Mushaf Alquran Rusak, Apa yang Harus Dilakukan?

Jakarta — 1miliarsantri.net : Mushaf Alquran, sebagai kitab suci umat Islam, memiliki kedudukan yang sangat mulia sehingga memerlukan perlakuan khusus, bahkan ketika kondisinya tidak memungkinkan lagi untuk digunakan. Banyaknya masyarakat yang belum mengetahui cara memperlakukan mushaf yang rusak sesuai tuntunan syariat. Menjawab persoalan ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan Fatwa Nomor 21 Tahun 2023 tentang Hukum dan Pedoman Penanganan Mushaf Alquran yang Rusak dan/atau Tidak Layak Guna. Islam mengajarkan umatnya untuk memuliakan Alquran sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Waqiah ayat 77-80: إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌفِي كِتَابٍ مَكْنُونٍلَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Sesungguhnya ia adalah Alquran yang mulia. Di dalam kitab yang terpelihara. Tidak boleh menyentuhnya selain orang yang suci, wahyu yang turun dari Tuhan semesta alam.” (QS Al – Waqiah 77-80). Ayat ini menunjukkan bahwa kesucian dan kemuliaan Alquran harus dijaga, bahkan ketika mushaf tersebut tidak lagi dapat digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu fatwa ini menegaskan bahwa memuliakan mushaf Alquran merupakan kewajiban setiap Muslim, termasuk mushaf yang rusak atau tidak layak guna. Segala bentuk tindakan yang merendahkan mushaf, seperti menginjaknya, menjadikannya pembungkus, atau bahan kerajinan, dinyatakan haram. Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi yang artinya; Dari Amir bin Saad bin Abi Waqqash dari bapaknya, sesungguhnya Nabi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu.” (HR At-Tirmidzi) Hadits ini memberikan pesan untuk menjaga kehormatan dan kebersihan, termasuk dalam memperlakukan mushaf yang sudah rusak. Di dalam fatwa ini juga dijelaskan bahwa terdapat dua metode utama yang dapat dilakukan untuk penanganan mushaf Alquran yang rusak dan tidak laik guna, yakni pelenyapan dan pendaurulangan. Pelenyapan dilakukan dengan cara membakar atau mencacah mushaf hingga tidak dapat lagi dikenali sebagai mushaf, kemudian residunya dipendam atau dilarutkan. Sementara itu, pendaurulangan dilakukan dengan menghilangkan tulisan pada mushaf, mencacahnya, dan memanfaatkan hasil daur ulang dengan tetap menjaga kemuliaannya. Lebih lanjut, di dalam fatwa ini juga menyerukan kepada produsen dan penerbit mushaf untuk ikut bertanggung jawab dalam menjaga kemuliaan mushaf, termasuk saat kondisinya sudah tidak laik pakai. Tidak hanya itu, tokoh agama diharapkan terus mengedukasi masyarakat agar lebih memahami pentingnya penghormatan terhadap mushaf, baik yang masih digunakan maupun yang rusak. Dengan hadirnya Fatwa MUI Nomor 21 Tahun 2023, diharapkan umat Islam di Indonesia memiliki panduan yang jelas dalam memperlakukan mushaf yang rusak atau tidak layak guna. Langkah ini tidak hanya menjaga kesucian Alquran, tetapi juga memperkuat kesadaran masyarakat untuk terus menghormati kitab suci mereka dalam setiap keadaan. (yan) Baca juga :

Read More

Kunci Terkabulnya Hajat Setelah Salat Tahajud

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kegelisahan dan berbagai permasalahan hidup kerap membuat umat Muslim mencari jalan keluar melalui doa. Dalam sebuah kajian spiritual, Ustaz Adi Hidayat mengungkap kekuatan doa Nabi Yunus yang dapat menjadi perantara terkabulnya hajat, khususnya ketika dibaca setelah melaksanakan salat tahajud. “Doa Nabi Yunus memiliki kekuatan luar biasa karena mengandung tiga elemen penting: pengakuan keesaan Allah, pensucian Allah, dan pengakuan atas kelemahan diri sebagai manusia. Doa ini terbukti ampuh dalam situasi apapun, baik saat menghadapi kesulitan maupun ketika mengejar kesuksesan,” urai Ustaz Adi Hidayat, dikutip Ahad (30/11/2024). Doa yang termaktub dalam Surah Al-Anbiya ayat 87 ini berbunyi: لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ “Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn” yang memiliki arti “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” Ustaz Adi Hidayat menekankan bahwa kalimat pertama dalam doa tersebut merupakan inti dari seluruh perjuangan seorang Muslim di dunia. Kalimat tauhid ini bahkan menjadi kunci surga bagi mereka yang gugur di jalan Allah. Dimensi kedua dari doa ini adalah pengakuan akan kesucian Allah melalui kata “Subhanallah”. Kalimat ini menegaskan bahwa tidak ada yang setara dengan keagungan Allah SWT. “Saat kita mengucap Inni kuntu minaz-zalimin, kita menunjukkan kesadaran akan keterbatasan diri dan memohon ampunan-Nya. Ini adalah bentuk kerendahan hati yang paling murni,” ujar dia. Dalam penjelasan lebih lanjut, sang ustaz mengaitkan doa ini dengan janji Allah yang tertuang dalam ayat berikutnya. Allah SWT berjanji akan mengabulkan permohonan siapa saja yang berdoa dengan ketulusan seperti Nabi Yunus. Waktu paling ideal untuk mengamalkan doa ini adalah setelah melaksanakan salat tahajud. Keheningan malam dan suasana khusyuk menciptakan momen sempurna untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Setelah tahajud, awali dengan istighfar lalu bacalah doa ini dengan penuh penghayatan. Jangan sekadar melafalkan, tetapi resapi setiap maknanya sambil menyerahkan segala urusan kepada Allah,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Bersalaman usai sholat menjadi perkara khilafiyah di kalangan umat Islam

Surabaya — 1miliarsantri.net : Hukum bersalaman setelah sholat menjadi salah satu perkara khilafiyah yang sering diperbincangkan di kalangan umat Islam. Para ulama memiliki beragam pandangan, mulai dari yang melarang secara mutlak, membolehkan dengan syarat, hingga yang mensunnahkan dijelaskan dalam buku Bersalaman Sesudah Sholat karya Muhammad Aqil Haedar,LC. Para ulama seperti Ibnu Taimiyah (w. 728H) berfatwa di dalam kitab Majmu’ Fatawa : وسئل عن المصافحة عقيب الصلاة: هل هي سنة أم لا ؟ فأجاب: الحمد لله ، المصافحة عقيب الصلاة ليست مسنونة، بل هي بدعة. والله أعلم Beliau ditanya tentang bersalaman sesudah shalat, apakah dia sunah atau bukan? Beliau menjawab: “Alhamdulillah, bersalaman sesudah shalat tidak disunahkan, bahkan itu adalah bid’ah.” Wallahu A’lam Para ulama lainnya, Syeikh Bin Baz, dan Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menganggap bersalaman setelah shalat sebagai bid’ah. Dalam pandangan ini, tidak ada contoh dari Rasulullah SAW maupun sahabat terkait kebiasaan tersebut. Dalil utama yang digunakan adalah hadis tentang larangan menambahkan hal baru dalam agama yang tidak diajarkan Rasulullah SAW. Selain itu, mereka khawatir kebiasaan ini akan dianggap sebagai bagian dari ritual ibadah yang wajib dilakukan. Sebagian ulama seperti Imam Al-Izz bin Abdussalam, Imam An-Nawawi, dan Syaikh Athiyah Shaqr membolehkan bersalaman setelah shalat, bahkan dalam beberapa kasus menghukuminya sunnah. Mereka berpendapat bahwa selama bersalaman ini tidak dimaksudkan sebagai ritual ibadah dan hanya untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, maka hukumnya boleh. Dalilnya merujuk pada keutamaan bersalaman secara umum, seperti hadis yang menyebutkan bahwa dua Muslim yang bersalaman akan diampuni dosa-dosanya sebelum berpisah. Ulama lain yang membolehkan bersalaman selepas shalat adalah Imam Syihabuddin Ar Ramli Asy Syafi’i (w. 957 H). Dalam kitab Fatawa-nya tertulis: “Sesungguhnya apa yang dilakukan manusia berupa bersalaman setelah shalat tidaklah ada dasarnya, tetapi itu tidak mengapa.” Ada pula ulama yang mensunahkan bersalaman selepas shalat, seperti Imam Abdurrahman Syaikhi Zaadah Al-Hanafi. Menurut mereka, bersalaman adalah bagian dari sunah pertemuan yang juga berlaku setelah ibadah, selama tidak diyakini sebagai kewajiban. Ulama sepakat bahwa jika bersalaman dianggap sebagai bagian dari ritual ibadah shalat, maka itu adalah bid’ah yang tidak dianjurkan. Namun, jika dilakukan dengan niat mempererat hubungan dan tidak diyakini sebagai ibadah khusus, pendapat yang membolehkan dan mensunnahkan memiliki dasar yang kuat. Perdebatan ini seharusnya tidak menjadi sumber konflik di tengah umat Islam. Syeikh Athiyah Shaqr, misalnya, mengingatkan agar khilafiyah seperti ini tidak terus menerus diributkan. “Selama itu dilakukan dalam semangat persaudaraan, maka tidak ada alasan untuk melarangnya,” katanya. Dengan demikian, bersalaman setelah shalat dapat dipahami sesuai dengan konteks dan niat pelakunya, tanpa memaksakan salah satu pendapat kepada orang lain. (yat) Baca juga :

Read More

Kemenag Galakkan Gerakan Ayo Mengaji di Sekolah

Bogor — 1miliarsantri.net : Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama (Kemenag) akan menggalakkan Gerakan Ayo Mengaji di sekolah. Terobosan ini diharapkan menjadi jawaban atas problem keterbatasan literasi tuntas buta aksara Al-Qur’an. Inisiatif ini dibahas bersama dalam giat Literasi Al-Qur’an di Sekolah “Gerakan Ayo Mengaji” yang digelar Direktorat PAI di Bogor, 20 – 22 November 2024. Hadir para Kepala Seksi PAI Kantor Kementerian Agama Kab/Kota, Guru PAI seluruh jenjang dan Pengawas PAI jenjang Dasar dan Menengah. Kemenag mencatat, ada sekitar 40 juta siswa muslim di sekolah pada seluruh jenjang pendidikan. Direktur Pendidikan Agama Islam, M. Munir, berharap gerakan Ayo Mengaji membentuk gelombang-gelombang kecil yang terus membesar dalam konteks Tuntas Baca Al-Qur’an. “Kita semua sedang berjihad fisabilillah. Barangsiapa yang mengajarkan agama dan Al-Qur’an adalah berjihad. Siap atau tidak Bapak dan Ibu sekalian memberikan pengajaran kepada sekitar 40 juta peserta didik beragama Islam di seluruh jenjang pendidikan?.” tanya M. Munir. “Tanggungjawab besar menuntaskan buta aksara Al-Qur’an ini akan menjadi sebuah ladang pahala bagi guru-guru PAI yang juga memiliki kewajiban mendidik anak bangsa dalam rangka meningkatkan literasi pendidikan agama,” sambungnya. Program Tuntas Baca Al-Qur’an yang dicanangkan ini menjadi bagian dari Peta Jalan Pendidikan Agama Islam 2024-2029. Imisiatif ini didorong agar dapat menjadi program prioritas pemerintah. “Kepala Badan Moderasi Beragama & Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam mendukung agar program tuntas baca Qur’an ini menjadi Gerakan Ayo Mengaji di Sekolah,” papar Munir. Literasi ini membahas tiga sub-tema, yakni: Standar Pembelajaran Membaca Al-Qur’an, Regulasi Pusat dan Daerah tentang Gerakan Mengaji, dan Best Practice atas Permasalahan dan Solusi Tuntas Baca Qur’an. “Giat ini diharapkan menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat dalam proses penyusunan pengambilan kebijakan ke depannya,” tukas alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. “Mohon dibahas secara akurat seluruh aspek program literasi tuntas buta aksara Al-Qur’an ini termasuk di dalamnya agar gerakan ayo mengaji ini masuk ke dalam intrakurikuler dengan pelaksanaan belajar di jam NOL, di luar jam pelajaran formal PAI di kelas,” sambungnya. Munir juga menyoroti pentingnya pelatihan Guru PAI agar benar-benar mampu mengajarkan Al-Qur’an. Menurutnya, harus ada standar kompetensi guru PAI layak mengajarkan baca Al-Qur’an. Direktorat PAI pernah menyusun program serupa beberapa tahun lalu. Konsep ini akan disempurnakan. “Standar kemampuan literasinya harus jelas, jika memungkinkan menggunakan teknologi, maka proses pembelajaran baca Qur’an dan penilaiannya dapat menggunakan artificial intelligence atau teknologi pembelajaran lainnya,” tegasnya. “Semoga program ini mendapat dukungan bapak ibu guru sekalian dalam menuntaskan buta aksara Al-Qur’an. Insya Allah menjadi amal jariyah bapak ibu dalam mencetak sejarah masa depan anak-anak Indonesia,” tutup Munir. (gus) Baca juga :

Read More

3 Doa Pembuka Rezeki yang Wajib Kalian Amalkan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Siapa sih yang nggak ingin rezekinya lancar dan berkah? Rezeki itu nggak selalu soal uang, lho. Bisa jadi kesehatan, keluarga harmonis, pekerjaan yang nyaman, atau bahkan ketenangan hati. Dalam Islam, ada banyak cara untuk membuka pintu rezeki, salah satunya adalah dengan berdoa. Nah, berikut ini adalah 3 doa pembuka rezeki yang wajib kamu amalkan. Yuk, simak dan catat! “Rabbi inni lima anzalta ilayya min khayrin faqir.”(Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.)(QS. Al-Qasas: 24) Doa ini sederhana tapi penuh makna. Dengan membaca doa ini, kita mengakui bahwa semua kebaikan datang dari Allah dan hanya kepada-Nya kita memohon rezeki. Jangan lupa baca doa ini setiap kali kamu merasa membutuhkan pertolongan Allah! “Allahumma inni as’aluka rizqan tayyiban wa ‘ilman naafi’an wa ‘amalan mutaqabbalan.”(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rezeki yang halal, ilmu yang bermanfaat, dan amal yang diterima.) Rezeki yang halal dan berkah lebih penting daripada sekadar banyaknya harta. Jangan lupa, kualitas rezeki yang baik akan membawa keberkahan dalam hidupmu. Yuk, rutin baca doa ini setiap pagi! “Rabbi adkhilni mudkhala sidqin wa akhrijni mukhraja sidqin, waj‘al li min ladunka sultanan nasira.”(Ya Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara yang benar dan keluarkanlah aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.)(QS. Al-Isra: 80) Doa ini mengajarkan kita untuk memulai segala sesuatu dengan niat baik, memohon kelancaran, dan mengharapkan pertolongan Allah. Cocok banget buat kamu yang sedang mencari jalan baru dalam hidup! Doa adalah senjata orang beriman, tapi jangan lupa bahwa doa juga harus diiringi usaha dan tawakal. Rezeki itu luas, jadi jangan batasi hanya pada hal-hal duniawi. Dengan membaca doa-doa ini, kita tidak hanya meminta rezeki, tapi juga keberkahan dan ridha Allah dalam setiap langkah hidup kita. (yan) Baca juga :

Read More

Sambut Pagi dengan Dzikir dan Doa

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pagi hari laksana masa muda yang penuh dengan vitalitas, dan sore hari ibarat masa tua. Barangsiapa yang terbiasa melakukan suatu aktivitas pada masa mudanya, niscaya ia akan terbiasa mengerjakannya hingga masa tuanya. Aktivitas seseorang pada pagi hari akan mempengaruhi semangat kerja di sepanjang harinya. Maka dari itu, penting untuk mengawali pagi dengan nuansa-nuansa yang positif. Salah satunya bisa dilakukan melalui berdoa. Rasulullah Muhammad SAW mendoakan umatnya pada pagi hari. “اللهُمَّ بَارِكْ ‌لِأُمَّتِي ‌فِي ‌بُكُورِهَا” “Ya Allah, berkahilah untuk umatku di waktu paginya” (HR Ahmad). Para salafush shalih sangat menghargai waktu pagi dan bersemangat guna mengoptimalkannya dalam kebaikan. Abu Wa’il bercerita, “Suatu pagi kami berkunjung ke rumah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu sesudah subuh. Setelah mengucapkan salam, kami dipersilahkan masuk. Namun, kami berhenti sejenak di depan pintu. Hingga pembantunya keluar sembari berkata, ‘Silakan masuk.’ Kami pun masuk. Ternyata saat itu Ibnu Mas’ud sedang duduk berzikir. Ibnu Mas’ud bertanya, ‘Mengapa kalian tadi tidak segera masuk? Padahal sudah kuizinkan masuk?’ Kami menjawab, ‘Kami pikir, barangkali ada sebagian anggota keluargamu sedang tidur.’ Ia berkata, ‘Apakah kalian pikir keluargaku pemalas?’ Kemudian, Ibnu Mas’ud melanjutkan zikirnya hingga matahari terbit. Selesai itu, ia berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan pada kita kesempatan hidup di hari ini dan tidak membinasakan kita akibat dosa-dosa kita.’” Ada berbagai doa yang bisa dipanjatkan kala pagi hari. Misalnya, sebagai berikut. اَصْبَحْنَا وَاَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالحَْمْدُ للهِ وَالْكِبْرِيَاء وَالْعَظَمَة لِلَّهِ وَالخَْلْقُ وَاْلاَمْرُ وَاللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَمَا سَكَنَ فِيْهِمَا لِلَّهِ تَعَالَى . اللَّهُمَّ اجْعَلْ اَوَّلَ هَذَا النَّهَارِ صَلاَحًا وَاَوْسَطَه نَجَاحًا وَآخِرَه فَلاَحًا يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِ ين Artinya, “Kami telah mendapatkan subuh dan jadilah segala kekuasaan kepunyaan Allah, demikian juga kebesaran dan keagungan, penciptaan makhluk, segala urusan, malam dan siang dan segala yang terjadi pada keduanya, semuanya kepunyaan Allah Ta’ala. Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini suatu kebaikan dan pertengahannya suatu kemenangan dan penghabisannya suatu kejayaan, wahai Tuhan yang paling Penyayang dari segala penyayang.” (wink) Baca juga :

Read More

Beberapa Manfaat Menjaga Silaturahim

Jakarta — 1miliarsantri.net : Secara kebahasaan, silaturahim merupakan gabungan dari kata shilah yang berarti ‘hubungan’ dan rahim, ‘kerabat.’ Dengan demikian, istilah ini dapat dimaknai sebagai ‘hubungan persaudaraan atau kekerabatan.’ Kata rahim juga mengingatkan pada salah satu sifat Allah SWT, yakni Mahapenyayang (ar-Rahiim). Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis, “Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata, ‘Barangsiapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barangsiapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya’” (muttafaqun ‘alaih). Berdasarkan sabda Rasulullah SAW tersebut, umat Islam sudah semestinya menjaga silaturahim. Beliau sendiri telah memberikan suri teladan tentang merawat hubungan baik. Salah satu anjurannya ialah terus berbuat baik kepada orang-orang, termasuk yang memutus tali silaturahim. Berikut ini adalah beberapa keutamaan memelihara silaturahim menurut ajaran Islam. Seperti diriwayatkan Abu Hurairah, suatu hari ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi SAW. “Wahai Rasulullah,” katanya, “sungguh aku memiliki keluarga dekat yang biasa kuhubungi, tetapi mereka memutuskan tali kekerabatannya denganku. Aku biasa berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka jahat kepadaku. Aku juga bersabar terhadap tindakan mereka, tetapi mereka tidak memedulikanku.” Rasulullah SAW bersabda, “Jika keadaannya seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah menyuapi mereka dengan pasir yang panas. Engkau senantiasa akan mendapat bantuan dari Allah dalam menghadapi mereka selama dalam keadaan demikian” (HR Muslim) Makna sabda Nabi SAW, tusiffuhumul malla atau “menyuapi mereka dengan pasir panas”, itu disebabkan dosa yang mereka dapatkan karena perbuatan mereka. Adapun zhahiirun bermakna lelaki tadi insya Allah akan mendapatkan pertolongan dari Allah dalam menghadapi mereka dan menolak gangguan mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Silaturahim, akhlak yang baik, dan berbuat baik kepada tetangga, dapat meramaikan perkampungan dan memanjangkan umur” (HR Ahmad dan Baihaki). Dalam hadis lain, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim” (muttafaq alaih). Hadis-hadis itu dapat dimaknai secara lafzi ataupun majazi. Dalam pengertian lafzi, betul-betul umur orang yang melakukan silaturahim itu dipanjangkan Allah SWT. Yakni, umur yang merupakan takdir muqayyad (yang diikat), yang terdapat pada lembaran malaikat yang masih bisa dihapus dan ditetapkan. Dalam pengertian maknawi, itu berarti bahwa Allah SWT memberkati orang-orang yang menjaga silaturahim dengan ketenangan jiwa, kedamaian hati, dan ketenteraman pikiran. Kebiasaan menyambung tali persaudaraan akan membuka banyak peluang untuk maju, memperbaiki diri, dan bahkan melapangkan rezeki. Insya Allah, orang-orang Muslim yang gemar merawat silaturahim akan semakin berpeluang untuk menjadi penghuni surga. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali kekeluargaan” (HR Muslim). Dengan terus menjaga hubungan kekerabatan dan persaudaraan, rasa cinta dan saling mengasihi pun akan tumbuh. Perasaan demikian didasari hanya pada mengharap ridha-Nya. Mereka itulah yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, Allah ‘Azza wa Jalla pada hari kiamat akan berfirman, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Pada hari inilah Aku memberikan mereka naungan, pada hari yang tidak ada naungan lagi kecuali naungan-Ku’” (HR Muslim). (yan) Baca juga :

Read More

Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Salah satu karunia Allah SWT yang sering diabaikan atau dilalaikan manusia adalah nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW, “Ada dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.” Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit. Dr Husain Haikal dalam kitabnya, Hayatu Muhammad, menjelaskan, Nabi Muhammad SAW selama hidupnya hanya dua kali mengalami sakit. Pertama, ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di Baqi’. Kedua, ketika beliau mengalami susah tidur dan demam panas beberapa hari sebelum wafatnya. Lalu timbul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad SAW selalu sehat? Pertama, beliau senantiasa bangun subuh. Waktu subuh tentu tidak sama dengan waktu pagi Pagi adalah waktu setelah matahari terbit, kira-kira jam 07.00. Adapun waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari terbit. Ini sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat ke-18. Artinya: “Demi waktu subuh di kala fajar merekah.” Sumpah Allah dengan waktu itu adalah untuk menarik perhatian manusia, khususnya manusia yang beriman kepada-Nya akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak mengandung zat asam yang sangat diperlukan buat pernapasan manusia. Tidak heran orang-orang yang suka bangun subuh dan selalu menghirup udara subuh sukar dihinggapi penyakit paru-paru. Pernapasannya teratur dan paru-parunya menjadi kuat. Bangun subuh tidak saja besar artinya bagi kesehatan jasmani, tetapi juga bagi kesehatan rohani kita. Faktor kedua, beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil, Rasulullah SAW menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air. Ketika diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau bersabda: “Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.” Maka, siapa yang tidak suka menjaga kebersihan, ternodalah sebagian imannya. Faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa sehat adalah, beliau selalu makan secukupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Kami adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.” Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, bila kita tidak makan pada waktunya, maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi. Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW sekaligus menantu beliau, yakni ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.” Faktor terakhir karena beliau banyak berjalan kaki. Dalam berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berjalan kaki adalah suatu cara gerak badan yang sangat penting dan menyehatkan. Dengan sering berjalan kaki, pernapasan lebih teratur, urat-urat akan selalu tergerakkan, paru-paru akan menjadi kuat, dan darah menjadi bersih. (yan) Baca juga :

Read More

Ciri-Ciri Orang yang Bertakwa

Surabaya — 1miliarsantri.net : Setiap perintah Allah SWT yang kita kerjakan selalu memiliki tujuan akhir, yaitu untuk membentuk insan-insan yang bertakwa. Maknanya, manusia yang siap taat untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Dengan ketakwaan itu, seseorang mendapatkan jaminan ampunan dan surga-Nya. Di antaranya, perintah untuk menghambakan diri secara total kepada Allah SWT (QS al-Baqarah [2]: 21), memenuhi janji (QS al-Baqarah [2]: 63), penegakan hukum qishas (QS al-Baqarah [2]: 179), menjalankan ibadah puasa Ramadhan (QS al-Baqarah [2]: 183), istiqamah di jalan Islam (QS al-An’am [6]: 153), dan berpegang teguh kepada kebenaran (QS al-Araf [7]: 171). Ujung ayat-ayat tersebut berbunyi, “La’allakum tattaqun…” (agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa). Dalam Alquran, telah disebutkan karakteristik yang selalu melekat dalam diri manusia yang bertakwa. Pertama, dalam surah al-Baqarah [2] ayat 3-4. Yaitu, manusia yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan kepadanya, beriman kepada kitab suci Alquran dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta yang yakin akan adanya kehidupan akhirat. Kedua, dalam surah al-Baqarah [2] ayat 177. Orang yang bertakwa adalah yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan nabi-nabi-Nya. Kemudian, dia memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang yang meminta-minta. Orang yang bertakwa juga memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Selain itu, orang yang bertakwa selalu menepati janjinya dan bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Ketiga, dalam surah Ali Imran [3] ayat 134-135. Yaitu, orang-orang yang menafkahkan hartanya di waktu lapang maupun sempit, menahan amarahnya, memaafkan kesalahan orang lain, dan apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri segera ingat kepada Allah, lalu memohon ampun kepada-Nya. Dalam Alquran, juga telah disebutkan jaminan (balasan) yang dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bertakwa (muttaqin). Pertama, jaminan ampunan dan mendapatkan surga. Allah SWT berfirman, “Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS Ali Imran [3]: 146). Kedua, diberikan baginya jalan keluar dari berbagai permasalahan hidup. Allah SWT berfirman, “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS at-Thalaq [65]: 2). Ketiga, diberikan jaminan rezeki dari arah yang tidak terduga sebelumnya. Allah SWT berfirman, “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS at-Thalaq [65]: 3). Keempat, akan dihapuskan dosa-dosanya dan diberikan pahala yang berlipat. Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS at-Thalaq [65]: 5). (yat) Baca juga :

Read More

Badai PHK Kembali Menghantui, Rakyat Terus dalam Kesulitan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Badai pemutusan hubungan kerja masih menghantui pekerja di Indonesia. Kemnaker mencatat sebanyak 59.764 orang terkena PHK hingga Oktober 2024. PHK didominasi sektor pengolahan sebanyak 24.013 orang, aktivitas jasa lainnya 12.853 orang, serta di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan 3.997 orang. Tentu hal ini memberikan pukulan keras bagi perekonomian Indonesia yang sedang berusaha pulih pasca covid dan badai ekonomi lainnya. Para tenaga kerja yang dirumahkan harus memutar otak untuk segera mencari pengganti pekerjaan agar bisa tetap menyambung hidup, namun mencari pekerjaan baru juga bukan hal mudah di negeri ini. Ratusan ribu orang yang lebih dulu menganggur saja masih belum dapat kebagian jatah pekerjaan untuk terus bertahan menopang berbagai beban kebutuhan, ditambah puluhan ribu pendatang baru tentu ini semua menimbulkan keresahan dan harus segera ada tindakan dari pemerintah untuk saling bergandengan menyelamatkan keadaan. Masyarakat berharap negara jangan sampai berlepas tangan dan menyerahkan seluruh keputusan pada pihak pengusaha termasuk dalam hak mengelola tenaga kerja dan pemutusan hubungan kerja karena jika dalam sistem kapitalisme tentu para pekerja berpotensi terus dirugikan mengingat kekuasaan berada ditangan pemilik modal hal itu karena konsep dan pandangan yang mengutamakan keuntungan tanpa melihat kemaslahatan bagi masyarakat. Masyarakat harus mendapatkan solusi yang bisa memberikan jaminan baik dari tersedianya lapangan kerja hingga tidak perlu merasa dihantui oleh badai PHK. Pengelolaan atas sumber daya alam negeri ini harus dikerahkan untuk kebaikan penduduk begitu juga sumber daya manusia yang dimiliki harus bisa berdaya bukan malah diperas dan dicampakkan begitu saja. (yan) Baca juga :

Read More