Merasakan Kedekatan dan Kehadiran Allah Di Sekeliling Kita

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kurt Gödel merupakan seorang ahli logika, matematikawan, dan filsuf Amerika keturunan Austria. Sebagai salah satu ahli logika ikonik dalam sejarah, bersama dengan Aristoteles dan Gottlob Frege, karya Gödel diakui bertahun-tahun setelah kematiannya pada 1978.
Teori-teori Gödel kemudian diambil oleh ilmuwan lain yang berusaha membuktikan keberadaan Tuhan melalui rumus matematika. Meski tampak sudah ada beberapa temuan tentang keberadaan Tuhan, ada banyak kekurangan dalam penelitian itu sendiri. Hal itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan mungkin uji coba.
Maria Zain, penulis di About Islam, mengungkapkan, sebenarnya manifestasi keberadaan Allah SWT bisa dilihat di sekeliling kita dan tidak membutuhkan cara yang rumit untuk membuktikan hal tersebut.
“Manusia dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk menyembah Sang Pencipta,” kata Maria dalam tulisannya di About Islam berjudul Manifestation of God Through Science All Around Us.
Al-Qur’an sering berbicara tentang manusia yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni kebutuhan bawaan untuk menyembah Tuhannya. Di dalam fitrah ini, terdapat pula kebaikan bawaan dalam diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia yang diciptakan Tuhan.
“Namun, karena pola asuh atau lingkunganlah manusia mulai menjauh dari fitrah ini,” kata Maria.
Fitrah juga sangat erat kaitannya dengan alam. Anak-anak, yang paling dekat dengan fitrah, tidak tercemar dan tidak tersentuh oleh hal-hal negatif di sekitarnya, seringkali sangat dekat dengan alam.
Dahulu, sudah menjadi kebiasaan orang Arab untuk mengirim anak-anak mereka ke alam bebas saat masih bayi. Saat dewasa mereka dapat menikmati padang pasir, daripada harus berlarian di jalanan kota yang padat.
Nabi Muhammad (SAW) menghabiskan beberapa tahun hidupnya di padang pasir sebelum kembali ke Makkah. Itu membantu kesehatan fisik, mental, dan emosional Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut menjadi fondasi yang kuat sebelum diutus menjadi nabi.
“Anak-anak melihat banyak hal di alam, dan manifestasi keberadaan Tuhan pada dasarnya ada di mana-mana di lingkungan. Anak-anak mungkin senang melihat burung-burung mematuk makanan; atau mereka mungkin senang memetik bunga; anak-anak di tepi pantai atau di tepi danau akan bermain air,” ujar Maria.
Anak-anak juga terpesona oleh serangga: semut, lebah, dan sejenisnya. Mereka juga berbicara tentang struktur yang berbeda, seperti pohon dan gunung. Meskipun hal ini mungkin terlihat sederhana, namun bisa dipelajari dari rasa ingin tahu anak-anak yang cenderung sangat terhubung dengan alam. Kecenderungan itu juga terhubung kepada Tuhan.
Salah satu contoh Al-Qur’an berbicara tentang sains bisa ditemukan dalam Surah An-Nahl ayat 79. Allah SWT berfirman, “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS An-Nahl: 79).
Para ilmuwan telah lama mempelajari penerbangan burung dan rute migrasi mereka. Mereka telah menemukan ketepatan dalam keberangkatan dan kedatangan burung dari satu tempat ke tempat lain.
Para ilmuwan juga menemukan kemampuan burung untuk menavigasi, bahkan pada perjalanan perdana, sebagai burung yang masih sangat muda. Kemampuan mereka untuk melakukan hal tersebut hanya dapat terwujud jika Allah memegang kendali atas semua hal di atas, dan Dia memang memegang kendali atas semua itu.
Madu merupakan obat yang sangat mujarab bagi para penggemar alam. Bahkan, para ilmuwan pun mengakui daftar panjang manfaatnya, mulai dari bahan untuk sistem kekebalan tubuh yang kuat hingga obat untuk pilek.
Al-Qur’an juga menyebutkan air beberapa kali: “Maka apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka tidak beriman?” (QS Al-Anbya’: 30).
Ilmu pengetahuan memperkuat kebutuhan manusia akan konsumsi air bersih untuk bertahan hidup. Para ilmuwan juga telah “menemukan” ketergantungan bumi terhadap unsur utama penyusunnya, yaitu air.
Al-Qur’an juga berbicara tentang geologi: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS An-Naba’: :6-7).
Pelajaran geologi dasar memberitahu tentang struktur kerak bumi yang tipis dan “pasak” diperlukan untuk menyatukan kerak bumi. Pohon-pohon melakukan hal itu pada tingkat mikro, tetapi gunung adalah pasak besar yang menahan bidang-bidang yang lebih besar di satu tempat dan mencegahnya runtuh dalam cuaca buruk.
“Meskipun contoh-contoh ini mungkin tampak abstrak, tidak perlu ilmu roket untuk mengetahui bahwa keajaiban-keajaiban ini adalah bukti bahwa penciptaan mereka adalah dari jenis lain – jelas bukan buatan manusia! Dan meskipun ini bukan ilmu roket, hal ini membutuhkan refleksi yang mendalam dari seseorang,” tutur Maria.
Jadi, semakin dekat manusia dengan alam, semakin terasah pula kecerdasannya, dan semakin dekat pula dengan Allah SWT. Penulis dan psikolog klinis, Kay Redfield Jamison, menulis tentang pentingnya anak-anak berada di luar ruangan untuk mengembangkan kecakapan intelektual mereka.
“Di antara manfaat bermain di luar ruangan, termasuk: meningkatkan rangsangan multi-indera, merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu, serta mengurangi kecemasan, sekaligus membangun kepercayaan diri dan harga diri,” ujar Maria.
Anak-anak juga menjadi lebih terhubung dengan diri mereka sendiri dan orang lain hanya dengan menghabiskan waktu bersama alam. Hal itu menunjukkan berada di sekitar ciptaan Allah SWT menanamkan rasa empati dan kebaikan.
Oleh karena itu, melihat hal-hal di alam dan terhubung dengan lingkungan terkait dengan kesehatan secara keseluruhan, termasuk kecakapan intelektual yang melihat melampaui logika matematika dan rumus ilmiah.
“Penerimaan secara sadar dan penghormatan terhadap Allah SWT sebagai Pencipta dunia dan segala sesuatu di dalamnya tidak dapat diukur, tetapi tanda-tanda keberadaan Tuhan selalu ada,” kata Maria. (har)