3 Wisata Religi Madinah Selain Masjid Nabawi

Surabaya – 1miliarsantri.net: Dulu kalau mendengar kota Madinah yang diingat hanya Masjid Nabawi dan Quba. Tapi setelah mengunjungi Madinah di akhir tahun 2024 jadi tahu bahwa ada 3 masjid dekat Masjid Nabawi yang menyimpan jejak bersejarah sahabat nabi.
Pertama kali masuk Masjid Nabawi melalui gate 310. Dalam perjalanannya kesana melewati Masjid Al-Ghamamah dan Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq. Selain itu merasa bersyukur karena lokasi hotel di Madinah “Manazel Al-Falah” berderet dengan Masjid Ali bin Abi Thalib bahkan hanya semenit menuju Masjid Nabawi melalui gate 315.
Saat hari terakhir di Madinah, tepatnya setelah subuh memberanikan diri untuk jalan sendiri mengunjungi 3 masjid bersejarah itu. Yang dari awal memandangnya ada sebuah ketertarikan hati untuk mengunjunginya. Mengunjungi masjid-masjid bersejarah ini adalah salah satu cara untuk menghidupkan syiar Islam serta menguatkan iman. Dan tanpa basa basi lagi, yuk langsung lihat daftar 3 masjid berseharah tersebut di bawah ini!
1. Masjid Ali bin Abi Thalib
Masjid ini mudah ditemukan ketika keluar dari gate 315 Masjid Nabawi tepatnya di jalan As-Salam. Jarak dari Masjid Nabawi sekitar 290 meter. Masjid ini pertama kali dibangun pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (87–93 H). Lalu pada tahun 1411 H, Raja Fahd memperlebar masjid hingga 682 meter dan menambahkan menara setinggi 26 meter.
Dulunya lokasi masjid ini merupakan teras rumah Ali bin Abi Thalib. Bahkan Nabi Muhammad pernah shalat ied di masjid Ali. Masjid ini dibangun untuk mengenang pengabdian Ali bin Abi Tablin yang merupakan sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad.
Arsitektur masjidnya bernuansa putih sederhana yang memiliki satu kubah utama dan satu menara pucuk hitam. Masjid Ali bin Abi Thalib mengingatkan kita bahwa keberanian dan keteguhan hati harus diiringi dengan kerendahan hati. Ali bin Abi Thalib bukan hanya menantu Rasulullah, tetapi juga sosok yang setia pada kebenaran, sehingga masjid ini menjadi simbol pengabdian tanpa pamrih.
Baca juga: Sejarah Partai Syarikat Islam, Sebelum Terlahirnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda
2. Masjid Al-Ghamamah
Pertama kali mau shalat Maghrib di Masjid Nabawi, pernah melewati sebuah masjid yang kubahnya penuh dengan burung merpati dan dinaungi awan sore menyejukkan. Melihat masjid itu serasa dibawa ke zaman Nabi, karena bangunan tua yang indah.
Ternyata itu adalah Masjid Ghamamah/Al-Mushalla. Masjid ini mudah ditemukan ketika keluar dari gate 310 Masjid Nabawi. Dengan Masjid Nabawi berjarak sekitar 300 meter. Al-Ghamamah berada di sekitar Pasar Tamar.
Masjid ini pertama kali dibangun oleh Khalifah Umar bin Khattab tepatnya di posisi tempat shalat rasulullah. Bangunan masjid Ghamamah terkini merupakan renovasi dari Sultan Abdul Majid al-Ustmani. Di era Raja Fahd pernah diperbaiki kembali pada 1411 H.
Arsitektur masjid ini ada tiga kubah besar yang selalu dihinggapi burung merpati dan ada menara puncaknya. Didominasi dengan warna cream. Dan dinding masjidnya dari batu alam berwarna abu-abu. Sebelumnya area masjid ini merupakan lapangan lapang di kawasan al-Manakha. Pada tahun kedua hijrah, rasulullah pernah shalat Idul Fitri atau Idul Adha.
Masjid ini dinamakan “Al-Ghamamah” yang dalam bahasa arab berarti “awan”. Dulu di lokasi masjid ini Nabi Muhammad melaksanakan shalat istisqa dan berdoa agar turun hujan dikala penduduk Madinah diserang kekeringan akut yang membuat masyarakat kesusahan. Setelah istiqomah itu, muncullah awan yang menjadi tanda turun hujan deras.
Abu Hurairah ra meriwayatkan:
“Setiap kali Rasulullah melewati Al-Mushalla (tempat shalat), beliau menghadap kiblat lalu berdoa.” (HR. Bukhari).
Kisah turunnya hujan di Masjid Ghamamah ini memberikan pelajaran bahwa kunci menghadapi masa sulit adalah bersabar.
Dan ketika hidup terasa kering tetaplah terus berdoa sepenuh hati maka karunia Allah akan datang. Yang pasti berdoa dan berharap kepada Allah tidak akan pernah mengecewakan. Allah pasti mendengar dan akan mengabulkannya di waktu terbaik. Masjid Al-Mushalla dibuka untuk shalat sunnah seperti Dhuha dan tahiyatul masjid. Tapi cuma bisa diakses untuk jamaah laki-laki.
Baca juga: Umar bin Khattab: Pilar Keadilan dan Ketegasan dalam Sejarah Islam
3. Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah mengunjungi Masjid Al-Ghamamah bisa langsung berkunjung ke Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq, soalnya berseberangan hanya berjarak 40 meter. Sedangkan jarak ke Masjid Nabawi hanya 335 meter.
Masjid bersejarah ini dulunya rumah Abu Bakar. Dan di lokasi inilah menjadi tempat shalat Idul Fitri dan Idul Adha oleh Rasulullah. Walau nabi sudah tiada, Abu Bakar meneruskan kebiasaan baik untuk shalat di area itu. Hal itu menunjukkan kesetiaan yang tulus.
Masjid ini dibangun oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekitar tahun 50 H. Bentuk masjid sekarang itu merupakan hasil renovasi Sultan Mahmud II pada tahun 1255. Dan pada tahun 1411 H direnovasi oleh Raja Fahd tanpa memperbaharui bangunan asli.
Yang paling khas dari masjid ini adalah bentuk daun pintu yang disinyalir sebagai pintu asli dari rumah Abu Bakar.
Masjid Abu Bakar tidak sebegitu lebar dibandingkan Masjid Ghamamah. Masjid ini ada satu kubah utama yang selalu dihinggapi burung merpati dan ada satu menara besar agak menggelembung. Dan dinding masjid dari batu alam berwarna abu-abu.
Shalat di masjid ini menghadirkan refleksi mendalam. Abu Bakar dikenal dengan ketulusan dan kerendah hatiannya. Rasulullah bersabda:
“Tidak ada seorang pun yang lebih utama setelah para Nabi daripada Abu Bakar.” (HR. Thabrani).
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq menyimpan pesan tentang kepemimpinan yang tulus dan rendah hati.
Abu Bakar tidak mencari kehormatan, tetapi ia mengabdi sepenuhnya untuk menjaga amanah umat.
Kesetiaannya pada Rasulullah dan Islam menjadi teladan bahwa kekuatan seorang pemimpin bukanlah pada kekuasaan, melainkan pada kejujuran, kesetiaan, dan pengorbanan.
Perjalanan singkat menyusuri tiga masjid ini membuat penulis merasa seakan berjalan di lorong sejarah. Dari Masjid Ali, ke Masjid Ghamamah, hingga Masjid Abu Bakar, setiap langkah diwarnai kisah tentang iman, doa, dan kepemimpinan.
Jika kamu berkesempatan umroh, sempatkanlah menapaki jejak ini. Insya Allah, wisata religi Madinah ke tiga masjid bersejarah ini akan menambah makna perjalanan spiritual Anda, menghidupkan syiar, dan menguatkan iman di tanah penuh berkah.
Penulis : Iftitah Rahmawati
Editor : Thamrin Humris dan Ainun Maghfiroh
Sumber foto: Ilustrasi
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.