Dakwah Ekologis dalam Kehidupan: Menyeru Manusia, Menyelamatkan Alam

Surabaya – 1miliarsantri.net : Dakwah ekologis dalam kehidupan bermaksud menjaga fitrah manusia dan alam sekitar tetap harmonis berdampingan. Manusia lahir, tumbuh, dan berkembang bersama dengan lingkungan sekitarnya. Namun, di era modern ini, dakwah ekologis perlu digencarkan kembali mengingat hubungan manusia dengan alam seringkali tidak lagi harmonis. Kerusakan hutan, pencemaran sungai, hingga perubahan iklim global menjadi bukti bahwa manusia kerap lalai menjaga bumi. Padahal, Islam menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, yang tidak hanya mengatur kehidupan sosial, tetapi juga menjaga keseimbangan alam semesta. Dakwah ekologis yang menyeru manusia untuk menyelamatkan alam, perlu lebih sering disuarakan kepada masyarakat. Kehidupan di pondok pesantren bisa menjadi contoh nyata kedekatan manusia dengan alam. Saya sendiri tinggal di pondok yang terletak di tengah hamparan sawah hijau. Setiap pagi, Allah menghadirkan kicauan burung, semilir angin, dan keelokan gunung yang megah, seakan mengingatkan kita pada kebesaran-Nya. Kehidupan sederhana ini sesungguhnya adalah pelajaran bahwa manusia bisa hidup damai bersama alam, tanpa harus merusaknya. Landasan Teologis Dakwah Ekologis Al-Qur’an berulang kali menegaskan pentingnya menjaga bumi. Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf: 56: وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا  “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya…” Ayat ini menjadi dasar tegas bahwa segala bentuk kerusakan lingkungan adalah perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW pun memberi teladan yang sama. Beliau bersabda: “Jika kiamat telah tiba, sementara di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit tanaman, maka jika ia mampu menanamnya, hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad). Hadits ini menegaskan bahwa menjaga alam bukan sekadar aktivitas duniawi, tetapi juga amal shalih yang bernilai ibadah. Dengan demikian, dakwah ekologis adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar: mengajak manusia menjaga bumi, dan melarang mereka merusaknya. Baca juga : Spirit Muslim Merawat Lingkungan: Jihad Ekologis dalam Menjaga Alam Pesantren dan Dakwah Ekologis Pesantren sejak lama dikenal sebagai pusat pendidikan agama sekaligus tempat melatih kesederhanaan hidup. Namun, dalam konteks dakwah ekologis, pesantren memiliki potensi besar sebagai pelopor gaya hidup ramah lingkungan. Pondok Berdekatan dangan Alam Pedesaan Kehidupan nyantri di ma’had tahfidzul qur’an Darul Hijrah Salam di Pandaan, yang saya alami sehari-hari adalah contoh bagaimana santri bisa hidup dekat dengan alam. Udara segar, lingkungan hijau, dan sawah yang luas mengajarkan arti kesederhanaan. Santri terbiasa hemat air, tidak berlebihan dalam makanan, serta menjaga kebersihan lingkungan pondok. Hal-hal sederhana ini sejatinya adalah praktik dakwah ekologis yang harus terus dipertahankan. Salah satu contoh lebih nyata adalah Pesantren Tholabie Ilmi di Malang. Pondok ini mengajarkan para santri bertani, beternak, dan bahkan merawat tanaman hidroponik dengan bantuan teknologi internet. Dengan pendekatan modern dan enterpreneurhip, pesantren tidak hanya mendidik santri memahami ilmu agama, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan menjaga alam dan sekaligus mencetak alumninya menjadi wirausaha di masa depan. Pesantren ini bisa menjadi model eco-pesantren enterpreneur yang mengintegrasikan dakwah, ilmu pengetahuan, dan ekologi. Baca juga : Ekonomi Hijau dan UMKM: Sinergi Baru untuk Pembangunan Berkelanjutan Relevansi dan Implementasi Dakwah ekologis menjadi semakin relevan di tengah krisis lingkungan global. Melalui pendekatan Islam, kita bisa mengubah cara pandang manusia: menjaga alam bukan sekadar kewajiban sosial, melainkan juga bagian dari iman. Implementasi dakwah ekologis bisa dimulai dari hal kecil: Dengan dakwah yang kreatif, pesantren dapat menjadi pionir dalam menyebarkan semangat menjaga lingkungan kepada masyarakat luas. Tantangan dan Solusi Memang, masih banyak tantangan dalam menjalankan dakwah ekologis. Kurangnya kesadaran masyarakat, gaya hidup konsumtif, serta minimnya edukasi lingkungan sering menjadi penghambat. Namun, Islam selalu menawarkan solusi. Dakwah harus dilakukan dengan sabar dan berkelanjutan. Kesimpulan Alam adalah amanah dari Allah yang harus dijaga, bukan dieksploitasi. Dakwah ekologis adalah bentuk nyata ibadah, karena dengan menjaga bumi, kita juga menjaga kehidupan generasi mendatang. Pesantren dengan segala kesederhanaannya telah memberi contoh bagaimana manusia bisa hidup selaras dengan alam. Dari pondok di tengah sawah hingga Pesantren Tholabie dengan teknologi ramah lingkungan, semua adalah wujud nyata bahwa Islam selalu relevan dengan isu ekologis. Saatnya kita menyadari bahwa menyelamatkan alam sama dengan menyelamatkan manusia. Dakwah ekologis bukan hanya seruan, tetapi juga aksi nyata. Dan aksi itu bisa kita mulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan dari lingkungan terdekat kita. (**) Kontributor Santri : Zufar Rauf Budiman Editor: Glancy Verona Ilustrasi by AI

Read More