Hizbul Wathan Membentuk Karakter Jenderal Sudirman

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Dalam biografi resmi yang dirilis Pusat Sejarah TNI, ada pelbagai cerita mengenai besarnya pengaruh Hizbul Wathan (HW) dalam membentuk pribadi Jenderal Besar Sudirman. Tokoh militer Indonesia itu pada masa remajanya bergabung dengan kepanduan dalam lingkup Muhammadiyah tersebut. “Melalui kegiatan Hizbul Wathan, bakat bakat kepemimpinan Sudirman terlihat. Ia menjadi pandu yang disiplin, dan bertanggung jawab, cinta terhadap alam,” demikian petikan narasi dalam buku tersebut. Secara umum, ada tiga kegiatan yang diikuti Sudirman muda sebagai seorang pandu HW, yakni pendidikan rohani, pelatihan jasmani, dan karya bakti. Untuk yang terakhir itu, lelaki kelahiran Purbalingga (Jawa Tengah) itu diharuskan aktif dalam Majelis Penolong Kesengsaraan Oemat (kini PKU) Muhammadiyah. Bersama rekan-rekannya, ia ikut mengumpulkan zakat, mempersiapkan penyelenggaraan shalat id, menyembelih hewan kurban dan membagikan daging kepada warga, serta pelbagai kegiatan positif lain-lainnya. Ada pula satu kisah perkemahan pandu HW di Lereng Batur, daerah Dieng Wonosobo. Dlaam kegiatan itu, tampak karakteristik Sudirman remaja saat menghadapi situasi dan kondisi yang ekstrem. Menjelang malam, turun hujan deras. Udara menjadi sangat dingin. Rekan-rekan Sudirman yang tak kuat dingin meminta izin untuk pindah tenda atau turun ke rumah penduduk. Sementara, Sudirman tetap dalam tendanya. Seorang kawannya yang bertugas jaga malam sempat mendengar lantunan bacaan ayat Kursi–Alquran surah al-Baqarah ayat ke-255–dari dalam tenda Sudirman. Setelah itu, ia terlihat mengenakan baju hangat dan menunaikan shalat malam. Hizbul Wathan menjadi jalan awal bagi Sudirman muda untuk terjun ke lapangan dakwah sebagai seorang kader Muhammadiyah. Keaktifannya pun tercatat dalam Pemuda Muhammadiyah. Pada 1937, ia menjadi wakil Pemuda Muhammadiyah wilayah Banyumas. Di Pemuda Muhammadiyah pula, kecakapan Sudirman dalam berdakwah kian terasah. Seorang kawan aktivis di organisasi, Hardjomartono, memberikan kesaksian, sebagaimana direkam Sardiman dalam bukunya. Menurut dia, Pak Dirman biasa berdakwah di pelbagai daerah sekitar Banyumas, termasuk Rawalo. Di sana, pernah Hardjomartono dan kawan-kawan berbincang dengan Sudirman. “Wahai para pemuda Muhammadiyah! Ada dua pilihan penting dalam kehidupan yang kita jalani saat ini. Pertama, iskhariman, yakni hidup yang mulia. Yang kedua, musyahidan, yakni mati syahid. Kalian memilih yang mana?” kata Hardjomartono menirukan perkataan Sudirman waktu itu. “Kalau memilih iskhariman, bagaimana syaratnya?” kata seorang kawan. “Kamu harus selalu beribadah dan berjuang untuk agama Islam,” jawab Sudirman. “Bagaimana kalau musyahidan?” timpal Hardjomartono. “Kamu harus berjuang melawan setiap bentuk kebatilan dan berjuang untuk memajukan Islam.” “Jadi, semua harus berjuang?” sambung yang lain. “Kedua pilihan itu seimbang,” jelas Sudirman, “maka kita akan mendapatkan semua kalau mau. Salah satu musuh penghalang saat ini adalah penjajahan. Agar pemuda mendapatkan kemuliaan, maka harus bersiap untuk berjuang, siap syahid untuk mendapatkan kemerdekaan. Para pemuda harus berani untuk jihad fisabillilah.” (jeha) Baca juga :

Read More

Setia di Jalan Takwa

Jakarta — 1miliarsantri.net : Alkisah, ada dua sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang sangat setia kepada istri masing-masing. Dua sahabat itu adalah Umar bin al-Khattab dan Anas bin Malik RA. Keduanya selalu membangunkan istrinya, kemudian anaknya, agar dapat melaksanakan shalat Tahajud dan makan sahur bersama. Kedua sahabat ini merasa sangat terkesan saat mendengar hadis qudsi, “Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa kemuliaan orang Mukmin itu terletak pada qiyamul lail.” (HR Muslim). Sedemikian mendalamnya kesan itu, sehingga Umar bin al-Khattab menyampaikan pesan kepada rakyatnya, “Manisnya kehidupan dunia itu terletak pada tiga hal: qiyamul lail, bertemu dengan sahabat seperjuangan, dan shalat berjamaah.” Diriwayatkan Aisyah RA, Rasulullah SAW pernah melakukan shalat Tahajud dalam waktu sangat lama. Beliau meminta Aisyah, untuk membiarkannya berberibadah kepada Allah dengan khusyuk. Aisyah RA mendekati Rasulullah dan berkata, “Demi Allah, aku ingin selalu dekat denganmu dan melakukan sesuatu yang dapat membahagiakanmu!” Rasul pun bergeming terhadap “ajakan” Aisyah. Rasul lalu mengambil air wudhu dan melanjutkan shalat malamnya saat itu. Aisyah kemudian mengisahkan bahwa Rasul meneruskan shalat malamnya sambil menitikkan air mata. Air mata itu mula-mula hanya membasahi pipi, lalu jenggot, sampai akhirnya membasahi tempat sujud beliau. Rasulullah tidak henti-hentinya menangis dalam shalat Tahajud itu hingga Bilal RA mengumandangkan azan Subuh. Aisyah bertanya, “Mengapa engkau menangis seperti itu? Tidakkah Allah telah mengampuni dosa masa lalu dan mendatang engkau?” Rasul menjawab, “Sungguh aku beribadah seperti itu karena aku ingin menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur!” Bersyukur merupakan jalan takwa kepada Allah dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Setia di jalan takwa dapat mengalahkan kecintaan hamba terhadap dunia, harta, takhta, bahkan wanita. Oleh karena itu, Rasulullah SAW meneladankan kesetiaan di jalan takwa dengan selalu berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu untuk selalu merasa takut kepada-Mu, di saat sendiri maupun ramai. Aku memohon kepada-Mu kelezatan untuk memandang wajah-Mu, dan merindukan pertemuan mesra nan indah dengan-Mu dalam situasi tanpa penderitaan yang membahayakan dan tanpa fitnah yang menyesatkan.” (HR an-Nasai no 1304). Setia di jalan takwa adalah solusi kehidupan, pembuka pintu rezeki, dan pelancar segala urusan (QS ath- Thalaq [65]: 2-4). (yan) Baca juga :

Read More

Teori Relativitas Umum Einstein Diuji di Skala Terbesar Selama 11 Miliar Tahun

Jakarta — 1miliarsantri.net : Teori relativitas umum Albert Einstein kembali mendapatkan pembuktian. Kali ini dari hasil pengamatan evolusi kosmik selama 11 miliar tahun menggunakan Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI). Dengan hasil ini, ilmuwan membuktikan bahwa teori relativitas umum Einstein adalah resep terbaik untuk memahami gravitasi, bahkan pada skala kosmologis yang sangat besar. Ilmuwan Ishak-Boushaki dan timnya University of Texas di Dallas menggunakan data dari DESI untuk membuktikan teori relativitas umum Einstein. Dikembangkan pada 1915, teori relativitas umum telah menjadi landasan utama pemahaman manusia tentang gravitasi selama lebih dari satu abad. Teori ini membantu kosmolog memodelkan evolusi alam semesta, mulai dari masa-masa awal hingga saat ini. Namun, sebagian besar pengujian teori ini dilakukan pada skala kecil seperti sistem tata surya. Instrumen DESI memberikan tantangan besar dengan menguji teori Einstein pada skala kosmologis yang luas. Pengujian ini menggunakan data dari hampir 6 juta galaksi dan quasar, serta melacak evolusi alam semesta sejak berusia sekitar 3 miliar tahun. Analisis jutaan galaksi dari data DESI membuktikan bahwa cara galaksi-galaksi ini berevolusi dan berkelompok selama miliaran tahun konsisten dengan prediksi Einstein. Sejak Einstein memperkenalkan teori relativitas umum lebih dari seabad lalu, para peneliti terus mencari skenario di mana teori ini mungkin gagal. Namun, hingga saat ini, belum ada uji coba di skala sejauh jarak terbesar di alam semesta. Struktur kosmik dan perubahan yang terjadi seiring waktu menjadi cara ampuh untuk menguji gravitasi. Sebab, gravitasi adalah kekuatan yang membentuk galaksi dari fluktuasi kecil distribusi materi di alam semesta awal. Dengan data DESI yang telah memetakan hampir 6 juta galaksi selama 11 miliar tahun terakhir, Ishak-Boushaki dan timnya membandingkan hasil ini dengan prediksi teori gravitasi, baik milik Einstein maupun teori-teori modifikasi kontemporer. Hasilnya? Tidak ada penyimpangan dari prediksi gravitasi Einstein. Meski terdapat beberapa ketidakpastian pengukuran, bukti kuat menunjukkan bahwa relativitas umum tetap menjadi teori yang paling akurat untuk menjelaskan keadaan alam semesta. Analisis ini juga memberikan petunjuk penting tentang energi gelap, kekuatan misterius yang dianggap mempercepat ekspansi alam semesta. Einstein sendiri pernah menyisipkan konstanta kosmologis dalam teorinya, yang menyerupai peran energi gelap. Namun, hasil DESI sebelumnya menunjukkan bahwa energi gelap mungkin tidak konstan dan berubah seiring usia alam semesta. “Fakta bahwa relativitas umum sesuai dengan data, tetapi energi gelap tidak konsisten dengan konstanta kosmologis, membuka banyak kemungkinan baru tentang apa yang sebenarnya data ini ungkapkan,” ujar Ishak-Boushaki, dilansir dari New Scientist. DESI dipasang di Teleskop Nicholas U. Mayall di Observatorium Nasional Kitt Peak. DESI adalah instrumen canggih dengan 5.000 “mata robot.” Proyek ini telah memasuki tahun keempat dari survei lima tahunnya, yang bertujuan memetakan sekitar 40 juta galaksi dan quasar. Data ini menjadi kunci dalam memahami energi gelap dan materi gelap. Energi gelap dan materi gelap merupakan dua elemen misterius yang bersama-sama membentuk 95% alam semesta. Sementara itu, hanya 5% yang terdiri dari materi biasa seperti bintang dan planet. Mark Maus, salah satu peneliti DESI, menyebut ini sebagai pencapaian luar biasa. “Kemampuan kita untuk memotret alam semesta dan menjawab pertanyaan mendasar seperti ini benar-benar mengagumkan,” katanya, dilansir dari Space. DESI masih akan terus mengumpulkan data selama beberapa tahun ke depan, dengan target memetakan posisi dan sifat dari 40 juta galaksi. Hasil dari tahun pertama pengamatan saja sudah memberikan wawasan luar biasa, dan pada Maret 2025, tim ini akan mengungkap hasil dari tiga tahun pertama pengamatan mereka. Itamar Allali dari Brown University menyatakan, analisis mendatang ini berpotensi memberikan jawaban penting, termasuk mengukur perubahan konstanta Hubble (laju ekspansi alam semesta), mempersempit massa partikel neutrino yang sulit ditangkap, hingga mengeksplorasi keberadaan bahan kosmik baru seperti “radiasi gelap”. Analisis terbaru dari data DESI tahun pertama telah menciptakan peta 3D terbesar dari alam semesta hingga saat ini. Hasil ini menunjukkan perubahan kekuatan energi gelap seiring waktu, serta memberikan wawasan baru tentang distribusi galaksi pada skala besar. Peneliti percaya bahwa ini baru permulaan, dengan lebih banyak data dari tahun kedua dan ketiga yang akan dirilis pada 2025. “Ini baru puncak gunung es. Kemampuan DESI untuk menguji gravitasi termodifikasi dan memperbaiki model energi gelap benar-benar luar biasa,” ” ujar Dragan Huterer dari Universitas Michigan. Einstein mungkin tidak membayangkan bahwa teorinya akan diuji dengan cara yang begitu spektakuler. Namun, lebih dari satu abad kemudian, relativitas umum tetap menjadi pilar utama pemahaman tentang kosmos. (jeha) Baca juga :

Read More

Heboh Pulau di Selat Malaka Dijual Rp12 Miliar

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kabar mengenai pulau yang berlokasi di Selat Malaka dijual dengan harga Rp 12 miliar sedang hangat dibicarakan warganet di berbagai platform media sosial. Reaksi mereka beragam, bahkan ada yang bilang terlalu murah. Pulau tersebut dikenal dengan nama Kerengge atau Kerengge Island. Pertama kali isu ini mencuat ketika sebuah situs properti mewah memajang iklan penjualan pulau tersebut. Selanjutnya, hal tersebut menjadi viral di platform TikTok. Para pengguna internet yang menyaksikan tentu menjadi penasaran mengenai kebenaran informasi ini, terutama terkait status kepemilikan pulau tersebut, yang disebutkan berlokasi di Selat Malaka. Tak berselang lama setelah akun TikTok @fhomesjkt memposting informasi tersebut, berbagai foto Pulau Kerengge pun menyebarluas. Tampak begitu indahnya pantai serta pohon-pohon yang masih alami di pulau itu. Ditambah posisi pulau yang berada di jalur pelayaran utama juga membuatnya dianggap ideal untuk dijadikan bisnis transportasi laut. Yang tak kalah menarik, reaksi warganet soal harga yang dibanderol. Menurut kebanyakan warganet harga Pulau Kerengge dianggap sangat terjangkau dibandingkan dengan nilai aset properti lainnya. Praktis hal ini menjadi viral dan bahkan trending topic di kalangan para pengguna internet dengan istilah “viral pulau dijual”. “Murah banget,” tulis seorang warganet. Kemudian warganet lainnya juga menanggapi dengan menulis komentar, “Rp12M buat pulau termasuk murah ya?.” Namun ada juga warganet yang justru mempertanyakan soal kepemilikan dan kebenaran soal pulau ini. “Pertanyaannya, yang jual siapa? Dan ini pulau alami atau buatan?,” tulis warganet. Hingga saat ini belum ada klarifikasi dari akun TikTok @fhomesjkt mengenai kepemilikan pulau yang dijual seharga Rp12 miliar tersebut, apakah benar milik Indonesia. (jeha) Baca juga :

Read More

Pahlawan dari Muhammadiyah ini pernah disuntik zat kimia berbahaya oleh Jepang

Surabaya — 1miliarsantri.net : Organisasi Muhammadiyah, yang kini memasuki ulang tahun (milad) ke-112 sejak didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912, memiliki hubungan erat dengan sosok KH Mas Mansur. Dia merupakan sosok Pahlawan Nasional Indonesia yang tidak lain adalah pendiri Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 17 April 1921. Sembilan tahun setelah organisasi tersebut berdiri di Yogyakarta. KH Mas Mansur lahir pada 25 Juni 1896 di Kampung Sawahan, Surabaya, dan wafat pada usia 50 tahun pada 25 April 1946. KH Mas Mansur adalah putra KH Mas Ahmad Marzoeki, seorang imam Masjid Ampel, dan Hj Raudhah Sagipoddin dari keluarga pesantren di Sidoresmo, Surabaya. Ketertarikan KH Mas Mansur terhadap metode dakwah KH Ahmad Dahlan menjadi salah satu alasan utama ulama kharismatik itu bergabung dengan Muhammadiyah. Ketertarikan tokoh besar itu diungkap dalam buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur”, yang awalnya merupakan skripsi karya DR H. Syaifullah, M.Ag.,. Buku yang mengupas perjalanan hidup KH Mas Mansur, mulai dari masa mudanya hingga perannya sebagai tokoh nasional, itu kemudian diterbitkan lewat suntingan naskah oleh PW Muhammadiyah Jatim, H. Nadjib Hamid. Dalam bedah buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur” di Surabaya (27/10/2024) lalu, diceritakan masa muda KH Mas Mansur diisi dengan pendidikan di Pesantren Syaikhona Cholil, Bangkalan, Madura, di mana ia bertemu KH Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Setelah dua tahun mondok di Bangkalan, KH Mas Mansur berangkat ke Mekkah pada usia 12 tahun bersama KH Wahab Hasbullah. Kedua kawan akrab itu agaknya mewarisi “keakraban” KHM Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang juga sama-sama pernah mondok di pesantren Bangkalan. Keberadaan keduanya untuk belajar itu juga menandai “pertemuan” KHM Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan di Mekkah. Ada sebuah tugu/prasasti yang menandai pertemuan kedua tokoh dari dua organisasi besar di Indonesia itu. Di Mekkah, KH Mas Mansur menyaksikan gejolak Perang Dunia I, yang membuat KH Wahab Hasbullah kembali ke Indonesia, sementara KH Mas Mansur melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Mesir, selama empat tahun. Di Mesir, ia terpengaruh oleh pemikiran modernisme Islam dari Syeikh Rasyid Ridha, murid modernis Muhammad Abduh. Sepulangnya ke Indonesia pada 1915 saat berusia 19 tahun, KH Mas Mansur tidak ke Surabaya lebih dulu melainkan langsung menuju Yogyakarta untuk bertemu KH Ahmad Dahlan. Dalam pertemuan itu, ia terkesan dengan metode “tafsir langsung action” KH Ahmad Dahlan, seperti penafsiran QS Al-Maun yang diwujudkan dalam aksi nyata berupa pendirian PKU Muhammadiyah (sosial), rumah sakit pendidikan (kesehatan), dan aksi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya. Sapu kawat Jawa Timur Pada 1921, enam tahun setelah kembali ke Indonesia, KH Mas Mansur meminta KH Ahmad Dahlan datang ke Surabaya dan menginap di tempat tinggalnya. Dalam kesempatan itu, KH Mas Mansur menyatakan bergabung dengan Muhammadiyah dan ditunjuk sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 17 April 1921. KH Ahmad Dahlan menggambarkan KH Mas Mansur sebagai “sapu kawat Jawa Timur,” yang melambangkan kemampuan KH Mas Mansur menyelesaikan berbagai persoalan, dari a sampai z. Dari kepemimpinan di Surabaya, KH Mas Mansur terus naik ke posisi strategis di Muhammadiyah, dari PWM Jatim hingga PP Muhammadiyah, termasuk mengusulkan pembentukan Majelis Tarjih pada 1927 dan lebih mengimplementasikan “gaya” KH Ahmad Dahlan.. Di tingkat pusat, KH Mas Mansur berperan dalam mengembangkan metode dakwah yang lebih modern dan terorganisasi. Tidak hanya dikenal sebagai ulama, KH Mas Mansur juga sebagai aktivis pergerakan nasional. Ketika belajar di Yogyakarta, ia juga mengajar dan tinggal di kompleks rumah guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, yang bersebelahan dengan rumah Bung Karno. KH Mas Mansur sempat menjadi saksi sekaligus penghulu dalam pernikahan Bung Karno dengan Fatmawati. Di Surabaya, ia aktif berdiskusi dengan tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto. Pada 1937-1943, KH Mas Mansur bersama Ki Bagus Hadikusumo menjadi anggota PPKI dan pada tahun 1943 di BPUPKI, yang merupakan langkah awal dalam pembentukan negara Indonesia. “KH Mas Mansur memang merupakan sosok yang lengkap, beliau merupakan agamawan, pendidik, politik/orator, dan jurnalis/redaktur,” kata Dr. H. Syaifullah MAg. KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur”. KH Mas Mansur dikenal sebagai “4 serangkai “ dalam MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) yakni Wahono/ketua, KH Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan Achyat, dan KH Mas Mansur,” dan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), bersama tokoh-tokoh nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. KH Mas Mansur wafat pada 25 April 1946 dalam usia yang relatif muda akibat perlakuan buruk dari pihak NICA. KH Mas Mansur dipenjara dua kali karena dianggap berkolaborasi dengan Jepang, meskipun kontribusinya terhadap perjuangan kemerdekaan tidak diragukan. Penyiksaan di penjara, termasuk suntikan zat kimia berbahaya, mengakibatkan kerusakan saraf yang pada akhirnya merenggut nyawanya. “Saat keponakannya membesuk di penjara pun diancam macam-macam, namun dimaklumi karena faktor syaraf itu,” ungkap Syaifullah. Meskipun begitu, jasa beliau diakui oleh pemerintah dengan dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 162 Tahun 1964. Warisan dan pemikiran KH Mas Mansur Selain aktif dalam kegiatan agama, KH Mas Mansur, tokoh kelahiran Kampung sawahan (Jl Kalimas Udik) Surabaya itu juga aktif berorganisasi dan termasuk akrab dengan proklamator Indonesia Bung Karno. KH Mas Mansur yang menempuh pendidikan di berbagai pesantren itu juga terlibat dalam pendirian organisasi seperti Syarikat Islam, Madrasah Nahdlatul Wathan serta Majelis Taswirul Afkar. KH Mas Mansur mendirikan Syarikat Islam bersama HOS Tjokroaminoto (1915), mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan (Jl Kawatan VI/26, Surabaya) bersama KH Wahab Hasbullah (1916) serta Majelis Taswirul Afkar (Bersama KH Wahab Hasbulah dan KH Dahlan Akhyat) yang fokus pada perjuangan dan patriotisme. Yang menarik, Madrasah Nahdlatul Wathan dan Majelis Taswirul Afkar adalah embrio cikal bakal lahirnya NU pada 1926. Namun, KH Mas Mansur lebih memilih bergabung dengan Muhammadiyah karena fokusnya pada organisasi sosial. Selain organisatoris, KH Mas Mansur yang ditunjuk memimpin Muhammadiyah Cabang di Surabaya pada 1921 itu juga pemikir Islam yang sering menuliskan pemikirannya di media massa, yakni Soeara Santri dan Djinem. “KH Mas Mansur akhirnya meninggalkan Syarikat Islam, karena lebih suka organisasi sosial,” kata Afan Fahmi. Perjalanan organisasi KH Mas Mansur tercatat bergerak mulai dari partai PSI pada 1926 hingga PSI pecah pada 1927, karena sikap pro-Belanda yang mengakibatkan KH Mas Mansur keluar. Lalu Kiai besar itu bergabung dengan PII (Pastai Islam Indonesia) di Solo (1938), Partai Gabungan Politik Islam (GAMPI) pada 1939 dan tahun…

Read More

Lagu tertua di dunia ditemukan sekitar abad ke-14 SM

Jakarta — 1miliarsantri.net : Para arkeolog telah menemukan seruling primitif yang terbuat dari tulang dan gading yang berasal dari 43.000 tahun yang lalu, dan kemungkinan besar banyak gaya musik kuno telah dilestarikan dalam tradisi lisan. Namun, jika menyangkut lagu-lagu tertentu, seperti apa lagu tertua di dunia? Yang dapat terdeteksi bisa dibilang masih relatif baru. Melansir History, fragmen notasi musik paling awal ditemukan pada lempengan tanah liat Sumeria berusia 4.000 tahun, yang mencakup instruksi dan nada untuk himne yang menghormati penguasa Lipit-Ishtar. Namun untuk judul lagu tertua yang pernah ada, sebagian besar sejarawan menunjuk kepada “Hurrian Hymn No. 6”, sebuah ode untuk Dewi Nikkal yang digubah dalam aksara paku atau prasasti oleh orang Hurrian kuno sekitar abad ke-14 SM. Lempengan tanah liat yang berisi nada tersebut digali pada 1950-an dari reruntuhan kota Ugarit, Suriah. Bersama dengan seperangkat notasi musik yang hampir lengkap, mereka juga menyertakan instruksi khusus tentang cara memainkan lagu tersebut pada sejenis kecapi bersenar sembilan. Ada juga beberapa upaya untuk memecahkan kode “Hurrian Hymn No. 6”, tetapi karena kesulitan dalam menerjemahkan prasasti kunonya, jadi tidak ada versi yang pasti. Salah satu interpretasi yang paling populer muncul pada tahun 2009, ketika komposer Suriah, Malek Jandali, membawakan himne kuno tersebut dengan orkestra lengkap. “Hurrian Hymn No. 6” dianggap sebagai melodi tertua di dunia, tetapi komposisi musik tertua yang bertahan secara keseluruhan adalah lagu Yunani abad pertama Masehi yang dikenal sebagai “Seikilos Epitaph”. Lagu tersebut ditemukan terukir pada kolom marmer kuno yang digunakan untuk menandai makam seorang wanita di Turki. Saya adalah batu nisan, sebuah gambar. Seikilos menempatkan saya di sini sebagai tanda abadi kenangan abadi,” demikian bunyi sebuah prasasti. Kolom tersebut juga menyertakan notasi musik serta seperangkat lirik pendek yang berbunyi, ‘Selama Anda hidup, bersinarlah / Jangan bersedih sama sekali / Hidup hanya ada untuk sementara waktu / Dan waktu menuntut pengorbanannya’. Prasasti yang terpelihara dengan baik pada Seikilos Epitaph (batu nisan), telah memungkinkan musisi dan cendekiawan modern untuk menciptakan kembali melodi-melodi sedihnya nada demi nada. Dr David Creese dari Universitas Newcastle memainkannya menggunakan alat musik bersenar delapan yang dimainkan dengan palu kayu, dan peneliti musik kuno Michael Levy telah merekam versi yang dipetik dengan kecapi. (jeha) Baca juga :

Read More

Kenapa Ada Banyak Raja Bernama Warman di Indonesia Zaman Dulu?

Jogjakarta — 1miliarsantri.nt : Sebelum ada Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak, ada banyak raja di Indonesia di masa lalu yang memiliki nama warman. Di Kalimantan ada Mulawarman, di Jawa Barat ada Purnawarman, belakangan di Sumatra ada Adityawarman yang tercatat lahir di Trowulan, Majapahit. Selain tiga warman itu, masih banyak lagi nama warman yang menjadi raja di Indoensia masa lalu. Apa arti warman, sehingga dipakai oleh para raja? Kutai di Kalimantan Timur tercatat sebagai kerajaan Hindu tertua di Kalimantan dengan raja-raja bernama warman. Raja pertama Kuia adalah Kudungga, tetapi kemudian berganti menjadi Dewawarman. Catatan Fa Hsien menyiratkan bahwa Dewawarman sangat mungkin adalah nama Hindu yang disandangkan kepada Kudungga oleh para brahmana dalam menulis ulang jalur nazab cucunya,” tulis Paul Michel Munoz di buku Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia. Menurut Paul Michel Munoz, Kudungga bukan dari bahasa Sanskerta. Ia menduga, Hinduisasi nama-nama raja Kutai dilakukan sejak anak Kudungga, Aswawarman, menjadi raja. Setelah Aswawarman, yang menjadi raja Kutai adalah Mulawarman, anak Aswawarman. Setelah Mulawarman ada Marawijayawarman, lalu Gajayanawarman, Tunggawarman, Jayanagawarman, Nalasingawarman, Gadinggawarman, Indrawarman Dewa, Sanggawarman, dan Candrawarman. Jumlah raja Kutai ada 20 orang. Tapi dari raja ke-13 hingga ke-20 yang menggunakan nama warman hanya satu, yaitu Wijayawarman, raja ke-15. Kutai berdiri pada 400 Masehi. Ada yang menulis berdiri pada 399 Masehi, ada juga yang menulis berdiri pada kisaran tahun 400-500 Masehi. Kutai runtuh pada 1635 Masehi. Di Jawa Barat pada tahun 358 Masehi berdiri Kerajaan Tarumanegara. Pendirinya bernama Jayasingawarman. Lalu digantikan oleh Dharmayawarman Anak Dharmayawarman, Purnawarman, menjadi raja Tarumanegara yang terkenal, berkuasa pada 395-434 Masehi. Ia digantikan oleh Wisnuwarman. Indrawarman kemudian menggantikan Wisnuwarman. Candrawarman menggantikan Indrawarman. Berturut-turut kemudian ada Suryawarman, Kertawarman, Sudhawarman, Hariwangsawarman, Nagajayawarman. Linggawarman sebagai raja terakhir Tarumanegara (666-669 Masehi). Di Sumatra, Adityawarman menjadi salah satu raja Melayupura pada masa Kerajaan Majapahit menguasai Nusantara, sebelum Kerajaan Demak berdiri. Raja pertama, kedua, dan ketujuh (raja terakhir) Melayupura tidak menggunakan nama warman: Trailokyaraja, Tribhuwanaraja, dan Puti Panjang Rambut II. Adityawarman yang lahir di Trowulan, Majapahit, menjadi raja keempat Melayupura, menggantikan Akarendrawarman. Adityawarman digantikan oleh Ananggawarman, kemudian Wijayawarman menggantikan Ananggawarman. Sebelumnya, di Sumatra ada Kerajaan Sriwijaya. Beberapa rajanya juga menggunakan nama warman. Yaitu raja kedua, Sri Indrawarman; raja kesembilan, Sri Marawijayatunggawarman; dan raja kesepulh (raja terakhir), Sanggramawijayatunggawarman. Apa sebenarnya arti warman, sehingga dipakai sebagai nama oleh banyak raja? Pada abad-abad awal Masehi, orang India bermigrasi secara personal: ada bangsawan, biarawan, Brahman, pedagang. Mereka meluaskan pengaruh budaya India ke Asia Tenggara, termasuk kawasan yng kini bernama Indonesia. Dari periode ini, kata Paul Michel Munoz, hampir semua raja Asia Tenggara menambahkan varman (warman) pada nama kebangsawanannya. “Yang dalam bahasa Sanskerta bermakna pelindung,” tulis Paul Michel Munoz. (jeha) Baca juga :

Read More

Pemerintah Saudi Bagi Waktu Kunjungan Hijr Ismail

Mekah — 1miliarsantri.net : Hijr Ismail adalah salah satu tempat mustajab untuk berdoa di Masjidil Haram, Mekkah. Memiliki bentuk seperti pagar setengah lingkaran, Hijr Ismail terletak di sebelah utara Ka’bah. Karena penuh berkah dan tempat yang mustajabah, Hijr Ismail menjadi salah satu tempat favorit jamaah Masjidil Haram. Otoritas Umum Urusan Dua Masjid Suci menetapkan waktu khusus bagi jamaah pria dan wanita untuk mengunjungi Hijr Ismail. Menurut otoritas tersebut, setiap pengunjung diperbolehkan menghabiskan waktu maksimal 10 menit di area Hijr Ismail. Pihak berwenang menjelaskan, waktu masuk bagi laki-laki mulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 11.00 pagi, sedangkan waktu masuk malam diberikan untuk jamaah perempuan dari pukul 08.00 malam hingga pukul 02.00 dini hari. Sementara pintu masuk ke Hijr Ismail akan melalui gerbang barat. Pembagian waktu ke Hijr Ismail ini diambil untuk memastikan kelancaran pergerakan dan pengaturan kunjungan yang optimal. Selain itu, upaya ini dilakukan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para tamu Allah dan memberikan pengalaman spiritual yang unik di sekitar Ka’bah Suci. Hijr Ismail adalah bangunan setengah lingkaran berbentuk tembok rendah di sisi utara Ka’bah. Awalnya bangunan ini merupakan bagian dari Ka’bah karena ruang yang terletak di antara Hijr Ismail dan Ka’bah pernah menjadi satu. (dul) Baca juga :

Read More

Berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) terletak di Jalan Imam Bonjol No.1, RT.9/RW.4, Menteng, Jakarta Pusat. Sebelumnya gedung ini merupakan rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Selama berkecamuknya Perang Pasifik atau Perang Dunia Kedua, Rumah dinas ditempati Laksamana Maeda. Menurut catatan sejarah berdiri di atas tanah berukuran 3.914 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 1.138,10 meter persegi. Gedung ini terdiri dari dua lantai, lantai pertama bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, menjadi saksi perumusan naskah teks proklamasi, sedangkan lantai dua ditempati anggota keluarga Maeda sebagai tempat beristirahat. Laksamana Maeda merupakan tokoh memiliki peran di dalam peristiwa kemerdekaan Indonesia, dia mengizinkan rumah dinasnya dijadikan tempat berkumpul kaum pergerakan nasional untuk merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda sendiri tidak terlibat di dalam proses perumusan naskah itu, perannya di dalam peristiwa proklamasi menyediakan tempat saja. Oleh pemerintah Indonesia sosoknya tetap dianggap memiliki kontribusi, sehingga pada peringatan Kemerdekaan Indonesia tahun 1973, Laksamana Maeda menerima Bintang Jasa Nararya. Di dalam gedung museum kita bisa melihat peninggalan furnitur dari Laksamana Maeda, dari kursi, meja, piano, lemari, dan hiasan dinding. Tata letak dari berbagai artefak itu dipertahankan serta disesuaikan dengan aslinya, sehingga kita bisa turut merasakan atmosfer pada masa itu. Hal ini bisa memberikan pengalaman imersif seolah-olah pengunjung turut hadir menyaksikan langsung perumusan naskah proklamasi. Ketika memasuki museum kita akan melihat salah satu ruangan disebut Ruang Pra Perumusan Naskah Proklamasi, berupa ruang tamu khusus dipenuhi empat kursi berwarna coklat, terdiri dari satu sofa serta tiga kursi, ditengahnya terlihat satu meja bundar, di ruang ini terjadi pembicaraan antara Laksamana Maeda, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Inti dari pembicaraan mereka tentang akan diadakannya pertemuan para tokoh pergerakan, khususnya dari kelompok muda, untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian tidak jauh dari Ruang Pra Perumusan Naskah Proklamasi, kita bisa menjumpai Ruang Perumusan Naskah Proklamasi, merupakan sebuah ruang makan dengan meja kayu lebar dan panjang, serta ada deretan kursi kayu yang mengitari meja. Di tempat ini Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebarjo merumuskan teks proklamasi. Soekarno duduk di posisi tengah sambil mempersiapkan draf naskah, sedangkan Mohammad Hatta, dan Ahmad menyumbangkan pikiran secara lisan. Keduanya duduk mendampingi Soekarno di sebelah kanan dan kirinya. Kemudian kita bergeser ke Ruang Mengetik Naskah Proklamasi, setelah draf naskah proklamasi selesai disusun oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebarjo, draf itu diperlihatkan kepada hadirin yang hadir, setelah semuanya menyepakati dan menyetujui isi naskah proklamasi, kemudian naskah itu diketik oleh Sayuti Melik di ruang dekat dapur ditemani oleh BM. Diah. Setelah naskah proklamasi itu selesai diketik, segara dibawa kembali ke tempat para hadirin yang hadir, kemudian naskah kemerdekaan Indonesia ditandatangani Soekarno dan Mohammad Hatta. Keduanya menandatangani naskah itu di atas piano yang terdapat di bawah tangga ruangan, kemudian akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Berkunjung ke Museum Naskah Kemerdekaan memiliki fungsi penting bagi bangsa Indonesia selain untuk memperingati hari besar nasional, juga menjaga nilai-nilai perjuangan bangsa. Pertama, museum sumber penelitian, fungsi ini bagi peneliti, pelajar, dan mahasiswa bisa menggali informasi, wawasan, dan ilmu pengetahuan dari berbagai artefak dan koleksi untuk memahami peristiwa masa lalu. Kedua, nilai nasionalisme, bisa membangkitkan nasionalisme dan kecintaan setiap warga negara kepada Indonesia, juga pengikat rasa persatuan dan kesatuan. Ketiga, wisata edukasi, para pengunjung mendapatkan pengalaman serta wawasan berharga tentang sejarah bangsa. Keempat, pendidikan sejarah generasi muda, melalui museum yang memamerkan artefak dan informasi, generasi muda dapat memahami peristiwa masa lalu, serta mengenal para tokoh bangsa. Museum juga merupakan suatu tempat belajar yang asyik di luar ruang pembelajaran formal seperti di dalam kelas, sekolah, atau kuliah. Belajar melalui museum tidak terikat waktu, kapan pun kita bisa datang berkunjung dengan durasi tidak terbatas. Belajar di museum itu lebih interaktif, dan sering kali lebih menarik. Ini membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta mudah dipahami semua orang. Dan, dapat meningkatkan rasa cinta kita pada tanah air dan memperkuat identitas nasional kita, yaitu Indonesia. Jadi tunggu apa lagi yuk kita berwisata ke museum. (jeha) Baca juga :

Read More

Faktor Faktor yang Melatarbelakangi Berdirinya Muhammadiyah

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Muhammadiyah, sebuah organisasi islam yang lahir di Kauman Yogyakarta tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 Hijriah). KH Ahmad Dahlan, seorang ulama cerdas dan visioner yang juga dikenal seagai Muhammad Darwisy, yang merupakan sosok di balik berdirinya Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan dalam bentuk organisasi atau perkumpulan atau perhimpunan resmi, yang seting disebut dengan “Persyarikatan”, yang waktu itu memakai istilah “Persjarikatan Moehammadijah”. Muhammadiyah didirikan sebagai upaya konkrit untuk mendukung visi KH Ahmad Dahlan dalam mengembalikan kemurnian ajaran Islam yang dianggap telah terkontaminasi oleh praktik-praktik mistis. Pada tahap awal, Muhammadiyah juga aktif dalam dakwah, khususnya kepada kaum perempuan dan pemuda, melalui pengajian yang bertajuk Sidratul Muntaha. Muhammadiyah merupakan Gerakan islam berdasarkan pada dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, beraqidah islam dan bersumber pada Al-qur’an dan Sunnah. Muhammadiyah didirikan oleh KH. A. Dahlan pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah atau tanggal 18 November 1912 Masehi di Kota Yogyakarta. Muhammadiyah demikian Gerakan ini diberi nama oleh pendiri, dengan maksud untuk bertafa’ul (Pengharapan Baik), dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam yang semata mata demi mewujudkan ‘Ihzul Islam wal Muslimin, kejayaan islan sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai Realita. Latar belakang kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan progresif tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang terbelakang atau tertinggal. Ditambah lagi keadaan politik imperialis yang berpihak kepada bangsa penjajah, serta kondisi umat yang berada dalam tekanan. Tahun tersebut bangsa Indonesia berada dalam kuasa Penjajah Belanda Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam yang berkomitmen untuk menyebarkan ajaran Islam yang benar (amar ma’ruf nahi munkar) dengan tujuan utama menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat. Muhammadiyah berpandangan bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari akidah, ibadah, akhlak, hingga hubungan sosial (muamalah), yang saling terintegrasi dan harus diterapkan dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Berdirinya Muhammadiyah diawali dengan berdirinya sebuah sekolah dasar Islam bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada awal tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan. Sekolah ini didirikan secara mandiri oleh beliau tanpa bantuan dana dari pihak lain. KH Ahmad Dahlan mencurahkan seluruh tenaga dan hartanya untuk mewujudkan cita-citanya membangun lembaga pendidikan Islam modern. Kegelisahan akan kondisi sosial masyarakat yang jauh dari nilai-nilai agama yang benar menjadi salah satu faktor utama berdirinya Muhammadiyah. Kehidupan masyarakat yang ditandai oleh kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan dianggap sebagai akar dari berbagai permasalahan sosial, agama, dan moral. Berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar masyarakat, saling berinteraksi dan mendorong munculnya organisasi ini sebagai sebuah solusi Motivasi utama berdirinya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan adalah kecintaannya yang mendalam terhadap Al-Qur’an. Kajian mengintensifkan beliau terhadap kitab suci ini, khususnya surat Ali Imran ayat 104. Artinya: 104. “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. telah mendorongnya untuk membentuk sebuah organisasi yang terstruktur dengan tujuan menyebarkan luaskan ajaran Islam yang murni dan mengajak umat Islam untuk beramar makruf nahi mungkar. a. Internal: Adanya percampuran antara ajaran Islam dengan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan prinsip tauhid telah mengakibatkan praktik keagamaan yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Kepercayaan terhadap benda-benda keramat dan praktik syirik lainnya menjadi contoh nyata dari penyimpangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan Islam belum sepenuhnya berhasil dalam mencetak generasi yang mampu menjalankan amanah sebagai khalifah di muka bumi. b. Eksternal: -Kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terpuruk akibat penjajahan, terutama dalam aspek pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Penjajahan Belanda menyebabkan banyak kemunduran yang menyulitkan masyarakat Muslim dalam menjalankan ajaran Islam dengan baik. Baca juga :

Read More