Ketika Pangeran Diponegoro Tidak Jadi Membunuh Jenderal Belanda

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Pangeran Diponegoro marah ketika jenderal Belanda, Hendrik Markus de Kock, melarangnya pulang setelah selesai bersilaturahim. Hari itu, 28 Maret 1830, Diponegoro ditangkap lalu dibawa ke Semarang menggunakan kereta kuda.
Diponenegoro sempat memberi kode kepada salahs atu panglima perangnya bahw aia berniat membunuh De Kock. Tapi ia mengurungkan niatnya karena mendapat nasihat dari Haji Isa Badarudin.
Hari itu, untuk mencegah Diponegoro pulang usai bersilaturahim, De Kock berdalih persoalan Diponegoro dengan Belanda harus diselesaikan hari itu juga. Namun, Diponegoro mengaku datang pagi itu bukan untuk berunding.
De Kock menegaskan memang tidak ada perundingan, karena tugas dia bukan untuk berunding. Melainkan menangkap Diponegoro, demikian perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda van den Bsoch kepadanya.
De Kock kemudian memerintahkan prajuritnya masuk tempat pertemuan. Diponegoro semakin marah, ia memaki-maki De Kock dan memberi kode kepada Basah Martonegoro agar bersiaga.
Tapi, Haji Isa Badarudin menasihatinya agar ingat kepada Allah. Diponegoro pun mengurungkan niat membunuh De Kock.
Diponegoro lantas pasrah kepada kehendak Allah. Ia merasa seperti emas yang hanyut terbawa arus sungai.
Jenderal De Kock berpesan kepada anak buahnya yang membawa Diponegoro agar bermalam di Ungaran semalam. Saat di Ungaran, melihat punakawannya menangis minta pulang, Diponegoro menghiburnya.
Diponegoro memintanya agar pulang besok saja dari Semarang. “Aku ini sesungguhnya ingin naik haji, walau sendiri. Tidak sanggup aku tunda perihal keberangkatan ke Makkah,” kata Diponegoro menghibur Roto, punakawannya.
Esok paginya, ada pasukan dari Semarang yang menjemput Diponegoro di Ungaran. Maka, Diponegoro tinggal di Semarang hingga 5 April 1830.
Pada 5 April 1830, ia dinaikkan kapal untuk berangkat ke Batavia. Ia menjadi penumpang Kapal PS Van der Cappelen, kapal uap berdayung pertama yang dibuat di Hindia Belanda.
PS merupakan singkatan dari paddle steamer. Kapal uap berteknologi dayung.
Yang membuat kapal ini adalah pabrik kapal Isaac Burgess yang ada di Surabaya. Selama 4,5 tahun, dari Februari 1824 sampai Agustus 1829, pabrik ini mendapat hak monopoli memproduksi semua kapal uap di Hindia Belanda.
Bahan baku kapal ini adalah kayu jati prima yang dilapisi tembaga. Memiliki tiga tiang selain cerobong kapal.
Di kapal ini, Diponegoro menerima suguhan makan berupa kentang. Dalam perjalanan ke Manado, Diponegoro sempat menendang kaki Roto, karena Roto menyebut kentang itu sebagai kentang sabrang (kentang pengasingan), bukan kentang walanda (kentang belanda).
Setelah jadi, tugas pertama kapal ini adalah mengantarkan Van der Capelen, gubernur jenderal Hindia Belanda yang mengakhiri tugasnya pada 1826, pulang ke Belanda.
Tiba di Batavia, rombongan Residen Batavia menyambutnya. Sangat banyak kereta kuda yang datang mengakut para pejabat di Batavia itu.
Menyambut kedatangan Diponegoro itu, mereka berbaris memberi hortmat. Namun, tak ada tembakan kehormatan dari meriam-meriam.
Padahal, setiap menyambut pangeran-pangeran dari Jawa yang bertamu di Batavia, selalu ada tembakan kehormatan dari meriam. Gubernur Jenderal Van den Bosch juga tidak terlihat datang untuk menyambutnya.
Diponegoro pun bertanya-tanya, ke mana perginya Van den Bosch, sehingga tidak menyambut dirinya? Padahal ia sudah memberi tahu akan berangkat ke Makkah untuk beribadah haji.
“Lalu apa maunya?” tanya Diponegoro ingin tahu alasan Van den Bosch mengundangnya ke Batavia.
Diponegoro pun meminta Mayor De Stuers dan Kapten JJ Roefs yang mendampinginya dari Semarang untuk melaporkan kepada Van den Bosch bahwa dirinya sudah ada di Batavia.
Esok harinya, Mayor De Stuers dan Kapten JJ Roefs menemui Diponegoro tanpa disertai van den Bosch. Diponegoro tahu dari dua perwira Belanda itu bahwa Van den Bosch ada di Bogor. (mif)
Baca juga :
- Hidup Ala Rasulullah : Sederhana, Produktif, dan Penuh Makna
- Kecerdasan Buatan (AI) Masuk Kurikulum ; Cetak Gen Z yang Memiliki Talenta Digital?
- Mengukir Langkah Bersama: Haflah Akhirussanah ke-VI Pondok Tahfidz Modern Al-Imam
- Badge Pahala : Bisakah Ibadah Di-Gamifikasi Tanpa Kehilangan Ikhlas
- Gunung Berbalut Hijab – For some, lifestyle is the source of life
Discover more from 1miliarsantri.net
Subscribe to get the latest posts sent to your email.