GUSJIGANG: Warisan Sunan Kudus Untuk Santri Milenial Sukses di Era Digital

Surabaya – 1miliarsanti.net: Lebaran tahun 2024, niatnya refreshing di sekitar Kudus. Salah satu wisata yang buka adalah Museum Jenang Kudus. Sesuai pengalaman, kalau jalan-jalan di museum terasa kaku. Tapi kalau museumnya Jenang Kudus, bakalan betah berjam-jam disana.
Soalnya ada ruangan khusus yang menyajikan sejarah Islam Nusantara yang menginspirasi, ada puisi Islami yang indah nan menyentuh hati nurani serta pemikiran yang memantik rasa bangga.
Salah satu pemikiran itu adalah warisan dari Sunan Kudus Sayyid Ja’far Shadiq Azmathkan berupa filosofi hidup GUSJIGANG. Filosofi ini menekankan pada tiga nilai: Gus (bagus akhlaknya), Ji (rajin ngaji), dan Gang (pandai berdagang).
3 nilai karakter itu sangat relate dengan kondisi kehidupan santri milenial di era tantangan teknologi dan globalisasi yang sedang mengalami krisis moralitas, krisis keahlian dan krisis kemandirian.
Hadirnya ketiga nilai warisan Sunan Kudus bisa menjadi teladan untuk tangguh dalam menyebarkan kebermanfaatan.
Bagaimana relasinya nilai GUSJIGANG terhadap kehidupan di era teknologi ini? Temukan jawabannya sampai akhir di artikel ini ya!.
GUS – Bagus Akhlaknya, Penguat Integritas di Era Digital
Bagus akhlaknya adalah landasan utama. Tanpa akhlak, ilmu tak akan bermanfaat. Di dunia ini banyak orang yang pintar tapi miskin hati nurani. Yang akhirnya membawa kemudharatan yang merugikan hak orang lain seperti tragedi korupsi yang dilakukan tanpa rasa malu lagi.
Good attitude juga sangat penting di dunia karir. Penulis sebagai alumni perguruan tinggi Islam. Saat bekerja, pernah berkata jujur kepada atasan bahwa tidak bisa mengerjakan sesuatu dan butuh belajar untuk bisa mengerjakannya. Di sisi lain ketika penulis bilang mampu mengerjakan sesuatu, hasilnya optimal.
Respons atasan yang notabene non muslim mengejutkan penulis: “Kamu itu jujur atas kemampuanmu dan itu lebih baik, dari mereka yang mengaku bisa tapi nihil kerjanya”. Realita itu membuka kesadaran bahwa orang yang jujur dan amanah adalah kunci dihargai.
Inilah nilai “Gus” yang sesungguhnya, orang lain mungkin tidak tahu kalau kita seorang santri.
Tapi mereka akan tahu kalau kita itu sosok yang berakhlak mulia, menjaga adab dan santun dalam berinteraksi, seperti yang diteladankan oleh Nabi Muhammad dalam surat Al-Qalam ayat 4:
وَإِ ﱠﻧكَ ﻟَﻌَﻠَٰﻰ ﺧُﻠُقٍ ﻋَظِﯾمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung.”

JI – Rajin Ngaji, Motivasi Untuk Terus Berinovasi
“Ngaji” dalam konteks Gusjigang tak hanya berarti membaca Al-Qur’an, tetapi juga membaca alam semesta dan realitas sosial kemasyarakatan.
Mengaji mengusung semangat Iqra dalam surat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang berbunyi ;
اِﻗْرَأْ ﺑِﺎﺳْمِ رَ ﱢﺑكَ اﻟﱠذِيْ ﺧَﻠَقَۚ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!.” (QS. Al-‘Alaq: 1)
Ayat ini adalah seruan untuk mencintai ilmu, baik ilmu agama maupun umum. Dari semangat ngaji ini, lahirlah ilmuwan muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Biruni, yang menjadikan Islam berjaya dalam ilmu pengetahuan.
Teladan mengaji juga telah dipraktekan oleh santri yaitu Ahmad Fuadi. Dia merupakan santri yang haus akan ilmu sampai kuliah ke Amerika dan Eropa.
Ahmad Fuadi ini terkenal sebagai penulis islami best seller, salah satu karyanya Negeri 5 Menara, bahkan karyanya difilmkan.
Banyak orang terinspirasi kehidupan seorang santri dari karya beliau. Bahwa nilai-nilai islam bukan hanya tekstual namun penerang hidup ketika menghadapi ujian.
Santri milenial harus meneladani semangat ini, belajar tanpa lelah, berpegang pada ilmu pengetahuan, agar mampu memberi solusi bagi umat dan bangsa.
GANG – Pandai Berdagang, Berdikari dan Memberdayakan
Santri hidup di era dimana AI sudah menggerogoti pekerjaan manusia. Dampaknya pengangguran dimana-mana.
Di sisi lain muncul peluang kerja baru di dunia digital. Disitulah santri bisa menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.

Berdagang mengajarkan diri untuk mandiri tidak bergantung kepada orang lain dan bisa membantu banyak orang dengan keadilan serta kejujuran. Yang diteladankan oleh Nabi Muhammad yang juga seorang saudagar sukses.
Mungkin nggak mudah untuk membangun usaha. Tapi ada sosok inspiratif yang bisa menjadi penyemangat santri untuk berwirausaha.
Dia adalah sahabat Nabi, Abdurrahman bin Auf. Saat hijrah ke Madinah, ia memulai dari nol tanpa membawa harta. Dia diberikan harta, malah ditolak dan hanya meminta untuk ditunjukkan letak pasar.
Dalam beberapa bulan dia sukses berdagang dan sampai akhir hayatnya mampu menginfakkan harta untuk mendukung perjuangan Islam.
Di dunia digital ini banyak peluang bisnis yang bisa santri milenial eksplorasi seperti influencer yang mempromosikan produk halal, reseller produk pesantren, affiliate produk UMKM hingga mendirikan startup berbasis syariah.
Berdagang bukan hanya untuk cari untung, tapi untuk berbagi, menguatkan umat, dan menjadikan ekonomi sebagai ladang pahala.
Karakter GUSJIGANG dari Sunan Kudus memperkuat jati diri santri yang bisa menjadi idaman di masyarakat sebagai sosok yang berakhlak, berintelektual dan berduit.
Dan pastinya GUSJIGANG itu bukan hanya warisan untuk dikenang melainkan untuk dilestarikan karena dengan “Gus” mampu dicintai karena akhlaknya. Dengan “Ji” mampu dihormati karena ilmunya. Dan dengan “Gang” mampu menginspirasi dengan semangat bisnisnya. (***)
Penulis : Iftitah Rahmawati
Foto Ilustrasi AI
Editor : Toto Budiman, Faridatul Hasanah
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.