Saksi Bisu Kebengisan serta Teror Kependudukan VOC di Pulau Banda

Maluku — 1miliarsantri.net : Parigirante merupakan sebuah monumen yang terletak di Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku. Berwujudkan sumur yang dikelilingi oleh rantai-rantai dan diapit 2 meriam kuno milik VOC disisi kanan dan kirinya. Sumur ini menyimpan sejarah kelam pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Piertzoon Coen pada tahun 1621.
Merangkul tidak kurang dari 1600 tentara, 300 tawanan Jepang dan 100 orang samurai bayaran dari Jepang. Diiringi 13 kapal angkut dengan beribu penumpang yang disertai kapal pengintai, Coen dengan armadanya datang ke Banda Neira untuk menguasai perdagangan pala (mrystica fragrans) dan menjalankan aksi balas dendam atas terbunuhnya Laksamana Pieterszoon Verhoeven oleh Orang kaya Banda melalui sebuah sengketa. Orangkaya merupakan sebuah sebutan bagi orang-orang berpengaruh di Banda Neira tempo lalu.
Diketahui Coen merupakan juru tulis dan saksi atas terbunuhnya Laksamana Pieterszoon Verhoeven serta para pasukannya akibat sengketa yang dilakukan oleh para Orangkaya Banda.
Konflik dimulai saat diutusnya Verhoeven oleh VOC ke pulau-pulau penghasil pala untuk menguasai perdagangan di pulau tersebut, walaupun harus menggunakan kekerasan.
Setelah sampai, ternyata Inggris telah lebih dulu menjalin kerjasama dagang dengan rakyat Banda. Karena tidak senang, Verhoeven akhirnya datang ke Banda Neira untuk membangun Benteng Nassau di bekas tanah peninggalan Portugis.
Di dalam monumen Parigirante terdapat prasasti yang berisi nama-nama Orangkaya yang dieksekusi dan jumlah warga yang tewas akibat genosida yang diperintahkan oleh si bengis Coen The Butcher of Banda.
Memanfaatkan dukungan yang ada, ia membuat Banda Neira dituruni hujan darah. Akibat genosida yang dilakukan, tercatat kurang lebih 6.600 rakyat gugur, dan dari total 14.000 rakyat banda hanya tersisa 480 orang saja.
Coen berhasil mendapatkan happy ending-nya, misinya sukses dengan sempurna. Ia berhasil menguasai perdagangan pala di Pulau Banda dan membalaskan dendam atas terbunuhnya Laksmana Pieterszoon Verhoeven.
Melihat pembangunan tersebut, Orangkaya Banda mengajak Verhoeven untuk berunding dengan syarat adanya jaminan sandera dari pihak VOC. Verhoeven pun menunjuk Jan de Molre dan Nicolaas de Vischer sebagai sandera.
Sesampainya di tempat perundingan, mereka tidak dapat menemukan para Orangkaya. Utusan Verhoeven menemukan Para Orangkaya di sebuah hutan kecil lengkap dengan persenjataan.
Mereka menuntut Verhoeven untuk datang dengan beberapa orang saja. Disini Verhoeven dan 26 orang lainnya dijebak dan dibunuh oleh para Orangkaya Banda. Coen menjadi saksi penghianatan yang dilakukan para Orangkaya Banda kepada VOC. Ia pun memutuskan untuk mundur dan melarikan diri ke pangkalan VOC yang berada di Sunda Kalapa.
Pada 8 Mei 1621, Coen berhasil melakukan aksi balas dendam pada Orangkaya Banda. Para Orangkaya dieksekusi dan dimutilasi oleh samurai bayaran yang disewa VOC.
Sebanyak 44 potongan kepala dipajang diatas tiang pancang layaknya sebuah hiasan dan dipertontonkan kepada seluruh warga Banda Neira. Sisa potongan tubuh yang lain ditanam di sumur samping Benteng Nassau.
Keluarga korban baru bisa mengevakuasi potongan tubuh korban setelah 3 bulan lamanya. Potongan tubuh tersebut akhirnya dibersihkan di sumur Parigirante. (jeha)
Baca juga :
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru
- Arab Saudi Terapkan Aturan Baru Jelang Persiapan Haji 2025, Travel Umroh Wajib Tahu