Konferensi Islam Internasional di Mekah, dihadiri Para Ulama serta Para Mufti dan Dai Seluruh Dunia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menghadiri Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam di Arab Saudi. Konferensi ini dihadiri 83 negara, para ulama’ para mufti dan da’i internasional.
Menurut Cholil Nafis, pembahasan utama konferensi ini merekatkan persatuan umat Islam di seluruh dunia atas asas keagamaan Islam yang moderat (wasathi), toleran dan inklusif.
“Tema diulas sedari awal pembukaan oleh para ulama agar bisa menyelaraskan antara ajaran Islam yang ideal dan kenyataan umat yang penuh dinamika,” kata Cholil kepada media, Senin (14/08/2023).
Persoalan yang muncul di masyarakat hingga menjadi perpecahan adalah fanatik buta terhadap golongannnya sendiri yang kadang disertai dengan mengkafirkan kelompok lain yang berbeda pendapat. Pemahaman seperti ini, agama menjadi malapetaka karena kesalahan dalam memahami teks agama.
Di sesi kedua, konferensi internasional di Mekkah mengulas tentang kenyataan dan harapan hubungan antara dunia Islam dan Kerajaan Arab Saudi. Bahkan dipersilahkan untuk mengajukan kritik sebagai harapan dan upaya memperbaiki hubungan dan memperkuat kerjasama antar lembaga keumatan dan kemasyarakatan umat di dunia Islam.
Sesi lain mendiskusikan tentang wasathiyatul Islam secara konsepsional dan praktiknya di beberapa negara. Kami dari Indonesia memaparkan tentang wasathiyatul Islam yang sdh menjadi arus utama faham keagamaan.
Hal ini menjadi tema Muktamar NU dan Muhammadiyah juga Musyawarah Nasional MUI. Pada prinsipnya Indonesia mampu menjaga kesatuan dan persatuan dengan banyak ragam etnis dan agama karena mayoritas umat berpaham Islam wasathi.
Jikalau ada peristiwa terorisme dan ekstrimisme bahkan pengeboman karena masih ada sebagian umat yang punya paham eksklusif dan biasanya tak berafiliasi dengan organasasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia. Kenyataan ekstrimisme di tengah-tengan umat menjadi tugas ulama dan tokoh umat utk terus menyerukan damai dan memahami Islam yang benar
“Sebenarnya sumber ekstrimisme, baik kiri maupun kanan itu karena paham agama yg tidak proporsional. Biasanya memahami ajaran Islam yang salah antara keleluasaan agama (rukhshah) dan ketetapan yang pasti dalam agama (‘azimah),” tambahnya.
Ekstrim kiri karena menggampangkan agama sehingga apapun bisa dipahami di luar teks atas nama kemaslahatan. Sedangkan yg ekstrim kanan krn terlalu ketat dalam memahami agama sehingga agama dipahami secara harfiyah tekstual bahkan melupakan realita kehidupan.
Makanya Rasulullah SAW mengingatkan, “rusaklah orang-orang yang keterlaluan”. Karenanya, MUI menyampaikan tentang 10 kriteria wasathiyatul Islam agar menjadi pegangan dunia Islam dalam memberi fatwa dan membimbing umat. Yaitu seimbang dalam memahami teks dan konteks, bisa membedakan mana wilayah penyimpangan (inhiraf) yang harus diamputasi dan wilayah perbedaan (khilafiyah) yang harus ditoleransi, bisa berpikir dinamis yang menyeimbangkan antara ajaran agama yang baku dan ajaran Islam yang dinamis. Cara ber-Islam yang wasathi ini akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan manpu membangun peradaban.
.
Dunia Islam kini sedang menghadapi paham keagamaan yang ekstrim, dan saat bersamaan menghadapi sekularisasi, ateisme dan Islamofobia. Dunia yang mengecil dengan teknologi informasi yang membanjir dari berbagai penjuru menjadi tantangan berat tokoh agama dalam membimbing umat. (rid)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru