjadikan nya sebagai lagu perlindungan dari bencana seperti gangguan makhluk gaib pada malam hari. Termasuk gangguan sihir dan tenung. Isi liriknya hanya berisi doa-doa agar selamat, terhindar dari segala penyakit dan marabahaya. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kuntilanak atau makhluk halus lainnya seperti kepercayaan masyarakat selama ini. Pada zaman Wali Songo, Sunan Kalijaga melantunan Lingsir Wengi setelah shalat Tahajud. Lagu tersebut digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga pada masa lampau. Lingsir Weng biasanya dinyanyikan setelah shalat Malam yang mengandung banyak doa kepada Tuhan. Kemudian para pengikut Sunan Kalijaga mempopulerkan lagu Lingsir Wengi secara turun temurun. Para ibu-ibu atau orang tua zaman dahulu menembangkan lagu lingsir wengi ini sambil menidurkan anak-anak mereka. Apalagi jika anak masih terjaga di malam hari dan sudah larut malam. Sebab jika dinyanyikan dengan suara sayup-sayup, alunan nada dari lingsir wengi ini akan menimbulkan rasa ngantuk. Namun setelah film Kuntilanak dirilis, banyak yang menganggap Lingsir Weng sebagai lagu mantra setan. Semakin lama lagu karya sunan Kalijaga ini dianggap mistis, sehingga mengundang setan atau kunitlanak untuk datang. Lirik Lagu Lingsir Wengi : Lingsir wengi(Saat menjelang tengah malam) Sepi durung biso nendro(Sepi belum bisa tidur) Kagodho mring wewayang(Tergoda dengan bayangmu) Angreridhu ati(Di dalam hati) Kawitane(Awal mulanya) Mung sembrono njur kulino(Cuma bercanda terus terbiasa) Ra ngiro(Tidak menyangka) Yen bakal nuwuhke tresno(Kalau bisa menjadi cinta) Nanging duh tibane(Kalau sudah saatnya) Aku dhewe kang nemahi(Aku sendiri akan mengalami) Nandang bronto(Jatuh cinta) Kadhung loro(Terlanjur sakit) Sambat, sambat sopo?(Mengeluh, mengeluh sama siapa?) Rino wengi(Siang malam) Sing tak puji ojo lali(Yang tak puji-puji yang lupa) Janjine(Janjinya) Mugo biso tak ugemi(Semoga bisa tak diingkari) Lingsir wengi(Saat menjelang tengah malam) Sepi durung biso nendro(Sepi belum bisa tidur) Kagodho mring wewayang(Tergoda dengan bayangmu) Angreridu ati(Di dalam hati) Kawitane(Awal mulanya) Mung sembrono njur kulino(Cuma bercanda terus terbiasa) Ra ngiro(Tidak menyangka) Yen bakal nuwuhke tresno(Kalau bisa menjadi cinta) Nanging duh tibane(Kalau sudah saatnya)

Read More

14 Abad Lalu, Alquran Telah Jelaskan Fenomen Sungai di Dalam Lau

Jakarta — 1miliarsantri.net : Di dalam buku Alquran dan Sains yang ditulis KH Ahmad Sarwat dan diterbitkan Rumah Fiqih, Publishing, 2021 dijelaskan di dalam Alquran ada ayat-ayat yang sejalan dengan sains. Akan tetapi, sebagian ayat-ayat tersebut masih harus dipikirkan lebih lanjut karena sepintas nampak kurang sejalan dengan sains modern. Ada juga beberapa ayat yang sejalan dengan sains modern. Sehingga dapat menjadi hujjah yang menguatkan kebenaran Alquran. Salah satu di antaranya adalah penemuan sungai di bawah laut, sementara Alquran telah menjelaskannya 14 abad yang lalu. KH Ahmad Sarwat dalam bukunya menjelaskan, temuan sungai di bawah laut ini tidak terlepas dari kisah tentang seorang ahli oseanografer dan ahli menyelam terkemuka dari Prancis. Namanya Jacques Yves Cousteau. Pada suatu hari, ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, Jacques Yves Cousteau tiba-tiba menemukan kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut. Seolah ada dinding atau membran yang membatasi air laut dan air tawar di bawah laut itu. Fakta dan penemuan Jacques Yves Cousteau itu dikaitkan dengan Alquran yang sejak 14 abad yang lalu telah menyebutkan fenomena adanya sungai air tawar di bawah laut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ۞ وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِجْرًا مَّحْجُوْرًا Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus. (QS Al-Furqan Ayat 53) Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama pada Surat Al Furqan Ayat 53. Dijelaskan bahwa ayat tersebut berisi tanda kekuasaan Allah yang keempat, yaitu Dia yang membiarkan dua macam air mengalir berdampingan, yang satu tawar dan segar. Sedangkan yang lain asin dan pahit, seperti yang terjadi di muara sungai-sungai besar. Walaupun berdekatan, rasa airnya tidak bercampur seolah-olah ada dinding yang membatasi di antara keduanya, sehingga yang satu tidak merusak rasa yang lainnya. Walaupun menurut pandangan mata, kedua lautan itu bercampur, namun pada kenyataannya air yang tawar terpisah dari yang asin dengan kekuasaan Allah. Menurut para ilmuwan, Allah telah menciptakan pemisah air laut dan sungai walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat tinggi. Barzakh (pemisah) ini berfungsi menghalangi kedua air untuk tidak saling menghapus ciri-cirinya. Air laut asin dan air tawar seolah-olah sudah ada dinding pembatas di antara keduanya sehingga tidak bercampur aduk. Manusia dapat menentukan pilihannya karena baik air asin maupun tawar ada gunanya. Pada 1873, para pakar ilmu kelautan Inggris (dengan kapal Challenger) menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperatur, jenis ikan atau binatang, dan sebagainya. Setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk tertentu, terpisah dari jenis air yang lain betapapun ia mengalir jauh. Air Sungai Amazon yang mengalir deras ke laut Atlantik sampai batas 200 mil, masih tetap tawar. Mata air di Teluk Persia mempunyai ikan-ikan yang khas dan masing-masing tidak hidup kecuali di lokasinya. Laut yang dimaksud adalah lautan yang memenuhi sekitar tiga per empat bumi ini serta sungai yang ditampung oleh tanah dan yang memancarkan mata air, serta sungai-sungai besar yang kemudian mengalir ke lautan. Barzakh (pemisah) adalah penampungan air yang terdapat di bumi itu dan saluran-saluran bumi yang menghalangi air laut bercampur dengan air sungai sehingga tidak mengubahnya menjadi asin. Keadaan air asin yang merambah atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai, namun ia tidak bercampur dengan air tawar yang merambah atau mengalir ke laut dari daratan. Posisi aliran sungai yang lebih tinggi dari permukaan laut, memungkinkan air tawar yang relatif sedikit menembus air laut yang asin, tetapi tidak berbaur total. (rid)

Read More

Bedah Filosofi Tembang Lir ilir

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ilir-ilir lagu dolanan yang pernah dipopulerkan budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), pada dekade tahun 90’an, merupakan lagu yang sangat dikenal di tengah masyarakat Jawa dan bumi Nusantara. Dalam tembang Ilir-Ilir ternyata sarat makna dan patut direnungkan bersama. Hal tersebut pernah diuraikan Gus Dur dalam tulisan berjudul “Doktrin dan Tembang”. Berikut pandangan lengkap KH. Abdurrahman Wahid: Dalam budaya Jawa, dikenal tembang anak-anak “Lir-ilir”. Demikian terkenalnya tembang anak-anak itu, sehingga ia sering terdengar dibawakan bocah angon di atas punggung kerbau pada sebuah sawah yang sedang kering kerontang di musim kemarau Apa yang istimewa dari tembang tersebut, hingga perlu diketengahkan melalui beberapa kajian? Apakah kehabisan bahan untuk dibahas, hingga barang sekecil itu diketengahkan kembali dalam forum? Bukankah itu sebuah tanda, bahwa hanya mengada-ada, dan membahas sesuatu yang tidak ada artinya? Sebenarnya, tidak demikian benar halnya. Justru dengan mengungkapkan adanya hubungan antara akidah Islam dan tembang tersebut akan terdapat sebuah pendekatan strategis yang ditempuh para pejuang muslim di kawasan budaya tersebut di masa lampau. Tembang anak-anak berjudul “ilir-ilir” sebenarnya sudah berusia ratusan tahun, ia menjadi bagian inheren dari sebuah pendekatan strategis yang dibawakan Sunan Ampel di akhir masa kejayaan Majapahit. Dalam tembang itu tergambar jelas pendekatan beliau dan rekan-rekan terhadap kekuasaan. Ketika itu, para Wali Sembilan (Wali Songo) di Pulau Jawa sedang mengembangkan dengan sangat baik sistem kekuasaan yang ada. Gerakan Islam di waktu itu dengan sengaja mengusahakan hak bagi para penganut agama tersebut untuk bisa hidup di hadapan raja-raja yang sedang berkuasa di Pulau Jawa. Cara mengusahakan agar hak hidup itu diperoleh, adalah dengan mengajarkan bahwa kaum muslimin dapat saja mempunyai raja/penguasa non-muslim, seperti Sunan Ampel mengakui keabsahan Brawijaya yang beragama Hindu-Buddha (Bhairawa) tersebut. Inilah yang akhirnya membuat Brawijaya V beragama Islam pada masa akhir hayatnya dengan gelar Sunan Lawu. Nah, strateginya untuk memperkenalkan agama Islam kepada sistem kekuasaan yang ada, sangat jelas memberikan arti pendekatan budaya daripada pendekatan ideologis yang sangat berbau politik. Dalam kerangka “membudayakan” sebuah doktrin kalangan ahlus sunnah tradisional itulah, sebuah doktrin sentral dikemukakan melalui sebuah tembang anak-anak. Doktrin yang dimaksud adalah pandangan kaum Sunni tradisional itu ialah yaitu adanya kewajiban tunduk kepada pemerintah oleh semua kaum muslimin tanpa pandang bulu. Di kalangan mereka ada ungkapan “para penguasa lalim untuk masa 60 tahun, masih lebih baik dari pada anarki sesaat” (imâmun fâjirun siththîna âmman khairun min faudhâ sâ ‘atin). Ketundukan kepada penguasa ini sebenarnya adalah doktrin kaum Sunni tradisional, yang sudah tentu sangat berlawanan dengan berbagai ajaran dan orang-orang seperti Imam Ayatullah Khomenei dan Ali Syariati. Ketundukan itu, sama sekali tidak memperhitungkan penggunaan kekuasaan secara salah. Tentu saja strategi kaum Sunni tradisional ini sangat berbeda dengan kecenderungan perjuangan politik dan ideologis banyak kalangan, yang lebih mementingkan pendekatan politik. Doktrin yang dilakukan oleh Sunan Ampel dimasukkan dalam tembang “Lir-ilir”, dalam ungkapan yang sesuai dengan budaya penguasa Jawa di Majapahit. Blimbing untuk mencuci pakaian yang sobek pinggirnya, perlambang rakyat yang tidak mempunyai kekuasaan apapun. Baju sobek itu dipakai untuk menghadap raja (seba), karena lingkaran menghadap raja masih lebar, dan sinar rembulan menyinari lingkaran (pumpung jembar kalangane, pumpung padang rembulane). Tampak di situ bagaimana Sunan Ampel menggunakan simbol-simbol budaya Jawa dalam hubungan masyarakat dengan penguasa, yang sama sekali tidak ideologis. Dalam kasus ini terlihat, kedua pendekatan budaya dan ideologis saling bertentangan. Dalam pendekatan yang menggunakan strategi budaya tadi, kaum muslimin tidak diseyogyakan menggunakan ideologi untuk mengubah kultur masyarakat atas nama agama. Biarlah struktur itu berubah dengan sendirinya melalui pranata-pranata lain, sejarah jualah yang akan menunjukkan kepada kita perubahan-perubahan yang akan terjadi. Karenanya, strategi semacam ini selalu berjangka sangat panjang, dan meliputi masa yang sangat panjang pula, yaitu berubah dari generasi ke generasi. Berbeda dengan strategi budaya, strategi ideologis senantiasa menekankan diri pada pentingnya mengubah struktur masyarakat, dan mengganti sistem kekuasaan yang ada, guna menjamin berlangsungnya perubahan politik dalam sistem kekuasaan yang bersangkutan. Dalam hal ini, sering dilupakan pilihan-pilihan rakyat akan sistem kekuasaan yang mereka ingini. Yang penting, sang pemimpin dan teman-teman seideologinya memegang tampuk kepemimpinan dan mengubah struktur masyarakat yang dimaksudkan. Di sini berlakulah apa yang dikatakan Vladimir Illyich Lenin dalam pamfletnya “penyakit kiri kekanak-kanakan kaum revolusioner” (The Infantile Disease of ‘Leftism’ in Communism), yaitu perjuangan yang selalu menekankan keharusan sukses akan dicapai semasa sang aku masih hidup. Ini terjadi, kaum komunis di bawah Lenin-Mao Zedong, di kalangan kaum nasionalis di bawah Soekarno, dan gerakan Islam di bawah pimpinan Imam Khomenei dan kawan-kawan yang sekarang menguasai Dewan Ulama (Khubrigan), yang oleh pers Barat disebut sebagai ulama konservatif. Herankah kita jika orang-orang seperti Presiden Iran, Mohammad Khatami, lalu berhadapan dengan mereka, karena strategi budaya yang dianutnya? (fq-red)

Read More

Terdapat 2 Perbuatan Baik Dan Jahat Menurut Syekh Nawawi Al Bantani

Jakarta — 1miliarsantri.net : Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani dalam kitab yang ditulisnya yakni Nashaihul Ibad menerangkan bahwa ada dua perbuatan baik atau dua perkara paling utama yang disukai Allah SWT. Ada juga dua perbuatan atau perkara yang paling jahat. Dalam menerangkan dua perkara tersebut Syekh Nawawi al-Banteni mengutip sabda Nabi Muhammad SAW dan perkataan para sahabat Nabi SAW serta para tabi’in. Rasulullah SAW bersabda, “Dua perkara paling utama dan tidak ada yang melebihi keutamaannya, yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada kaum Muslimin.” Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bangun pagi dengan maksud tidak untuk berbuat zalim (aniaya) kepada seseorang, maka perbuatan dosa yang telah dilakukannya akan diampuni Allah. Barang siapa bangun pagi dengan maksud untuk menolong orang yang teraniaya dan memenuhi kebutuhan orang Muslim, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya haji yang mabrur.” Rasulullah SAW juga bersabda, “Orang yang paling dicintai Allah SWT adalah orang yang paling berguna bagi sesamanya dan perbuatan yang paling utama adalah membuat hati seorang Mukmin menjadi senang dengan menghilangkan rasa lapar, meringankan kesulitan atau melunasi hutangnya. Dua perkara yang tidak ada satupun dapat melebihi kejahatannya yaitu menyekututukan Allah dan menyengsarakan kaum Muslim.” Pada hadits tersebut, dijelaskan bahwa orang yang dicintai Allah SWT, yaitu orang yang melakukan dua perkara, yakni berguna bagi sesamanya dan membuat hati seorang Mukmin senang. Sementara, dua perkara yang paling jahat, yaitu menyekutukan Allah dan menyengsarakan kaum Muslim. Kitab Nashaihul Ibad menjelaskan bahwa menyengsarakan orang Muslim dapat berupa mengancam keselamatan diri dan harta seorang Muslim. Semua yang diperintahkan oleh Allah itu pada dasarnya mengandung dua hal, yaitu mengagungkan Allah dan berbelas kasih kepada makhluk-Nya. (rid)

Read More

Bolehkah Seorang Muslim Masuk Gereja

Jakarta — 1miliarsantri.net : Banyak masyarakat awam yang menanyakan ketika seseorang menanyakan bolehkah seorang Muslim masuk ke dalam gereja. Hal tersebut seringkali terjadi dan beberapa pertanyaan seputar hal tersebut juga pernah disampaikan pada redaksi About Islam. Pertanyaan ini dijawab oleh dosen senior dan cendekiawan Islam di Institut Islam Toronto, Ontario, Kanada, Syekh Ahmad Kutty. “Anda diperbolehkan memasuki gereja jika Anda memiliki kebutuhan yang sah untuk melakukannya, seperti menghadiri pemakaman atau pernikahan atau mengenalkan diri Anda dengan cara ibadat Kristen atau bahkan menjalin hubungan baik dengan mereka. Tidak ada yang keberatan tentang itu dalam kasus seperti itu. Saya juga akan menambahkan bahwa hal ini tidak hanya disetujui, tetapi bahkan didorong dalam Islam,” terang Syekh Ahmad Kutty dilansir dari laman About Islam, Senin (24/7/2023). Menurut Syekh Ahmad Kutty, semua itu tergantung dari maksud dan tujuan kunjungan seseorang. Jika seseorang memasuki gereja untuk tujuan ibadah atau menerima berkah atau mengakui dosa-dosa nya atau memohon nikmat dari selain Allah, maka sudah jelas salah. “Sebaliknya, jika bukan karena salah satu alasan di atas, dan Anda hanya pergi ke sana untuk mengamati bagaimana umat Kristiani melakukan kebaktian dan membiasakan diri dengan cara mereka atau untuk tujuan penjangkauan, dialog, kerja sama dalam tindakan kebajikan, dan lainnya, maka tidak ada yang salah dengan itu,” sambungnya. Dalam kasus seperti itu, bahkan mungkin sangat dianjurkan tergantung pada sifat kunjungan Anda dan keadaannya. Kita tahu bahwa Khalifah Umar ibn Al-Khattab, ketika berada di Yerusalem, dibawa berkeliling di gereja kuno oleh patriark, tetapi dia menolak sholat di dalam. “Ketika ditanya tentang hal itu dia berkata, ‘Saya khawatir, jika saya melakukannya, umat Islam nantinya akan mengklaimnya sebagai tempat sholat atau mushala’. Sebagai penutup, saya dapat mengatakan tidak ada salahnya bagi umat Islam mengunjungi gereja, sinagoga, atau kuil jika tujuannya selain untuk ibadah atau alasan agama,” pungkasnya. (win)

Read More

Pangeran Diponegoro Dikubur dengan Keris Kiai Ageng Bondoyudo

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Pangeran Diponegoro memiliki sejumlah koleksi senjata pusaka. Sebagian besar senjata itu dibagi-bagikan di antara anggota keluarga dekatnya, kecuali satu— keris Kiai Ageng Bondoyudo. “Keris ini dibuatnya dari pusaka lain pada tahun kedua Perang Jawa dan lebih sebagai jimat daripada senjata tempur. Ia telah mewarisi juga sebilah keris, Kiai Abijoyo, dari ayahnya, barangkali tatkala ia diangkat sebagai Raden Ontowiryo pada September 1805 ,” kata Sejarawan Peter Carey, penulis buku P.Diponegoro, Kuasa Ramalan kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (22/07/2023) Hadiah panah Sarutomo, yang tampil di mata Diponegoro bagai lesatan selarik cahaya, lagi-lagi mengingatkan pada Arjuna, tokoh wayang yang paling sering disamakan dengan Pangeran (Carey 1974a:12– 6; hlm. 471).KetDalam cerita wayang yang diambil dari Mahabharata, senjata sakti yang sama dikaitkan dengan pangeran Pandawa itu tatkala ia bersamadi di Danau Tirtomoyo. Hal itu mungkin juga punya kaitan dengan masa kehancuran Jawa yang akan ditimbulkan oleh Diponegoro sebagaimana diramal oleh suara gaib di Parangkusumo, sama halnya dengan panah Arjuna, Pasopati, menjadi sarana penghancuran kekuatan jahat dalam kidung Arjunawiwāha (Pernikahan Arjuna; Poerbatjaraka 1926:288–90). Tentu saja, Diponegoro sangat menghargai senjata itu. Sekembalinya ke Tegalrejo, ia mewujudkannya dalam sebentuk belati kecil atau cundrik, yang kemudian dibawa-bawa oleh istrinya yang keempat, Raden Ayu Maduretno (pasca-Agustus 1825, Ratu Kedaton), selama Perang Jawa. “Kira-kira pada 1827, belati itu dilebur bersama dengan dua benda pusaka lain milik Diponegoro menjadi sebilah keris pusaka, bernama Kiai Ageng Bondoyudo (Yang Mulia bertanding tanpa senjata), yang digunakan mengobarkan semangat prajuritnya selama tahap perjuangan sulit melawan Belanda,”paparnya. (mif)

Read More

SWF Saudi Arabia Dirikan Pabrik Susu Unta

Riyadh — 1miliarsantri.net : Lembaga Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi berencana mendirikan perusahaan baru “Sawani” yang diharapkan bisa menjadi produsen utama produk susu unta, terutama susu unta yang memiliki kandungan mineral dan vitamin yang tinggi seperti vitamin A, B, E, dan C. Sovereign Wealth Fund (SWF) Saudi tersebut secara resmi mengumumkan pendirian Sawani untuk memungkinkan pertumbuhan industri peternakan unta Saudi dan secara aktif berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. “Arab Saudi memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang industri susu unta dan potensi yang sangat besar untuk memperluas kemampuan operasionalnya dan ekosistem yang lebih luas,” kata Kepala Barang Konsumen dan Ritel di Divisi Investasi MENA PIF, Majed al-Assafsaid dilansir dari Alarabiya, Jumat (21/07/2023). Menurutnya, perusahaan memiliki keunggulan kompetitif di seluruh rantai pasokan. Dengan adanya dukungan investasi maka akan memungkinkan pertumbuhan industri yang signifikan. “Pada akhirnya mengarah pada ekspor produk susu unta yang memiliki banyak manfaat nutrisi ke pasar regional dan global,” dia. Sawani akan menempatkan keberlanjutan di semua tahap produksi, distribusi, dan pemasaran serta meningkatkan kesadaran akan manfaat kesehatan dari produk susu unta di kalangan konsumen. PIF berinvestasi di sektor pangan dan pertanian negara untuk membantu mendiversifikasi ekonomi Kerajaan sebagai bagian dari Visi 2030. PIF telah mendirikan 84 perusahaan sejak 2017. (dul)

Read More