Warga Gaza Sudah Tidak Ada Lagi Tempat Untuk Berlindung

Gaza — 1miliarsantri.net : Ketua tim Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, Gemma Connell, mengatakan banyak warga Palestina di Gaza yang mengikuti perintah tentara Israel untuk mengungsi dan pindah ke tempat yang ditetapkan sebagai zona aman tidak dapat tempat di lahan yang sudah sangat padat. Connell sudah bertugas di Gaza selama beberapa pekan. Ia menggambarkan situasi ini sebagai “papan catur manusia.” Di mana ribuan pengungsi harus kembali mencari tempat perlindungan dan tidak ada jaminan tujuan mereka akan aman. Selama beberapa pekan terakhir Amerika Serikat (AS) menekan Israel mengambil langkah lebih jauh untuk memperkecil jumlah korban sipil dengan menetapkan zona aman dan memastikan rute kemanusiaan yang dapat digunakan pengungsi melakukan perjalanan dengan aman. “Warga menuju selatan dengan memasukan matras dan semua benda mereka ke dalam van dan truk dan mobil untuk mencoba dan menemukan tempat aman,” kata Connell di Deir al-Balah, Gaza tengah, Kamis (28/12/2023). Dia menambahkan bahwa dirinya sudah berbicara dengan banyak orang, ruang yang tersisa di Rafah ini sangat kecil, orang-orang tidak tahu kemana lagi mereka harus pergi dan pergerakan orang rasanya seperti papan catur manusia karena ada perintah evakuasi di tempat lain. “Orang-orang melarikan diri dari satu area ke area yang lain, tapi mereka juga tidak aman di sana,” imbuh Connell. Militer Israel mengklaim mereka meminta warga pindah dari medan tempur tapi Hamas dengan sistematis mencegah upaya tersebut. Juru bicara militer Israel mengatakan Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, tuduhan yang dibantah keras kelompok pembebasan Palestina itu. Connell menceritakan kematian anak laki-laki berusia 9 tahun bernama Ahmed di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir Al-Balah. Di rumah sakit itu ribuan orang terluka akibat serangan udara Israel dirawat. “Ia (Ahmad) tidak berada di area yang diperintahkan dievakuasi, ia berada di tempat yang seharusnya aman, tidak ada tempat yang aman di Gaza,” tambah Connell. Ia menambahkan serangan udara terbaru Israel terjadi saat ia berada di rumah sakit dan ia melihat sendiri korban luka dibawa ke sana. Connell memperlihatkan pesan notifikasi dari militer Israel yang memerintahkan warga di Gaza tengah untuk melakukan evakuasi. Pesan itu mengatakan Angkatan Bersenjata Israel (IDF) akan segera beroperasi di pemukiman mereka dan meminta mereka mengungsi “sementara dan pindah ke tempat perlindungan sementara” di Deir al-Balah. “IDF akan bertindak melawan Hamas di mana pun mereka beroperasi, dengan berkomitmen penuh pada hukum internasional, sambil membedakan antara teroris dengan warga sipil, dan mengambil semua langkah pencegahan untuk meminimalisir korban dari warga sipil,” kata juru bicara IDF. Pemerintah AS berulang kali mengatakan mereka berharap Israel menurunkan skala operasi ke tahapan intensitas serangan lebih rendah dengan lebih teliti dalam menetapkan target. Namun Israel mengintensifkan serangannya. Malam Natal menjadi malam paling mematikan bagi warga Gaza selama perang yang sudah berlangsung selama 11 pekan. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel di selatan dan tengah Gaza menewaskan lebih dari 100 warga Palestina, sehingga total korban jiwa menjadi hampir 20.700 orang. Saat warga Palestina berduka kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk terus memerangi Hamas. (zul) Baca juga :

Read More

Kegiatan Alternatif yang Dilakukan Warga Gaza Akibat Blokade Teroris Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Beragam kegiatan dilakukan oleh warga di wilayah Gaza untuk bisa bertahan hidup akibat serangan bertubi-tubi yang dilakukan zionis Israel. Salah satu nya adalah Aed Salha, seorang tukang jahit menemukan cara untuk terus bekerja dengan mesin jahitnya di tengah krisis listrik dan bahan bakar akibat blokade yang diterapkan oleh teroris Israel. Aed Salha, yang berasal dari kota Rafah di selatan Jalur Gaza, menghadapi kendala selama empat hari pertama serangan sebelum akhirnya menemukan solusi. Dia menggunakan tenaga kinetik melalui sepeda angin untuk mengoperasikan mesin jahitnya. Selama krisis ini, anak-anak Saaleha bergantian memutar roda sepeda yang terhubung ke sabuk elastis di tuas mesin jahit. Gerakan ini memberikan daya putar dan memungkinkan mesin tetap beroperasi. Hal itu menjadi satu-satunya sumber penghasilan bagi Aed Salha yang telah menjalankan profesi ini selama 13 tahun. Upaya tukang jahit ini mencerminkan berbagai alternatif yang digunakan oleh penduduk Gaza untuk mengatasi kondisi sulit akibat perang dan blokade yang telah melekat dalam kehidupan mereka. Kota Rafah, tempat kelahiran Aed Salha, menyaksikan gelombang pengungsian yang luas. Estimasi resmi menunjukkan, lebih dari 700 ribu pengungsi dari kota Khan Yunis yang berdekatan, Kota Gaza, dan wilayah utara Gaza mencari perlindungan di kota ini yang berbatasan dengan Mesir, mencari keamanan di tengah ancaman kematian dan kehancuran. (zul) Baca juga :

Read More

Pendapatan Warga Israel Krisis Pangan dan Terlilit Hutang

Tell Aviv — 1miliarsantri.net : Menurut survei NGO lembaga filantropi Israel, Latet’s Mission, pasca penyerangan bertubi-tubi yang dilakukan pasukan zionis Israel terhadap penduduk Palestina mengakibatkan pendapatan warga Israel menurun secara signifikan sekitar 20% sejak 7 Oktober 2023. Selain itu, 45% warga Israel khawatir akan kesulitan ekonomi akibat peperangan yang terus berlangsung. 85% warga yang hidup dalam kemiskinan melaporkan kesulitan memastikan pasokan air panas atau listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan peralatan rumah tangga. Selain itu, Latet’s menyebutkan, persentase orang yang menderita utang telah meningkat dibandingkan survei tahun lalu. Laporan kemiskinan dari Institut Asuransi Israel, yang didasarkan pada data dari seluruh warga Israel, diperkirakan akan segera dirilis. Latet’s memperkirakan sekitar 710.000 keluarga di Israel hidup dalam kondisi kerawanan pangan. Setengah dari mereka menderita krisis pangan parah, yang didefinisikan sebagai gangguan pola makan dan penurunan jumlah pangan karena kesulitan ekonomi. Perkiraan Letet’s didasarkan pada survei terhadap sekitar 500 keluarga antara Juli dan September. Survei lain dengan jumlah peserta yang sama selama November, dan lebih tinggi dibandingkan survei yang dikeluarkan oleh Institut Asuransi Nasional, yang pada 2021 menunjukkan bahwa 522.000 keluarga mengalami krisis pangan di Israel. Dalam survei terpisah, yang melibatkan sekitar 1.300 orang yang menerima bantuan dari badan amal pangan, sekitar 80% warga mengatakan, makanan yang mereka beli tidak cukup. Setengah dari mereka telah mengurangi atau mengabaikan makanan karena kesulitan ekonomi. (gun) Baca juga :

Read More

Pemuda-pemuda Palestina Yang Sudah Menjadi Tulang Punggung Keluarga Mereka

Gaza — 1miliarsantri.net : Penderitaan di Palestina melahirkan anak-anak kuat secara mental. Kondisi keras memaksa anak-anak tumbuh dengan tugas-tugas berat sperti yang dipikul orang tua. Umumnya, anak-anak di lokasi pengungsian turut andil dalam membantu kehidupan keluarga hingga mengatur urusan sehari-hari. Anak Adham Nusair (13 tahun) duduk di depan kompor primitif setelah sekian lama mengumpulkan kayu dan karton untuk menyalakan api. Dia hendak menyiapkan roti untuk keluarganya, yang mengungsi di Sekolah Menengah Doha di kota Rafah , di ujung selatan Strip. Keluarga Nusair mengungsi dari rumah mereka di kota Beit Hanoun, Jalur Gaza utara. “Keinginan saya adalah kembali ke Beit Hanoun dan membangun kembali rumah kami yang hancur,” katanya saat wawancara dengan Aljazeera, Selasa (19/12). Di ruang kelas tempat para pengugnsi, Adham seharusnya duduk di kursi menerima pendidikan formal di sekolah menengah. Namun kini, dia harus memikul tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pekerjaan Adham tidak mudah. Palestina saat ini, khususnya di Jalur Gaza, sedang mengalami krisis pangan. Menemukan makanan sangat susah. Itu merupakan terjemahan realistis dari peringatan-peringatan dari organisasi-organisasi internasional mengenai kelaparan yang dihadapi 2,3 juta warga Palestina. Terlepas dari kerasnya penderitaan yang dialami Adham dan teman-temannya, pemandangan anak-anak ini sudah tidak asing lagi di jalan-jalan dan lapangan umum. Di depan pintu pusat pengungsian di sekolah-sekolah negeri atau yang berafiliasi dengan UNRWA PBB di kota Rafah, berdiri di “stan penjualan” sederhana untuk menyediakan sebagian kebutuhan keluarga, berupa barang dagangan yang sudah langka di pasar. Pelajaran Hidup dari Realitas PalestinaSesaat sebelum fajar menyingsing, kedua bersaudara, Anas (12 tahun) dan Mahmoud (10 tahun), menemani sang ayah Ayman Rayhan (36 tahun), menuju sebuah warung kecil yang ia dirikan menggunakan kayu tua. Warung itu didirikan dekat pusat penampungan di sekolah UNRWA, tempat tinggal keluarganya yang beranggotakan 5 orang. Anas dan Mahmoud membantu ayah mereka, Ayman, menyiapkan roti, yang populer disebut “roti saj”. Mereka juga menyiapkannya di atas tungku primitif berbahan bakar kayu, untuk mengatasi krisis gas memasak yang parah. “Saya bekerja dengan ayah saya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya,” kata Anas. Ayman belum pernah menekuni profesi ini. Namun, ia menganggapnya sebagai sumber penghidupan, mengingat kebutuhan masyarakat akan roti siap pakai, akibat kelangkaan tepung yang parah, kenaikan harga-harga yang tersedia di pasar sekitar 12 kali lipat, dan ketidakmampuan mayoritas masyarakat yang menderita kemiskinan ekstrim untuk membelinya. Proses pembuatan roti diawali dari Ayman dengan menguleni, memotong, dan menggembungkan, lalu diteruskan kepada kedua putranya, Anas dan Mahmoud, yang bertugas menggulung adonan menjadi lingkaran-lingkaran berukuran sedang, kemudian mematangkan di kompor sebelum ditawarkan untuk dijual kepada orang yang lewat yang memadati jalanan Rafah. Tak jauh dari keluarga Rayhan, pengungsi dari Jabalia di Jalur Gaza utara, Ahmed Abu Assi (14 tahun) berseru kepada orang yang lewat sambil menggembar-gemborkan makanan panggang yang dibuat oleh para pengungsi di sebuah apartemen di lingkungan Zaytoun, Kota Gaza. “Kakek saya, yang mengemukakan ide tersebut, membeli sekantong tepung, dan para wanita menyiapkan kue-kue (makanan panggang) di rumah, dan saya membawanya setiap hari untuk menjualnya di pasar dari pagi sampai malam, supaya kami dapat membeli sayur-sayuran dan kebutuhan-kebutuhan lain sesuai dengan harganya,” ujar Ahmed. Ahmed merasa puas dengan apa yang didapatnya setiap hari dari menjual makanan yang dipanggang. “Saya menjual setiap hari semua yang disiapkan keluarga saya,” katanya. (zul) Baca juga :

Read More

Kesepakatan Peraturan Baru Mengenai Imigrasi di Uni Eropa

Brussel — 1miliarsantri.net : Uni Eropa mencapai kesepakatan mengenai peraturan baru yang dirancang untuk membagi biaya dan pekerjaan dalam menampung para migran secara lebih merata dan membatasi jumlah orang yang masuk. Perwakilan Parlemen Eropa dan pemerintah Uni Eropa mencapai kesepakatan setelah melakukan pembicaraan sepanjang malam mengenai undang-undang kolektif Uni Eropa yang disebut Pakta Baru tentang Migrasi dan Suaka. Undang-undang ini akan mulai berlaku tahun depan. Undang-undang tersebut mencakup penyaringan migran tidak resmi ketika mereka tiba di Uni Eropa, prosedur untuk menangani permohonan suaka, aturan untuk menentukan negara Uni Eropa mana yang bertanggung jawab untuk menangani permohonan tersebut dan cara-cara untuk menangani krisis. Kedatangan migran di Uni Eropa sudah jauh menurun dibanding kansaat puncaknya pada 2015 yang mencapai lebih dari 1 juta orang. Tetapi terus merangkak naik dari titik terendah pada tahun 2020 menjadi 255 ribu pada tahun ini hingga November. Lebih dari separuhnya menyeberangi Mediterania dari Afrika, terutama ke Italia. Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Piantedosi menyebut pakta tersebut sebagai “kesuksesan besar” bagi Eropa dan Italia. Ia mengatakan dengan undang-undang ini negara-negara perbatasan Uni Eropa yang paling terpapar migrasi tidak akan lagi merasa sendirian. Sebelumnya Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan kesepakatan ini melegakan negara-negara yang terkena dampaknya imigrasi termasuk Jerman. Upaya-upaya sebelumnya untuk membagi tanggung jawab menampung para migran mengalami kegagalan. Karena anggota Uni Eropa khususnya di wilayah timur tidak mau menerima orang-orang yang tiba di Yunani, Italia dan negara-negara lain. Dengan sistem yang baru, negara-negara yang tidak berada di perbatasan harus memilih antara menerima 30 ribu pemohon suaka atau membayar setidaknya 20 ribu euro atau 21.870 dolar AS per orang ke dana Uni Eropa. Sistem penyaringan diharapkan dapat membedakan antara mereka yang membutuhkan perlindungan internasional dan yang tidak. Orang-orang yang permohonan suakanya memiliki peluang kecil untuk berhasil, seperti mereka yang berasal dari India, Tunisia, atau Turki dapat dicegah untuk memasuki Uni Eropa dan ditahan di perbatasan, seperti halnya orang-orang yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan. Pemrosesan aplikasi juga akan dipercepat. Amnesty International mengatakan pakta ini akan membuat hukum suaka Uni Eropa mundur beberapa dekade dan menyebabkan penderitaan yang lebih besar bagi orang-orang yang mencari suaka dan merupakan sistem yang dirancang untuk mempersulit orang untuk mengakses keamanan. “Pakta ini hampir pasti akan menyebabkan lebih banyak orang dimasukkan ke dalam penahanan de facto di perbatasan Uni Eropa, termasuk keluarga dengan anak-anak dan orang-orang yang berada dalam situasi yang rentan,” katanya dilansir the Associated Press. (tok/AP) Baca juga :

Read More

Angka Kemiskinan di Israel Semakin Meroket

Tel Aviv — 1miliarsantri.net : Menurut temuan Alternative Poverty Report, serangan militer zionis Israel di Gaza mempunyai dampak yang sangat negatif terhadap perekonomian negara tersebut. Dari data laporan tahunan mengungkap, meningkatnya keadaan darurat sosial-ekonomi dan semakin parahnya kemiskinan sejak serangan Israel yang memakan banyak korban jiwa di Gaza, yang secara luas dianggap sebagai genosida. Menurut data laporan itu yang dikutip Middle East Monitor, pembunuhan tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza telah secara signifikan merusak pendapatan 19,7 persen masyarakat Israel, dengan 45,5 persen menyatakan kekhawatiran akan semakin memburuknya kesulitan ekonomi. Yang mengejutkan, 100 persen badan amal yang didedikasikan untuk mendukung masyarakat miskin melaporkan tidak menerima bantuan dari pemerintah Israel sejak dimulainya invasi, meskipun ada peningkatan jumlah permintaan bantuan. Garis kemiskinan alternatif, yang mewakili biaya hidup minimum, didefinisikan sebagai 5.107 shekel (1.401 dolar AS) per bulan untuk seorang individu dan 12.938 shekel (3.551 dolar AS) untuk sebuah keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak. Menurut laporan itu, 81,8 persen penerima bantuan terlilit utang, 85,1 persen menderita kekurangan energi, 79,3 persen menderita penyakit kronis, 81,6 persen penerima bantuan lanjut usia hidup dalam kemiskinan, dan 31,5 persen menghadapi kerawanan pangan yang parah. Laporan ini menyoroti keberadaan segmen populasi yang tidak secara resmi diklasifikasikan sebagai kelompok miskin berdasarkan Asuransi Nasional, namun pada kenyataannya, hidup dalam kemiskinan. Keluarga dengan pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan namun di bawah biaya hidup minimum menghadapi tantangan dalam memenuhi kondisi kehidupan yang penting, yang mengakibatkan tingkat kemiskinan yang bervariasi. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa 50,9 persen penerima bantuan mengurangi atau mengabaikan makanan karena kendala keuangan. Hampir 40 persen melaporkan bahwa anak-anak mereka harus mengurangi porsi makan atau tidak makan karena dana tidak mencukupi, sehingga menyebabkan kompromi dalam memberikan nutrisi yang direkomendasikan untuk anak-anak mereka. Sebagai respons terhadap kesulitan ekonomi, 62,1 persen melaporkan situasi ekonomi yang memburuk selama setahun terakhir. Selain itu, 20,8 persen menyatakan kemungkinan besar harus meninggalkan rumah mereka karena kesulitan membayar sewa atau pinjaman perumahan. Ketegangan ekonomi memaksa 66,2 persen responden menahan diri untuk tidak memperbaiki kerusakan yang signifikan di apartemen mereka. Selain itu, 73 persen penerima bantuan menyatakan bahwa kesulitan ekonomi memaksa mereka untuk tidak lagi membeli peralatan belajar dasar dan buku pelajaran untuk anak-anak mereka. Kurangnya sumber daya keuangan mengakibatkan 69,4 persen dari mereka tidak memiliki akses terhadap komputer untuk kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Demikian pula, 85,1 persen terpaksa berhenti mengikuti kursus tambahan, kegiatan sekolah, dan perjalanan wisata karena kendala keuangan. Di antara populasi lansia yang menerima bantuan, 81,6 persen hidup dalam kemiskinan, dan 50,5 persen mengalami kemiskinan ekstrem. Yang meresahkan adalah 35,5 persen mengalami kerawanan pangan yang serius, dan 64 persen sudah berhenti membeli obat-obatan atau mencari perawatan medis karena kendala keuangan. Laporan ini menggarisbawahi memburuknya kesulitan ekonomi pasca perang di Gaza. Meskipun terjadi peningkatan jumlah keluarga yang membutuhkan dukungan sebesar 58,1 persen, semua badan amal melaporkan tidak menerima bantuan pemerintah sejak pecahnya perang. Kurang dari sepertiga asosiasi menerima bantuan dari pemerintah daerah, hal ini menunjukkan adanya situasi yang memerlukan perhatian segera. Kondisi kemiskinan yang melonjak ini diperkirakan bisa makin parah kedepannya. Selain anggaran negara yang dialihkan untuk perang, pasukan Houthi di Yaman juga tengah mencegat kapal-kapal kargo melintasi Laut Merah ke Israel. Hal ini bisa membuat harga-harga barang di Israel melonjak hingga 300 persen karena kapal-kapal harus memutar jauh dan mengeluarkan biaya lebih melalui benua Afrika. Sementara sepinya kunjungan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv memaksa 600 karyawannya dipecat. Hal ini juga akan memukul industri pariwisata Israel. Sebaliknya, serangan Israel ke Gaza juga memperparah kemiskinan di wilayah terkepung itu. Sebelumnya, blokade Israel sejak 2016 terhadap wilayah berpopulasi 2,5 juta jiwa itu telah membuat Gaza jadi salah satu wilayah termiskin di dunia. Penjajahan brutal Israel membuat sukar bagi warga Gaza dan juga Tepi Barat untuk mengangkat derajat hidup mereka. Sejak 2017 itu, angka kemiskinan di Gaza sekitar 45 persen populasi. Jumlahnya kini, merujuk Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA), bisa mencapai 96 persen. (sur) Baca juga :

Read More

Israel Direpotkan Serangan dari Lebanon, Yaman dan Suriah

Beirut — 1miliarsantri.net : Israel terus mendapatkan serangan-serangan dan ancaman dari negara-negara di sekitarnya. Roket-roket dari Suriah dan Lebanon serta pencegatan kapal di Yaman terus memberikan tekanan pada Israel untuk mengehntikan genosidanya di Jalur gaza. Kelompok Hizbullah di Lebanon pada Senin (18/12/2023) menyerang dua baterai Iron Dome Israel di pemukiman Israel utara “Kabri” dekat daerah perbatasan Israel-Lebanon. Iron Dome adalah sistem rudal pertahanan udara bergerak yang dirancang untuk mencegat rudal jarak pendek dan peluru artileri oleh Rafael, sebuah perusahaan sistem pertahanan canggih. Koresponden Almayadeen di Lebanon selatan melaporkan melihat proyektil diluncurkan dari Lebanon menuju hulu al-Jalil di seberang sektor tengah di wilayah utara Palestina yang diduduki. Selanjutnya, sirine terdengar di pemukiman “Dishon”, al-Malikiya, “Yiftah”, dan “Ramot Naftali”. Walikota pemukiman Israel utara Kiryat Shmona, Avichai Stern, sebelumnya mengkritik cara pemerintah pendudukan Israel menghadapi situasi yang semakin memburuk di wilayah perbatasan Lebanon dengan serangan harian dari Hizbullah. “Kami diserang setiap hari dan kami terus mencatat korban luka setiap hari. Kemarin, seorang tentara di brigade cadangan tewas; kami mencatat korban luka dan korban jiwa setiap hari,” ujar Stern kepada berita Israel Channel 13, kemarin. Terkait serangan-serangan itu, pasukan penjajah Israel (IDF) telah mengembangkan rencana untuk menyerang Lebanon dengan tujuan untuk memukul mundur Hizbullah. Media the Times dan Newsweek melaporkan rencana itu berdasar informasi yang diberikan oleh juru bicara militer Israel, juru bicara Jonathan Conricus. Israel khawatir Hizbullah berpotensi melancarkan serangan seperti yang dilakukan pejuang-pejuang dari Gaza pada 7 Oktober di utara Israel, menurut seorang perwira militer senior Israel yang berbicara dengan the Times. “Tentara Israel telah menyetujui rencana dan menetapkan jadwal kesiapan,” klaim Conricus, menurut surat kabar tersebut. Sementara, kelompok Houthi Yaman telah menyerang dua lagi kapal dagang di Laut Merah dengan drone angkatan laut pada Senin (18/12/2023). Kelompok tersebut telah mengkonfirmasi. Ini adalah gelombang serangan terbaru guna mendesak disudahinya serangan militer Israel di Gaza. Menurut Reuters, juru bicara Houthi Yahya Sarea mengidentifikasi kapal-kapal itu sebagai MSC Clara dan Swan Atlantic milik Norwegia. Dia mengatakan, serangan tersebut dilakukan setelah kru kapal gagal menanggapi panggilan dari kelompok tersebut. Pemilik Swan Atlantic mengatakan kapalnya dihantam benda tak dikenal, namun tidak ada awak kapal yang terluka. MSC Clara adalah kapal berbendera Panama, menurut data LSEG. Rincian serangan terhadap kapal tersebut belum diketahui. Kelompok Houthi mengatakan bahwa mereka telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah yang mempunyai hubungan dengan Israel sebagai protes atas serangan militer mereka terhadap warga Palestina di Gaza, dan telah memperingatkan agar tidak berlayar ke wilayah tersebut. Serangan-serangan tersebut telah memicu kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap jalur minyak, biji-bijian dan barang-barang lainnya yang merupakan jalur perdagangan global yang penting, dan telah meningkatkan biaya asuransi dan pengiriman barang melalui Laut Merah. Segera setelah serangan terbaru, pasar asuransi London memperluas wilayah di Laut Merah yang dianggap berisiko tinggi. Perusahaan Transportasi Laut Yang Ming Taiwan mengatakan akan mengalihkan semua kapalnya melalui Tanjung Harapan yang akan berlayar melalui Laut Merah atau Teluk Aden selama dua minggu ke depan. Kelompok kapal tanker minyak Frontline yang berbasis di Norwegia mengatakan kapal-kapalnya juga akan mulai menghindari jalur yang melalui rute yang sama. “Premi asuransi risiko perang meningkat secara alami, namun ketika kapal-kapal dialihkan ke seluruh Afrika, pasokan pengiriman akan menjadi lebih ketat karena kargo melakukan perjalanan lebih lama,” kata CEO Lars Barstad kepada Reuters. “Hal ini akan menempatkan suku bunga di bawah tekanan yang kuat.” Terkait serangan-serangan dari Yaman, Amerika Serikat (AS) mengumumkan peluncuran kekuatan perlindungan maritim yang diperluas yang melibatkan negara-negara Arab. Pasukan tersebut dinamai Operation Prosperity Guardian, diumumkan oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin ketika dia mengunjungi Timur Tengah. Sama seperti Satuan Tugas 153 yang sudah beroperasi di Bahrain, pasukan perlindungan yang lebih besar ini dirancang untuk memberikan jaminan kepada perusahaan pelayaran komersial bahwa serangan Houthi akan dapat dicegah, dan bahwa laut tetap aman untuk pelayaran komersial. “Ini adalah tantangan internasional yang menuntut tindakan kolektif,” ujar Menteri Pertahanan Lloyd Austin dalam pernyataan yang dirilis Selasa tengah malam di Bahrain. Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol akan bergabung dengan AS dalam misi baru ini, Austin mengumumkan. Beberapa negara akan melakukan patroli bersama sementara yang lain memberikan dukungan intelijen di wilayah selatan Laut Merah dan Teluk Aden. Tentara Israel pada Senin juga mengatakan pihaknya menyerang sebuah pos militer tentara rezim Suriah sebagai tanggapan atas proyektil yang ditembakkan dari wilayah Suriah. Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel melaporkan bahwa artileri mereka telah menembaki sumber api di Suriah dan juga menyerang sebuah pos milik militer Suriah. Pernyataan itu lebih lanjut mengatakan bahwa sirene roket yang masuk diaktifkan di wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Suriah karena penembakan roket tersebut. Rezim Suriah belum mengomentari insiden tersebut. Sejak 7 Oktober, beberapa kelompok bersenjata di Suriah menembakkan roket ke wilayah Israel. Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan, dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Setidaknya 19.453 warga Palestina syahid dan 52.286 lainnya terluka dalam serangan gencar Israel, menurut otoritas kesehatan Gaza. (mat) Baca juga :

Read More

Israel Klaim Temukan Terowongan Raksasa Palestina di Jalur Gaza

Gaza — 1miliarsantri.net : Sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Brigade Al-Qassam menanggapi berita terkait adanya Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang menemukan terowongan raksasa di Jalur Gaza utara. Brigade Al-Qassam mengatakan Israel datang terlambat untuk menemukan terowongan itu setelah Hamas menyelesaikan misi mereka. “Anda datang terlambat, misi telah selesai,” terang Brigade Al-Qassam di saluran Telegram pada Senin (18/12/2023). Postingan itu menunjukkan klip tentara pendudukan menemukan terowongan tersebut, dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, tur di dalamnya. Setelah menyampaikan pesan itu, Brigade Al-Qassam merilis postingan berjudul “Coming soon (Segera)”, yang mengacu pada pernyataan yang mungkin mengungkapkan operasi tertentu, seperti diberitakan Sky News. Pada Ahad (17/12/2023), IDF mengungkapkan apa yang mereka gambarkan sebagai terowongan serangan terbesar yang digunakan Hamas di Jalur Gaza utara. Terowongan itu memiliki panjang 4 kilometer dan kedalaman 50 meter dengan pintu kokoh yang dirancang untuk mencegah masuknya pasukan Israel. “Pembukaan terowongan terdekat terletak sekitar 400 meter dari Penyeberangan Erez (Beit Hanoun) di Jalur Gaza utara,” kata juru bicara IDF, Daniel Hagari, Ahad (17/12/2023). Dalam video yang dirilis IDF, terowongan itu bercabang menjadi beberapa cabang, yang merupakan jaringan terowongan yang luas dan kompleks. “Jalan tersebut berisi infrastruktur sanitasi, listrik, komunikasi, dan telepon, selain pintu kokoh yang dirancang untuk mencegah masuknya pasukan tentara Israel. Terowongan itu memungkinkan pergerakan kendaraan di dalamnya, dan banyak senjata Hamas ditemukan di dalamnya,” tambahnya. Meski berada di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, IDF memastikan terowongan itu tidak mencapai wilayah Israel. Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi. Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya. Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya. Pengeboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 19.088 warga Palestina dan melukai lebih dari 54.450 lainnya sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Minggu (17/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari WAFA. Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut. (zul) Baca juga :

Read More

Korban Tewas Akibat Agresi Israel ke Palestina Diperkirakan Nyaris 19 Ribu Jiwa

Gaza — 1miliarsantri.net : Sejak perang yang meletus pada 7 Oktober 2023 lalu agresi Israel terhadap Palestina terus berlangsung di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Hingga Ahad (17/12/2023) diperkirakan jumlah korban jiwa meningkat menjadi sedikitnya 18.884 orang dan lebih dari 55.000 orang terluka. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa jumlah korban jiwa di Jalur Gaza telah mencapai 18.600 orang, sementara jumlah korban tewas di Tepi Barat juga melonjak menjadi 286 orang. Selain itu, sebanyak 51.000 warga Palestina luka-luka di Gaza dan sekitar 3.430 lainnya di Tepi Barat. Kementerian kesehatan menjelaskan bahwa sektor kesehatan di Gaza sedang menghadapi krisis yang parah. Ini karena puluhan pusat kesehatan berhenti beroperasi akibat kekurangan bahan bakar dan bombardir yang dilancarkan militer Israel. Kementerian Kesehatan juga melaporkan bahwa lebih dari 60 persen pemukiman warga di Gaza telah hancur, termasuk lebih dari 56.000 unit rumah hancur total dan 224.000 unit hancur sebagian. Penghitungan akhir unit dan bangunan yang hancur masih belum tersedia karena adanya serangan udara Israel. Kementerian menduga, ada kecenderungan pasukan pendudukan Israel menargetkan rumah sakit, pusat kesehatan, ambulans, dan tim medis di Tepi Barat. “Pendudukan telah meningkatkan serangan terhadap rumah sakit, mengepung dan menggerebek rumah sakit, serta menyerang ambulans dan menahan korban luka,” tulisnya. Serangan Israel di Tepi Barat terus berlanjut, katanya, dengan sekitar 308 insiden tercatat, sejak dimulainya agresi terhadap rakyat Palestina pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu. Selain menelan belasan ribu korban jiwa, serangan-serangan tersebut mengakibatkan korban luka-luka dan kerusakan harta benda milik warga Palestina. Selain itu, setidaknya 143 keluarga Palestina, yang terdiri dari 1.014 orang, termasuk 388 anak-anak, telah mengungsi di tengah kekerasan yang dilakukan Israel dan juga pembatasan akses. Israel lancarkan serangan udara masif ke beberapa titik. Pasukan Israel meningkatkan serangan udara ke beberapa titik di Gaza sejak Kamis (14/12/2023) malam waktu setempat. Setidaknya 15 orang tewas dan puluhan lainnya terluka di lingkungan Zaytoun, sebelah timur kota, ketika pesawat tak berawak militer Israel menembakkan rudal ke arah sekelompok warga sipil di jalan-jalan. Di antara para korban terdapat sejumlah besar anak-anak dan perempuan. Serangan udara yang terus menerus membuat ambulans hampir tidak mungkin menjangkau korban. Artileri Israel menargetkan enam rumah berpenghuni di Zaytoun, sehingga menimbulkan korban tambahan. Sepuluh korban dibawa ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli untuk perawatan medis. Secara bersamaan, artileri Israel menembaki rumah-rumah di dekat Jalan Salah al-Din di selatan kota, menyebabkan puluhan orang terluka. Disisi lain, pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan kios-kios pedagang di lingkungan Shujaiya, di timur Kota Gaza, bersama dengan sepuluh rumah yang dihuni, menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil dan melukai 25 lainnya. Sementara itu di Daraj juga menghadapi serangan roket dan artileri, menyebabkan 20 korban jiwa dan banyak lainnya luka-luka. Selain itu, pasukan Israel yang menyerang menahan 25 orang, berusia antara 15 dan 55 tahun, setelah memaksa mereka telanjang. (zul) Baca juga :

Read More

Tentara Israel Bacakan Doa Shema Yisrael Melalui Pengeras Suara Masjid

Gaza — 1miliarsantri.net : Pemerintah Turki mengutuk keras aksi provokatif pasukan Israel yang mempraktikkan ritual keagamaan Yahudi di dalam sebuah masjid di Jenin, Tepi Barat. Ankara menyerukan agar para pelaku yang terlibat dalam tindakan tersebut dihukum seberat-beratnya karena selain sebagai tindakan provokatif, juga merupakan penodaan agama. “Kami mengutuk keras provokasi tentara Israel yang menyerbu Kamp Pengungsi Jenin, dan tidak menghormati kesucian tempat ibadah dengan memasuki masjid,” terang Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Oncu Keceli, Ahad (17/12/2023). Di Yerusalem Timur dan Tepi Barat, di mana ketegangan meningkat sangat tinggi akibat teror pemukim (Yahudi) dan tekanan berat serta serangan oleh pasukan keamanan Israel terhadap warga Palestina, banyak pihak mengharapkan serangan terhadap tempat-tempat suci umat Islam akan segera diakhiri dan mereka yang melakukan provokasi ini akan dihukum seberat-beratnya. Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, sempat mengomentari secara tidak langsung aksi provokatif pasukan Israel yang memasuki sebuah masjid di Jenin dan mempraktikkan ritual keagamaan Yahudi. Dia mengatakan, aksi penodaan terhadap situs keagamaan tak boleh ditoleransi. “Penodaan terhadap situs keagamaan tidak boleh ditoleransi. Oleh karena itu, hal tersebut bertentangan dengan kepatutan. Situs keagamaan harus dihormati dan tidak boleh diselewengkan dengan cara apa pun,” tutur Dujarric, Kamis (14/12/2023). Pernyataan Dujarric muncul setelah Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir membagikan sebuah video yang memperlihatkan pasukan Israel melakukan ritual Yahudi di sebuah masjid di kota Jenin, Tepi Barat. Dalam video itu tampak seorang tentara Israel membacakan doa Shema Yisrael melalui pengeras suara masjid. Tak hanya itu, mereka pun memutar sebuah lagu Hanukkah. Di video tersebut, terdengar pula gelak tawa dari beberapa tentara Israel. Tidak jelas kapan video tersebut direkam. Namun, semua yang terlibat dalam kejadian itu dilaporkan sudah diberikan sanksi disiplin. Selama beberapa hari terakhir, pasukan Israel melakukan operasi penyerbuan dan penggerebekan di wilayah Jenin. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 11 warga Palestina di sana telah terbunuh dalam operasi pasukan Israel. (zul) Baca juga :

Read More