Jelajah Ilmu Dengan Mudah Hanya dalam Genggaman

Surabaya – 1miliarsantri.net Tantangan abad 21 dalam dunia pendidikan, melahirkan berbagai inovasi dalam media pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan platform digital jelajah ilmu memberikan pembelajaran interaktif antara guru dan siswa, yang dapat menghubungkan pemantauan hasil oleh orang tua. Tentunya diimbangi dengan fasilitas sekolah, akses jaringan yang baik dan kompetensi guru. Penggabungan antara pembelajaran yang menyenangkan dengan pemanfaatan kemajuan teknologi memiliki pengaruh dalam ekosistem pendidikan. Sehingga guru berperan sebagai fasilitator dalam memberikan informasi yang dapat dikolaborasikan dengan media digital. Namun perlu pengawasan kepada siswa dalam mengakses informasi dan menganalisis kebenaran informasi yang tersedia. Pemanfaatan media digital memberikan kemudahan guru dalam mengelolah kebutuhan materi pembelajaran, administrasi sekolah, uji kompetensi untuk siswa, dll.    Kemudahan akses dalam pendidikan melalui digitalisasi menjadikan berbagai penyedia website atau aplikasi berlomba memberikan fitur yang menarik. Beberapa fitur yang disediakan seperti lembar kerja soal secara online, buku elektronik, penilaian secara langsung, rapot elektronik, dll. Tersedia berbagai platform digital yang gratis sampai berbayar dan dapat diakses guru sesuai kebutuhan pembelajaran di sekolah. Acer menjadi salah satu perusahaan teknologi multinasional yang berkontribusi dalam menyediakan platform digital untuk belajar mengajar. Platform tersebut dapat diakses oleh sekolah yang melakukan kerjasama dengan perusahaan melalui program “Jelajah Ilmu.“ Penerbit buku Intan Pariwara bekerjasama dengan Acer meluncurkan smart book yang dapat diakses pada aplikasi Jelajah Ilmu atau membeli bukunya secara cetak. Apa itu Jelajah Ilmu? Jelajah Ilmu adalah platform digital pendidikan yang dapat diakses dimana dan kapan saja, dengan menghubungkan guru, siswa, orang tua dan kepala sekolah dalam satu tempat. Platform ini mendukung digitalisasi dalam proses belajar mengajar dan memberikan kemudahan guru dalam mengakses materi pembelajaran yang tersedia sesuai kurikulum merdeka. Penggunaan yang mudah, sehingga dapat digunakan secara luring, daring ataupun hybrid. Jelajah Ilmu dapat diakses melalui website https://jelajahilmu.com atau mengunduh aplikasi Jelajah Ilmu di Google play/ App store. Sebagai bentuk kepedulian Acer di dunia pendidikan dalam mewujudkan generasi emas 2045, program ini diluncurkan dan disosialisasikan di beberapa kota yang ada di Indonesia. Ekosistem Pendidikan Proses belajar mengajar dalam pendidikan formal dilakukan oleh guru dan siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif diperlukan komunikasi segala arah, untuk melatih siswa lebih kritis, berani mengungkapkan pendapat, dan mengetahui karakter. Namun tetap guru yang memegang kendali dalam satu kelas. Ekosistem pendidikan melibatkan peran guru, siswa, orang tua dan kepala sekolah. Dalam Jelajah Ilmu terdapat akun masing-masing yang dapat diakses pemegang peran ekosistem pendidikan dalam satu aplikasi. Kepala sekolah lebih mudah mengontrol kemajuan kinerja guru dalam mengajar. Guru dapat memberikan materi pembelajaran siswa yang dapat diakses di sekolah maupun dibuka kembali saat di rumah. Siswa dapat memberikan tanda atau coretan dalam buku digital yang dianggap penting. Hasil lembar kerja siswa dapat diakses oleh orang tua, sehingga mengetahui perkembangan anaknya. Fitur yang Disajikan Platform ini ditujukan untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA. Fitur yang dapat digunakan oleh guru meliputi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), materi pembelajaran dalam bentuk powerpoint, buku digital, dan bank soal. Berbagai materi tersedia dalam satu aplikasi, sehingga guru bisa menggunakan seluruhnya dalam pembelajaran atau mengkombinasikan dengan materi yang telah dimiliki. Aplikasi ini, membantu persiapan administrasi pembelajaran dan guru dapat memberikan umpan balik dari hasil kerja siswa yang telah mengirim hasil kerjanya. Bagi siswa, dengan adanya aplikasi ini dapat mengerjakan latihan soal secara mandiri, mengakses buku digital, berdiskusi dengan guru dan teman. Selain itu, kepala sekolah dapat memantau seluruh kegiatan sekolah dari proses belajar mengajar dan memberikan pemberitahuan. Orang tua dapat memantau aktivitas belajar anak, hasil ujian, pengumuman dan dapat berdiskusi dengan guru. Smart book Buku pintar merupakan buku yang tidak hanya memuat materi dalam bentuk tulisan, namun mengkolaborasikan dengan video, audio dan materi tambahan yang dapan diakses melalui kode QR dalam buku. Video tersebut dapat memberikan gambaran kepada siswa, bagaimana implikasi materi di dalam buku dengan praktek secara langsung yang dapat dilihat dan diamati. Sehingga memberikan variasi media pembelajaran dalam pemanfaatan media digital. Konsep pembelajaran yang menyenangkan diadopsi dalam buku ini dengan memberikan visualisasi dalam buku dan warna yang tajam untuk menarik minat baca siswa. Smart book yang telah diluncurkan penerbit Intan Pariwara dan Jelajah Ilmu dapat dibeli dalam bentuk digital ataupun cetak. Pemanfaatan media digital dapat menciptakan pembelajaran interaktif yang mudah diakses melalui gawai dalam satu platform. Belajar menjadi mudah dan menyenangkan dengan banyak pilihan media pembelajaran yang tersedia. Jelah Ilmu menjadi salah satu platform digital pendidikan yang dapat dipilih dengan menghubungkan peran guru, siswa, orang tua dan kepala sekolah. Melalui paltform tersebut, pengguna dapat membeli dan mengakses smart book tanpa perlu berpindah ke penyedia platform lainnya. Tentunya pendaftaran harus melalui sekolah yang sudah bekerjasama. Jika ingin bekerjasama, kepala sekolah dapat menghubungi melalui e-mail info@jelajahilmu.com untuk memperoleh informasi paket yang ditawarkan. (*) Penulis: Fifit Editor: Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

Meningkatkan Kualitas Pendidikan Lewat Reformasi Administrasi Guru dan Pembelajaran Mendalam

Jakarta – 1miliarsantri.net : Pendidikan merupakan pondasi utama dalam membangun peradaban yang maju dan berkelanjutan. Di Indonesia, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus menjadi perhatian utama pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Salah satu pendekatan yang kini menjadi sorotan adalah pembelajaran mendalam (deep learning). Pendekatan ini bertujuan menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, mendorong keingintahuan siswa, serta memberikan pemahaman yang holistik, melampaui sekadar hafalan. Namun, keberhasilan pembelajaran mendalam tidak hanya ditentukan oleh metode yang diterapkan di kelas. Ekosistem pendidikan yang mendukung, terutama dari segi administrasi guru dan pengembangan profesional, menjadi kunci utama keberhasilan reformasi pendidikan ini. Guru sebagai ujung tombak pendidikan harus diberikan ruang untuk berkreasi tanpa terbebani oleh birokrasi yang sering kali menguras waktu dan energi. Salah satu tantangan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah sistem administrasi guru yang terlalu birokratis. Banyak guru menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas administratif, seperti pengisian dokumen dan laporan repetitif, yang sering kali tidak berdampak langsung pada kualitas pembelajaran di kelas. Kondisi ini mengurangi waktu guru untuk mempersiapkan materi pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan siswa. Untuk mengatasi tantangan ini, reformasi administrasi guru menjadi langkah awal yang sangat penting. Penyederhanaan beban administratif dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital secara bijaksana. Namun, digitalisasi saja tidak cukup. Transformasi digital yang bermakna harus dirancang mempermudah tugas guru, bukan menambah kerumitan. Sistem digital yang efisien memberikan lebih banyak waktu bagi guru untuk fokus pada aktivitas inti mereka, yaitu mengajar dan membimbing siswa. Dalam Islam, pendidikan memiliki kedudukan yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, serta semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, bahkan semut di dalam lubangnya dan ikan di laut, benar-benar bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi) Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang pendidik. Guru tidak hanya menjalankan tugas duniawi, tetapi juga memiliki tanggung jawab spiritual yang tinggi di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, memberikan dukungan penuh kepada guru—baik dalam bentuk kesejahteraan, ruang gerak profesional, maupun pengembangan kapasitas—adalah bagian dari penghormatan terhadap ilmu pengetahuan. Al-Qur’an juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan untuk membentuk manusia yang berilmu dan bertakwa. Dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11, Allah SWT berfirman: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” Ayat ini menggambarkan bahwa pendidikan bukan hanya bertujuan mencerdaskan siswa secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter yang berakhlak mulia, beradab, dan memiliki kesadaran spiritual serta sosial. Dengan demikian, reformasi pendidikan sejatinya merupakan bentuk pengamalan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Reformasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pengembangan profesional guru. Di negara-negara maju seperti Singapura dan Estonia, pelatihan guru dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Guru tidak hanya dilatih untuk menguasai keterampilan teknis, tetapi juga diajak memahami filosofi pendidikan serta tujuan jangka panjangnya. Dalam konteks Islam, pengembangan profesional guru sejalan dengan konsep tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan ta’dib (pembentukan adab). Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk membimbing manusia agar mengenal Tuhannya, menata akhlaknya, dan menjadi rahmat bagi sesama. Oleh karena itu, pelatihan guru tidak hanya berfokus pada aspek teknis pengajaran, tetapi juga pada pembentukan karakter dan adab sebagai pendidik. Salah satu tantangan besar dalam sistem pendidikan Indonesia adalah kesenjangan antara sekolah-sekolah di perkotaan dan pelosok. Di kota-kota besar, banyak sekolah memiliki fasilitas lengkap dan guru yang melek digital. Sebaliknya, di daerah terpencil, masih banyak sekolah yang kekurangan infrastruktur dasar seperti listrik, internet, bahkan bahan ajar. Dalam ajaran Islam, keadilan adalah prinsip utama yang harus ditegakkan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…” Keadilan dalam pendidikan berarti memberikan akses yang setara bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Negara dan seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap siswa, dimanapun mereka berada, mendapatkan fasilitas dan pembelajaran yang layak. Kemendikdasmen telah menetapkan tiga pilar utama dalam reformasi pendidikan: reformasi sistem administrasi guru, penguatan pengembangan profesional guru, dan peningkatan kesejahteraan guru berbasis kompetensi. Ketiga pilar ini saling berkaitan dan harus berjalan secara sinergis. 1. Reformasi Administrasi Guru    Penyederhanaan beban administratif akan memberikan waktu lebih bagi guru untuk fokus pada pembelajaran kreatif dan kontekstual. 2. Penguatan Pengembangan Profesional    Pelatihan berbasis kebutuhan nyata di kelas akan meningkatkan kapasitas guru dalam menyampaikan materi secara mendalam dan relevan. 3. Peningkatan Kesejahteraan Guru    Kesejahteraan yang layak akan memotivasi guru untuk terus berkembang dengan niat ibadah dan tanggung jawab moral yang tinggi. Transformasi pendidikan di Indonesia harus berpusat pada guru sebagai agen perubahan utama. Dengan memberikan kepercayaan, dukungan, dan ruang tumbuh bagi guru, kita dapat menciptakan ruang kelas yang dinamis secara intelektual sekaligus humanis dan spiritual. Teknologi hanyalah alat; dampaknya akan signifikan jika digunakan oleh guru yang bersemangat, kompeten, dan memiliki integritas. Pembelajaran mendalam bukan sekadar metode baru, tetapi arah baru pendidikan yang membentuk cara berpikir kritis, reflektif, dan bernilai. Islam mendorong umatnya untuk terus menuntut ilmu sepanjang hayat. Oleh karena itu, reformasi pendidikan adalah bagian dari jihad intelektual kita hari ini untuk memastikan generasi mendatang tumbuh sebagai insan yang berilmu, berakhlak mulia, dan mampu membangun peradaban unggul. sumber : https://pusdatin.dikdasmen.go.id/blog/deep-learning-dan-adopsi-teknologi-digital Kontributor : Zeta Zahid Yassa Editor : Toto Budiman

Read More

Mempercepat Transformasi Digital, Kemendikdasmen Tingkatkan Peran Balai TIK Pendidikan

Jakarta – 1miliarsantri.net : Transformasi digital dalam sektor pendidikan kini menjadi salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, relevansi, serta akses pendidikan yang merata di seluruh wilayah, dari kota besar hingga pelosok daerah. Salah satu langkah konkret dalam mendorong transformasi ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Balai Layanan Platform Teknologi (BLPT) dengan menggelar kegiatan nasional bertajuk Sinergi dan Kolaborasi Kemendikdasmen dan Pemerintah Daerah: Akselerasi Digitalisasi Pembelajaran melalui Rumah Pendidikan. Kegiatan ini berlangsung pada 17–20 Juli 2025 di Kota Padang, Sumatra Barat, dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan, termasuk kepala dinas pendidikan, kepala balai TIK, serta perwakilan dari BLPT dan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin). Digitalisasi pendidikan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk menciptakan sistem pembelajaran yang inklusif, adaptif, dan relevan dengan perkembangan zaman. Melalui kegiatan ini, Kemendikdasmen ingin memperkuat kerja sama strategis antara pusat dan daerah dalam membangun ekosistem teknologi pendidikan yang berkelanjutan. Peran Balai TIK sebagai Pilar Transformasi Teknologi Pendidikan Dalam pernyataannya, Kepala Pusdatin, Yudhistira Nugraha, menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki peran penting dalam mempertegas posisi Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (TIKP) sebagai ujung tombak pelaksanaan program digitalisasi pendidikan di daerah. Ia menekankan bahwa transformasi adalah cara untuk tetap relevan saat ini, sedangkan inovasi adalah kunci untuk keberlanjutan di masa depan. “Forum ini bukan sekadar ajang pertemuan, melainkan ruang strategis untuk memperkuat sinergi. Dalam membangun ekosistem teknologi pendidikan, kita tidak bisa berjalan sendiri,” ungkap Yudhistira. Menurutnya, adopsi teknologi di bidang pendidikan perlu ditopang oleh sinergi yang erat antara Balai TIK, Pusdatin, dan Pemerintah Daerah. Kolaborasi ini tidak hanya mendorong pertukaran informasi, tetapi juga membuka ruang dialog yang aktif dan produktif untuk menyusun strategi berbasis kebutuhan lokal. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Barat, Barlius, juga menyambut baik kegiatan ini. Ia menyebutnya sebagai momentum strategis untuk memperkuat koordinasi dan kapabilitas daerah dalam menghadapi percepatan teknologi. Dengan dukungan langsung dari Pusdatin, diharapkan setiap balai TIK di Indonesia mampu menyelaraskan langkah dengan kebijakan nasional. “Dengan pertukaran informasi dan inovasi, kita siap menyongsong percepatan perkembangan teknologi di dunia pendidikan,” tegas Barlius. Materi Strategis dan Kepemimpinan Digital Selama kegiatan berlangsung, peserta mendapatkan berbagai materi yang relevan dengan isu-isu strategis pendidikan saat ini. Beberapa di antaranya meliputi: Materi-materi ini dirancang untuk memberikan penguatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyusun program peningkatan mutu pendidikan yang berbasis digital. Superaplikasi Rumah Pendidikan, sebagai salah satu produk unggulan Kemendikdasmen, diperkenalkan sebagai platform terintegrasi yang mampu menjawab tantangan era pembelajaran digital. Kegiatan ini juga menghadirkan Sesi Kepemimpinan Digital yang dipandu langsung oleh Kepala Pusdatin. Tujuannya adalah agar para pimpinan daerah dan kepala Balai Tekkomdik memiliki pemahaman dan visi yang kuat dalam memimpin proses transformasi digital secara strategis dan berkelanjutan. Menuju Pendidikan Digital yang Inklusif dan Merata Kepala BLPT, Wibowo Mukti, menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor adalah fondasi keberhasilan program digitalisasi pendidikan. Menurutnya, program dari pemerintah pusat harus berjalan selaras dengan inisiatif di daerah agar implementasinya tepat sasaran dan berkelanjutan. “Kolaborasi pusat dan daerah adalah wujud nyata dari sinergi nasional dalam pendidikan. Inisiatif seperti ini adalah kunci untuk membangun sistem pembelajaran yang tidak hanya modern, tapi juga merata,” tutur Wibowo. Sinergi yang kuat antara Kemendikdasmen, BLPT, Pusdatin, dan Pemerintah Daerah diharapkan mampu mempercepat transformasi digital pendidikan di Indonesia. Melalui kolaborasi yang terstruktur, bukan tidak mungkin target mewujudkan pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan adaptif terhadap era digital dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat. Kesimpulan Transformasi digital pendidikan membutuhkan kolaborasi lintas sektor yang erat dan berkesinambungan. Melalui kegiatan sinergi nasional yang diselenggarakan Kemendikdasmen di Padang, langkah besar telah diambil untuk memperkuat fondasi digitalisasi pendidikan di Indonesia. Dengan peran strategis Balai TIK, dukungan Pusdatin, dan inisiatif daerah, ekosistem pendidikan digital di Indonesia diharapkan dapat tumbuh secara merata, menjangkau semua kalangan, dan membawa sistem pendidikan ke arah yang lebih modern serta kompetitif di tingkat global.(**) Kontributor : Glancy Verona R. Editor : Toto Budiman

Read More

Digital Detox Ala Muslim: Rehat dari Sosmed Demi Hati yang Lebih Tenang, Simak Tipsnya

Jakarta – 1miliarsantri.net: Semua informasi dan kegiatan terasa ada dalam satu genggaman, terutama melalui smartphone. Ini fenomena yang membentuk gaya hidup masyarakat saat ini terutama Gen Z dan generasi digital lainnya. Di zaman serba digital ini, siapa sih yang nggak pegang smartphone hampir setiap saat? Bangun tidur langsung buka WhatsApp, sebelum tidur scrolling Instagram atau TikTok. Sosial media memang menyenangkan—bisa terhubung dengan banyak orang, update tren terbaru, atau cari inspirasi. Tapi, tanpa kita sadari, terlalu lama berselancar di dunia maya bisa bikin hati capek, pikiran penuh, bahkan iman terasa menurun. Digital Detox Untuk Kesehatan Mental dan Menjaga Iman Nah, di sinilah digital detox alias istirahat sejenak dari media sosial jadi penting. Sebagai seorang muslim, rehat dari sosmed bukan cuma demi kesehatan mental, tapi juga demi menjaga hati agar lebih tenang dan dekat dengan Allah. Kenapa Kita Butuh Digital Detox? Sering merasa hidup orang lain kok “lebih bahagia” setelah lihat story atau postingan mereka? Ini yang disebut social comparison. Padahal, belum tentu apa yang mereka tampilkan sama dengan kenyataan. Pernah niatnya mau buka Instagram “cuma 5 menit”, eh tahu-tahu sudah 1 jam? Waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk baca Al-Qur’an, shalat sunnah, atau ngobrol sama keluarga malah habis buat scrolling. Kebanyakan melihat konten hiburan kadang bikin kita jadi lalai. Dzikir yang biasanya rutin bisa terlewat, shalat jadi terburu-buru karena “tanggung, bentar lagi videonya habis”. Cara Digital Detox ala Muslim Tenang, digital detox bukan berarti harus uninstall semua aplikasi dan kabur ke hutan kok! Cukup lakukan perlahan tapi konsisten. Berikut beberapa tipsnya: ✅ 1. Niatkan karena Allah Perbaiki niat dulu. Digital detox ini bukan semata-mata demi kesehatan mental, tapi demi membersihkan hati dan mendekatkan diri pada Allah. ✅ 2. Tetapkan Waktu Bebas Sosmed Misalnya, setelah shalat Subuh sampai Dzuhur nggak buka media sosial sama sekali. ✅ 3. Ganti dengan Aktivitas yang Menenangkan Hati Saat tangan gatal ingin scrolling, alihkan dengan hal-hal yang menambah iman: membaca tafsir ringan, mendengarkan murottal, atau sekadar berdzikir sambil rebahan. ✅ 4. Kurasi Akun yang Diikuti Kalau masih perlu sosmed untuk kerja atau bisnis, setidaknya pilih akun-akun yang bermanfaat—kajian Islam, motivasi kebaikan, atau informasi bermanfaat. Unfollow akun-akun yang bikin hati sering iri atau lalai. ✅ 5. Luangkan Waktu untuk Alam dan Keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menganjurkan kita untuk menyambung silaturahmi. Sesekali matikan notifikasi, habiskan waktu ngobrol sama keluarga, atau jalan santai di alam terbuka sambil mentadabburi ciptaan Allah. Hasil yang Akan Kamu Rasakan Beberapa orang yang mencoba digital detox merasa hatinya jauh lebih tenang, tidur lebih nyenyak, dan ibadah jadi lebih fokus. Ketika waktu tidak terlalu habis di sosmed, kita jadi sadar bahwa banyak hal yang lebih berharga untuk dikerjakan. Rasulullah bersabda: “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi) Bukankah ini pengingat yang pas banget untuk kita yang sering terlalu asyik scrolling? Rehat Demi Hati yang Lebih Dekat pada Allah Digital detox bukan berarti anti-teknologi, tapi cara kita mengatur ulang prioritas. Sosmed boleh, asal jangan sampai bikin hati lalai. Yuk, coba mulai dari hal kecil: matikan notifikasi satu jam sebelum tidur, ganti scrolling dengan dzikir, atau pasang niat setiap buka sosmed untuk hal-hal bermanfaat. Semoga dengan rehat sejenak dari dunia maya, hati kita semakin lapang, iman semakin kuat, dan hidup terasa lebih berkah.** Penulis : Annisa Dwi Meitha Foto ilustrasi AI Editor : Thamrin Humris

Read More

Scroll Terus Sampai Otak Nge-lag: Dilema ‘Konten Receh’ Candu Bagi Gen Z

Jakarta – 1miliarsantri.net: Fenomena yang makin umum kebiasaan Gen Z mengakses media sosial dengan aktivitas scrolling yang tak berujung. Di tengah tumpukan tugas, tekanan sosial, dan ekspektasi hidup yang kian kompleks, Gen Z kerap mencari pelarian singkat seperti pada “konten receh” di TikTok. Mereka sering menjadikan video absurd 10 detik tentang kucing nabrak tembok, lipsync random, atau curhat iseng yang tak berkesudahan menjadi sumber hiburan cepat. Namun di balik tawa singkat itu, muncul pertanyaan, “Mengapa kita merasa sulit berhenti scroll?” Konten Receh “Cemilan Digital” Menjadi Candu “Konten receh” di media sosial sama halnya dengan junk food—enak di mulut, tapi bikin eneg. Pasalnya, ia mampu menawarkan hiburan ringan, instan, dan tidak memerlukan perhatian mendalam, dan berpotensi menjadi candu yang sulit dihilangkan. Gen Z yang hidup di era produktivitas tanpa jeda menggunakan konten semacam ini sebagai ruang jeda mental. Bukan sekadar hiburan, tapi juga strategi bertahan di tengah kepenatan mental yang tak selalu bisa dijelaskan. Studi dari Frontiers in Psychology (2020) menemukan bahwa penggunaan humor lewat media—terutama konten ringan dan lucu—justru mampu menekan efek buruk stres dan kecemasan. Fokus dari riset tersebut adalah pola konsumsi media selama pandemi, dan menyimpulkan bahwa humor sebagai bentuk coping berkaitan erat dengan kesejahteraan mental yang lebih baik, sedangkan coping yang lebih bersifat avoidant (menghindar secara pasif) justru berhubungan dengan penurunan kualitas mental. Bahkan, studi oleh Chloe Partlow dan Patricia Talarczyk dalam Journal of Student Research (2021) menunjukkan bahwa Gen Z cenderung menilai konten absurd sebagai lebih lucu dan menyenangkan dibanding bentuk humor yang lebih konvensional. Semakin tidak masuk akal sebuah meme, justru semakin efektif sebagai pengalih stres. Ini menjadi petunjuk menarik bahwa humor digital tak hanya sekadar pemanis linimasa, tetapi juga punya fungsi psikologis yang nyata. Otak yang Nge-lag: Ketika Hiburan Jadi Candu? Istilah brain rot—yang ditetapkan Oxford sebagai “Word of the Year” 2024—mengacu pada penurunan fungsi kognitif akibat konsumsi pasif konten trivial, seperti doom scrolling dan short-form feed tanpa muatan makna. Ini bukanlah alarm yang berlebihan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa paparan berulang terhadap konten pendek, cepat, dan dangkal dapat menciptakan kebiasaan otak mengharapkan stimulasi instan. Akibatnya, otak menjadi “malas” untuk terlibat dalam proses berpikir reflektif, konsentrasi mendalam, bahkan pengolahan ingatan jangka panjang. Fenomena ini sangat terlihat dalam kebiasaan konsumsi Gen Z terhadap media sosial. Platform seperti TikTok dan Instagram Reels dirancang secara algoritmik untuk mempertahankan atensi pengguna melalui konten berdurasi sangat pendek, diiringi audio menarik, dan efek visual yang menggugah. Pola ini memicu pelepasan dopamin secara cepat—senyawa kimia di otak yang berkaitan dengan rasa senang dan kepuasan. Semakin sering seseorang mengonsumsi konten semacam ini, semakin besar kecenderungannya untuk mencari sensasi serupa—bukan karena kebutuhan informasi, melainkan karena dorongan fisiologis yang menyerupai efek candu. Peneliti dari University of California, Irvine dalam studi berjudul “The Cost of Interrupted Work: More Speed, More Stress” menemukan bahwa interupsi digital yang konstan, termasuk dari notifikasi dan konten cepat dapat membuat otak lebih sulit kembali ke fokus penuh. Penelitian Microsoft dalam Time.com (2015) menunjukkan bahwa rentang perhatian manusia telah menyusut drastis—dari rata-rata 12 detik pada tahun 2000 menjadi hanya delapan detik pada 2013—sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup berbasis layar dan konsumsi konten impulsif seperti media sosial dan notifikasi terus-menerus. Bahkan ketika seseorang tidak lagi aktif menonton, otaknya tetap mencari stimuli pengganti—semacam keresahan digital—yang mendorongnya untuk terus scroll tanpa arah. Dampaknya tidak selalu terlihat secara dramatis, tapi pelan-pelan mengikis. Konsumsi yang terus-menerus terhadap konten dangkal dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis, memperpendek rentang fokus, dan membentuk pola pikir reaktif ketimbang reflektif. Kita menjadi cepat bosan dengan informasi yang butuh pemrosesan, dan lebih tertarik pada sensasi instan yang menyenangkan tapi tidak membangun. Dilema Play–Pause: Hiburan Sehat atau Ketergantungan? Rentang antara hiburan sehat dan ketergantungan digital sangat tipis. Konten receh bisa menjadi pereda stres sesaat, membantu mengalihkan pikiran dari tekanan hidup yang terus datang bertubi-tubi. Namun ketika konsumsi semacam ini menjadi rutinitas otomatis—terjadi tanpa sadar, setiap kali stres datang, setiap kali jeda muncul di sela aktivitas—kita sesungguhnya sedang bergerak menuju zona abu-abu: bukan lagi sekadar pengguna, tapi terikat oleh pola. Zona ini berbahaya karena kerap tidak terasa. Menonton video lucu sebelum tidur, membuka TikTok sambil makan, atau scroll Instagram saat istirahat tampak seperti hal kecil yang wajar. Tapi ketika semua momen diam kita diisi oleh konsumsi konten—dan hanya itu—maka jeda bukan lagi momen reflektif, melainkan pelarian yang menumpuk.Alih-alih menghadapi stres, kita menekannya. Alih-alih mengolah emosi, kita menundanya dengan tawa sementara. Lama-lama, tubuh dan pikiran tidak lagi tahu cara istirahat tanpa hiburan eksternal. Dalam psikologi, pola seperti ini disebut sebagai compulsive coping—strategi bertahan hidup yang awalnya sehat, tapi menjadi maladaptif ketika dilakukan secara berlebihan. Sejumlah studi telah mencatat keterkaitan antara screen time berlebih dan peningkatan gejala kecemasan, kelelahan mental, hingga gangguan tidur, terutama pada kelompok usia muda. Rekomendasi untuk Membuka Ruang Jeda yang Lebih Sehat So, sobat Gen Z 1miliarsantri.net, apakah kalian akan terjebak dalam scrolling yang menjadi candu tanpa mampu memanajemennya dengan bijak, atau sejak dini mengatur pola dalam aktivitas scrolling sebagai bentuk hiburan semata tanpa meninggalkan efek ketergantungan.** Penulis : Ramadani Wahyu Foto ilustrasi AI Editor : Thamrin Humris

Read More

Marbot Academy Angkatan 6: Oase Pembinaan Generasi Muda Islam

Malang — 1miliarsantri.net : Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan zaman, Marbot Academy Angkatan ke-6 hadir sebagai oase pembinaan generasi muda Islam. Sebanyak 31 peserta utusan masjid dan pribadi yang tergabung dalam program Marbot Academy Angkatan ke-6 mengikuti program ini selama liburan sekolah. Agenda yang dimulai sejak Kamis (26/06) ini, bukan sekadar pelatihan, tapi ruang tumbuh bagi generasi muda Islam untuk belajar mencintai masjid, membentuk karakter, dan mengasah kepemimpinan. Beragam materi kemasjidan disampaikan pemateri dengan pembelajaran bermakna dan suasana yang serius tapi santai. Mulai dari pembinaan ibadah, pelatihan keterampilan sosial hingga pelayanan umat. Bertempat di Lagzis Peduli-Rumah Relawan Sahabat Muda, Gadang, Kota Malang, kegiatan ini diselenggarakan oleh pasangan suami istri, Ustadz Deddy Wahyudi dan Ustadzah Tinto Dewi. Peserta menjalani kegiatan harian yang padat namun bermakna: dari shalat tahajud berjama’ah, ODOJ (One Day One Juz), kelas kajian, muroja’ah, hingga hafalan dan kelas keterampilan. Materi utama dikemas dalam bentuk Marbot Daily Activity (MDA) yang berlangsung selama dua pekan. Tampil sebagai salah satu pemateri Ustadz Deddy menekankan bahwa durasi dua pekan saja, tidaklah cukup untuk menyerap seluruh materi kemasjidan dan soft skill yang harus dimiliki seorang marbot masa kini.  “Karena selama 2 pekan itu kalian hanya menguasai MDA (Marbot Daily Activity), belum menguasai kompetensi penunjang yang lain. Oleh karena itu, perlu ditambah durasi waktunya menjadi 1 bulan hingga 3 bulan, agar kalian bisa menguasai semua materi seputar kemasjidan,” ujar beliau memotivasi para peserta. Beberapa program unggulan seperti Hidroponik, Pasar Bahagia, dan Gerakan Beras Masjid (GBM) memperkuat semangat sosial peserta. Pasar Bahagia yang digelar setiap Kamis dan Jumat pagi menjadi momen berbagi sayur hasil tanam hidroponik kepada ibu-ibu jamaah masjid, dan cukup dibayar dengan doa. Sementara itu, GBM melibatkan para peserta untuk mengemas dan menyalurkan sembako ke masyarakat sekitar. Peserta juga dilatih melaksanakan aktivitas galang dana atau fundraising. Sembari melakukan aktivitas seperti memasak, mengajar, hingga jurnalistik, sesuai pilihan masing-masing. Puncak pengalaman mereka terjadi pada tanggal 10 Juli 2025, saat 28 peserta Marbot Academy dipercaya menjadi panitia volunteer dalam Tabligh Akbar Internasional bersama Dr. Zakir Naik di Stadion Gajayana, Malang. Mereka ditugaskan dalam berbagai jobdesk, seperti registrasi, logistik, dokumentasi, medis, runner, tenant, konsumsi, crowd, parkir, keamanan, hingga kebersihan. Keterlibatan ini tidak hanya memberikan pengalaman teknis dalam event berskala besar, tetapi juga membuka wawasan keislaman lintas dunia. Meski sempat diwarnai penolakan oleh sebagian kelompok masyarakat dan sikap kritis dari sejumlah tokoh, kehadiran Dr. Zakir Naik tetap disambut antusias oleh ribuan jamaah. Kekhawatiran kalau ceramah beliau akan provokatif dan mengganggu ketentraman umat beragama di Kota Malang tidak terbukti. Beberapa organisasi seperti Muhammadiyah menyambut secara terbuka dan menjadikannya momen dakwah internasional, sementara kalangan Nahdlatul Ulama (NU) memberi catatan kritis terkait gaya dakwah perbandingan agama yang dinilai bisa menimbulkan polemik jika tidak kontekstual. Namun dalam pandangan peserta Marbot Academy, acara tersebut menjadi ruang belajar, baik dalam hal keilmuan, akhlak berdakwah, maupun manajemen kerelawanan umat. Salah satu peserta yang menginspirasi adalah Muhammad Isma’il, karna Marbot Academy belum pernah menangani peserta tuna netra di angkatan-angkatan sebelumnya. Muhammad Isma’il (31 thn) adalah seorang penyandang disabilitas tuna netra yang ikut aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan. Berangkat dari rumahnya di daerah Ampel Kejeron, Ismail panggilan akrabnya terlihat senang dan antusias mengikuti rangkaian acara. Dengan semangat tinggi dia membawa beragam perlengkapan ibadah dan Al Qur’an braile yang merupakan  sebuah mushaf Alquran yang dirancang khusus bagi penyandang tunanetra. Dengan huruf-huruf timbul yang ada, para penyandang tunanetra akan lebih mudah membaca hanya dengan mengandalkan sensitifitas jari-jemari. Termasuk mengikuti kegiatan outdoor PLCC (Pesantren LIburan Camp Ceria) di Coban Rondo. Ia membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkontribusi.  “Meskipun saya tidak bisa melihat seperti teman-teman lain, saya tetap ingin ikut berkontribusi untuk masjid. Di sini, saya merasa diterima dan dibimbing. Semangat mereka menular, dan saya jadi yakin bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti belajar dan memberi manfaat.” — Muhammad Ismail, peserta Marbot Academy Angkatan 6 Marbot Academy Angkatan 6 bukan hanya tentang pelatihan teknis atau rutinitas ibadah, melainkan tentang menanamkan visi jangka panjang: membentuk generasi muda yang mencintai masjid, berakhlak mulia, dan siap menjadi pemimpin umat. Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, pembinaan seperti ini menjadi harapan baru, bahwa masjid tidak hanya dipenuhi oleh jamaah tua, tetapi juga oleh pemuda-pemuda yang bersemangat dan penuh dedikasi. Sebagai kejutan dan kenang-kenangan kepada peserta Marbot Academy Angkatan 6, selain memperoleh ilmu yang bermanfaat, panitia juga memberikan uang saku. Nominal jumlahnya berbeda-beda sesuai asal dari peserta. Peserta terjauh datang dari dari kota Pekan Baru, Propinsi Riau. Semoga jejak yang ditorehkan dalam program ini terus melahirkan marbot-marbot tangguh yang menjaga cahaya Islam tetap menyala di setiap sudut negeri. Kontributor Santri : Zufar Rauf Budiman Editor : Toto Budiman

Read More

Dengan Perkembangan Teknologi, Belajar Kini Lebih Menyenangkan

Surabaya – 1miliarsantri.net :  Zaman sekarang, suasana belajar nggak lagi seserem dulu. Nggak cuma monoton soal buku seabrek atau duduk diam berjam-jam di kelas. Berkat teknologi yang makin canggih, belajar jadi seru kayak main game! Mau ngejelajah sejarah? Tinggal nyalain VR headset, terus ‘jalan-jalan’ virtual ke zaman kerajaan. Mau ngerti rumus matematika? Ada video animasi kocak yang bikin nggak ngantuk. Bahkan, ujian pun bisa jadi challenge seru kayak kuis online. Dari anak TK sampai yang udah kuliah, semua bisa belajar dengan cara yang asyik dan nggak bikin stres. Pokoknya, edukasi teknologi udah ngubah belajar dari ‘uh, lagi?’ jadi ‘yuk, lanjut lagi! Teknologi tidak hanya mempermudah, tetapi juga membangkitkan semangat belajar dengan cara yang sebelumnya tak terbayangkan!” Hmm.. Apa sih itu Edukasi Teknologi?Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI), edukasi adalah proses pengajaran atau pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan, karakter seseorang.Seperti pentingnya pembinaan terhadap anak tentang sopan santun, empati, rasa tanggung-jawab, toleransi, dan karakter-karakter yang membangun lainnya secara langsung. Sedangkan Teknologi adalah alat yang digunakan atau metode ilmiah yang digunakan untuk mencapai tujuan praktis dalam ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bidang industri dan pendidikan. Alat-alat pendukung edukasi teknologi tersebut mencakup antara lain :1. Perangkat Lunak Belajar : Aplikasi dan program yang dirancang untuk membantu siswa belajar, seperti platform pembelajaran daring (e-learning), aplikasi edukasi, dan simulasi pembelajaran.2. Perangkat Keras Belajar : Alat fisik seperti komputer, tablet, handphone, dan proyektor yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran.3. Sumber Daya Digital : Konten digital seperti video, modul interaktif, dan sumber daya multimedia yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep pembelajaran tertentu.4. Metode Pengajaran : Pendekatan dan strategi yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan menarik.5. Analisis Data Pembelajaran : Penggunaan data untuk memahami efektivitas proses pembelajaran dan untuk menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Contohnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran daring yang memudahkan siswa untuk belajar dari rumah, seperti yang terjadi saat pandemi covid-19 di di tahun 2019 hingga 2022 silam. Jadi Eduteknologi, atau teknologi pendidikan, merujuk pada penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran dan pengajaran yang mencakup berbagai alat, metode, dan sumber daya yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan tujuan untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik, efisien, menyenangkan, serta untuk membantu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan di era digital. Tapi jangan salah lhooo, hal ini bisa berdampak negatif jika tidak digunakan dengan seimbang, kok bisa yaa?? Hmmm.. mari kita dalami lebih dalam lagi Edukasi Teknologi.Zaman ini, bisa dikatakan zaman teknologi, karena hampir semua penduduk dunia menggunakan teknologi, mereka menggunakan teknologi ini untuk mempermudah  pekerjaan, menyelesaikan tugas, berkomunikasi dengan sesama yang tinggal di negara yang berbeda, menemukan jawaban yang tidak diketahui, dan masih banyak lagi kegunaan dari teknologi ini.Dari data statista.com, Oberlo, demandsage, datareportal, dan forbes menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang di dunia kini sangat aktif dalam menggunakan teknologi. Dan data penggunaan internet ini meningkat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam tabel di bawah. Data ini menunjukkan bahwa ruang lingkup teknologi sudah semakin besar dan banyak pengguna. Mereka menggunakan ini untuk beragam sektor dan membuat satu pekerjaan lebih mudah dan menjangkau banyak hal. Seperti dalam sektor bisnis, industri, distributor, suplier, dan pendidikan.Dalam dunia pendidikan, kemajuan teknologi bisa membuat anak-anak bangsa dari latar belakang manapun bisa bersaing hingga tingkat Internasional. Karena setiap orang memiliki akses mudah untuk bisa mencari tahu informasi-informasi yang berkaitan dengan pendididikan. Misalnya jika seseorang mengalami kendala dalam mengerjakan tugas untuk menemukan jawaban, maka bisa mendapatkan bantuan yang ingin diketahui melalui teknologi.Dan jika seseorang ingin belajar sesuatu hal baru, seperti belajar bahasa asing yang mungkin tidak diajarkan di sekolah pada umumnya. Dengan bantuan teknologi dia bisa belajar secara ototidak, dengan mengunduh aplikasi yang dibutuhkan dan belajar sesuai minatnya.Seseorang yang ingin mengikuti ajang-ajang perlombaan pendidikan, dengan bantuan teknologi bisa mengakses atau mencari info pelombaan yang sedang berlangsung. Saat ini banyak pendaftaran perlombaan, sudah dilakukan secara online dengan mempromosikannya di media sosial atau melalui website. Termasuk seseorang yang terkendala biaya melanjutkan pendidikan, dia dapat mencoba program-program beasiswa yang tersedia dan tentunya dengan bantuan teknologi juga. Dampak Penggunaan Teknologi Pada intinya teknologi dapat menjadi bahan inspirasi untuk anak-anak sekolah untuk dikembangkan menjadi lebih menarik, unik, bernilai dan membantu memberikan ide-ide. Tapi yang menjadi masalah adalah kebanyakan anak-anak sekolah, justru memanfaatkan teknologi ini sebatas untuk membuat mereka lebih banyak waktu untuk bersantai. Mereka secara penuh mengandalkan teknologi, salah satunya adalah AI yang saat ini banyak digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Sebagai gantinya mereka memiliki waktu lebih banyak untuk bermain media sosial. Hal ini menjadi salah satu masalah besar karena membuat anak lebih malas dan tidak bisa berpikir kritis.  Efek jangka panjang dari otak yang jarang untuk diajak bekerja itu kayak HP yang nggak pernah dicharge. Lama-lama lemot dan error. Padahal otak harusnya harus selalu diasah setiap hari. Dampaknya mulai dari mudah lupa, sulit fokus, kreatifitas mandeg, dan resiko penyakit otak. Studi menunjukkan kurang stimulasi otak, bisa meningkatkan resiko demensia atau alzheimer di usia tua. Oleh karena itu untuk menangani masalah ini, maka sangat diperlukan kerjasama antara orangtua, guru, dan siswa untuk bisa mengajarkan anak disiplin waktu dan pentingnya membuat skala prioritas utama.  Edukasi Teknologi adalah hal yang sangat penting dan bermanfaat. Jika dipadukan dengan pendekatan yang bijak, belajar akan menjadi kegiatan yang lebih menyenangkan dan bermakna. Kontributor : Devi Cantika Sihombing Editor  : Toto Budiman

Read More

Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Dunia Konseling

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di era digital sekarang ini, teknologi artificial intelligence (AI) mulai merambah berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali dalam dunia konseling. Jika dulu konseling identik dengan pertemuan tatap muka dan keterlibatan emosional secara langsung, kini AI hadir sebagai pelengkap yang mampu mempercepat proses asesmen, menyederhanakan pencatatan, hingga memberikan respons awal bagi klien. Meski tak bisa menggantikan sepenuhnya peran konselor manusia, pemanfaatan AI dalam konseling membuka peluang besar untuk menciptakan layanan yang lebih efisien, terjangkau, dan mudah diakses oleh berbagai kalangan. Teknologi AI mulai dikenal oleh masyarakat yaitu sekitar tahun 2022 melalui suatu program atau aplikasi chatboat, yaitu ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI (OpenAI, 2022). Dikutip dari berbagai sumber, Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Berangkat dari hal tersebut, teknologi AI memberikan berbagai kemudahan pada berbagai lini kehidupan, diantaranya dapat meningkatkan produktivitas, memberikan kemudahan pada saat menganalisis data, meminimalisir human eror hingga yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Berbicara mengenai kesehatan mental, ada banyak isu di Indonesia yang mengangkat tentang minim nya kesadaran akan kesehatan mental. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2021, yang dipaparkan oleh Dr. Celestinus Eigya Munthe menyebutkan bahwa terdapat sekitar 20% dari seluruh populasi di Indonesia memiliki potensi untuk mengalami gangguan mental. Maka dari itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental yaitu dengan menggunakan AI. AI menjadi salah satu opsi yang dipilih untuk mencari informasi terkait kesehatan mental. Jika berbicara mengenai Kesehatan mental, maka salah satu yang dapat dibahas adalah mengenai konseling. Sebelum membahas lebih jauh mengenai pemanfaatan AI dalam konseling, berikut penjelasan singkat mengenai psikologi konseling. Psikologi Konseling Psikologi konseling merupakan salah satu disiplin ilmu dari psikologi yang mempelajari tentang berbagai kecenderungan yang berkaitan dalam gerakan bimbingan, kesehatan mental, psikometri, kasus-kasus sosial dan psikoterapi. Psikologi konseling saat ini telah diarahkan pada suatu bentuk pelayanan professional yang memiliki ruang lingkup sebagai berikut 1. Ruang Lingkup Sekolah Psikologi konseling dalam ruang lingkup sekolah bertujuan untuk memberikan layanan konseling bagi siswa-siswa yang membutuhkan bantuan psikologis, seperti misalnya siswa yang memiliki masalah dalam prestasi belajar. 2. Ruang Lingkup Karier dan Industri Psikologi konseling dalam ruang lingkup karier dan industri salah satunya bertujuan untuk membantu permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi pada karyawan di suatu perusahaan atau industri tertentu. 3. Ruang Lingkup Masyarakat Psikologi konseling dalam ruang lingkup masyarakat dinilai memiliki tujuan dalam membantu semua elemen masyarakat yang memiliki permasalahan psikologis dengen menemukan akar dari suatu permasalahan dan mencari problem solving yang tepat. Pada prosesnya, psikologi konseling memuat beberapa aspek yang saling berkaitan diantaranya berupa konseling, konselor, konseli, berbagai permasalahan yang menunjang serta menghambat konseling serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam konseling. Lalu, Apa Itu Konseling? Konseling merupakan hubungan bantuan yang bersifat pribadi dengan menggunakan teknik-teknik hubungan yang efektif serta jaminan kerahasiaan kepada konseli. Konseling juga disebut sebagai bentuk bantuan professional dari konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi konseli agar dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju. Dalam pelaksanaannya, pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor kepada konseli tidak serta merta dilakukan tanpa adanya asas-asas yang menjadi acuan dalam pelayanan konseling. Jadi, Bagaimana Pemanfaatan Teknologi AI dalam Konseling? Seiring perkembangan teknologi, Artificial Intelligence (AI) mulai dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya berkaitan dengan  kesehatan mental. Kesehatan mental menjadi salah satu isu yang tidak kalah penting, mengingat tuntutan hidup yang semakin kompleks membuat banyak individu merasa ingin memiliki tempat untuk berbagi cerita. Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sedikit yang enggan untuk melakukan konseling secara langsung dengan konselor professional sehingga teknologi AI menjadi salah satu opsi yang saat ini banyak digunakan untuk melakukan konseling secara virtual atau online. Pemanfaatan AI dalam konseling, dipercaya mampu mengurangi kemungkinan kesalahan diagnosis yang mungkin muncul dari ketidaktahuan atau bias konselor. Contohnya, penggunaan alat berbasis AI, dapat membantu konselor untuk melakukan identifikasi mengenai indikasi gangguan psikologis yang mungkin terlewat dalam sesi wawancara biasa. Hal ini secara tidak langsung, dapat memberikan wawasan lebih kepada konselor mengenai kondisi klien sehingga memungkinkan untuk memberikan intervensi yang lebih tepat sasaran. Selanjutnya, pemanfaatan AI dalam konseling juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas intervensi secara lebih objektif, misalnya dengan alat berbasis AI yang dapat memantau pola tidur, penggunaan media sosia atau perubahan perilaku yang dapat memberikan informasi berharga mengenai perkembangan kondisi klien. Namun, mengingat bahwa konseling merupakan hubungan yang dibangun dengan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai empati dan hubungan personal antara konselor dan klien, maka yang harus digarisbawahi adalah pemanfaatan AI tetap harus dilihat sebagai alat pendukung bukan pengganti, mengingat peran konselor dalam proses konseling adalah tetap memberikan sentuhan manusiawi untuk menjaga hubungan terapeutik yang efektif. Sehingga keseimbangan antara teknologi dan empati harus tetap dijaga agar proses konseling tetap berpusat pada kebutuhan klien. Sumber: Jurnal Komputer dan Teknologi Sains (KOMTEKS) Hartono, Soedarmadji Boy. 2012. Psikologi Konseling Edisi Revisi. Jakarta :  Kencana Prenada Media Group Fadhillah, R. & Lestari, B. (2024). Penggunaan AI Pada Mahasiswa Psikologi Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental. Jurnal Empati, 13 (4), 280-290. https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id https://ojs.fkip.ummetro.ac.id https://ejournal3.undip.ac.id http://repository.iainpalu.ac.id https://bk.fip.unesa.ac.id Kontributor : Gita Rianti D Pratiwi, S.Psi Editor  : Toto Budiman

Read More

Santri Melek Digital: Menjadi Generasi Muslim yang Cakap Teknologi dan Tetap ‘Membumi’

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah derasnya arus digitalisasi, para santri dituntut tidak hanya fasih dalam ilmu agama, tetapi juga cakap dalam teknologi. Dunia kini bergerak cepat, dan kemampuan mengakses serta memanfaatkan teknologi menjadi kebutuhan dasar, termasuk bagi generasi pesantren. Namun, tantangannya bukan sekadar melek digital, tetapi juga bagaimana para santri tetap membumi dalam akhlak, menjaga adab, dan menjadikan kecanggihan teknologi sebagai sarana dakwah dan kemaslahatan umat. Artikel ini mengajak kita melihat bagaimana santri masa kini bisa tampil sebagai generasi Muslim yang adaptif terhadap perubahan, tanpa kehilangan jati diri keislaman. Transformasi teknologi saat ini berlangsung tak hanya terjadi di kota-kota besar atau kantor perusahaan start up saja. Di balik tembok pesantren dan lantunan kitab kuning, para santri pun perlahan bangkit menjadi generasi yang tak hanya piawai mengaji, tetapi juga mulai melek teknologi. Fenomena santri digital bukanlah angan-angan. Kini, banyak pesantren yang mulai mengintegrasikan kurikulum teknologi dalam kegiatan belajar mengajarnya. Santri diajarkan membuat konten dakwah digital, menulis di blog, mengedit video Islami, hingga memanfaatkan media sosial sebagai sarana syi’ar. Perpaduan antara nilai-nilai agama dan literasi digital menjadi potensi luar biasa bagi kemajuan umat. Namun, pertanyaannya: mungkinkah santri tetap membumi dengan akhlak Islami di tengah derasnya arus digitalisasi? Islam dan Teknologi: Bukan Dua Hal yang Bertentangan Sebagian orang mungkin masih ragu. Mereka menganggap bahwa teknologi bisa menggerus nilai-nilai keislaman. Padahal, jika dikelola dengan benar, teknologi justru bisa menjadi alat untuk memperluas dakwah dan meningkatkan kualitas umat. Dalam sejarah Islam, umat Muslim adalah pelopor dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk teknologi. Dari Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al-Khwarizmi di bidang matematika, hingga Al-Jazari yang menciptakan alat-alat mekanik di abad ke-12. Semangat mencari ilmu dan berinovasi sejatinya telah menjadi warisan Islam sejak dahulu. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi santri masa kini untuk ketinggalan dalam hal teknologi. Justru, inilah saatnya santri mengambil peran lebih luas di tengah masyarakat modern. Membentuk Karakter Digital Islami Tantangan terbesar dalam dunia digital bukan pada akses atau kecakapan, tetapi pada karakter penggunanya. Dunia maya adalah ruang yang luas dan bebas, namun tidak selalu ramah. Fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian berseliweran tiap detik. Di sinilah pentingnya peran santri sebagai “filter moral” yang menjaga nilai-nilai Islam tetap hidup di jagat digital. Santri yang melek digital seharusnya tidak sekadar tahu cara membuat konten, tetapi juga bijak dalam menggunakannya. Mereka harus mampu menebarkan kebaikan, menyebarkan ilmu, dan membendung arus informasi negatif. Konten-konten edukatif seperti ceramah pendek, kisah inspiratif sahabat Nabi, atau bahkan tutorial hafalan Al-Qur’an bisa menjadi alternatif positif yang sangat dibutuhkan masyarakat. Lebih dari itu, santri digital juga harus menjadi contoh etika bermedia yang baik. Tidak menyebar berita tanpa tabayyun, tidak berdebat tanpa adab, dan selalu menempatkan ilmu di atas emosi. Di sinilah akhlak Islami diuji dalam dunia virtual. Pesantren 4.0: Inovasi Tanpa Kehilangan Akar Beberapa pesantren kini mulai mengadopsi pendekatan teknologi secara kreatif. Misalnya, membuat platform e-learning berbasis kitab kuning, aplikasi belajar nahwu sharaf, hingga kelas daring untuk pembelajaran tafsir. Ini menjadi bukti bahwa Islam tidak anti terhadap inovasi. Namun, tentu saja inovasi ini harus tetap berpijak pada nilai-nilai tradisional yang menjadi kekuatan pesantren selama ini: tawadhu, ikhlas, istiqamah, dan keilmuan. Teknologi hanyalah alat, sedangkan niat dan tujuan tetap harus diluruskan. Menuju 1 Miliar Santri Digital Visi besar seperti “1 Miliar Santri” bukanlah mimpi kosong jika didukung dengan ekosistem yang tepat. Para santri yang dibekali pemahaman agama yang kuat serta kemampuan digital yang mumpuni bisa menjadi garda depan dalam membentuk peradaban Islam masa depan. Mereka bisa menjadi jurnalis, programmer, content creator, desainer grafis, dan banyak lagi  tanpa harus meninggalkan identitas santri mereka. Terdapat 3 fakta menyedihkan yang menunjukkan bahwa umat Islam secara umum masih terbelakang dan tertinggal dalam penguasaan teknologi Informasi di tingkat global. Pertama adalah rendahnya indeks inovasi dan teknologi di negara berpenduduk mayoritas muslim. Data skor yang rendah dalam GII – Global Innovation Indeks dan NRI – Networked Readiness Index, yang mengukur kesiapan dan kemampuan suatu negara dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi dan inovasi. Kedua. Di banyak negara mayoritas muslim, akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi masih terbatas. Menurut data dari ITU – International Telecommunication Union, tingkat penetrasi internet dan kepemilikan perangkat digital di banyak negara muslim, masih di bawah rata-rata global. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, biaya yang tinggi dan kurangnya literasi digital. Ketiga. Rendahnya jumlah publikasi ilmiah dan hak paten di bidang teknologi. Data dari WIPO- World Intellectual Property Organization menunjukkan bahwa sebagian besar negara muslim berkontribusi sangat sedikit terhadap pendaftaran paten international. Selain itu, jumlah publikasi ilmiah dalam jurnal-jurnal bereputasi global dari negara-negara ini juga sangat rendah. Sumber : pesantrenterbuka.id Santri melek digital bukan berarti kehilangan kesederhanaan. Justru, kesederhanaan itu menjadi kekuatan di tengah dunia yang sering kali penuh kepalsuan. Dengan fondasi akidah yang kuat dan keterampilan digital yang relevan, santri bisa hadir sebagai solusi, bukan hanya puas menjadi ‘penonton’ di pinggiran percaturan global. Serta tagline ‘Santri Indonesia Menyapa Dunia’ yang diusung 1miliarsantri.net menemukan relevansinya. Penutup Membentuk santri digital bukan hanya tentang mengajarkan coding atau editing video. Ini tentang membangun generasi yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat, teknologi dan iman, inovasi dan adab. Di tangan para santri, masa depan Islam bisa ‘bersinar’ terang  tidak hanya di mimbar masjid, tapi juga di layar-layar gawai umat manusia. Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, para santri dapat menjadi pionir perubahan, menginspirasi dunia dengan ilmu, akhlak, dan teknologi. Inilah saatnya santri bangkit, melek digital, dan hadir sebagai generasi Muslim yang cerdas, bijak, dan membumi. Kontributor : Salwa Widfa Utami Editor : Toto Budiman

Read More

Peran AI (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan: Pahlawan atau Musuh Baru?

Surabaya – 1miliarsantri.net : Bayangkan kamu belajar Matematika tapi bukan guru yang ngajar, melainkan aplikasi yang bisa tahu dimana letak kesalahanmu, kasih kamu soal sesuai kemampuanmu dan bahkan bisa memberi penjelasan berulang kali dengan cara yang lebih mudah kamu mengerti. Nah, itulah salah satu bentuk kehadiran AI (Artificial Intelligence) dalam pendidikan. Akhir-akhir ini AI (Artifial Intelligence) atau kecerdasan buatan ini ramai dibicarakan dan diperdebatkan. Kehadirannya dalam di dunia pendidikan menjadi dilema, apakah ini kabar baik atau alarm bahaya? Apakah AI menjadi pahlawan yang memudahkan kita belajar atau musuh baru yang diam-diam merusak semangat belajar kita?   Ketika AI Menjadi Pahlawan di Kelas Bayangkan, kamu punya tutor yang selalu siap sedia 24 jam, tidak pernah lelah dan bisa ngajar sesuai gaya belajarmu. Tidak dapat dipungkiri, AI sudah banyak membantu pelajar (baik siswa dan mahasiswa) zaman sekarang. Mulai dari fitur autocorrect, translate, sampai platform belajar seperti duolingo, chatgpt, deepseek yang menggunakan AI untuk membantu kita belajar dengan cara yang personal. AI bisa menjadi teman belajar pintar yang ngga nge-judge dan selalu siap sedia 24/7. Saat kamu tidak paham konsep trigonometri, AI bisa memberimu penjelasan dengan gaya yang berbeda-beda sampai kamu paham. Tidak perlu menunggu waktu kosong untuk menemui guru dan tidak perlu malu bertanya berulang kali saat kamu masih merasa kurang paham. Menurut laporan UNESCO (2023), dalam dokumen Technology in Education: A Tool on Whose Therms? Implementasi AI dalam pendidikan meningkat pesat. Terutama sejak pandemi COVID-19. AI dianggap sebagai salah satu solusi pembelajaran daring yang adaptif. Menurut organisasi OECD AI tidak hanya memudahkan para pelajar dalam mencerna materi, namun juga memudahkan para guru dalam mencari ide dan bahan ajar. Selain untuk mencari bahan ajar, AI juga membantu guru dalam urusan administrasi, analisis nilai pelajar hingga memberi rekomendasi soal remedial. Dengan begitu guru bisa lebih fokus mendampingi siswa, memimpin diskusi dan membentuk karakter siswa. Istilah mudahnya, AI seperti google yang naik level. Yang tidak hanya bisa membantu memberi informasi, namun juga membantu memproses dan memahami informasinya. Ancaman Ketergantungan Teknologi Meski terdengar sempurna, AI tetap memiliki dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah ketergantungan pelajar terhadap AI. Penelitian studi dari Education Week (2024) mengungkapkan bahwa sekitar 22% pelajar di Amerika Serikat menggunakan AI dalam menyelesaikan tugas akademik. Sedangkan, di Indonesia sendiri menurut survei dari Tito dan Jakpat, 87% pelajar di Indonesia menggunakan AI untuk mengerjakan tugas akademik. Indonesia juga menduduki peringkat tiga pengguna AI terbanyak di dunia.  Sebanyak 1,4 milyar kunjungan platform-platform AI. Hal ini menunjukan betapa besar antusiasme dan potensi AI di kalangan masyarakat. Menghambat Kemampuan Berpikir Kritis dan Penurunan Kognitif Pelajar Selain ketergantungan teknologi, AI juga memberikan dampak negatif yang cukup berdampak pada pelajar. Ketergantungan AI dapat menghambat kemampuan berpikir kritis dan menurunkan penurunan kognitif. Studi dari Education Week (2024) menyatakan. Bahwa, 1 dari 5 dari pelajar di Amerika menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas akademiknya tapa benar-benar memahami prosesnya. Fenomena ini, memperlihatkan gejala ‘malas berpikir’ dimana pelajar kehilangan proses trial and eror pada proses belajarnya, tidak terbiasa menganalisis suatu informasi dan menurunkan kemampuan probelm solving, karena terbiasa menyalin dan menyerahkan. Ketika AI terus menerus diandalkan dalam berpikir dan membuat keputusan, otak tidak terlatih secara optimal. Sehingga menyebabkan penurunan kemampuan mengingat dan memahami konsep karena proses belajar pasif, menurunkan kepercayaan diri intelektual dan kesulitan berpikir kritis karena terbiasa mendapat bantuan jawaban isntan dari AI. Peran Guru VS AI (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan Kemajuan teknologi AI bukan berarti AI mampu menggantikan peran guru. AI bisa saja menyampaikan materi secara efisien, namun AI tidak dapat menggantikan relasi manusia dalam pendidikan. Dr. Muhammad Ihsan, dosen teknologi pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam seminar nasional pendidikan digital (2023) menyatakan bahwa guru tetap berperan penting dalam membeimbing nilai-nilai, membangun empati dan panutan moral bagi siswa. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyalur ilmu, namun sebagai pembentuk karakter dan jembatan emosi yang tidak bisa tergantikan oleh teknologi manapun. Dalam hal ini, guru dan kecerdasan buatan (AI) merupakan kolabolator bukan kompetitor. Keduanya adalah dua aspek yang seharusnya bisa menjadi kolaborasi yang bagus dan saling mendukung guna menciptakan pengalaman belajar yang lebih adaptif dan berwarna. Musuh atau Pahlawan? Pada akhirnya, jawaban dari pertanyaan ini kembali lagi pada kebijakan masing-masing individu. Sekali lagi, AI hanyalah alat yang menunjang kemajuan teknologi yang diciptakan untuk mempermudah manusia. Tugas kita bukan menolak teknologi, namun memastikan penggunaannya tetap berpihak pada manusia serta etika dan nilai-nilai pendidikan itu sendiri. Kecerdasan buatan dalam pendidikan ibarat dua sisi mata uang: di satu sisi ia mampu menjadi pahlawan yang mempermudah pembelajaran, namun di sisi lain juga berpotensi menjadi musuh yang mengikis nilai-nilai esensial pendidikan jika tak dikendalikan dengan bijak. Kunci utamanya terletak pada bagaimana kita, para pendidik dan pembuat kebijakan, mampu memanfaatkan AI secara proporsional sebagai alat bantu, bukan pengganti peran manusia demi menciptakan masa depan belajar yang inklusif, beretika, dan bermakna. Kontributor :  Salwa Aulia Editor : Toto Budiman

Read More