Kesederhanaan Rasulullah SAW Patut Dicontoh

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kesederhanaan hidup Rasulullah Muhammad SAW merupakan salah satu ciri yang paling mencolok dari kepribadian beliau. Misinya di dunia ini sama sekali tidak didorong oleh kepentingan pribadi atau ambisi duniawi. Ini sangat kontras dengan banyak pemimpin agama palsu dan figur berpengaruh dalam sejarah, yang sering kali memanfaatkan posisi mereka untuk menikmati kemewahan.

Pada akhir hayatnya, Rasulullah Muhammad SAW telah berhasil menyatukan seluruh Jazirah Arab di bawah kepemimpinannya. Namun, meskipun memegang kekuasaan yang begitu besar, beliau tetap hidup dalam kesederhanaan yang luar biasa.

Di Madinah, beliau memiliki ribuan pengikut yang sangat setia dan juga sangat mencintainya. Pengikut-pengikut ini bersedia melakukan apa pun demi beliau. Namun, hal itu tidak membuat Nabi Saw tergoda untuk menjalani hidup dalam kemewahan. Berbeda dengan raja-raja atau penguasa pada umumnya yang menikmati kemegahan istana dan kekayaan berlimpah, Nabi Saw memilih hidup dalam sebuah rumah yang sederhana, bahkan sangat sempit.

Ketika Rasulullah SAW ingin melaksanakan salat di dalam rumah, beliau harus mengetuk kaki istrinya, ‘Aisyah, untuk membuat ruang yang cukup bagi beliau agar bisa bersujud.

Kehidupan Rasulullah SAW diisi dengan aktivitas sehari-hari yang sederhana. Untuk minum dan mandi, beliau menggunakan kantung air kulit kecil yang tergantung di rumahnya. Selama berbulan-bulan, tidak ada api yang dinyalakan di rumah beliau untuk memasak, dan keluarganya bertahan dengan makan kurma dan minum air, kecuali jika ada yang memberi mereka hadiah berupa susu.

Kesederhanaan Rasulullah SAW ini berpengaruh bagi para sahabatnya. Suatu ketika, Umar bin Khattab berkunjung ke rumah Rasulullah SAW dan mendapati beliau berbaring di atas tikar kasar yang meninggalkan bekas di tubuhnya. Umar melihat sekeliling dan memperhatikan bahwa persediaan makanan Rasulullah SAW hanya sedikit gandum dan beberapa daun. Pemandangan ini membuat Umar menangis.

Ketika Rasulullah SAW bertanya mengapa dia menangis, Umar menjawab bahwa ia tidak dapat menahan tangisannya setelah melihat betapa sedikitnya barang yang dimiliki Rasulullah SAW, sementara penguasa seperti Caesar dan Khosrau hidup dalam kemewahan yang berlimpah. Dalam jawabannya yang tenang, Nabi Saw berkata kepada Umar, “Apakah tidak membuatmu bahagia bahwa mereka diberi kemewahan di dunia ini, sementara kita akan diberi nikmat yang lebih besar di akhirat?”

Jawaban Rasulullah SAW ini tidak hanya menjadi penghibur bagi Umar, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang nilai kesederhanaan dan kehidupan akhirat. Rasulullah SAW tidak pernah tergoda oleh gemerlap dunia, meskipun kekuasaan berada di tangannya. Kesederhanaan ini datang secara alami bagi beliau, bukan sesuatu yang dipaksakan atau dilakukan demi mendapatkan pujian dari orang lain.

Sikap hidup sederhana Rasulullah Muhammad SAW juga telah diakui oleh banyak sejarawan non-Muslim.

Edward Gibbon, seorang sejarawan Inggris terkenal, menulis bahwa Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah terpengaruh oleh kemewahan atau keinginan untuk hidup dalam kekuasaan yang gemerlap. Beliau Saw menjalankan tugas-tugas rumah tangga sendiri seperti menyalakan api, menyapu lantai, memerah susu kambing, bahkan memperbaiki sepatu dan pakaiannya sendiri (Edward Gibbon, 2001: 252).

Washington Irving, seorang biografer Amerika, mencatat bahwa Rasulullah Muhammad SAW tetap mempertahankan sikap sederhana ini bahkan setelah beliau mencapai kekuasaan terbesar.

Kemenangan-kemenangan militer dan politik yang diraihnya tidak pernah membuat beliau menjadi sombong atau terjebak dalam kebanggaan pribadi. Bahkan, jika para sahabatnya ingin memberikan penghormatan lebih ketika bertemu dengannya, beliau Saw akan menolak dengan halus (Washington Irving and Bertram R. Davis, 1850: 186-187).

Kesederhanaan dan kerendahan hati Rasulullah SAW menjadi pelajaran penting bagi umat manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Hingga hari ini, khutbah-khutbah Jumat dan literatur etika Islam dipenuhi dengan contoh-contoh bagaimana Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan utama dalam hal kerendahan hati.

Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang pendidik yang tidak pernah malu untuk mengakui jika tidak tahu sesuatu, seorang jenderal yang berbagi hewan tunggangannya dengan orang lain, dan seorang pemimpin yang selalu memperhatikan kebutuhan orang-orang paling lemah di masyarakatnya.

Selain memberikan contoh dalam hal kepemimpinan, Rasulullah Muhammad SAW juga teladan dalam kehidupan keluarga. Sebagai suami yang penuh perhatian, beliau peka terhadap perasaan istrinya dan selalu berusaha menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Sikap rendah hati ini juga terlihat dalam cara beliau menekankan kepada umatnya untuk tidak memujanya secara berlebihan. Rasulullah SAW memperingatkan umatnya agar tidak memujinya seperti umat Kristen memuji Isa Al-Masih. Rasulullah Muhammad SAW selalu menegaskan bahwa dirinya hanyalah seorang hamba Allah dan utusan-Nya.

Kesederhanaan, kerendahan hati, dan keteguhan iman Rasulullah Muhammad SAW adalah warisan abadi yang terus menjadi teladan bagi umat manusia. Kesederhanaan hidup beliau merupakan cerminan dari misi luhur yang diembannya.

Di dunia yang semakin terobsesi dengan kekayaan dan status sosial, teladan hidup Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kerendahan hati, fokus pada akhirat, dan menjalani kehidupan yang bermanfaat bagi orang lain. (yat)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *