Kisah Umar bin Khattab Ketika Memimpin di Yerusalem

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rasulillah shalallahu alaihi wasallam mengajarkan sikap toleransi kepada sesama dengan penuh kelembutan. Sikap toleransi yang ditunjukkan Rasulullah ialah memaafkan, bahkan mendoakan kaum yang berbuat jahat pada saat beliau berdakwah.
Ajaran Nabi SAW ini pun tak pernah ditinggalkan oleh para sahabatnya, termasuk Umar bin Khattab. Budayawan muslim Salim A. Fillah mengungkapkan sikap toleransi Sayidina Umar saat dipercaya memegang kunci kota Yerusalem.
Di bawah kepemimpinannya, penduduk kota Yerusalem hidup berdampingan dan penuh kedamaian.
“Contoh paling utama ketika Umar bin Khattab diundang oleh Patriarkh Sophronius di Yerusalem untuk menerima kunci kota,” kata Salim A Fillah pada dr Richard Lee lewat unggahan video di media sosialnya, dikutip Sabtu (25/11/2023).
Kala itu Khalifah Umar bersama asistennya, Aslam, menuju Yerusalem membawa seekor unta. Sepanjang perjalanan, Umar dan Aslam bergantian menaiki unta.
Memasuki kota suci tersebut, giliran Umar yang menuntun Unta. Aslam pun sempat meminta bergantian, agar Umar naik di atas Unta. Permintaan tersebut ditepis Umar lantaran memang saat itu gilirannya untuk menuntun.
Penduduk Yerusalem pun mengelu-elukan kedatangan Umar dan menyangka Umar yang berada di atas unta. Namun, Patriarkh Sophronius mengenali Umar sesungguhnya adalah yang menuntun unta. Keyakinannya tersebut berdasarkan penjelasan dalam kitab suci.
Umar bin Khattab kemudian diajak Patriarkh Sophronius ke The Hollies Volker, gereja makam kudus yang ada di Yerusalem. Saat itu Patriarkh Sophronius bertanya pada Khalifah Umar tentang kebijakan yang dijalankan bagi penganut Kristen di kota tersebut.
“Apa kebijakan Anda terhadap kami orang-orang Kristen yang ada di sini?” tanya Patriarkh Sophronius pada Umar bin Khattab.
“Semua harus berjalan. Dan saya Umar memberikan jaminan keamanan bagi penduduk Elia, mereka terlindung gereja-gerejanya, semua hak milik mereka, rumah-rumahnya, tempat-tempat ibadahnya dan tempat sucinya harus dijaga oleh umat Islam,” jawab Sayidina Umar.
Umar bin Khattab kemudian menjelaskan bahwa hal itu adalah amanah Nabi Muhammad SAW. “Nabi kami mengatakan siapa yang menyakiti Ahlul Dzimmah (ahli kitab yang berada dalam perlindungan umat Islam), maka dia akan menjadi lawanku di pengadilan di hadapan Allah SWT” lanjut Umar kala itu.
Umar bin Khattab pun memproklamirkan perlindungan bagi seluruh penduduk Kristen, Yahudi, Ortodoks di wilayah Palestina saat itu.
Perjanjian yang dikenal dengan sebutan Umariyya Covenant itu kemudian ditandatangani dan distempel oleh Umar bin Khattab.
Usai kesepakatan, Umar pun berniat mendirikan salat karena sudah masuk waktunya. Spontan Sophronius menawarkan Umar untuk salat di dalam gereja tersebut. Namun tawaran tersebut ditolak Umar.
“Seandainya saya salat di gereja ini, maka generasi yang datang akan membangun masjid di sini dan gereja Anda akan dihancurkan. Tidak. Saya akan salat di luar” jelas Umar akan penolakannya.
Umar pun kemudian pergi ke luar gereja dan mencari tempat untuk salat. Hingga akhirnya Umar bin Khattab mendirikan salat di bawah naungan pohon. Tempat Umar salat itu pun kemudian dibangun masjid Umar, tepat di halamannya gereja.
Di masa ini Khalifah Umar bin Khattab menunjukkan makna toleransi dan kemenangan yang sebenarnya. Kebesaran Islam menerangi jiwa kepemimpinan Umar hingga direfleksikan dari caranya memperlakukan wilayah jajahan. (yan)
Baca juga :
- Mengukir Langkah Bersama: Haflah Akhirussanah ke-VI Pondok Tahfidz Modern Al-Imam
- Badge Pahala : Bisakah Ibadah Di-Gamifikasi Tanpa Kehilangan Ikhlas
- Gunung Berbalut Hijab – For some, lifestyle is the source of life
- Gaya Hidup Muslim: Harmoni Antara Iman dan Kehidupan Modern
- Self Healing Islami: Menemukan Ketenangan Hati Lewat Ibadah Sehari-hari
Discover more from 1miliarsantri.net
Subscribe to get the latest posts sent to your email.