Pemerintah Arab Saudi Kecam Serangan Mematikan Israel di Sekolah Gaza

Gaza — 1miliarsantri.net : Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengecam serangan Israel yang mematikan di kompleks sekolah Gaza yang menampung keluarga pengungsi. Kerajaan mengecam dengan keras tindakan pasukan pendudukan Israel yang menargetkan sekolah yang menampung pengungsi di Gaza. Hal tersebut diungkapkan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab, dimana serangan tersebut dilaporkan telah menewaskan sekitar 100 orang. Kementerian luar negeri Arab Saudi juga menekankan pentingnya mengakhiri “pembantaian massal” di Jalur Gaza yang sedang mengalami “bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat pelanggaran hukum internasional dan hukum humaniter internasional yang terus dilakukan oleh pendudukan Israel.” Pernyataan tersebut juga mengecam “kegagalan komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran-pelanggaran ini.” Israel mengatakan kelompok militan Palestina berbaur di antara warga sipil Gaza, beroperasi dari dalam sekolah, rumah sakit, dan zona kemanusiaan yang ditunjuk – yang dibantah oleh Hamas dan sekutunya. Hamas mengatakan serangan tersebut adalah kejahatan mengerikan dan eskalasi serius. Izzat El-Reshiq, anggota kantor politik Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa di antara korban tewas tidak ada “satu pun kombatan.” Puluhan ribu warga Palestina yang mengungsi telah mencari perlindungan di sekolah-sekolah Gaza, yang sebagian besar telah berhenti berfungsi sejak dimulainya perang 10 bulan lalu. (zul/AP) Baca juga :

Read More

Seluruh Negara Mengutuk Keras Serangan Subuh Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Penasihat politik senior untuk pemimpin Iran, Laksamana Muda Ali Shamkhani, mengunggah pesan di X pada Sabtu (10/8/2024) lalu, mengecam pengeboman sekolah Al Tabi’in di Gaza yang mengakibatkan seratusan warga Palestina meninggal dunia. Ia pun menegaskan, rencana Iran menyerang Israel masih tetap sesuai dengan rencana sebelumnya. “Tujuan utama rezim Israel membunuh para jamaah di sekolah Al-Tabin di Gaza dan pembunuhan syuhada Ismail Haniyeh di Iran adalah penghasutan perang dan membuat pembicaraan gencatan senjata menuju kegagalan,” ujar Shamkahani dikutip Iran Front Page. Shamkani mengatakan, bahwa Iran telah melalui proses hukum, diplomatik, dan media untuk menempuh operasi militer pembalasan dan “persiapan untuk menghukum keras rezim (Israel), yang hanya mengerti bahasa kekerasan, telah dibuat.” Pada 31 Juli 2024, Israel membunuh Haniyeh di kediamannya di Teheran seusai mengikuti prosesi pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Iran pun kemudian bersumpah untuk mengambil tindakan balasan, mengingatkan Israel bahwa serangan balasan kali ini akan lebih keras dari sebelumnya pada 14 April yang saat itu digelar lewat serangan drone dan misil yang hanya menargetkan lokasi strategis militer. Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Palestina, Francesca Albanese menyebut Israel melakukan genosida di Jalur Gaza. Pernyataannya pada Sabtu itu setelah Israel mengebom sekolah hingga menewaskan sedikitnya 100 korban. “Israel secara terpisah melancarkan genosida terhadap warga Palestina di daerah permukiman, rumah sakit, sekolah, kamp pengungsi, hingga zona aman,” tulis Albanese di media sosial X pada Sabtu. Ia bahkan menggambarkan Gaza sebagai “kamp konsentrasi” terbesar dan paling parah yang terjadi pada abad 21. Albanese mengkritik penggunaan senjata Amerika dan Eropa dalam serangan Israel itu. Ia mengaku kecewa atas “ketidakpedulian negara-negara beradab” terhadap situasi kemanusiaan di Gaza. “Semoga warga Palestina memaafkan kami atas ketidakmampuan kami semua untuk melindungi mereka maupun menghormati makna paling mendasar dari hukum (internasional),” kata Albanese. Menurut laporan Al Jazeera, serangan udara Israel tersebut terjadi di sebuah sekolah di kawasan Daraj, timur Kota Gaza, kira-kira pada waktu shalat Subuh. Serangan Israel tersebut juga melukai ratusan warga Palestina lainnya. Israel mengakui melakukan serangan tersebut dengan alasan bahwa sekolah itu merupakan “markas militer” kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Kepresidenan Palestina mengatakan, bahwa Amerika Serikat turut bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan Israel pada sebuah sekolah di Gaza yang menewaskan lebih dari 100 orang. “Kami menganggap pemerintah AS bertanggung jawab atas pembantaian ini karena dukungan finansial, militer, dan politik mereka kepada Israel,” kata Kepresidenan Palestina dalam pernyataannya di platform X pada Sabtu. Sebelumnya, pemerintah AS mengucurkan dana sebesar 3,5 miliar AS dolar (sekitar Rp55,8 triliun) kepada Israel untuk membeli senjata Amerika. “Bantuan tersebut dikucurkan pada saat yang sama dengan serangan parah ini, yang membuktikan keterlibatan AS dalam genosida yang sedang berlangsung,” kata pernyataan tersebut. “AS harus segera mengakhiri dukungan tanpa syaratnya kepada Israel, yang menyebabkan tewasnya ribuan orang tak bersalah, termasuk anak-anak, wanita dan lansia,” kata pernyataan itu. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyatakan bahwa Indonesia juga mengutuk keras pembantaian warga Palestina yang dilakukan oleh Israel di sebuah sekolah di Gaza. “Indonesia mengutuk keras pembantaian lebih dari 100 warga Palestina di Sekolah Al-Tabi’in di Gaza oleh Israel pada 10 Agustus 2024,” kata Kementerian Luar Negeri RI di platform X yang dipantau di Jakarta, Sabtu. Kementerian Luar Negeri RI juga menyatakan bahwa Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan investigasi secara menyeluruh terhadap kejadian tersebut. Selain itu, Indonesia juga menyerukan agar komunitas internasional bersatu untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan dan genosida yang dilakukan oleh Israel. “Israel harus bertanggung jawab atas semua kejahatan tersebut. Segala bentuk impunitas harus dihentikan,” tegas Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan tersebut. (zul) Baca juga :

Read More

Sedikitnya 250 Orang di Bom Israel Saat Sholat Subuh di Masjid Al-Tabi’in

Gaza — 1miliarsantri.net : Detail kebiadaban pengeboman Israel terhadap masjid di kompleks sekolah Al-Tabi’in di Kota Gaza terungkap. Sedikitnya 250 orang sedang berada di ruang shalat untuk menunaikan shalat subuh saat tiga bom Israel menghujani bangunan tersebut. Dalam serangan pagi hari yang brutal itu, lebih dari 100 warga sipil tewas dan puluhan lainnya terluka menyusul serangan udara Israel di Sekolah Al-Tabi’in di lingkungan Daraj di Kota Gaza. Sekolah yang menampung keluarga pengungsi itu dihantam bom dari pesawat tempur Israel. Sumber lokal melaporkan bahwa serangan udara terjadi pada dini hari, menargetkan sekolah ketika penghuninya sedang berkumpul untuk shalat subuh. Ada sekitar 250 orang di dalam ruang shalat yang dibombardir Israel tersebut. Juru bicara pertahanan sipil Gaza memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai dampak berdarah setelah serangan Israel terhadap sekolah al-Tabi’in. “Area sekolah dipenuhi jenazah dan bagian-bagian tubuh. Sangat sulit bagi paramedis untuk mengidentifikasi seluruh jenazah. Ada lengan di sini, ada kaki di sana. Tubuh terkoyak-koyak, tim medis tidak berdaya menghadapi kejadian mengerikan ini,” ungkap juru bicara Mahmoud Basal kepada Aljazirah. Ismail al-Thawabta, kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan bahwa tentara Israel menggunakan tiga bom berbobot masing-masing 907 kilogram dalam serangannya terhadap sekolah al-Tabi’in tersebut. Sementara jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena Rumah Sakit al-Ahli masih berjuang untuk mengatasi cedera parah akibat serangan tersebut. Al-Thawabta menambahkan, Israel mengetahui kehadiran pengungsi di dalam sekolah. Aljazirah melansir, laporan para saksi mata menunjukkan bahwa banyak syuhada dan terluka adalah warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. “Kami juga meminta IDF bersama dengan pemerintah AS bertanggung jawab penuh atas pembantaian ini. Pemerintahan AS tidak hanya terus menyoroti genosida Israel dan perang pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina, namun juga memberikan persenjataan kepada Israel,” ujar Al-Thawabta. “Lebih dari 100.000 bom dan rudal diberikan AS kepada Israel sejak awal perang ini. Kami menyerukan kepada masyarakat dunia, yaitu Dewan Keamanan PBB untuk menekan Israel agar mengakhiri pertumpahan darah yang terus menerus terjadi di antara rakyat kami, yaitu perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah. Bahkan masjid, rumah sakit, jurnalis pun tidak luput. IDF terus melakukan pembantaian setiap hari sementara seluruh dunia menyaksikannya dengan diam.” Selain orang-orang yang syahid di dalam masjid sekolah selama serangan itu, yang lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak, juga terbunuh di dalam ruang kelas terdekat, terkena pecahan peluru yang beterbangan dari bom. Aljazirah melansir, banyak korban yang dibawa ke rumah sakit mengalami pendarahan parah akibat pecahan peluru atau luka bakar parah akibat kebakaran yang terjadi akibat pemboman tersebut. Staf di rumah sakit hanya mempunyai sedikit sumber daya sehingga mereka terpaksa menggunakan bahan daur ulang untuk merawat korban luka – bahan yang dalam konteks lain akan dibuang begitu saja. Banyak jenazah yang dibawa masuk sulit dikenali, sehingga kerabat di rumah sakit yang mencari orang yang mereka cintai kesulitan menemukan cara untuk mengidentifikasi mereka, tambahnya. Jihad Islam Palestina mengutuk pembunuhan massal yang dilakukan Israel di sekolah Kota Gaza “Penargetan musuh kriminal terhadap jamaah di ruang shalat Sekolah al-Tabi’in di lingkungan al-Daraj di Gaza adalah kejahatan perang total,” tulis Jihad Islam Palestina dalam sebuah pernyataan. “Alasan tentara musuh untuk menghancurkan sekolah sama dengan alasan yang digunakan tentara musuh untuk menghancurkan rumah sakit sebelumnya, dan alasan tersebut terbukti salah,” lanjutnya. Kegagalan lembaga dan pengadilan internasional untuk menyatakan para pemimpin entitas tersebut sebagai penjahat perang telah berkontribusi pada kegigihan mereka.” Kelompok Hamas juga mengecam pembantaian itu. “Pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza oleh tangan Neo-Nazi di pusat Kota Gaza merupakan kejahatan yang mengerikan dan mewakili peningkatan besar dalam serangkaian kejahatan dan pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perang”, bunyi pernyataan itu. Menanggapi klaim Israel bahwa sekolah tersebut digunakan sebagai pusat komando Hamas, kelompok tersebut mengatakan bahwa pembenaran tersebut keliru dan “dalih untuk menargetkan warga sipil, sekolah, rumah sakit, dan tenda pengungsi, yang semuanya merupakan dalih palsu dan mengungkap kebohongan Israel.” “Kami menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam serta komunitas internasional untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan mengambil tindakan segera untuk menghentikan pembantaian ini dan menghentikan meningkatnya agresi Zionis terhadap rakyat kami dan warga negara yang tidak berdaya,” bunyi pernyataan itu. Gerakan Pembebasan Nasional Palestina, Fatah juga mengutuk serangan ‘keji’ terhadap sekolah di Kota Gaza. Organisasi itu menyebutnya sebagai “pembantaian berdarah yang keji” dan menyatakan bahwa hal tersebut merupakan “puncak terorisme dan kriminalitas Israel”. “Melakukan pembantaian ini menegaskan tanpa diragukan lagi upaya mereka untuk memusnahkan rakyat kami melalui kebijakan pembunuhan kumulatif dan pembantaian massal yang membuat hati nurani mereka gemetar,” katanya dalam sebuah pernyataan. Fatah meminta komunitas internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk “segera melakukan intervensi dan menghentikan perang pemusnahan sistematis terhadap rakyat kami”. Sementara, militer Israel telah mengeluarkan pernyataan lain yang membela serangannya terhadap sekolah al-Tabi’in di Kota Gaza. Mereka mengklaim tanpa bukti bahwa sekolah tersebut berfungsi sebagai “kompleks aktif” Hamas dan Jihad Islam Palestina. Pasukan penjajah Israel mengatakan mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan ada 20 pejuang Hamas dan Jihad Islam, termasuk komandan senior, yang beroperasi dari sekolah tersebut. (zul) Baca juga :

Read More

Seratus Lebih Tentara IDF Ditembak Teman Sendiri

Tell Aviv — 1miliarsantri.net : Markas pasukan penjajahan Israel (IDF) melansir rincian kerugian mereka dalam agresi ke Gaza sejak 7 Oktober lalu. Dari rincian itu, terungkap bahwa lebih dari seratus tentara IDF terkena tembakan teman sendiri, termasuk 28 yang tewas. Sejak tanggal 7 Oktober, 689 tentara IDF telah tewas, dan 4.303 lainnya terluka, IDF melaporkan pada hari Sabtu dalam ringkasan terbaru data korban perang tersebut. Sejak tentara memasuki Gaza pada 27 Oktober, 329 tentara tewas dan 2.199 lainnya luka-luka. Menurut Jerusalem Post, dari mereka yang tewas 51 orang disebabkan oleh kecelakaan operasional, menurut data bulan Juni. Selain itu, 18 kematian disebabkan oleh jenis kecelakaan lain, lima akibat kesalahan tembakan, dan 28 akibat tembakan teman sendiri pada Agustus. Sejak awal perang, IDF melansir 2.586 orang luka ringan, 1.077 luka sedang, dan 640 luka berat. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang tidak dirawat di rumah sakit. Dari korban luka tersebut, 528 orang akibat kecelakaan yang melibatkan senjata, senjata api, bahan berbahaya, atau kebakaran; 70 orang akibat ditembak rekan sepasukan, 40 orang karena kesalahan tembakan, 60 orang karena kecelakaan di pinggir jalan, dan 167 orang karena jatuh atau kecelakaan kerja lainnya. Ynet melaporkan pekan lalu bahwa 10.000 tentara tewas atau terluka sejak pasukan IDF memasuki Gaza dan setiap bulan, sekitar 10.000 tentara berada dalam tekanan fisik atau psikologis, mengutip data Kementerian Pertahanan. Jerusalem Post menyatakan tidak dapat melihat data Kementerian Pertahanan Israel. IDF belum melaporkan mereka yang dirawat di rumah sakit karena tekanan psikologis. Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyiarkan adegan pada Jumat dari penyergapan kompleks yang dilakukan oleh para pejuangnya di lingkungan Tal al-Hawa, barat daya Kota Gaza. Al-Qassam menjelaskan, penyergapan yang disebut ‘Al-Baraa’ itu terjadi di sekitar Masjid Al-Baraa bin Azeb. Meski pelaksanaan penyergapan dilakukan pada 26 Juli, menurut kelompok tersebut, persiapannya dilakukan pada Desember lalu. Video tersebut menunjukkan pemantauan yang cermat terhadap pergerakan militer Israel dan penanaman alat peledak buatan (IED). Menurut Al-Qassam, sebuah pusat komando dan kendali menjadi sasaran rudal anti-personil TBG untuk memikat pasukan dan kendaraan pendudukan ke daerah penyergapan. Setelah kedatangan pasukan Israel, mereka dihadapkan dengan berbagai senjata dan perangkat, selain menargetkan tank dengan Al-Yassin 105′, menurut Al-Qassam. Akhirnya, ketika unit Israel maju ke selatan masjid, para pejuang dari Al-Qassam meledakkan sebuah bom besar. “Pejuang Al-Qassam berhasil menargetkan sebuah bangunan di mana pasukan Zionis yang terdiri dari 9 tentara dibentengi dengan dua peluru TBG, membunuh dan melukai anggota pasukan di lingkungan Tal Al-Sultan di sebelah barat kota Rafah di Jalur Gaza selatan. Helikopter terpantau mendarat untuk melakukan evakuasi,” demikian bunyi pernyataan Brigade al-Qassam. Brigade al-Qassam juga merilis rekaman melalui Almayadeen yang menunjukkan pejuang mereka melakukan penyergapan yang direncanakan dengan cermat yang menargetkan beberapa kendaraan militer Israel di George Street, sebelah timur Rafah di Jalur Gaza selatan. Rekaman tersebut, yang disiarkan pada Selasa, menggambarkan para pejuang al-Qassam berkerumun di atas peta Rafah, dengan salah satu pejuang menjelaskan bagaimana penyergapan bernama “Komandan Syahid Ismail Haniyeh” dilakukan. Penyergapan tersebut dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada komandan Hamas yang syahid, Ismail Haniyeh, yang terbunuh oleh serangan rudal di wisma tamunya di Teheran, Iran, tempat ia menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Seorang pejuang al-Qassam terlihat maju dengan alat peledak kuat menuju pengangkut personel lapis baja (APC) Namer Israel. Dia meletakkan perangkat itu di bawahnya dan meledakkannya beberapa detik setelah mundur. Sebelumnya, rudal dari sistem pertahanan udara Israel Iron Dome gagal mencegat serangan drone dari Lebanon yang diluncurkan kelompok Hizbullah, Selasa lalu. Salah satu rudal itu jatuh di wilayah sendiri dan menewaskan satu warga Israel. Pada Selasa tersebut, setidaknya dua kendaraan udara tak berawak enembus wilayah Israel, menyusul serangkaian peringatan yang dipicu di komunitas di Galilea Barat, termasuk Nahariya dan Acre. Salah satu kendaraan udara tak berawak dicegat, dan yang lainnya meledak di persimpangan dekat kota Mazra’a. IDF mengumumkan pada Rabu bahwa “penyelidikan awal menunjukkan bahwa sebuah pencegat meleset dari sasaran dan jatuh ke tanah, melukai beberapa warga sipil. Insiden tersebut sedang ditinjau.” Korban luka dievakuasi ke Galilee Medical Center di Nahariya dengan luka pecahan peluru, serta mereka yang menderita kecemasan dan cedera kepala. Hizbullah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan mengatakan pihaknya telah meluncurkan “sekawanan drone” sebagai tanggapan atas serangan Israel di kota Mayfadoun di Lebanon selatan dekat Nabatieh, sekitar 30 kilometer utara perbatasan Lebanon dengan Israel, yang dilaporkan menewaskan setidaknya lima orang. Media Israel, Ynet Sabtu ini melansir, seorang korban luka akibat rudal yang meleset itu meninggal kemarin. Mikhail Samara (27), dari Kafr Yasif, yang terluka parah pada hari Selasa akibat roket pencegat di Rute 4 dekat Nahariya, meninggal karena luka-lukanya di rumah sakit Nahariya pada Jumat. Dalam serangan drone Hizbullah yang sama, 14 orang terluka, sebagian besar telah keluar dari rumah sakit. Insiden tersebut menunjukkan rentannya pertahanan udara Israel yang digadang-gadang sebagai yang paling canggih di dunia. Terlebih dalam menghadapi ancaman pembalasan dari Iran atas pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran beberapa waktu lalu. Iran diketahui memiliki salah satu program pengembangan misil terbaik di Timur Tengah dan memiliki simpanan amunisi yang jauh lebih banyak dari Hizbullah di Lebanon. Hizbullah dalam serangan-serangan untuk menekan dihentikannya agresi ke Gaza mengeklaim hanya menyasar target militer. Kendati demikian, terbukti bahwa sistem Iron Dome tak selalu efektif dan justru membahayakan warga sipil Israel sendiri. Dengan latar ancaman itu, penduduk Mazra’a mengkritik keras kurangnya tempat berlindung untuk melindungi diri dari rudal dan drone yang diluncurkan dari Lebanon selatan. “Penduduk desa hidup dalam bahaya besar, sementara Nahariya, yang berjarak satu menit jauhnya, memiliki tempat berlindung yang cukup untuk seluruh warga,” kata mereka dilansir Ynet. “Desa ini mempunyai tempat berlindung di sekolah dan satu lagi di pusat komunitas, tapi ini hanya cukup untuk sejumlah kecil orang,” kata Mohammad Awad, seorang warga Mazra’a. “Kami menghadapi bahaya yang mengancam hidup kami dan kami tidak memiliki tempat aman untuk melindungi kami dari serangan rudal. Saat ini ledakan sangat dekat dengan kami, jika itu terjadi di lingkungan perumahan kami akan melihat korban, luka-luka dan kerusakan yang sangat signifikan. kerusakan.” (atk) Baca juga :

Read More

Kebangkitan Pejuang Muda Palestina di Tepi Barat

Tepi Barat — 1miliarsantri.net : Pembantaian terus menerus dilakukan Israel di Gaza dan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran membangkitkan perlawanan pejuang-pejuang muda Palestina di Tepi Barat. Perlawanan yang dilakukan pejuang lokal di berbagai wilayah Tepi Barat terus meningkat meski ditekan habis-habisan oleh Israel. Bagaimana riwayat gerakan perlawanan tersebut? Yang terkini, bentrokan meletus antara pejuang perlawanan Palestina dan pasukan pendudukan selama serangan mereka di sekitar kamp Balata di sebelah timur kota Nablus di Tepi Barat yang diduduki pada Rabu malam. Aljazirah Arabia melansir klip video yang menangkap suara tembakan otomatis yang dahsyat di kamp pengungsi Palestina yang terletak di sebelah timur Nablus. Kantor berita WAFA melaporkan bahwa pasukan Israel menyerbu kamp tersebut pada Rabu malam dan mendapat serangan dari pejuang perlawanan Palestina setempat. Brigade Al-Quds-Batalyon Nablus mengumumkan bahwa mereka menargetkan “pasukan pendudukan yang menyerbu Nablus dengan hujan peluru, dan kami terus menghadapi penjajah.” Bagaimana awalnya kebangkitan pejuang di Tepi Barat belakangan? Sedianya, kebangkitan itu sudah jauh sebelum Operasi Topan al-Aqsa pada Oktober 2023. Kamp pengungsi Jenin menjadi rumah bagi para pejuang yang membentuk kelompok perlawanan itu pada 202. Dilaporkan Aljazirah, ratusan pejuang bergabung di bawah panji Brigade Jenin yang terdiri atas para pejuang dari beberapa faksi bersenjata. Pejuang dari kelompok Jihad Islam Palestina, Fatah, dan Hamas juga diduga aktif di Jenin. Peningkatan jumlah pemuda Palestina yang mengangkat senjata ini seiring meningkatnya operasi militer Israel dan upaya untuk memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat. Bersamaan dengan Gaza, Jenin kini menjadi simbol utama perlawanan Palestina. Brigade Jenin hanyalah salah satu kelompok yang baru muncul. Mereka menunjukkan kekecewaan yang meningkat terhadap Otoritas Palestina dan frustrasi terhadap pendudukan Israel yang sedang berlangsung. Para pejuang muda ini sangat terlokalisasi. Mereka beroperasi di parit kamp pengungsi dan kota tua. Sebagian besar pemuda berasal dari seantero Tepi Barat, dari gurun Jericho yang sepi hingga Nablus yang luas di utara dan pengungsi Jenin. Mereka sering terlihat membawa senapan M16 dan mengenakan balaclava agar tidak teridentifikasi. “Brigade Jenin adalah organisasi bersenjata Palestina yang muncul pada 2021 di Kota Jenin dan berbasis di kamp Jenin dan dianggap sebagai salah satu kelompok modern yang muncul di Tepi Barat. Sedangkan, Lion’s Den berbasis di Kota Nablus. Hari ini, beberapa dari mereka tiba di Jenin untuk membantu menghadapi penjajah di Jenin dan membantu perlawanan di sana,” terang Konsultan Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban Dr Ahed Abu Al Atta beberapa waktu lalu. Ia menyatakan, kelompok-kelompok baru ini tak terafiliasi dengan kekuatan tradisional, tapi mereka mendapatkan dukungan yang meluas. “Tentu saja faksi-faksi Palestina mendukung mereka. Tapi, mereka bekerja dengan semua orang Palestina. Dan orang-orang memfasilitasi mereka dengan segala kebutuhan, sangat mencintai mereka dan memberi mereka perlindungan,” sambung Dr Ahed. Ia juga mengindikasikan ada semacam ketakpuasan atas perkembangan negosiasi Pemerintah Palestina saat ini yang mendorong perlawanan tersebut. “Intifada membutuhkan unsur-unsur besar dan saat ini kendala terbesar bagi terbentuknya intifada adalah koordinasi keamanan dengan pendudukan oleh penguasa. Namun, peristiwa ini dapat menjadi indikasi berkembangnya aksi perlawanan,” lanjutnya. Menurutnya, perlawanan terkini akan punya dampak panjang. Setiap tekanan yang dihadapi warga Palestina, menurut Dr Ahed, akan membuat perlawanan Palestina semakin kuat, semakin kompak, dan semakin bertenaga. Sedangkan Dr Achmed Mohammed Omar al Madani, seorang warga Palestina yang juga pakar terkait konflik di wilayah tersebut mengingatkan bahwa Israel pernah melakukan tindakan pemberantasan serupa pada 2002. Saat itu, mereka berpikir telah mengenyahkan akar perlawanan di Jenin setelah membunuh ratusan orang di pengungsian tersebut. “Sekarang setelah 20 tahun, muncul generasi-generasi pejuang baru ini,” ungkapnya. Al Madani menjelaskan, kelompok bersenjata itu muncul dari ketidakpuasan dan keputusasaan akan kondisi terkini. Kekuatan-kekuatan politik di Palestina tak kunjung bisa menegosiasikan kemerdekaan. Sementara ada ancaman nyata dari Israel yang dipimpin kelompok sayap kanan yang tak ragu melancarkan perang dan pembunuhan. Selain itu, para pemukim ilegal Yahudi kian merangsek ke wilayah Tepi Barat dan melakukan serangan terhadap warga Palestina. “Jadi apa yang harus kami lakukan? Komunitas internasional tak bisa membantu kami, Otoritas Palestina tak bisa membantu kami. Kami tak punya pilihan selain mengangkat senjata!” ujar Al Madani berapi-api. Ia meyakini, perlawanan yang bangkit belakangan tak akan dengan mudah diberantas Israel. Pada 2002, Israel berpikir dengan memberantas perlawanan pejuang senior, anak-anak muda Palestina akan lebih moderat. Yang terjadi justru sebaliknya. “Mereka pernah mencoba pada 2002 tapi tak berhasil. Apalagi sekarang dengan teknologi seperti ini!? Apapun yang terjadi, ide perlawanan Palestina tak akan musnah sampai kami merdeka”. Aboud, seorang pemuda di Ramallah, mengiyakan harapan generasinya kepada para pejuang muda tersebut. Ia sudah tak peduli lagi dengan pertentangan antarfaksi di Palestina. “Singa-singa ini yang akan menyelamatkan kami semua. Sekarang giliran generasi kami berjuang untuk tanah air kami,” kata dia, dilansir the Christian Science Monitor. Dalia Hatuqa, kolumnis Foreign Policy yang berbasis di Tepi Barat, menganalisis, secara tradisional, kelompok militan Palestina berfungsi sebagai sayap bersenjata partai politik, seperti Hamas dan Fatah dari Otoritas Palestina. Operasi milisi mendukung tujuan politik partainya. Namun, selama intifada kedua, serangan serigala tunggal alias lone wolf lebih meluas. Sebagai buntut pemberontakan, dan di bawah tekanan intelijen Israel, banyak kelompok tradisional melihat barisan mereka menyusut dan struktur organisasi runtuh. Ini memberi jalan bagi model perlawanan yang terdesentralisasi, dengan sel-sel kecil dan faksi-faksi yang memisahkan diri mendominasi lanskap militan. Sejak 2022, para pejuang dari berbagai faksi tradisional mulai bekerja sama di bawah payung baru. Banyak pemuda memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri setelah tumbuh dewasa melihat kubu pendudukan Israel, pengeboman rutin Jalur Gaza, dan pertumbuhan permukiman Israel. Mereka juga kecewa dengan Otoritas Palestina (PA), yang strategi politiknya tidak membuahkan hasil nyata selama hidup mereka. Lion’s Den alias Kandang Singa di Nablus dan Brigade Jenin adalah kelompok baru yang terbesar. Tetapi, kelompok yang lebih kecil juga muncul, seperti Brigade Balata di kamp pengungsi Balata dan Batalyon Osh al-Dababir (Sarang Lebah), juga di kamp Jenin. Lion’s Den secara teratur terlibat dalam bentrokan bersenjata dan penembakan terhadap tentara dan pemukim Israel di Tepi Barat. Oktober lalu, kelompok itu menembak dan membunuh seorang tentara Israel di wilayah pendudukan. Pada Februari, Batalyon Nablus, Sarang Singa, dan Brigade Martir al-Aqsha (sayap bersenjata Fatah) di Nablus mengatakan, anggota mereka telah menembak pasukan Israel yang menyerbu kota. Munculnya kelompok-kelompok ini tidak mengejutkan para pengamat jika mengingat tangan…

Read More

Drama Gencatan Senjata Gaza: Netanyahu Terpojok

Gaza — 1miliarsantri.net : Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi kemarahan di Israel dan luar negeri atas penanganannya terhadap pembicaraan gencatan senjata Gaza yang terhambat, tepat ketika kekhawatiran meningkat bahwa krisis tersebut bisa berkembang menjadi perang dengan Iran, menurut tiga pejabat Israel. Perbedaan pendapat antara Netanyahu dan pihak pertahanan mengenai kesepakatan, yang bisa membantu meredakan krisis yang semakin meningkat dan berisiko melibatkan seluruh Timur Tengah, juga muncul dalam pernyataan publik dan di balik pintu tertutup, dalam pertukaran kata-kata marah yang bocor pada hari Sabtu ke media Israel. Selama empat minggu terakhir, tiga pejabat Israel, satu di tim negosiasi dan dua lainnya yang memiliki pengetahuan mendalam tentang pembicaraan tersebut, menyuarakan kekhawatiran bahwa politik sedang merusak peluang tercapainya kesepakatan. “Perasaannya adalah bahwa perdana menteri menghindari membuat keputusan tentang kesepakatan dan tidak mendorongnya dengan kekuatan penuh,” kata salah satu pejabat kepada Reuters pada hari Minggu. Beberapa mitra koalisi sayap kanan ekstrem Netanyahu telah mengancam stabilitas pemerintah jika perang berakhir sebelum Hamas dikalahkan. Netanyahu berulang kali mengatakan bahwa pembebasan 115 sandera yang masih ditahan di Gaza sejak serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang adalah prioritas utama. Namun, masalah ini menjadi lebih mendesak karena perang di Gaza mengancam akan meluas menjadi konflik regional yang lebih besar setelah peningkatan ketegangan yang dramatis antara Israel dan Iran selama seminggu terakhir. Penyerang 7 Oktober menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut hitungan Israel. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 39.000 warga Palestina telah tewas dalam pertempuran di wilayah pesisir yang padat penduduk tersebut. Ketegangan antara Netanyahu – yang bersikeras bahwa dia menjaga keamanan Israel – dan beberapa anggota tim negosiasiannya terungkap dalam pernyataan publiknya pada hari Minggu. “Saya siap untuk melangkah sangat jauh untuk membebaskan semua sandera kami, sambil tetap menjaga keamanan Israel,” kata Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada rapat kabinetnya. “Komitmen kami sangat bertentangan dengan kebocoran dan pengarahan palsu mengenai masalah sandera kami.” Upaya Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas telah mendapatkan momentum selama bulan Juli tetapi hampir terhenti setelah persyaratan baru diperkenalkan ke dalam kerangka kerja yang disepakati yang diajukan oleh Washington pada bulan Mei. Kerangka kerja tersebut melibatkan tiga fase, dengan fase pertama melihat gencatan senjata enam minggu dan pembebasan sandera wanita, lansia, dan yang terluka sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan Palestina yang ditahan Israel. Namun sumber-sumber telah memberi tahu Reuters bahwa syarat baru Israel bahwa warga Palestina yang mengungsi harus diperiksa saat mereka kembali ke utara wilayah tersebut ketika gencatan senjata dimulai adalah salah satu poin yang menghambat. Pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Tehran pada hari Rabu semakin mempersulit masalah, meskipun kelompok militan tersebut belum sepenuhnya menutup pintu bagi para negosiator. “Kami akan terus memberikan tekanan militer pada Hamas dan tokoh-tokoh seniornya, sampai kembalinya semua sandera kami dan tercapainya semua tujuan perang,” kata Netanyahu. “Siapa pun yang menginginkan pembebasan sandera kami harus menekan Hamas, bukan pemerintah Israel.” Pernyataan Netanyahu muncul sebagai tanggapan atas serangkaian laporan selama akhir pekan. Salah satunya, oleh N12 News, mengutip Presiden AS Joe Biden yang mengatakan kepada Netanyahu dalam percakapan telepon mereka pada hari Kamis untuk “berhenti membual” tentang kemajuan pembicaraan. Kantor Netanyahu mengatakan dia tidak berkomentar tentang percakapannya dengan presiden AS. Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang pernyataan tersebut, yang juga dilaporkan oleh surat kabar Haaretz, mengutip pejabat senior administrasi Biden. “Orang-orang yang membocorkan hal-hal ini dari rapat ingin menekan perdana menteri untuk membuat kesepakatan yang buruk. Tapi apa yang dilakukan kebocoran ini adalah mendorong Hamas untuk menambah lebih banyak tuntutan,” kata pejabat Israel keempat kepada Reuters. Laporan N12 kedua mengutip kepala keamanan Israel, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan kepala layanan keamanan dalam negeri Shin Bet Ronen Bar, yang meragukan komitmen Netanyahu terhadap kesepakatan sandera dalam pertemuan hari Rabu. Gallant, menurut laporan tersebut, mengatakan kepada Netanyahu bahwa persyaratan baru yang dia perkenalkan telah membuat kesepakatan menjadi mustahil. Shin Bet menolak berkomentar tentang diskusi tertutup. Kantor Gallant tidak segera menanggapi permintaan komentar. Namun dalam pernyataan publik, Gallant dan kepala militer Israel Herzi Halevi telah menekankan bahwa setelah berbulan-bulan menghantam Hamas di Gaza, pasukan dapat menangani tantangan apa pun yang ditimbulkan oleh gencatan senjata, sambil menekankan pentingnya mencapai kesepakatan yang akan membebaskan para sandera. Pesan mereka selama beberapa minggu terakhir sangat kontras dengan Netanyahu yang sering menyebutkan “garis merah” nya tentang keamanan Israel dalam kesepakatan apa pun. Dia membantah memperkenalkan persyaratan baru dan telah saling menyalahkan dengan Hamas atas kebuntuan tersebut. “Kami telah bersikeras pada garis merah kami, dan kami akan terus bersikeras padanya – baik di hadapan musuh maupun teman-teman kami,” urai Netanyahu. (zul/AP) Baca juga :

Read More

Warga Asing Diharap Meninggalkan Lebanon Sebelum Aksi Balasan Iran

Lebanon — 1miliarsantri.net : Seruan mendesak semakin kuat pada minggu lalu agar warga asing meninggalkan Lebanon, yang akan berada di garis depan perang regional, saat Iran dan sekutunya bersiap merespons pembunuhan tokoh penting yang dituduhkan pada Israel. Sementara para diplomat bekerja untuk mencegah konflik yang ditakutkan, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Raja Abdullah II dari Yordania menyatakan eskalasi militer regional harus dihindari “dengan segala cara,” demikian disampaikan kepresidenan Prancis setelah mereka melakukan pembicaraan telepon. Dengan tindakan militer besar dari gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran dan pihak lain yang secara luas diperkirakan akan terjadi, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan: “Jika mereka berani menyerang kami, mereka akan membayar harga yang mahal.” Perang hampir 10 bulan di Gaza antara Israel dan Hamas telah menyebabkan dampak kekerasan yang telah menjadi rutinitas di seluruh wilayah, dengan lebih banyak korban jiwa pada hari Minggu. Di dekat pusat komersial Israel Tel Aviv, petugas medis dan polisi mengatakan dua orang tewas dalam serangan pisau. Penyerang, seorang warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki Israel, “dilumpuhkan” oleh polisi dan dibawa ke rumah sakit, di mana ia dinyatakan meninggal. Hizbullah Lebanon, yang telah saling tembak hampir setiap hari dengan pasukan Israel sejak perang Gaza pecah pada Oktober, mengklaim beberapa serangan terhadap posisi militer Israel pada hari Minggu. Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan serangan Israel di berbagai daerah Lebanon selatan, setelah Hizbullah mengatakan pejuangnya telah menembakkan rentetan roket baru ke arah Israel utara. Militer Israel mengatakan sebagian besar dari 30 proyektil yang diluncurkan dari Lebanon berhasil dicegat. Juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa “saat ini” kebijakan Israel untuk melindungi warga sipil tidak berubah. Milisi Houthi Yaman yang didukung Iran pada Minggu lalu mengklaim serangan terhadap kapal kargo di Teluk Aden. Ini adalah serangan pertama semacam itu sejak Israel menyerang pelabuhan Hodeida yang dikuasai Houthi bulan lalu sebagai pembalasan atas serangan drone Houthi ke Tel Aviv. Arab Saudi dan Prancis menjadi negara terbaru dari beberapa negara yang meminta warganya meninggalkan Lebanon. “Dalam konteks keamanan yang sangat tidak stabil,” kementerian luar negeri di Paris “sangat meminta” warga negaranya untuk menghindari perjalanan ke Lebanon dan menyarankan mereka yang sudah berada di negara tersebut untuk pergi “sesegera mungkin.” Prancis juga mendesak warga negaranya yang tinggal di Iran untuk “sementara meninggalkan negara itu.” Beberapa maskapai penerbangan Barat telah menghentikan penerbangan ke Lebanon dan bandara lain di wilayah tersebut. Qatar Airways mengatakan rute Doha-Beirut akan “beroperasi hanya pada siang hari” setidaknya hingga hari Senin. Serangan Sekolah Mematikan LainnyaPembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Tehran pada hari Rabu, beberapa jam setelah pembunuhan kepala militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut oleh Israel, telah memicu sumpah balas dendam dari Iran dan “poros perlawanan” kelompok bersenjata yang didukung Tehran. Israel, yang dituduh oleh Hamas, Iran, dan pihak lain telah membunuh Haniyeh, tidak secara langsung berkomentar tentang serangan tersebut. Israel bersumpah untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel yang mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi Israel. Militan juga menyandera 251 orang, 111 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer telah meninggal. Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan setidaknya 39.583 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan Gaza. Haniyeh adalah negosiator utama Hamas dalam upaya mengakhiri perang. Mediator dari Qatar, Mesir, dan AS selama berbulan-bulan telah berupaya menegosiasikan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera. Dalam insiden paling mematikan pada hari Minggu di Gaza, lembaga Pertahanan Sipil mengatakan serangan Israel menghantam dua sekolah di Kota Gaza yang menampung pengungsi di bagian utara wilayah tersebut, menewaskan setidaknya 30 orang. Ini menambah jumlah sekolah yang terkena serangan di Gaza menjadi setidaknya 11 sejak 6 Juli. Tentara Israel mengkonfirmasi serangan terbaru, mengatakan sekolah-sekolah tersebut digunakan oleh Hamas. Para analis percaya bahwa tindakan bersama namun terukur dari Iran dan sekutunya kemungkinan akan terjadi, sementara Tehran mengatakan mereka berharap Hizbullah akan menyerang lebih dalam ke wilayah Israel dan tidak lagi terbatas pada target militer. Sekutu Israel, Amerika Serikat, mengatakan mereka sedang memindahkan kapal perang dan jet tempur tambahan ke wilayah tersebut. Dalam wawancara dengan ABC News, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jon Finer mengatakan Amerika Serikat “melakukan segala upaya untuk memastikan situasi ini tidak memanas.” Sebagai bagian dari upaya tersebut, “sangat mendesak” agar kesepakatan gencatan senjata di Gaza tercapai, kata Finer. Menteri Luar Negeri Antony Blinken menekankan perlunya meredakan ketegangan regional dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Mohamed Shia al-Sudani dari Irak, di mana beberapa kelompok yang berafiliasi dengan Iran menargetkan pasukan AS sebelumnya dalam perang Gaza. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi melakukan kunjungan langka ke Tehran. Ia mengadakan “konsultasi” dengan pejabat diplomatik tertinggi Iran Ali Bagheri-Kani dan bertemu dengan Presiden Masoud Pezeshkian, demikian dilaporkan media lokal. Kelompok G7 negara-negara demokrasi mengadakan konferensi video untuk membahas situasi Timur Tengah dan menyatakan “keprihatinan yang kuat” atas ancaman eskalasi, kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani. Pejabat Hamas tetapi juga beberapa analis serta demonstran di Israel telah menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperpanjang perang. “Perdamaian dibuat dengan yang kuat bukan dengan yang lemah,” kata Netanyahu pada hari Minggu dalam upacara di Yerusalem. (yup) Baca juga :

Read More

Hamas Mulai Adakan Pemilihan Pemimpin Baru

Gaza — 1miliarsantri.net : Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza, mengeluarkan pernyataan pada hari Sabtu bahwa mereka telah memulai proses konsultasi luas untuk memilih pemimpin baru pergerakan mereka setelah pembunuhan pemimpin sebelumnya, Ismail Haniyeh. Garda Revolusi Iran menyatakan bahwa Israel membunuh pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh menggunakan “proyektil jarak pendek” yang diluncurkan dari luar tempat tinggalnya di Tehran. “Operasi teroris ini dilakukan dengan menembakkan proyektil jarak pendek dengan hulu ledak sekitar 7 kilogram – menyebabkan ledakan kuat – dari luar area tempat tinggal,” kata Garda Revolusi dalam pernyataannya. Mereka menambahkan bahwa Israel “didukung oleh Amerika Serikat” dalam serangan tersebut. Haniyeh tewas pada Rabu dini hari di ibukota Iran, di mana ia menghadiri pelantikan presiden baru, Masoud Pezeshkian. Garda Revolusi kembali menegaskan bahwa kematian Haniyeh akan dibalas dan Israel akan menerima “hukuman berat pada waktu, tempat, dan cara yang tepat.” Israel, yang menolak berkomentar tentang pembunuhan Haniyeh, sebelumnya telah menyerang benteng Hizbullah di Beirut selatan. Seolah-olah mengetahui waktunya telah tiba, kata-kata terakhir pemimpin Hamas Ismail Haniyeh kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei sebelum dia dibunuh di Tehran adalah ayat Al-Quran tentang kehidupan, kematian, keabadian, dan ketahanan. “Allah-lah yang memberi kehidupan dan mematikan. Dan Allah Maha Mengetahui segala perbuatan … ‘Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan bangkit’,” kata Haniyeh dalam bahasa Arab. Beberapa jam kemudian dia tewas dalam serangan yang diduga dilakukan Israel di rumah tamunya. (zul) Baca juga :

Read More

Israel Tangkap Imam Besar Masjid al-Aqsa

Yerussalem — 1miliarsantri.net : Pasukan pendudukan Israel menangkap Imam Masjid al-Aqsa, Ekrima Sabri, dari rumahnya setelah ia memuji pemimpin biro politik Hamas yang syahid, Ismail Haniyeh. Pasukan penjajah Israel menangkap Syeikh Ekrima Sabri di lingkungan Sawaneh, kota al-Tur, sebelah timur al-Quds yang terjajah. Syeikh Sabri ditangkap karena ia memberikan penghormatan kepada martir kepala politbiro Hamas, Ismail Haniyeh, beberapa hari setelah ia dibunuh oleh pasukan penjajah Israel. Pada hari Jumat (2/8/2024), para pejabat Israel memulai kampanye penghasutan yang luas terhadap Syeikh Sabri. Kampanye ini dilakukan setelah ia menyampaikan khutbah terkait syahidnya Haniyeh. Syeikh Sabri memuji Haniyeh, berbicara tentang keutamaan para syuhada dan orang beriman. Khotbah tersebut disambut seruan takbir dari para jamaah. Selanjutnya, shalat ghaib dilakukan untuk Haniyeh, para sahabatnya, dan semua syuhada. Dalam khutbah Jumatnya, Syeikh Sabri menyatakan, “Masyarakat al-Quds dan sekitarnya, dari mimbar Masjid al-Aqsa yang diberkahi, menganggap Ismail Haniyeh sebagai syahid di hadapan Allah. padanya dan berilah dia tempat yang tertinggi di surga.” Sebagai tanggapan, polisi Israel memerintahkan penyelidikan terhadap Syeikh Sabri. “Menyusul teriakan salah satu khatib saat salat Jumat di al-Haram al-Sharif hari ini, polisi mulai memeriksa apakah ada kaitannya dengan penghasutan melalui koordinasi dengan otoritas terkait dan akan mengambil tindakan berdasarkan temuan tersebut,” ucap salah satu penduduk Israel. Shalat ghaib selepas sholat Jumat dilakukan bertepatan dengan prosesi yang diadakan di Masjid Mohammed Bin Abdul Wahab di Doha, Qatar, tempat Haniyeh dimakamkan di Lusail, dihadiri oleh banyak pejabat dan rakyat. Selama prosesi pemakaman, Khalil al-Hayya, wakil ketua Hamas, menyampaikan pidato yang menekankan bahwa kesyahidan Haniyeh akan memperkuat persatuan Dunia Islam dan Perlawanan dalam perjuangan pembebasan Palestina. Pembunuhan itu terjadi saat Haniyeh berkunjung ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, usai pertemuan dengan Sayyed Khamenei. Tak hanya di Masjid al-Aqsa khutbah berisi pujian bagi Haniyeh digaungkan. Masjid-masjid di berbagai belahan dunia, termasuk di Masjid Istiqlal di Jakarta juga melakukan hal serupa. Shalat ghaib di berbagai negara dljugavdilakukan untuk Haniyeh. (rip) Baca juga :

Read More

Israel Klaim Tewaskan Mohammed Deif

Dhoha — 1miliarsantri.net : Menyusul kematian Ismail Haniyeh pada Rabu (31/7/2024), secara tiba-tiba, The Israel Defence Force (IDF) secara resmi mengumumkan kematian Mohammed Deif, Komandan Tertinggi Brigade Izzuddin el-Qassam, Kamis (1/8/2024). Padahal, dalam pada serangan dua pekan lalu, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pernyataan tersebut tidak dikeluarkan IDF. “Setelah memperoleh informasi intelijen, kami pastikan kematian Mohammed Deif, komandan Qassam, sayap militer gerakan Hamas, dalam serangan dua pekan lalu di Gaza,” tulis IDF dalam pernyataan resminya, dikutip Senin (5/8/2024). Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan, kematian Deif menandakan kemajuan besar dalam upaya menghabisi Gerakan Hamas sebagai organisasi militer dan pemerintahan dan tercapai sudah tujuan perang Gaza. Tetapi, kabar ini langsung dibantah Hamas. Anggota Biro Politik Hamas, Ezzat Rasyaq, menegaskan bahwa konfirmasi dan penegasian informasi tentang Syahidnya siapapun pemimpin Qassam adalah otoritas internal Qassam dan Hamas. “Dan apa yang belum diumumkan secara resmi dari kedua otoritas itu, maka informasi yang beredar di media atau pihak lain tidak bisa dibenarkan,” jelas Rasyaq. Pada 14 Juli 2024 lalu, tentara Zionis Israel melakukan pembantaian di Mawasi, barat kota Khan Younis yang menyebabkan gugurnya 90 warga Palestina dan terluka nya 300 yang lain, termasuk puluhan anak-anak dan perempuan. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, saat it mengatakan operasi Mawasi menargetkan Deif dan wakilnya, Rafi’ Salamah. “Tetapi sampai sekarang belum dipastikan kematian mereka berdua,” kata Netanyahu. Merespons pernyataan tersebut pada waktu itu, Khalil el Hayah, Wakil Ketua Hamas di Jalur Gaza membantah kabar tersebut. Dia menegaskan Netanyahu hanya berharap pepesan kosong, kemenangan palsu. “Saya katakan ke Netanyahu, Mohammed Deif sekarang mendengar dan menertawakan kebohongan-Kebohongan Anda,” kata dia sembari menyatakan Netanyahu berupaya menggagalkan perundingan pergantian tahanan, menghentikan perang, dan membebaskan sandera, dari operasi-operasi itu. Deif adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Qassam, pada 1990-an dan telah memimpin pasukan tersebut selama lebih dari 20 tahun. Dia juga disebut-sebut sebagai tokoh kunci yang merencanakan aksi bom bunuh diri yang menyebabkan kematian puluhan warga Israel. Israel mengidentifikasi dia dan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai arsitek utama serangan 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang di Israel selatan dan memicu perang di Gaza. Pada pagi 7 Oktober, Hamas mengeluarkan rekaman suara langka Deif yang mengumumkan operasi Al-Aqsa yang menandakan serangan itu sebagai balasan atas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, situs tersuci ketiga umat Islam. Deif, 58, jarang berbicara atau tampil di depan umum. Jadi ketika saluran TV Hamas mengumumkan bahwa dia akan berbicara pada tanggal 7 Oktober, warga Palestina di Gaza tahu bahwa sesuatu yang signifikan sedang terjadi. Berbicara dengan suara tenang dalam rekaman itu, Deif mengatakan Hamas telah berulang kali memperingatkan Israel untuk menghentikan kejahatannya terhadap warga Palestina, membebaskan para tahanan, dan menghentikan perampasan tanah Palestina. “Hari ini kemarahan Al-Aqsa, kemarahan masyarakat dan bangsa kita sedang meledak. Mujahidin kami [pejuang], hari ini adalah hari Anda untuk membuat penjahat ini mengerti bahwa masanya telah berakhir,” kata Deif. ‘Pahlawan rakyat’ dari Khan Younis Lahir pada 1965 di kamp pengungsi Khan Younis, yang didirikan setelah Perang Arab-Israel pada 1948, Mohammad Masri dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, pada 1987. Deif memiliki gelar di bidang sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat dia belajar fisika, kimia, dan biologi. Dia mengepalai komite hiburan universitas dan sering tampil di atas panggung. Pada1989, saat puncak Intifada Palestina pertama, Deif ditangkap oleh Israel dan dibebaskan setelah 16 bulan ditahan. Dia menjadi kepala Brigade Qassam pada 2002 setelah Israel membunuh pendahulunya dan pemimpin pendiri, Salah Shehadeh. Beberapa upaya dalam hidupnya dimulai setelah dia menggantikan Shehadeh. Deif berarti “pengunjung” atau “tamu” dalam bahasa Arab, dan ada yang mengatakan hal itu karena komandan militer Hamas selalu bergerak diiringi pemburu Israel. Menurut laporan, Deif kehilangan matanya dan menderita luka serius di salah satu kakinya dalam salah satu upaya pembunuhan Israel. Kelangsungan hidupnya saat memimpin sayap bersenjata Hamas menjadikannya “pahlawan rakyat” di kalangan warga Palestina. Selama lebih dari 30 tahun, Deif diyakini telah mengembangkan jaringan terowongan kelompok tersebut dan keahliannya dalam membuat bom. Pada Agustus 2014, istri Deif dan putranya yang berusia tujuh bulan gugur dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di Gaza tempat keluarga tersebut tinggal. Pada bulan Mei, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengatakan dia telah meminta surat perintah penangkapan terhadap Deif, Sinwar dan tokoh Hamas lainnya terkait serangan 7 Oktober. Surat perintah juga dikeluarkan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tanggapan Israel yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 38.584 orang dalam apa yang digambarkan oleh kelompok hak asasi manusia sebagai genosida yang sedang berlangsung. (zul) Baca juga :

Read More