Musim Haji Tahun 1979 Diusik Serangan Teroris di Masjidil Haram

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pada Februari 1979, Imam Khomeini memimpin revolusi di Iran. Sosok yang disebut sebagai ayatullah (‘cahaya Tuhan’) oleh para pengikutnya itu berhasil menjungkalkan kekuasaan Shah, yang dipandangnya sebagai antek negara-negara Barat. Sistem yang baru pun dikukuhkan. Iran seketika berubah dari sebuah negara kerajaan sekuler menjadi “negara Islam” yang berhaluan Syiah. Revolusi Iran 1979 menjadi inspirasi gerakan-gerakan anti-Barat di dunia Arab. Bagi Juhaiman al-‘Utaibi dan kelompoknya, kemampuan Khomeini untuk menggulingkan kekuasaan pro-Barat adalah penyemangat untuk melakukan hal yang sama di Arab Saudi. Dan, ia memilih musim haji pada tahun itu sebagai momen untuk beraksi. Pada Oktober 1979, penyelenggaraan haji di Tanah Suci diikuti hampir satu juta orang jamaah. Mereka tentunya berasal dari pelbagai penjuru dunia. Hingga awal November tahun itu, semua berlangsung aman dan normal. Namun, situasi berubah drastis pada tanggal 20 November 1979 atau bertepatan dengan 1 Muharram 1400 H. Saat itu, Syekh Muhammad bin Subail sedang memimpin shalat subuh berjamaah di depan Ka’bah. Di belakangnya, terdapat Juhaiman al-‘Utaibi dan pendukungnya yang berjumlah sekira 200 orang. Mereka sedang menyusup di antara jamaah Masjidil Haram dan pura-pura ikut shalat. Baru saja selesai mengucapkan salam, Syekh Ibnu Subail tiba-tiba dibekap dari belakang oleh seorang pendukung Juhaiman al-‘Utaibi. Tidak cukup dengan menyandera sang imam, beberapa anggota gerombolan ini merebut mikrofon Masjidil Haram. Seketika, orang-orang Juhaiman yang tadi menyamar sebagai jamaah mengeluarkan senjata api. Mereka menembaki para penjaga yang saat itu hanya dibekali pentungan. Keributan di sekitar Ka’bah kian menjadi-jadi. Sebab, para teroris itu memblokir semua pintu sehingga banyak orang tidak bisa keluar dari Masjidil Haram. Gerombolan bersenjata api ini bahkan menyandera sejumlah jamaah. Seorang dari para perusuh tersebut kemudian membacakan teks pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya. “Kami menyerukan bahwa hari ini Imam Mahdi telah datang! Ia akan memerintah dengan keadilan di bumi setelah dipenuhi ketidakadilan dan penindasan!” serunya. Sosok “imam mahdi” yang dimaksud ialah Muhammad bin Abdullah al-Qahtani, yakni saudara iparnya Juhaiman al-‘Utaibi. Kemudian, Juhaiman mengambil mikrofon dan meneruskan pembacaan orasi. Ia juga menyuruh “pasukan al-Ikhwan”-nya agar menembaki siapapun yang menolak instruksi mereka atau berusaha keluar dari Masjidil Haram. Aparat keamanan maupun militer Arab Saudi tidak bisa langsung menguasai kondisi. Sebab, Juhaiman dan kelompok terorisnya tidak hanya memblokir tiap pintu, tetapi juga menyandera dan menodongkan senjata api pada jamaah yang masih berada di dalam Masjid Suci. Ketika peristiwa nan menegangkan ini terjadi, raja Saudi sedang beristirahat di Istana Riyadh lantaran mengidap flu. Adapun Pangeran Fahd sedang berada di Tunisia, memenuhi undangan presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter. Hampir dua pekan lamanya Masjidil Haram dikuasai kelompok teroris ini. Rupanya, Juhaiman dan gerombolan memang sudah mempersiapkan dengan matang aksinya ini. Mereka membawa bukan hanya persenjataan, melainkan juga logistik makanan dan minuman yang kiranya mencukupi kebutuhannya berhari-hari. Semula, aparat militer Arab Saudi saat mengepung Masjidil Haram sama sekali tidak berani melakukan serangan. Sebabnya amat sangat jelas. Baitullah adalah tanah suci yang di sana tidak boleh terjadi pertumpahan darah. Jangankan manusia, hewan-hewan semisal burung pun tidak boleh dibunuh di dalamnya. Selama beberapa hari, kebuntuan terjadi. Pada akhirnya, Dewan Ulama Arab Saudi mengeluarkan fatwa yang membolehkan pihak berwajib untuk membunuh “agresor Masjidil Haram” ini. Sesudah terbitnya maklumat alim ulama ini, segera militer Saudi menjalankan tindakan yang terukur. Baku tembak pun terjadi antara kedua belah pihak di kompleks Masjidil Haram. Angkatan bersenjata Kerajaan Saudi turut didukung militer Prancis, terutama dalam aspek penyediaan senjata gas-bius. Memasuki awal Desember 1979, kelompok teroris makin terdesak. Muhammad al-Qahtani tertembak dan tewas. Hal itulah yang lantas menyurutkan mental mereka, yang sebelumnya percaya bahwa saudara ipar Juhaiman tersebut adalah “imam mahdi.” Akhirnya, pada 4 Desember 1979 Juhaiman dan gerombolannya kehabisan logistik dan amunisi. Tak menunggu waktu lama, para teroris ini pun menyerah. Menurut data resmi Arab Saudi yang dirilis beberapa hari kemudian, peristiwa berdarah ini menyebabkan 255 orang jamaah haji meninggal dunia. Namun, sebagian sumber menyebut jumlah korban jiwa mencapai 1.000 orang dan 450 orang luka-luka. Pemerintah Saudi menjatuhkan vonis hukuman mati kepada 65 teroris yang tertangkap pada hari itu. Adapun Juhaiman al-‘Utaibi dieksekusi dengan cara dipancung pada 9 Desember 1980. (jeha) Baca juga :

Read More

Makam Mbah Moen Jadi Wisata Religi Jamaah Haji dan Umrah

Mekah — 1miliarsantri.net : Almaghfur KH Maimoen Zubair atau dikenal Mbah Moen wafat lima tahun lalu, pada 2019 di Kota Suci Makkah. Almarhum Mbah Moen dimakamkan di taman makam Ma’la, Makkah, yang tidak pernah sepi peziarah, terutama jamaah haji dan umrah asal Tanah Air. Makam almarhum Mbah Moen terletak di Blok 70, Nomor 151, empat makam dari tembok arah jalan raya. Jamaah haji dan umrah asal Indonesia meluangkan waktu untuk menziarahi makam mbah Moen. Mereka membaca tahlil dan doa di makam pengasuh Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Salah satu peziarah makam Mbah Moen bernama Alwi, jamaah haji dari Surabaya. Ia dan empat sahabatnya menziarahi makam Mbah Moen setelah sebelumnya berdoa di pusara istri Rasulullah, Sayyidah Khadijah, yang berada di taman pemakaman yang sama dengan Mbah Moen. “Saya (ziarah) ke makam Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha dulu mas. Su’ul adab nanti,” ucap Alwi Senin (1/7/2024). Peziarah lainnya adalah Ustadz Mahbub Marzuki dari Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan. Ia dan rombongan jamaah haji tampak khusyuk membaca rangkaian tahlil dan doa di makam Mbah Moen. “Alhamdulillah bukan hanya musim haji, tapi juga setiap bawa jamaah umrah saya selalu agendakan ke sini, makam orang saleh, yang luar biasa ada Siti Khadijah ummahatul mukminin, Syekh Nawawi Albantani, Mbah Moen,” kata Ustadz Mahbub, yang juga Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Ia menambahkan bahwa ziarah kubur sudah menjadi tradisi bagi warga NU. Ziarah kubur sendiri pada dasarnya mubah. Tapi menziarahi makam orang-orang saleh dianjurkan, apalagi ke makam para ulama. ad Tahun 2024 merupakan tahun kelima kepergian Mbah Moen. Puncak haul Mbah Moen diperingati di aula Sekretariat Daker Makkah, Syisyah, Makkah, Kamis (13/6/2024) sore. Haul dihadiri putra Mbah Moen, para kiai, habaib, petugas haji 2024, dan jamaah haji pecinta Mbah Moen. Tampak hadir dalam haul kelima Mbah Moen tiga putra almarhum Gus Najih Maimoen, Gus Taj Yasin, dan Gus Idhror, serta Wamenag RI Saiful Rahmat Dasuki, Kepala Daker Makkah Ustadz Khalilurrahman, dan Habib Jindan. (drus) Baca juga :

Read More

Kisah Pak Harto Bangun 999 Masjid di Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pada 1982, Presiden Kedua Infonesia, H.M Soeharto mendirikan Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP) sebagai ajakan pada umat untuk menumbuhkan semangat bersedekah. Girah beramal, dalam upaya menghimpun daya dan dana untuk memenuhi kebutuhan kaum Muslimin di dalam melaksanakan ibadah mereka sebagai mayoritas di negeri ini. Membangun masjid yang merupakan cita-cita didirikannya YAMP, bagi Pak Harto merupakan kebutuhan yang tak terhindarkan umat Islam. Keberadaan masjid, selain sebagai sarana beribadah, juga merupakan simbol terwujudnya persatuan dan kesatuan masyarakat dalam ukhuwah Islamiyah. Dan, yang lebih penting, bagaimana kaum Muslimin bisa mencintai masjid sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Pertimbangan lain yang mendasari berdirinya YAMP kala itu adalah kemampuan pemerintah yang masih sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan umat Islam. Ajakan Pak Harto untuk memberikan sedekah tersebut kemudian ditanggapi Korps Pegawai Republik Indonesia atau Korpri (1982) dan anggota ABRI (kini bernama TNI) melalui surat Panglima ABRI, Jenderal Benny Moerdani. Maka, pada tahun 1982 juga, YAMP mengumpulkan dana yang berasal dari pegawai negeri sipil (Korpri), ABRI (termasuk Kepolisian RI) yang beragama Islam. Nilainya sebagai berikut: Rp 50 (untuk golongan I), Rp 100 (golongan II), Rp 500 (golongan III), dan Rp 1.000 (golongan IV). Jadi, penghimpunan dana berdasarkan jenjang masing-masing pegawai. Hal ini sesuai dengan surat edaran Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan (kini Kementerian Keuangan). Gagasan ini disampaikan Pak Harto selaku pemrakarsa YAMP kepada menteri keuangan pada 8 Desember 1982. Potongan gaji yang sedemikian kecilnya ternyata sangat bermanfat bagi umat Islam. Pak Harto sebagai sebagai seorang Muslim serta pendiri YAMP pernah menyatakan, “Bahwa dengan memberi sedekah sebesar itu harus dikelola secara profesional, akuntabel, dan transparan, diharapkan dapat memperoleh kepercayaan dan memberi manfaat yang besar bagi umat.” Tepat pada tahun 2009, sebagaimana yang sudah direncanakan, yayasan ini telah berhasil membangun sebanyak 999 unit masjid di seluruh Indonesia. Masjid terakhir diselesaikan tepat pada 2009 sesuai pesan Soeharto. Pembangunan masjid yang dilakukan YAMP memiliki bentuk yang khas. Pilihan jenis bangunan adalah bentuk Masjid Demak (Jawa Tengah) yang memiliki tiga cungkup dengan puncak masjid berbentuk segilima (yang menggambarkan Pancasila). Kemudian, terdapat bentuk lafaz Allah pada bagian tengah puncak itu. Bentuk ini mengandung makna filosofis yang menggambarkan perjalanan manusia menuju Allah SWT. Tiga cungkup menggambarkan alam kehidupan manusia yang terdiri atas: Alam Purwa, Alam Madyo, dan Alam Wusono. Prof Ahmad Syafi’i Maarif, seorang tokoh Muhammadiyah, pernah terlibat dalam pembangunan masjid di Yogyakarta, Bojonegoro, dan di kampungnya sendiri, yakni Sumpurkudus, Sumatra Barat. Pembangunan masjid itu dengan biaya dari YAMP. Dalam hal ini, Syafi’i Maarif pernah mengusulkan agar bentuk bangunan masjid disesuaikan dengan pola budaya setempat. Usulan tersebut dilandasi atas semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” agar bentuk-bentuk masjid yang dibangun YAMP benar-benar mewakili keragaman budaya bangsa. YAMP juga memberikan sumbangan pada tahun 1995 untuk menyelesaikan pembangunan Masjid al-Hikmah di New York, Amerika Serikat (AS), sebesar 150 ribu dolar AS. Setahun kemudian, dana sebesar 150 ribu dolar AS untuk pembangunan masjid di Papua Nugini. Selain itu, YAMP juga menyalurkan bantuan untuk rumah sakit embarkasi haji di Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Pada 1998, presiden ketiga RI BJ Habibie, yang menggantikan Pak Harto, menghentikan potongan-potongan gaji para PNS (Korpri) serta anggota TNI/Polri tersebut. (jeha) Baca juga :

Read More

Al-Safiyyah Museum and Park Tawarkan Pengalaman Inovatif

Madinah — 1miliarsantri.net : Al-Safiyyah Museum and Park di Kota Madinah, Arab Saudi, menjadi contoh tempat wisata dan budaya yang menggabungkan ilmu pengetahuan dengan hiburan. Museum tersebut menawarkan banyak elemen inovatif yang memperkaya pengalaman para pengunjung saat berada di Kota Madinah, Arab Saudi. Dengan memiliki luas lebih dari 4.400 meter persegi, Al-Safiyyah Museum and Park terletak di area tengah bagian selatan Masjid Nabawi. Proyek Museum tersebut mencakup taman budaya dan area pameran museum yang memanfaatkan kemampuan audiovisual terintegrasi, serta area untuk layanan komersial dan rekreasi guna memenuhi keperluan seluruh pengunjung. Desain arsitektur Al-Safiyyah Museum terinspirasi dari warisan Kota Madinah. Kebun palem yang disusun bertingkat dan dikelilingi kolam serta air mancur, menciptakan lingkungan yang menarik bagi para pengunjung. Kantor berita Saudi Press Agency (SPA) mendokumentasikan momen peziarah dari seluruh dunia yang mengunjungi museum dan menikmati beragam pameran budaya. Salah satu yang menjadi sorotan adalah “Story of Creation” museum yang secara komprehensif menampilkan awal mula kisah penciptaan alam semesta hingga kisah para nabi dan rasul dalam berbagai bahasa Museum Story of Creation mengandalkan pendekatan naratif yang memungkinkan para pengunjung untuk menggali pengetahuan. (dul) Baca juga :

Read More

Sejarah Islam Masuk ke Tajikistan Hingga Pelarangan Penggunaan Jilbab

Tajikistan — 1miliarsantri.net : Tajikistan resmi melarang penggunaan jilbab setelah majelis tinggi parlemen, Majlisi Milli menyetujui aturan itu pada 19 Juni 2024. Sebagian orang menilai hal ini sebagai ironi di negara dengan sekitar 98 penduduknya memeluk Islam. Bagaimana jejak Islam di Tajikistan dan perkembangannya? Islam memiliki sejarah panjang di kawasan Asia Tengah, termasuk Tajikistan. Agama yang disempurnakan oleh Rasulullah SAW ini telah hadir di Tajikistan sejak abad ketujuh melalui syiar yang dilakukan para pedagang Arab. Pada 2021, Tajikistan memiliki populasi sebanyak lebih dari 9,7 juta jiwa. Menurut Pew Research Center, sekitar 98 persen penduduk setempat adalah Muslim. Dari jumlah itu, nyaris seluruhnya berhaluan Sunni. Meski berbeda aliran, antara penganut Sunni dan Syiah tidak pernah terjadi pertentangan. Keduanya hidup berdampingan secara damai serta kerap mengadakan kegiatan keagamaan bersama. Tercatat, ada sekitar 3.000 unit masjid di seantero Tajikistan. Jumlah ini belum terhitung dari masjid yang dikelola oleh muslim Syiah. Perkembangan Islam di Tajikistan pun mengalami pasang surut. Masa paling suram terjadi selama hampir 70 tahun ketika rezim komunis Uni Soviet menguasai sebagian besar wilayah Asia Tengah, termasuk Tajikistan. Kampanye anti-agama mengemuka dari tahun 1920 hingga akhir 1930-an sebagai bagian propaganda komunisme secara keseluruhan. Saat itu, ribuan pemuka Muslim terbunuh dan kehidupan beragama diawasi dengan ketat oleh pemerintah. Namun, setelah invasi Jerman ke Uni Soviet tahun 1941, kebijakan terhadap Islam menjadi lebih moderat. Salah satu perubahan itu yakni diaktifkannya lagi Dewan Muslim Asia Tengah setelah lembaga ini sebelumnya dibekukan oleh Kremlin. Pada awal tahun 60-an, rezim Nikita Khrushchev kembali meningkatkan eskalasi propaganda anti-Islam. Hal itu kemudian berlanjut hingga tahun 1970-an dan 1980-an. Para pemimpin Kremlin silih berganti menyerukan perlunya pembaruan upaya untuk memerangi agama, khususnya Islam. Upaya tersebut meliputi: pengalihan fungsi masjid guna keperluan sekular, pemaksaan untuk meninggalkan identitas, tradisi dan cara pandang Islam, dan peningkatan propaganda bahwa Islam adalah agama terbelakang. Serangan bersenjata terhadap umat Islam mulai merebak tahun 1979 seiring kampanye militer Soviet ke Afganistan serta munculnya gerakan perlawanan di sejumlah negara Asia Tengah. Konflik terus berlanjut hingga setelah runtuhnya rezim komunis Soviet. Akhir tahun 1989, rezim Gorbachev berusaha meningkatkan toleransi antar-umat beragama. Kebijakan ini kontan disambut gembira oleh umat agama-agama. Kegiatan religius pun meningkat. Sejumlah masjid baru dibuka. Para juru dakwah dapat memulai lagi aktivitasnya dan mulai menyebar ke seantero negeri. (rim) Baca juga :

Read More

Teknologi Teleportasi Lelaki Misterius Era Nabi Sulaiman

Jakarta — 1miliarsantri.net : Manusia belum dapat menciptakan teknologi teleportasi. Hanya, pengiriman benda-benda dari jarak jauh dalam sekejap itu sudah bisa kita saksikan dalam film-film fiksi ilmiah. Star Trek hingga kartun Doraemon memperkenalkan kepada kita apa dan bagaimana teleportasi tersebut. Teknologi berbasis digital sudah menunjukkan gejala teleportasi. Kecepatan manusia berhubungan dengan manusia lain yang berada di negara nun jauh disana via internet merupakan praktik pengiriman data supercepat melalui jarak ribuan kilometer. Saat ini pun kita bisa berkomunikasi secara digital dengan telepon seluler. Adanya teknologi meta membawa manusia ke alam baru yakni metaverse. Teknologi yang menghadirkan manusia di alam digital. Kembali ke soal teleportasi, nenek moyang manusia dengan kecerdasannya sudah bisa melakukan hal tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikisahkan dalam Alquran. “Berkata Sulaiman, “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang yang berserah diri.” Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin. “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip (QS An-Naml 27:38-40). Alquran memperkenalkan teknologi teleportasi lewat kisah Nabi Sulaiman dalam tiga ayat di atas. Dikutip dari Percikan Sains dalam Alquran karya Bambang Pranggono, kisah tersebut berawal dari laporan burung hudhud yang mengabarkan adanya ratu di Negeri Saba yang masih menyembah matahari. Ratu itu pun memiliki singgasana yang agung. Nabi Sulaiman lalu memerintahkan kepada para pembesar untuk memindahkan singgasana itu sebelum rombongan ratu tiba ke istananya. Dikisahkan, ratu harus menempuh jarak 2000 km dari Yaman ke Yerussalem. Ifrit, jin yang cerdik kemudian menyanggupi untuk memindahkan singgasana itu dalam tempo beberapa detik. Selama gerakan orang bangkit berdiri dari duduk. Namun, seorang manusia yang berilmu (dari Kitab Suci) menyanggupinya untuk memindahkan singgasana itu lebih cepat dalam kedipan mata. Muhammad Ibn Jarir at Thabary, dalam tafsirnya, menerangkan, orang berilmu tadi membaca asma Allah tertentu sehingga lebih sakti dari jin. At Thabary menyebutkan, asma yang disampaikan yakni “Ya Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang satu, tidak ada Tuhan selain Engkau, datangkan padaku singgasana itu.” Bambang Pranggono menulis, hal yang menarik adalah demo kesaktian tadi bukan mukjizat Nabi Sulaiman. Teleportasi dilakukan oleh manusia biasa yang berilmu. Manusia ini pun bisa mengalahkan kekuatan gaib dari jin. Hingga kini, kemampuan teleportasi pada seorang ahli hikmah pada zaman Nabi Sulaiman tersebut belum bisa dicapai. Hanya, dalam buku The Stars My Destination karya A. Bester mengungkapkan, pada 2510, teleportasi manusia sudah menjadi umum. Ketika itu terjadi, alat transportasi lain menjadi usang karena manusia bisa pergi ke segala penjuru di ruang angkasa dalam seketika. Instant travelling dengan pikiran ini disebut dengan istilah jaunting. Maka, Bambang Pranggono pun mengajak kita bersyukur bahwa Alquran sudah mengenalkan teleportasi lebih dulu jauh sebelum adanya penemuan ilmiah. Pendiri Askar Kauny Ustaz Bobby Herwibowo menjelaskan, Allah SWT menghadirkan teknologi teleportasi pada seorang lelaki di zaman Nabi Sulaiman. “Jadi maknanya teknologi manusia juga bisa melakukan itu, sekarang kalau tentang teknologi teleportasi, Allah sudah pernah menghadirkan teknologi teleportasi di dunia ini di zaman Nabi Sulaiman Alaihissalam,” ujar dia beberapa waktu lalu. Ustaz penemu metode menghafal Alquran semudah tersenyum ini menerangkan, dalam Surah An-Naml Ayat 38-40 diceritakan singgasana Ratu Balqis dipindahkan dalam sekejap. Nabi Sulaiman menantang kepada kelompok jin untuk memindahkan singgasana, Ifrit menyanggupinya dan mengatakan mampu memindahkan singgasana sebelum Nabi Sulaiman bangun dari tempat duduk. Meski demikian, teknologi orang bertakwa yang mempunyai ilmu dari Kitab mengatakan bisa memindahkan singgasana sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip. Kemudian singgasana Ratu Balqis pindah ke hadapan Nabi Sulaiman. “Kalau tadi saya bicara teknologi manusia hanya bisa mengirim softcopy dengan waktu singkat, ini cerita Nabi Sulaiman yang pindah hardcopy atau singgasana betulan yang pindah dalam waktu singkat,” ujar Ustaz Bobby. Dalam menafsirkan ayat ini, Tafsir Kementerian Agama menerangkan, pada ayat tersebut diterangkan bahwa Nabi Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit memindahkan singgasana ratu Balqis. Nabi Sulaiman ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi. Lalu ia meminta kepada yang hadir di hadapannya untuk melaksanakannya. Maka seorang yang telah memperoleh ilmu dari al-Kitab menjawab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja.” Apa yang dikatakan orang itu terbukti, dan singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan Nabi Sulaiman. Ada pendapat yang mengatakan orang itu adalah al-Khidir. Ada juga yang mengatakan malaikat, dan ada pula yang mengatakan ia adalah Asif bin Barqiya. Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW yang ditempuh dalam waktu semalam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsho di Yerussalem. Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanan dari bumi menuju langit ke tujuh sampai Sidratul Muntaha. Ustaz Bobby Herwibowo menjelaskan bahwa peristiwa Isra Miraj dapat lebih mudah di pahami pada zaman sekarang. Dalam sepuluh tahun belakangan ini peristiwa Isra Miraj hampir bisa dibuktikan secara ilmiah dengan teori relativitas. Sehingga peristiwa Isra Miraj tidak lagi menjadi hal yang aneh dan mudah untuk bisa dicerna akal. “Berdasarkan teori tentang cahaya, kecepatan yang paling tinggi adalah kecepatan cahaya, cahaya dapat menempuh perjalanan 300 ribu kilometer dalam satu detik,” kata Ustaz Bobby. Ustaz lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini menjelaskan bahwa teknologi manusia bisa melakukan sesuatu yang menyerupai kecepatan cahaya. Misalnya ada dua orang sedang berada di New York dan Jakarta. Orang yang berada di Jakarta mengirim dokumen softcopy ke orang yang berada di New York. Dokumen softcopy dari Jakarta ini dalam hitungan detik sampai ke New York. Sekitar 40 tahun yang lalu wujud komputer sangat besar, tapi dengan teknologi yang diciptakan manusia komputer bisa dibuat lebih kecil. Kemudian dibuat lebih kecil lagi menjadi laptop hingga sekarang menjadi sebuah gawai yang memiliki kemampuan seperti komputer. Sekarang gawai bisa mengirim file dengan cepat meski jaraknya sangat jauh. Dia mengatakan, teknologi teleportasi itu diwujudkan lagi oleh Allah kepada manusia yang bertakwa. Dulu Rasulullah lebih dahsyat teleportasinya menembus tujuh lapis langit hingga ke Sidratul Muntaha, kemudian Rasulullah kembali lagi ke Bumi hanya dalam waktu kurang dari semalam. “Jadi secara ilmiah (peristiwa Isra Miraj) gampang untuk dicerna (akal) sekarang, kalau zaman dulu mungkin susah dicerna,” jelasnya. (jeha) Baca juga :

Read More

Kisah Nabi Hezqiyal Diwafatkan 100 Tahun dan Dihidupkan Lagi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Alquran menceritakan banyak kisah masa lalu yang memiliki sejuta hikmah. Salah satu peristiwa yang dikisahkan dalam Alquran yakni seorang lelaki yang dibangkitkan Allah selama seratus tahun kemudian dibangkitkan kembali. Salah satu keajaiban yang dikisahkan dalam salah satu ayat pada Surah Al-Baqarah tersebut adalah kisah makanan pria itu yang belum berubah meski sudah didiamkan selama seratus tahun. Berikut redaksi lengkapnya. اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ au kallażī marra ‘alā qaryatiw wa hiya khāwiyatun ‘alā ‘urụsyihā, qāla annā yuḥyī hāżihillāhu ba’da mautihā, fa amātahullāhu miata ‘āmin ṡumma ba’aṡah, qāla kam labiṡt, qāla labiṡtu yauman au ba’ḍa yaụm, qāla bal labiṡta miata ‘āmin fanẓur ilā ṭa’āmika wa syarābika lam yatasannah, wanẓur ilā ḥimārik, wa linaj’alaka āyatal lin-nāsi wanẓur ilal-‘iẓāmi kaifa nunsyizuhā ṡumma naksụhā laḥmā, fa lammā tabayyana lahụ qāla a’lamu annallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah Ayat 259). Ditukil dari Waktu dalam Perspektif Alquran dan Sains terbitan Balitbang Kemenag, pada ayat 259 Surah al-Baqarah di atas, tampak kegalauan lelaki yang disebut dalam kitab tafsir tersebut adalah Nabi Hezqiyal, seorang nabi dari kalangan Bani Israil yang ditawan oleh Raja Nebukadnedzar (dalam tafsir lainnya disebut Nabi Uzair). Lelaki tersebut galau ketika melihat kota yang hancur berantakan, temboknya telah roboh menutupi atapnya. Diperkirakan kota yang hancur itu adalah Yerusalem, ibukota kerajaan Yudea setelah terjadinya penyerangan oleh Raja Kaldan (Khaldea)-Babilonia, Bukhtanashshar (alMaghluts, 2002) (dalam literatur Barat raja tersebut adalah Nabuchadnezzar) pada tahun 587 SM (Carter, 1985) atau 586 SM (Amstrong, 1997), yang menghancur leburkan Yerusalem beserta Haikal Sulaiman. Kegalauan Hezqiyal terungkap dalam kata-katanya, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”. Seketika Nabi Hezqiyal mengalami tiga kejadian penting, yaitu: Beliau diwafatkan selama 100 tahun, kemudian dibangkitkan/dihidupkan lagi. Setelah bangkit atau hidup, diperlihatkan bahwa “makanan dan minuman” yang ia bawa sebagai bekal, belum berubah sama-sekali, masih seperti sedia kala, yaitu masih seperti 100 tahun yang lalu. Karyawan Otoritas Barang Antik Israel (IAA) bekerja untuk mengungkap pusat penyimpanan administratif sejak zaman Raja Hizkia dan Manasye, di Yerusalem, 22 Juli 2020. Lebih dari 120 tayangan meterai yang distempel pada guci berusia 2.700 tahun dapat menunjukkan bahwa pajak dikenakan dikumpulkan secara teratur untuk produk-produk pertanian seperti anggur dan minyak zaitun, pada periode raja-raja Yudea. – Nabi diperlihatkan bagaimana Allah membangkitkan kembali keledai yang sudah menjadi tulang-belulang, kembali hidup. Ketika Nabi Hezqiyal dihidupkan kembali, Allah bertanya kepadanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?”; dan Nabi Hezqiyal menjawab, “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Jawaban Nabi Hezqiyal cukup manusiawi karena ketika mati selama 100 tahun, fungsi memori otak tidak bekerja sehingga ingatannya ketika hidup kembali masih menggunakan memori 100 tahun yang lalu. Allah lalu menjelaskan bahwa Hezqiyal telah dimatikan 100 tahun lamanya. Kemudian beliau disuruh melihat bekal makanan dan minumannya; ternyata bekal itu masih tetap utuh seperti sedia kala, seperti 100 tahun yang lalu dan tidak berubah. Mengapa bisa demikian? Dalam Fisika, Hukum Thermodinamika ke-II menyatakan bahwa benda atau materi akan mengalami peluruhan sesuai dengan perjalanan waktu. Artinya materi atau benda akan mengalami proses penuaan atau aus, seiring dengan perjalanan waktu. Mengapa makanan dan minum yang dibawa Nabi Hezqiyal bisa keluar dari Hukum Thermodinamika ke-II? Kita akan bertanya, bagaimana cara penyimpanan minuman dan makanan sebagai bekal untuk perjalanan Nabi Hezqiyal? Jika minuman disimpan dalam botol yang tertutup sangat rapat, kiranya memang akan tahan dalam jangka waktu 100 tahun, asal tidak diganggu oleh binatang atau makhluk lainnya. Sedangkan tentang makanan, pertanyaannya adalah, makanan jenis apa yang dibawa? Biasanya jenis buah-buahan atau gandum-ganduman. Menurut Qatādah (al-Hanafi, 2005), makanan dalam ayat di atas adalah buah Tin yang hijau. Sedangkan menurut aț-Țabariy, makanan itu berupa anggur hitam. Anggur hitam, yang berasal dari kultivar anggur ungu (Vitis vinivera) telah lama digunakan oleh bangsa Mesir Kuno, untuk makanan mentah sebagai buah meja atau sebagai minuman beralkohol. Sedangkan buah Tin atau Ara berasal dari pohon Tin, yang nama ilmiahnya adalah Ficus carica. Marga Ficus ini beratus jenis, diperkirakan ada 750 jenis. Banyak dari jenis ini yang dapat hidup lama, sampai mencapai 200 tahun. Dengan demikian apakah buahnya juga tahan dalam jangka waktu 200 tahun? Wallāhu a‘lam biș-șawāb. Atau apakah makanan tersebut diberi pengawet? Tentang “teknik pengawetan”, masyarakat di wilayah Timur Tengah telah berkembang dengan prestasi kemajuan yang menakjubkan. Bahkan teknik pengawetan manusia di Mesir, telah dilakukan ribuan tahun sebelum tarikh Hezqiyal ini. Teknologi pengawetan jenazah oleh orang-orang Mesir Kuno, bahkan tahan sampai ribuan tahun. Dengan demikian, awetnya bekal makanan dan minuman yang dibawa Nabi Hezqiyal selama 100 tahun, kemungkinan karena nabi itu menggunakan teknologi penyimpanan dan pengawetan terhadap bekal makanan dan minumannya itu. Atau mungkin karena kehendak Allah. (yan) Baca juga :

Read More

Kisah Surat Rasulullah SAW Menjamin Keberadaan Kristen Armenia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Lebih dari satu milenium lalu, komunitas Kristen Armenia terjaga kehadirannya di Yerusalem. Berbagai penguasa Yerusalem berganti, mereka masih tetap lestari hingga saat ini. Siapa nyana, ada peran penting Rasulullah Muhammad SAW menjamin rentang panjang kehadiran mereka. Pada 2018 lalu, sejarawan keturunan Armenia, Dr Garbis Harboyan dari Kanada, menuliskan secara detail soal keberadaan dokumen di di harian Aztag di Beirut, Lebanon. Ia menulis soal sebuah salinan naskah kuno yang tersimpan di Institut Manuskrip Kuno Mesrop Mashtots, di Yerevan, ibu kota Armenia. Matenadaran, sebutan arsip itu menghimpun koleksi manuskrip yang disimpan oleh Gereja Armenia di Etchmiadzin. Di dalam arsipnya terdapat salinan perjanjian-perjanjian yang dianggap berasal dari Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Thalib. Dokumen-dokumen ini diterjemahkan dari bahasa Arab aslinya ke dalam bahasa Turki, Farsi, dan Armenia. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen-dokumen tersebut dianggap absah oleh seluruh pemerintahan Muslim yang pernah menaungi komunitas Kristen Armenia. Harboyan menuturkan, Patriarkat Armenia didirikan di Yerusalem hampir 2.000 tahun yang lalu. Banyak orang Armenia yang berziarah ke Yerusalem setelah masuk Kristen pada awal abad ke-301. Mereka telah membangun sebagian dari Biara Sourp Hagop pada 420 Masehi. Pada abad keenam, orang-orang Armenia telah membangun 66 lembaga keagamaan di Yerusalem. Pada 626 Masehi , Patriark Armenia Abraham I dari Yerusalem, melihat kebangkitan kekuatan Muslim dari Arabia. Ia kemudian berangkat ke Madinah dengan delegasi 40 orang terkemuka Armenia untuk bertemu dengan Nabi Muhammad untuk mendapatkan perlindungannya. Sejarawan mengira-ngira bahwa bisa jadi rombongan itu ke Madinah bersama kaum Kristen dari Najran. Harboyan melaporkan bahwa Nabi telah menyambut para tamu Armenia dengan rasa hormat, dan kebaikan, serta mendengarkan saran Patriark Abraham I. Delegasi Armenia menyatakan ketundukannya kepada Nabi, kesiapan untuk bekerja sama dengannya, dan meminta perlindungannya. Di akhir pertemuan, Nabi Muhammad SAW mengeluarkan ketetapan. “Saya, Muhammad bin Abdullah, nabi dan hamba Allah. Saya memberi hormat kepada Patriark Abraham, saya menghormati dia dan semua uskup agung, uskup, dan imam di Yerusalem, Damaskus, dan wilayah Arab; dengan kata lain, orang-orang yang tunduk pada Yerusalem, seperti orang Etiopia, Koptik, dan Asiria. Saya menjamin keamanan biara, gereja, pusat pendidikan, properti dan tanah mereka. Saya, Nabi Muhammad, dengan kesaksian Allah, dan 30 orang di sekitar saya, saya memberikan perlindungan dan perlindungan saya, dan saya memberikan restu saya kepada gereja-gereja Armenia, di manapun mereka berada, di seluruh Yerusalem, Makam Suci Kristus, Sirp Gereja Hagop, Gereja Betlehem, semua rumah doa, biara, jalan Golgota, dan tempat suci. Saya juga mengamankan dan memastikan bahwa perlindungan saya juga meliputi bukit-bukit, lembah-lembah Kristen, dan lembaga-lembaga penghasil pendapatan Kristen. Saya nyatakan semua ini atas nama saya sebagai Nabi dan atas nama umat Islam.” Nabi Muhammad menginstruksikan penerusnya untuk menghormati keputusannya dan melaksanakannya secara detail. Hadir dalam pertemuan itu adalah Umar bin Khattab yang menjadi salah satu penerus Nabi dan mengeluarkan ketetapan serupa yang mengukuhkan ketetapan Nabi. Dengan demikian, dekrit Nabi menjadi dokumen resmi pertama yang menegaskan status Patriarkat Armenia di Yerusalem. Meski mushaf asli tersebut tidak dapat ditemukan di arsip Patriarkat. Namun, salinan kekuningan ada di Museum Mardigian milik Patriarkat di atas. Ketika Umar mengambil menjabat khalifah pada 634 M, ia mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima tentara. Pasukan Abu Ubaidah menyerang Damaskus dan Yerusalem. Patriark Yunani Sophronius dan Patriark Armenia Krikor bertemu dengan Abu Ubaidah dan memberitahunya bahwa menduduki Yerusalem akan membuat marah Tuhan, karena Yerusalem adalah kota suci. Abu Ubaidah melaporkan kepada Khalifah Umar tentang pertemuannya dengan kedua patriark tersebut. Umar secara pribadi datang ke Yerusalem. Saudara laki-laki Patriark Yunani bertemu dengan Umar dan mengingatkannya tentang ketetapan Nabi Muhammad SAW. Umar kemudian mengeluarkan ketetapannya sendiri dan membenarkan ketetapan Nabi. Umar memasuki Yerusalem bersama para pengikutnya, mengunjungi tempat-tempat keagamaan, dan menyarankan untuk membangun Masjid di sebidang tanah di sebelah gereja makam Kristus. Masjid ini dibangun pada tahun 935 dan diberi nama “al-Umari.” Omar mengizinkan kebebasan beribadah umat Kristiani, namun melarang membunyikan lonceng gereja. Khulafaur rasyidin terakhir, Ali bin Abi Thalib juga mengeluarkan dekrit untuk orang-orang Armenia di Yerusalem, membenarkan dekrit Rasulullah dan Umar sebelumnya. Pada 1097, Tentara Salib menyerbu dan menduduki Yerusalem. Pada 1187, Salahuddin al Ayyubi yang berkebangsaan Kurdi dan keluarganya berasal dari Dvin di Armenia, merebut Yerusalem dari Tentara Salib dan mengusir mereka dari kota tersebut. Dia mengambil alih semua gereja Latin di Yerusalem dan melarang kebaktian gereja. Namun, dia memberikan kebebasan sebagian kepada orang Armenia. Patriark Armenia Abraham II bersama sekelompok pendeta bertemu dengan Salahuddin dan menunjukkan kepadanya ketetapan Nabi Muhammad SAW. Salahuddin kemudian mengeluarkan ketetapan sendiri yang melanjutkan ketetapan yang dikeluarkan Nabi dan Khalifah Umar dan Ali. “Sebagaimana junjungan kami ‘Umar Ibn al-Khaṭṭāb radhiyallahu ‘anhu tunduk pada kehendak Muhammad, kami juga harus mematuhi dan mengikuti jalannya. Di antara umat Kristen, mereka [Muḥammad dan ‘Umar] memutuskan untuk menunjuk orang-orang Armenia dan rekan seagama mereka sebagai orang-orang Etiopia, Koptik, dan Kristen Suriah, sebagai subyek Rasulullah (SAW). Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Dan kami mengikuti keputusan itu,” bunyi ketetapan Salahuddin dalam arsip yang tersimpan. Salahuddin secara khusus mencatat dalam keputusannya yurisdiksi orang-orang Armenia atas gereja-gereja, tempat-tempat suci, Biara Sourp Hagop, gereja-gereja di Betlehem dan Nablus, Makam Suci, tempat-tempat suci lainnya, dan khususnya kebebasan orang-orang Armenia untuk beribadah. Dia juga menurunkan pajak terhadap pedagang dan peziarah Armenia. Pada 1517, Sultan Ottoman Selim menduduki Yerusalem dan mengeluarkan dekritnya yang menegaskan hak istimewa yang diberikan kepada Patriarkat Armenia di Yerusalem oleh Nabi Muhammad, Khalifah Umar, dan Salahuddin. Penerus Sultan Selim, Sultan Suleiman, mengeluarkan dekritnya sendiri yang menegaskan kembali hak-hak Armenia di Yerusalem. Sultan-sultan berikutnya juga mengeluarkan dekrit, seperti Mehmed IV pada tahun 1659, Sultan Mahmud I pada tahun 1735, dan Sultan Abdulmejid I pada tahun 1853. Gayane Mkrtumyan dari Fakultas Studi Oriental, Universitas Negeri Yerevan di Armenia menuliskan bahwa banyak salinan dari surat perlindungan Rasulullah SAW maupun dari penguasa Muslim tersimpan di berbagai gereja Armenia. Mereka tak hanya dalam bahasa Arab, tetapi juga bahasa Turki dan bahasa Persia. Mkrtumyan yang menelaah arsip-arsip kuno itu menemukan ada kesamaan makna. “Konsistensi ini menyiratkan bahwa mereka berakar pada beberapa teks asli Arab yang disalin dan disebarluaskan ke berbagai komunitas Kristen yang hidup di bawah pemerintahan Muslim.” (jeha) Baca juga :

Read More

dr. Sukiman Pernah Menjabat Perdana Menteri Indonesia ke-6

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Namanya mungkin tidak sempat dikenal banyak orang, tapi jasa nya kepada negara sangatlah luar biasa. Ialah Sukiman Wirjosandjojo, merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Wiryosandjoyo. Sukiman lahir di kampung Beton Solo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1898. Tempat kelahiran Sukiman ini dekat dengan Bengawan Solo. Jarak antara kampung Beton Solo dengan Bengawan kira-kira sekitar 200 meter. Di kampung Beton Solo inilah Sukiman mula mengenal dunia dan menghabiskan masa anak-anak. Dalam pandangan masyarakat tempat tinggalnya, keluarga Sukiman merupakan keluarga yang hidup dengan penuh kedamaian dan termasuk kalangan yang berada serta terpandang. Keluarganya juga terkenal sebagai penganut Islam yang taat. Ibunya bahkan merupakan seorang pendakwah. Sang ibu aktif menyampaikan ajaran agama kepada orang lain melalui ceramah atau pengajian, khususnya pada pengajian kaum ibu yang ada di kampung halamannya. Dalam perjalanan hidupnya, Sukiman pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia keenam. Tak hanya itu ia juga terkenal sebagai tokoh politik sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia dari Masyumi. Ia tutup usia pada 23 Juli 1974 . Setelah Sukiman menyelesaikan pendidikannya di Boyolali, ia kemudian melanjutkan ke STOVIA Jakarta. Ia kemudian melanjutkan ke Belanda untuk memperoleh gelar dokter penuh. Sebelum melanjutkan studi ke Belanda, pada 1923 ia melangsungkan pernikahan dengan Kustami yang merupakan putri Dr. Keramat. Kota Yogyakarta menjadi pilihan Sukiman untuk memulai hidup yang baru bersama istrinya. Di Yogyakarta ia bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ketika bekerja di Yogyakarta Sukiman mulai tertarik meneliti atau mencari tahu mengenai penyakit paru-paru. Selama menjadi dokter, Sukiman mempunyai patokan, bahwa ia tidak akan menggantungkan hidup atau bekerja dengan pemerintahan Hindia Belanda. Ia akan bekerja sendiri untuk mengabdi kepada bangsanya. Karena tekad itulah maka ia tercatat sebagai dokter yang pertama di Indonesia menebus pada pemerintahan Belanda untuk membuka praktik sendiri. Sukiman mendirikan poliklinik yang dalam operasionalnya lebih mengutamakan kemanusiaan yakni membantu masyarakat yang susah dan menderita. Bagi yang mampu tidak ada persoalan, karena mereka dapat membayar, tetapi bagi yang kurang mampu boleh membayar belakangan dan dicicil sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan bagi yang betul-betul tidak mampu diambil kebijaksanaan dengan membebaskan dari pembayaran atau gratis tidak membayar sama sekali. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Sukiman termasuk salah satu orang yang mengalami perampasan harta benda hingga alat perlengkapan medis yang dimilikinya oleh Jepang. Akibat perampasan tersebut semangatnya sebagai tenaga medis mulai hilang. Terlebih ia tak bisa segera mengganti peralatan medis yang dirampas Jepang. Oleh karena itu, Sukiman lebih banyak mencurahkan perhatiannya dalam bidang politik. Keaktifan Sukiman dalam bidang politik semakin meningkat seiring perjuangannya bersama umat Islam lainnya untuk mencapai tujuan yaitu Indonesia merdeka. Hingga pada masa Kabinet Hatta, pada 31 Januari 1948 diumumkan mengenai susunan kabinet. Dalam kabinet Hatta ini Sukiman diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri, sedangkan dalam susunan kabinet Hatta kedua Sukiman diangkat menjadi Menteri Negara. Sementara itu, ketika bentuk negara Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, setelah jatuhnya kabinet Natsir maka Sukiman Wirjosandjojo resmi diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia keenam. (jeha) Baca juga :

Read More

Menelusuri Penyebaran Islam di Tanah Australia, Ada Jejak Dakwah Muslim Makassar

Makassar — 1miliarsantri.net : Interaksi suku Aborigin, penduduk asli Benua Australia dengan Muslim Makassar diperkirakan sudah terjadi antara abad ke-16 dan ke-17. Ini terekam dalam lukisan pada dinding batu yang dibuat penduduk asli Australia. Kemudian, pada abad ke-19, terjadi gelombang baru Muslim memasuki Australia dan menetap di sana. Antara 1870 dan 1920, sekitar 20 ribu ekor unta dan 2.000 sampai 3.000 penunggang unta mendarat di daratan Australia. Mereka berasal dari Afghanistan, Rajasthan, Khasmir, Mesir, Turki, dan Persia. Hal itu diceritakan dalam Boundless Plains: The Australian Muslim Connection, sebuah pameran foto yang menceritakan kisah Islam di Australia. Pameran itu secara resmi dibuka di Museum Sejarah Jakarta pada 15-30 April 2019. Para penunggang unta tersebut kemudian membuat jaringan jalan unta yang luas tersebar ke seluruh pedalaman Benua Australia. Mereka melakukan apa yang perlu dilakukan saat membuka sebuah wilayah. Mereka terbukti sangat berjasa dalam ekspedisi untuk memetakan Benua Australia. Di wilayah Maree, Australia Selatan ditemukan sisa bangunan masjid yang diduga dibangun oleh para penunggang unta dari Afghanistan pada 1885. Bentuk masjid tersebut meniru bangunan masjid yang pertama kali dibangun di Makkah dan Madinah pada masa awal penyebaran Islam. Penentuan posisi masjid sangat hati-hati, sebab harus dibangun dekat sumber air yang bisa digunakan untuk berwudhu. Bangunan masjid di Maree itu juga terinspirasi oleh teknik arsitektur di daerah yang bercuaca panas. Atap masjidnya dibuat miring agar memberi perlindungan dari cahaya matahari. Bagian depan masjid terbuka sehingga memungkinkan udara mengalir melalui area bagian dalam untuk mengeluarkan udara hangat. Sementara, dinding masjid yang pendek dan terbuat dari lumpur membantu ventilasi bangunan dan melancarkan pergerakan udara. Kisah lain, Saleh (Charlie) Sadadeen yang tiba di Australia pada akhir tahun 1890. Saleh diakui telah membangun masjid pertama di wilayah Alice Spring pada tahun 1913. Saleh meninggal dunia pada 1933 saat bisnis untanya mulai merosot. Sekarang namanya dipakai untuk menamai kota satelit, sekolah, dan lapangan. Anggota komunitas Muslim pergi setelah merayakan liburan Islam Idul Adha di Masjid Auburn Gallipoli di Sydney, Australia, 31 Juli 2020. – (EPA-EFE/JOEL CARRETT) Banyak terdapat kuburan para penunggang unta di Australia. Sebagai contoh, di pemakaman Bourke, pada batu nisan di sana tertulis Wahub Afghan meninggal pada Agustus 1895. Pada nisan tersebut tertulis Bismillahirrahmanirrahim, syahadat, dan Surat Al-Ikhlas. Di Pemakaman Bourke juga ditemukan gubuk yang terbuat dari seng. Gubuk tersebut digunakan sebagai mushala oleh umat Islam di sana pada masa lalu. Selain itu, ada Masjid Broken Hill yang diperkirakan menjadi masjid pertama di New South Wales. Masjid tersebut dibangun di situs kamp unta yang sudah tua. Para penunggang unta dulu biasa beristirahat di sana sambil merencanakan perjalanan mereka. Kini bangunan masjid yang terbuat dari seng tersebut masih bisa digunakan oleh pengunjung dan penduduk setempat. Para penunggang unta biasanya meninggalkan sajadah di masjid tersebut sebagai penghargaan kepada masjid. Pada dinding masjid tertulis ayat-ayat Alquran, foto Makkah dan tempat suci lainnya. Sementara di luar masjid terdapat pohon kurma yang ditanam oleh para penunggang unta dari Afghanistan pada masa lalu. Di sana juga ditemukan kereta unta berusia tua. Kereta tersebut dulunya digunakan untuk mengangkut barang-barang ke pedalaman. Unta digunakan karena dapat bertahan dalam kondisi ekstrem, tidak seperti kuda. Unta dianggap sebagai moda transportasi yang cocok di Australia yang kondisinya ekstrem. Para penunggang unta mengangkut wol ke pelabuhan, dan mengangkut air ke daerah-daerah yang dilanda kekeringan. Mereka juga mengangkut surat, peralatan, dan berdagang pada saat konstruksi kereta api masih dalam masa pengembangan di Australia. Para penunggang unta juga memainkan peran penting dalam memfasilitasi pembangunan jalur Telegraf Overland pada 1870-1872. Mereka membantu mengangkut peralatan, bahan-bahan dan pasokan. Tanpa layanan yang mereka berikan, pengembangan pedalaman Australia akan tertinggal paling sedikit 50 tahun sampai era perbaikan jalan dan layanan kereta api. Setelah Australia kedatangan para penunggang unta, datang pedagang asongan dan para penyelam mutiara dari Melayu ke Australia. Kemudian, secara bertahap Australia didatangi orang Albania, Turki dan Muslim lainnya dari berbagai negara. Semuanya itu menjadi bagian dari sejarah awal perkembangan Islam di Australia. Teuku Chalidin Yacob dalam bukunya Muslim Melayu Penemu Australia terbitan MINA Publishing House 2016 mengatakan Muslim Melayu dari Asia Tenggara juga pernah menginjakkan kaki di Benua Australia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Mereka berasal dari Malaysia, dikenal sebagai orang Melayu yang berprofesi sebagai nelayan mutiara. Mereka juga menikahi orang-orang Aborigin. Sebagai bukti nyata, terdapat kuburan Muslim Melayu yang berasal dari orang-orang Indonesia, Filipina, Malaysia dan Singapura, di pemakaman Broome, pesisir barat Australia.(ndro) Baca juga :

Read More