Museum Imersif: Wisata Edukatif Kekinian untuk Libur Sekolah Anak

Surabaya – 1miliarsantri.net : Berwisata saat libur sekolah menjadi momen yang paling dinantikan anak-anak untuk melepaskan penat setelah rutinitas belajar. Salah satu rekomendasi tempat libur sekolah edukatif yaitu museum berteknologi imersif, wisata edukatif kekinian yang memadukan teknologi interaktif, pameran visual memukau, dan pengalaman belajar yang seru.  Museum selama ini memiliki stigma berupa bangunan diam, sekadar sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno di masa lampau. Bahkan kerap kali muncul olok-olok ‘dimuseumkan saja’ saat ada suatu barang yang tampak sudah tak berguna dan usang. Museum berteknologi imersif bukan sekadar rekomendasi tempat wisata edukatif. Akan tetapi sebagai ruang pengalaman interaktif bagi generasi muda dengan sejarah, budaya lebih relevan, atraktif dan inklusif. Transformasi ini menjadi jawaban terhadap stigma lama tentang museum yang selama ini dikenal sebagai tempat ‘kaku’ dan ‘membosankan’. “Tapi selama ini kan anak lebih suka ke mall kalau liburan. Karena lebih nyaman dan relevan dengan mereka. Kalau museum ‘kemasan’nya baru seperti berteknologi imersif maka akan mampu menggaet antusiasme generasi muda,” ujar Founder Komunitas Historia Asep Kambali kepada 1miliarsantri.net, Kamis (26/6). Tak hanya menghibur, museum imersif mengajak anak-anak mengeksplorasi ilmu pengetahuan, seni, dan budaya dengan cara yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami. Inilah pilihan liburan yang tak sekadar memberi hiburan, tetapi juga memperkaya pengetahuan dan kreativitas mereka. Diketahui museum berteknologi imersif memanfaatkan teknologi digital canggih untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif. Pengunjung seolah-olah masuk dan berada di lingkungan dan situasi nyata terkait objek di dalam museum. Misalnya, melalui pemanfaatan Virtual Reality (VR) di mana pengunjung mampu menjelajahi lingkungan digital tiga dimensi seperti berjalan di kota kuno hingga melihat peristiwa sejarah secara langsung. Lalu ada pula Augmented Reality (AR) melalui penambahan elemen digital (gambar, suara, hingga animasi) ke dunia nyata yang dapat dilihat di layar smartphone hingga tablet. Selanjutnya, Extended Reality (XR)  adalah gabungan dari Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR), yang menciptakan spektrum pengalaman imersif antara dunia nyata dan dunia digital. Ini memungkinkan berwisata secara virtual dengan pengalaman yang lebih realistis dan interaktif. Penelitian global dari Proyek Museum in the Metaverse (MiM) oleh Universitas Glasgow mengungkap tingginya minat publik dalam pemanfaatan teknologi VR dan XR untuk mengakses koleksi museum. Adapun 79% responden tertarik menggunakan teknologi VR dan XR untuk menjelajahi koleksi museum. Sejumlah museum di Indonesia yang telah memanfaatkan teknologi imersif diantaranya Museum Surabaya Siola yang memberikan pengalaman pengunjung untuk menelusuri sejarah transportasi dari masa kolonial hingga modern. Di Jakarta, terdapat Museum Wayang tampil dengan wajah baru melalui pemanfaatan teknologi imersif seperti AR, VR, Mixed Reality (MR), ruang 360°, hingga hologram dan permainan interaktif. Di Indonesia, beberapa museum telah menerapkan teknologi imersif seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan video-mapping untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan menarik. Diantaranya museum Surabaya Siola menghadirkan perjalanan sejarah transportasi melalui VR dan AR. Sementara Museum Wayang di Jakarta dilengkapi dengan AR, VR, Mixed Reality, ruang 360°, dan hologram. Ada pula Museum Nasional Indonesia memiliki Ruang Imersif dengan proyeksi sejarah Nusantara secara visual. Tak ketinggalan di Jawa Tengah terdapat Museum Sangiran yang menggunakan AR untuk menampilkan rekonstruksi manusia purba. Di daerah Bali, Agung Rai Museum of Art (ARMA) menghadirkan pertunjukan tari tradisional melalui teknologi imersif. Bahkan situs bersejarah seperti Candi Borobudur kini dapat dijelajahi secara virtual. Teknologi ini menjadi cara baru untuk menghidupkan sejarah dan budaya, terutama bagi generasi muda. Museum Sebagai Ruang Edukasi Interaktif, Personal dan Emosional Dengan dukungan teknologi tersebut, museum mampu menciptakan pengalaman yang lebih personal dan mendalam bahkan mampu menyentuh sisi emosional pengunjung. Contohnya, pengunjung dapat “masuk” ke dalam Perang Diponegoro melalui simulasi VR yang realistis, menyaksikan langsung bagaimana taktik perang gerilya dijalankan, atau mengalami suasana sidang BPUPKI lewat rekonstruksi digital suara dan gambar. Lebih dari memperkaya pengetahuan sejarah, pengalaman ini membentuk keterhubungan emosional pengunjung dengan peristiwa masa lalu. Dengan merasakan langsung atmosfer dan dinamika sejarah, pengunjung tidak sekadar memahami fakta, tetapi juga menghayati nilai-nilai perjuangan, semangat kebangsaan, dan makna kebudayaan yang diwariskan. Inklusivitas dan Aksesibilitas Museum Digital Melalui teknologi digital ini pula memungkinkan museum untuk menjadi lebih inklusif mempunyai aksesibilitas yang tinggi. Itu artinya, kita tak perlu lagi khawatir harus datang ke museum secara langsung tapi bisa mengaksesnya melalui smartphone manapun dan kapanpun. Melalui teknologi AR dan VR, koleksi museum kini bisa diakses dari rumah, sekolah, atau bahkan melalui ponsel pribadi. Sebagai contoh, Museum Nasional Indonesia telah mulai mengembangkan tur virtual yang memungkinkan siapa pun untuk ‘berjalan’ di dalam museum secara online. Koleksi seperti arca, prasasti, atau artefak budaya bisa dilihat dari berbagai sudut, lengkap dengan penjelasan multimedia. Menghidupkan Kembali Identitas Budaya melalui Teknologi Lebih dari sekadar modernisasi fasilitas, transformasi museum berteknologi imersif merupakan asa untuk menghidupkan kembali identitas budaya. Di tengah gempuran budaya global, museum bisa menjadi ruang pertemuan lintas generasi untuk mengenal, memahami, dan menghargai akar budaya sendiri. Melalui penyajian yang atraktif dan kontekstual, generasi muda tidak hanya diajak mengetahui cerita masa lalu, tetapi juga memahami relevansinya terhadap masa kini dan masa depan. Tak hanya memberikan hiburan visual yang memukau, tempat ini juga merangsang rasa ingin tahu, kreativitas, dan pemahaman mereka terhadap berbagai pengetahuan baru. Jadi, jika Anda ingin menghadirkan liburan yang berkesan sekaligus bermanfaat, mengajak anak menjelajahi museum imersif bisa menjadi pengalaman tak terlupakan yang memperkaya wawasan mereka sejak dini. Kontributor : Ramadani Editor : Toto Budiman

Read More

Ragam Inovasi Edutekno Islami yang Bikin Belajar Makin Seru

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di era digital yang kian maju, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan jembatan emas menuju pengetahuan. Begitu pula dalam pendidikan Islam, inovasi edutekno hadir untuk menjadikan proses belajar lebih menarik, interaktif, dan mudah diakses oleh siapa saja. Mari kita selami berbagai inovasi yang sedang berkembang. Memahami Edutekno Islami: Perpaduan Ilmu dan Teknologi Edutekno Islami adalah pendekatan inovatif yang mengintegrasikan teknologi modern dalam pembelajaran nilai-nilai, ajaran, dan kebudayaan Islam. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif, efisien, dan relevan dengan gaya hidup generasi digital. Ini bukan hanya tentang memindahkan buku ke layar, melainkan mengubah cara kita berinteraksi dengan ilmu agama. Mengapa Edutekno Islami Penting? Ragam Inovasi Edutekno Islami yang Mencerahkan Dunia edutekno Islami semakin kaya dengan berbagai terobosan. Berikut adalah beberapa inovasi yang patut Anda ketahui: 1. Aplikasi Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis Interaktif 2. Platform E-learning dan Kursus Online Islami 3. Teknologi Realitas Virtual (VR) dan Realitas Tertambah (AR) untuk Wisata Religi 4. Permainan Edukasi Islami (Edutainment) 5. Pemanfaatan Podcast dan Video Pembelajaran Islami Tantangan dan Peluang di Masa Depan Meskipun inovasi edutekno Islami menawarkan banyak keuntungan, ada pula tantangan yang perlu dihadapi: Namun, peluang untuk pengembangan sangatlah besar. Kolaborasi antara ahli teknologi, pendidik agama, dan yayasan Islam akan menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem edutekno Islami yang lebih maju dan inklusif. Menjelajahi Cakrawala Baru Pembelajaran Islami Inovasi edutekno Islami telah membuka pintu menuju era baru pembelajaran yang lebih dinamis dan menarik. Dengan memanfaatkan potensi teknologi secara optimal, kita dapat memastikan bahwa ajaran Islam tetap relevan dan mudah diakses oleh setiap generasi. Mari bersama berpartisipasi dalam menciptakan masa depan pendidikan Islam yang gemilang. Apakah Anda tertarik untuk turut serta dalam pengembangan inovasi edutekno Islami ini? Kunjungi situs web https://ckti.co.id untuk mengetahui lebih lanjut tentang program digital dan inisiatif layanan jasa dan portofolio project IT yang sudah kami tangani! Atau hubungi konsultan IT di wa.me/6281248832242 Kontributor : Lintang Elaeis Editor : Toto Budiman

Read More

Hijab Skena: Modest Fashion yang Digemari GenZ

Surabaya – 1miliarsantri.net : Tren hijab di kalangan Gen Z berkembang menjadi lebih dari sekadar ekspresi religius. Dalam beberapa tahun terakhir, generasi muda yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini menjadikan hijab sebagai bagian dari gaya hidup, identitas sosial, sekaligus bentuk kebebasan berekspresi. Melalui media sosial dan komunitas daring, berbagai model hijab baru bermunculan dan membentuk apa yang kini populer disebut sebagai “hijab skena.” Hijab skena identik dengan gaya berpakaian yang estetik dan kekinian, namun tetap mengedepankan prinsip modesty. Ciri khas gaya ini antara lain penggunaan warna-warna pastel lembut, bahan hijab yang flowy seperti voal dan hycon, serta padu padan fashion seperti blouse oversized, straight pants, hingga sneakers chunky. Selain itu, pemakaian aksesori tambahan seperti totebag kain, anting jilbab, dan kacamata bening juga menjadi pelengkap gaya yang populer di kalangan Gen Z berhijab. Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari peran media sosial, terutama TikTok, Instagram, dan Pinterest. Berdasarkan laporan Statistik tahun 2024, sebanyak 78% remaja putri Indonesia usia 18–24 tahun mengaku mencari inspirasi gaya hijab melalui platform digital. Tak sedikit dari mereka yang mengikuti akun fashion hijab, tutorial styling, hingga video mini haul yang menampilkan padu padan hijab estetik. Gaya ini tidak hanya menunjukkan sisi kreatif, tetapi juga mencerminkan keinginan Gen Z untuk menyesuaikan identitas religius dengan tren masa kini. Di berbagai kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Bandung, mulai banyak bermunculan komunitas hijab Gen Z yang aktif berkegiatan. Komunitas ini biasanya berawal dari pertemanan di media sosial, lalu berkembang menjadi forum daring dan akhirnya bertransformasi menjadi ruang aktivitas offline. Kegiatan mereka cukup beragam, mulai dari workshop mix and match hijab, sesi foto estetik, hingga diskusi terbuka tentang self-love, kesehatan mental, dan pengembangan diri. Semua dilakukan dalam suasana yang terbuka dan saling mendukung, menjadikan komunitas hijab skena sebagai ruang aman bagi Gen Z untuk berekspresi tanpa tekanan. Di lingkungan kampus dan dunia kerja, gaya berhijab Gen Z juga mulai diterima secara luas. Gaya praktis dan rapi menjadi pilihan dominan, seperti penggunaan pashmina instan, hijab segi empat pre-iron, atau model turban santun yang tetap formal. Mereka cenderung memilih bahan ringan yang mudah dibentuk, seperti voal premium dan chiffon ceruti. Gaya ini memungkinkan mobilitas tinggi serta tetap sesuai dengan tuntutan profesionalisme di ruang akademik maupun korporat. Perubahan ini sejalan dengan meningkatnya kebijakan diversity and inclusion di institusi pendidikan dan perusahaan. Beberapa kampus bahkan menyediakan ruang shalat khusus dan memperbolehkan variasi pakaian religius selama tetap memenuhi standar tata busana akademik. Hal ini juga dapat ditemui di dunia kerja, makin banyak perusahaan yang mendukung pemakaian hijab dalam format casual professional, sebagai bagian dari identitas karyawan. Industri fesyen muslimah Tren hijab skena di kalangan Gen Z juga turut mendorong tumbuhnya wirausaha digital. Menurut laporan IQVIA tahun 2023, pertumbuhan industri fesyen muslimah di Indonesia naik 11% per tahun, dan hijab merupakan salah satu komoditas utamanya. Banyak dari pelaku bisnis ini adalah perempuan muda Gen Z yang menjalankan bisnis hijab online melalui marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram Shop. Mereka menggunakan pendekatan content marketing yang segar dan personal, seperti membuat video styling, review bahan hijab, hingga kolaborasi dengan mikro influencer lokal. Di sisi lain, geliat bisnis ini juga melahirkan berbagai brand lokal baru yang fokus pada produksi hijab estetik ramah kantong. Mereka tak hanya menjual produk, tapi juga membangun narasi melalui tagline yang menyuarakan kepercayaan diri, empowerment, dan cinta diri. Inilah yang menjadikan hijab skena tidak semata-mata fesyen, tetapi juga gerakan sosial yang mendukung semangat kewirausahaan dan pemberdayaan perempuan muda. Tren hijab dan literasi agama Dalam konteks pendidikan, tren hijab skena juga menyentuh dunia literasi agama. Survei yang dilakukan oleh Cakrawala Institute pada 2022 mencatat bahwa 54% muslimah Gen Z merasa tidak cukup mendapatkan literasi keislaman yang kontekstual di lingkungan formal. Hal ini mendorong komunitas hijab untuk mengadakan kelas tafsir, diskusi tentang nilai-nilai hijrah, serta pembelajaran tentang adab berpakaian secara interaktif. Semua dikemas dalam forum yang ringan dan ramah, dengan pendekatan non-doktrinal. Kegiatan ini juga disertai dengan kampanye tentang kesehatan mental, self-care, dan relasi tubuh, menandakan bahwa Gen Z tidak hanya fokus pada penampilan luar, tetapi juga memperhatikan keseimbangan batin. Mereka belajar memahami bahwa berhijab bukan semata simbol kesalehan, tetapi pilihan sadar yang dilandasi refleksi diri dan nilai spiritual yang personal. Namun, fenomena hijab skena juga tidak lepas dari kritik. Sebagian kalangan menilai bahwa gaya ini berisiko menggeser esensi hijab menjadi sekadar tren atau gaya hidup konsumtif. Isu lain seperti adanya tekanan sosial terhadap bentuk tubuh dan warna kulit juga muncul, terutama saat konten hijab estetik terlalu distandarisasi pada satu tipe penampilan. Meskipun begitu, Gen Z memiliki kesadaran kritis yang cukup tinggi untuk mengelola dinamika tersebut, termasuk membentuk wacana tandingan lewat media sosial tentang “hijab no filter” atau “hijab for all body types.” Ke depan, tren hijab skena diprediksi akan terus berkembang seiring laju digitalisasi dan kesadaran individu dalam membentuk identitas religius yang kontekstual. Gaya ini tidak lagi dimaknai sebagai dikotomi antara religius atau tidak, tetapi sebagai spektrum pemaknaan yang luas, inklusif, dan penuh warna. Dengan dorongan komunitas, kreativitas digital, dan kesadaran spiritual yang terus berkembang, hijab di kalangan Gen Z bertransformasi menjadi simbol kekuatan narasi baru. Narasi yang menempatkan perempuan muslimah muda sebagai agen perubahan, baik di ranah sosial, ekonomi, maupun budaya. Bukan sekadar menutupi kepala, tetapi juga membuka jalan bagi ekspresi yang otentik, sadar, dan bermakna. Kontributor : Saputra Editor : Toto Budiman

Read More

Berjilbab Tapi Baju Ketat: Gaya Kekinian atau Makna yang Tertinggal?

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di era digital yang penuh dengan pengaruh media sosial, fashion Muslimah mengalami perkembangan yang luar biasa. Hijab bukan lagi hanya simbol keimanan seseorang, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas visual kekinian. Sayangnya, trend ini juga melahirkan fenomena yang cukup kontras, banyak muslimah yang mengenakan jilbab namun memadukannya dengan pakaian ketat, transparan, atau membentuk lekuk tubuh. Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar, apakah ini ekspresi kebebasan berbusana atau makna hijab yang sejatinya mulai tertinggal? Pakaian yang membentuk lekuk tubuh, meskipun menutup kulit, tetap bertentangan dengan prinsip menutup aurat dalam Islam. Banyak yang berpikir bahwa selama rambut sudah tertutup, maka kewajiban berhijab sudah terpenuhi. Padahal, dalam pandangan Islam, hijab bukan hanya penutup kepala, tetapi juga mencakup keseluruhan cara berpakaian dan bersikap seorang muslimah. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat 31: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” Ayat ini menegaskan bahwa hijab harus menutup dada dan tidak memperlihatkan bagian tubuh yang termasuk aurat. Begitu pula dalam QS. Al-Ahzab ayat 59, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan kepada para istri dan wanita mukmin agar mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka agar mereka lebih mudah dikenali dan tidak diganggu. Pesan utama dari kedua ayat ini adalah menjaga kehormatan, bukan sekadar menutup rambut. Sayangnya, banyak hijabers masa kini yang menganggap hijab hanya sebagai kewajiban simbolik, bukan spiritual. Mereka mengenakan kerudung, namun mengenakan pakaian ketat seperti skinny jeans, atasan pas badan, hingga dress yang membentuk siluet tubuh. Hal ini seringkali dipicu oleh pengaruh trend global dan tuntutan tampil modis di media sosial. Dalam konteks ini, hijab mulai kehilangan makna utamanya sebagai pelindung aurat dan refleksi ketakwaan. Tidak bisa dimungkiri bahwa media sosial memiliki pengaruh besar terhadap persepsi wanita muslim terhadap fashion. Sosok-sosok influencer muslimah dengan jutaan pengikut kerap menjadi panutan dalam berpakaian. Namun, sebagian dari mereka mempopulerkan gaya berpakaian yang hanya sekilas tampak syar’i, namun sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Potret OOTD – Outfit of the Day, artinya pakaian yang dikenakan hari ini, dengan pakaian yang ketat, kerudung yang hanya formalitas, dan gaya berlebihan menjadi normalisasi baru dalam budaya muslimah urban. Di sisi lain, kita juga perlu memahami bahwa banyak wanita yang sedang berada dalam proses hijrah. Mereka mungkin baru mulai mengenakan jilbab dan belum memahami sepenuhnya esensi menutup aurat secara syar’i. Oleh karena itu, pendekatan yang diperlukan adalah edukasi, bukan penghakiman. Islam tidak datang untuk ‘menghukum’ orang yang belajar, melainkan membimbing mereka menuju pemahaman syariah yang lebih baik. Berikut adalah beberapa prinsip modest fashion yang sesuai syariat namun tetap bergaya: 1. Menutup aurat dengan sempurna Prinsip utama dalam modest fashion syar’i adalah menutup aurat sebagaimana yang diperintahkan dalam Islam. Bagi perempuan Muslim, aurat mencakup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Jadi, pakaian harus cukup panjang untuk menutup bagian dada, lengan, hingga kaki, termasuk penggunaan hijab yang menutupi rambut dan leher secara sempurna. 2. Pakaian tidak ketat dan membentuk tubuh Walaupun menutup kulit, pakaian yang ketat atau membentuk lekuk tubuh tetap tidak sesuai syariat. Modest fashion menekankan pada potongan pakaian yang longgar, tidak transparan dan tidak mencolok bentuk tubuh. Gaya tetap bisa ditampilkan dengan memilih desain seperti A-line, oversized, atau flare yang anggun dan elegan. 3. Tidak Berlebihan dan Tidak Mencolok (Tabarruj) Ajaran Islam menganjurkan kesederhanaan dalam berpakaian. Modest fashion yang sesuai syariat tidak tampil mencolok dengan warna terlalu terang atau aksesori berlebihan. Pilihlah warna-warna netral atau earth tone, dan desain yang anggun namun tetap menarik. Motif pun sebaiknya dipilih yang sederhana dan tidak terlalu ramai. 4. Tidak Menyerupai Pakaian Lawan Jenis Modest fashion Islami menjaga agar busana perempuan tetap mencerminkan feminitas dan tidak menyerupai pakaian laki-laki. Oleh karena itu, potongan, gaya, dan aksesoris yang digunakan tetap perlu mencerminkan identitas sebagai perempuan muslimah. 5. Menggabungkan Gaya dan Nilai Berpakaian secara syar’i tidak berarti harus membosankan. Banyak gaya dan desain yang tetap sesuai syariat namun tetap trendi. Layering, pemilihan warna yang serasi, pemakaian outer, atau padu padan aksesoris simpel bisa memberi kesan modis tanpa melanggar aturan. Dengan prinsip tersebut, muslimah tetap bisa tampil trendi dan representatif tanpa mengorbankan nilai-nilai agama. Banyak figur publik muslimah yang mampu menjadi contoh inspiratif mereka tetap fashionable, namun tidak keluar dari batasan syariat. Mereka membuktikan bahwa syar’i bukan berarti kuno, melainkan bisa menjadi identitas yang elegan dan penuh makna. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan ruang yang mendukung proses hijrah para muslimah. Daripada menertawakan atau mencibir mereka yang berpakaian belum sempurna, alangkah lebih baik jika kita mendoakan, menasihati dengan lembut, dan memberi contoh yang baik. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR. Muslim). Fenomena jilbab dan pakaian ketat seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua. Bahwa tugas berhijab bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi juga menghidupkan kembali makna spiritual dalam berbusana. Hijab adalah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri, tanda ketaatan kepada Allah, dan perlindungan dari pandangan yang tidak semestinya. Kontributor : Nofi Triyanti Editor : Toto Budiman

Read More

Konsumsi Minyak Zaitun: Menghidupkan Sunnah Rasulullah SAW Melalui Makanan

Surabaya – 1miliarsantri.net : Tubuh kita adalah amanah dari Allah SWT untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Supaya tubuh dapat menjalankan fungsinya secara optimal, maka harus dijaga kesehatannya. Tubuh yang sehat dan prima akan mampu mendukung aktivitas seperti mencari nafkah, beribadah, menuntut ilmu, hingga berdakwah. Sebaliknya, tubuh yang sakit akan kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu tak jarang tubuh yang sakit dapat memengaruhi kesehatan mental dan kehidupan sosial seseorang. Kesehatan tubuh sangat berkaitan dengan diet yang dijalani. Diet tersebut mulai dari pemilihan makanan, pola makan, hingga cara mengolah makanan tersebut. Dalam Islam, selain kandungan gizi, yang paling utama adalah kehalalan makanan tersebut. Salah satu contoh diet Islami ala Nabi Muhammad SAW yang cukup menonjol adalah rutin mengonsumsi minyak zaitun. Rasulullah sangat menyukai minyak zaitun dan menjadikannya bagian dari menu harian. Selain itu beliau juga menganjurkan kepada umatnya untuk mengonsumsi minyak zaitun. Hal ini ternyata selaras dengan hasil penelitian modern yang menunjukkan banyak manfaat kesehatan dari minyak zaitun. Sehingga para ahli kesehatan dan ahli gizi menganjurkan untuk mengonsumsinya secara rutin. Penggunaan minyak zaitun bukanlah hal baru. Masyarakat Mediterania seperti Romawi, Yunani, dan Timur Tengah telah menggunakan minyak zaitun sejak ribuan tahun lalu, baik untuk diet, ritual keagamaan, obat-obatan, maupun bahan bakar penerangan. Nilai spiritual dan simbolis minyak zaitun telah diakui sejak lama, dan kini masyarakat dunia semakin menyadari manfaatnya bagi kesehatannya. Minyak Zaitun dalam Perspektif Islam Allah SWT menyebutkan secara langsung nama zaitun sebagai satu jenis tanaman dalam firman-Nya di dalam Al Qur’an  Surat At-Tin ayat 1: وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ Artinya : “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun” Ayat tersebut menunjukkan bahwa tanaman zaitun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh tanaman lain. Tanaman zaitun dalam Al Qur’an juga bermakna sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang diberikan kepada manusia dengan berbagai manfaat yang terkandung di dalamnya. Selain itu pasti ada keberkahan bagi siapapun yang memanfaatkan tanaman zaitun tersebut. Rasulullah SAW. dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bersabda: “Jadikanlah zaitun sebagai lauk dan minyakilah dengannya, karena sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.” Hadist ini menunjukkan bahwa minyak zaitun bukan hanya memberikan dampak kesehatan secara fisik, tetapi juga mengandung keberkahan spiritual. Dalam Islam, konsumsi minyak zaitun merupakan bagian dari sunnah yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Para ulama menjelaskan, sumpah ini menunjukkan pentingnya ciptaan Allah yang menjadi sumber gizi, obat, dan kesejahteraan manusia. Selain itu, sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa penyebutan tin dan zaitun juga merujuk kepada tempat-tempat yang diberkahi, yakni kawasan yang subur dan penuh ketenangan. Ayat ini menjadi pengingat agar seorang Muslim mensyukuri nikmat alam, memeliharanya, dan menjadikannya sarana untuk merenungkan keagungan Sang Pencipta. Minyak Zaitun dari Perspektif Kesehatan Penelitian modern menunjukkan bahwa minyak zaitun kaya akan nutrisi penting di antaranya lemak tak jenuh tunggal, antioksidan, dan vitamin E. Asam lemak tak jenuh tunggal terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan menjaga kadar kolesterol dalam tubuh. Antioksidan membantu melindungi sel dari radikal bebas dan memperlambat penuaan sel. Vitamin E mendukung kesehatan kulit dan rambut, serta berperan dalam fungsi otak dan sistem pencernaan. Karena manfaat tersebut, banyak pelaku diet sehat mengganti minyak goreng biasa dengan minyak zaitun. Bahkan, studi ilmiah menyarankan konsumsi rutin minyak zaitun sebagai bagian dari pola makan sehat. Penggunaan Minyak Zaitun dalam Islam Tidak ada aturan khusus dalam Islam tentang cara penggunaan minyak zaitun. Namun merujuk pada hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, minyak ini dapat dikonsumsi langsung maupun digunakan secara topikal. Minyak zaitun juga bisa dijadikan dressing salad atau dicampur dengan madu, cuka, atau habbatussauda. Untuk menggoreng, tersedia jenis khusus seperti refined olive oil atau light olive oil, sedangkan extra virgin olive oil lebih cocok untuk konsumsi langsung atau salad. Dalam perspektif Islam yang paling utama dalam penggunaan minyak zaitun adalah dari segi kehalalannya. Makanan yang halal sudah tentu akan memberikan keberkahan secara jasmani maupun rohani. Yang kedua adalah prinsip wasathiyah (keseimbangan), yaitu prinsip penggunaan secara tidak berlebihan dan dalam batas wajar. Prinsip keseimbangan penting dilakukan karena segala yang dikonsumsi secara berlebihan pasti menimbulkan dampak buruk bagi tubuh. Makna Filosofis dan Nilai Islam Konsumsi minyak zaitun dalam diet sehari-hari secara tidak langsung adalah tindakan yang menghidupkan sunnah melalui makanan. Mengingat bahwa Rasulullah SAW, juga mengonsumsi minyak zaitun secara rutin dan menganjurkannya bagi umatnya. Anjuran yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya pasti memiliki manfaat dan keberkahan bagi yang mengikutinya. Mengonsumsi minyak zaitun adalah upaya untuk merawat tubuh agar tetap sehat dan kuat. Merawat tubuh adalah upaya untuk menjaga apa yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita. Mengonsumsi minyak zaitun seharusnya bisa menumbuhkan kesadaran bahwa makanan bisa menjadi sarana untuk ibadah. Sehingga mengonsumsi minyak zaitun bukan hanya membuat kita sehat secara jasmani, namun juga memberikan keberkahan rohani. Kontributor : Leo Agus Hartono Editor : Toto Budiman

Read More

Bukan Sekadar Healing, Inilah Manfaat Wisata Alam Bagi Seorang Muslim

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, wisata alam sering dianggap sekadar sarana healing untuk melepas penat. Padahal, bagi seorang Muslim, menikmati keindahan ciptaan Allah Ta’ala bukan hanya soal relaksasi semata. Lebih dari itu, wisata alam memiliki manfaat spiritual yang mendalam—menguatkan rasa syukur, menumbuhkan kesadaran akan kebesaran-Nya, hingga menjadi momen refleksi diri yang menenangkan hati. Artikel ini akan mengulas berbagai manfaat wisata alam yang tidak hanya menyegarkan jasmani, tetapi juga memperkaya iman dan ketakwaan. Melakukan perjalanan wisata merupakan salah satu cara untuk melepas penat dari rutinitas. Pekerjaan yang terasa berat, jadwal kuliah yang sangat padat, atau kondisi lingkungan sekitar yang acap kali yang membuat stres merupakan beberapa alasan seseorang ingin traveling terutama ke tempat-tempat outdoor (luar ruangan). Di masa sekarang, orang-orang lebih mudah mengalami stres terutama di kalangan anak muda. Menurut hasil survei yang dilaporkan oleh American Psychological Association, anak muda, dalam hal ini generasi Z (gen Z), memiliki kesehatan mental yang lebih rendah dibanding generasi sebelumnya. Dalam laporannya, 90 persen gen Z yang mengikuti survei tersebut mengalami sedikitnya satu gejala baik itu fisik atau emosional karena stres, dan dari jumlah tersebut, hanya setengahnya yang mampu mengatasi perasaan tertekan itu dengan baik. Menanggapi kondisi tersebut, banyak orang kemudian melakukan traveling atau melakukan perjalanan wisata untuk melepas penat dan meredakan stres mereka. Istilah healing (meski makna awalnya berbeda) saat ini semakin marak digunakan oleh anak muda yang ingin terbebas sesaat dari rutinitas mereka yang dirasa melelahkan dan kerap membuat stres. Dalam sebuah studi di Ekuador, sekelompok mahasiswa yang mengalami gejala depresi, kecemasan, serta stres diteliti untuk mengukur perubahan kondisi mental mereka sebelum dan setelah melakukan wisata alam di sebuah hutan lindung Tinajillas Rio Gualaceno. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan penurunan signifikan pada gangguan mental dengan efek yang besar dan berskala klinis. Kendati demikian, setelah melakukan evaluasi ulang dalam rentang waktu enam bulan, terlihat efek positif tersebut tidak lagi mencapai tingkat yang signifikan. Hal tersebut menandakan bahwa wisata alam memiliki andil dalam peningkatan kesehatan mental yang efektif hanya dalam jangka pendek, dan agar memiliki efek jangka panjang, maka interaksi dengan alam perlu dilakukan secara rutin. Jadi, berwisata merupakan salah satu cara yang baik untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan fisik serta mental dan juga mampu memperluas wawasan kita.  Selain itu, bagi umat Islam, melakukan wisata alam mampu menjadi ibadah, asalkan niatnya jelas untuk menyegarkan pikiran, belajar, dan memperkuat iman. Manfaat Wisata Alam Bagi Seorang Muslim Dalam perspektif Islam, melakukan perjalanan termasuk wisata alam bukan hanya sebagai media hiburan semata, melainkan juga sebagai sarana ibadah, edukasi, dan refleksi jika dilakukan dengan niat dan cara yang baik. Pada surat Al-Ankabut ayat 20, Allah SWT berfirman: “Maka berjalanlah kamu di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana permulaan penciptaan”. Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk melakukan perjalanan dan merenungi kebesaran Allah SWT yang ada di semua ciptaan-Nya. Ayat tersebut sebenarnya tidak secara spesifik memerintahkan kita untuk berwisata dalam konteks masa kini. Namun, jika kita melakukan perjalanan wisata dengan tujuan beribadah dan merenungkan kebesaran Allah SWT melalui semua ciptaan-Nya, maka hal itu selaras dengan makna ayat tersebut. Bagi umat Islam, berwisata bukan hanya kegiatan untuk melepas penat (stress release), atau sekadang ajang untuk bersenang-senang, melainkan juga memiliki beragam manfaat, antara lain: 1. Menjadi Hamba Allah yang Senantiasa Bersyukur Bagi seorang muslim, wisata alam merupakan salah satu kegiatan untuk merenungkan dan memahami semua ciptaan Allah. Tadabur alam bukan sekadar kegiatan menikmati pemandangan, melainkan juga sebagai sebuah ajang perenungan. Dengan mengamati fenomena alam yang ada di langit, laut, gunung, atau pada makhluk hidup lainnya, kita diajak untuk menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah sehingga semakin memperkuat keimanan, memiliki rasa rendah diri di hadapan Pencipta, dan menambah rasa syukur kita kepada-Nya. Selain itu, wisata alam juga membantu kita menenangkan jiwa, dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sebagai amanah manusia yang merupakan khalifah fil-ardh. 2. Meningkatkan Keilmuan Manusia cenderung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan oleh karenanya, dalam Islam, menuntut ilmu itu merupakan kewajiban kita yang dilakukan seumur hidup. Mengunjungi hutan, pegunungan, laut, atau pun situs sejarah akan membuat keingintahuan kita terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sana semakin kuat dan kita secara alami akan mencari tahu lebih banyak lagi mengenai hal tersebut. 3. Meningkatkan Kesabaran dan Adab Selama melakukan wisata alam, adakalanya kondisi lingkungan sekitar tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Terkadang kita akan dihadapkan pada berbagai situasi yang menuntut kesabaran, seperti menghadapi cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi ekstrem, medan yang sulit atau terjal, menghadapi berbagai macam orang, atau bahkan mendapati beragam fasilitas yang sangat terbatas. Momen tersebut akan menguji kita, apakah kita mampu untuk menghadapi semuanya dengan tenang dan sabar, atau malah menjadi kecewa dan marah bahkan sampai emosi kita meledak-ledak? Saat berwisata pun, seorang muslim tidak boleh memperlihatkan adab yang buruk. Sebaliknya, kita dituntut untuk memiliki adab yang baik entah itu terhadap manusia, hewan, dan alam itu sendiri. 4. Memperkuat Kesadaran Lingkungan Dalam Islam, kesadaran lingkungan merupakan bagian pokok dari tanggung jawab manusia sebagai khalīfah di muka bumi, yang sudah seharusnya menjaga ekosistem bumi agar senantiasa seimbang dan harmoni.  Islam sendiri memerintahkan umatnya untuk tidak merusak lingkungan sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 56 : وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ Artinya:“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (akan azab) dan penuh harap (akan rahmat-Nya). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” Ayat ini mengajarkan kepada kita agar menjaga kelestarian bumi, tidak merusak alam yang telah Allah ciptakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya setiap Muslim diperintahkan untuk memelihara lingkungan dan memanfaatkannya secara bijak, karena di dalamnya terkandung tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan menjaga alam dan merenungi keindahannya, kita pun terdorong untuk berdoa dengan rasa takut dan harap, sekaligus mendekatkan diri kepada rahmat-Nya. Dengan melakukan wisata alam, kita disadarkan pada kondisi bumi saat ini. Apalagi jika melihat semakin banyak kerusakan alam yang terjadi di mana-mana. Sebagai muslim kita wajib menjaganya, agar senantiasa layak untuk dihuni. Islam memerintahkan umatnya mengembangkan norma dan etika menjaga lingkungan seperti dalam pengelolaan limbah, perlindungan satwa, hingga konservasi air. Selain kebaikan alam bumi itu sendiri, manfaatnya  bisa dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya.. Menjadikan wisata alam sebagai bagian dari gaya hidup seorang Muslim bukan hanya bentuk ikhtiar menjaga kesehatan fisik dan mental, tetapi juga wujud penghayatan…

Read More

Menjelajahi Keindahan Wisata Halal di Eropa yang Tak Disangka Ramah Muslim

Surabaya – 1miliarsantri.net : Mendengar kata Eropa, banyak orang langsung membayangkan gereja-gereja tua, kota-kota penuh sejarah, dan makanan khas yang unik. Namun, siapa sangka bahwa benua yang identik dengan budaya Barat ini juga menyimpan beragam destinasi wisata halal yang memikat hati para pelancong Muslim? Tidak hanya menyediakan makanan halal, beberapa kota bahkan memiliki fasilitas ibadah yang lengkap, serta komunitas Muslim yang ramah dan inklusif. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap lima kota di Eropa yang cocok menjadi destinasi wisata halal. Ada yang tersembunyi, ada pula yang sudah populer namun belum banyak diketahui memiliki fasilitas halal. Yuk, perhatikan selengkapnya dan temukan inspirasi untuk perjalanan halal berikutnya! 1. Valletta, Malta Sebagai ibu kota negara kecil Malta, Valletta mungkin tidak langsung terlintas di benak para wisatawan Muslim. Namun, kota ini layak disebut sebagai destinasi wisata halal yang menawan. Terletak di tepi Laut Mediterania, Valletta menawarkan pemandangan laut yang eksotis, bangunan bersejarah yang memukau, serta atmosfer kota tua yang menenangkan. Meski tidak sebesar kota-kota lain di Eropa, Valletta memiliki pilihan restoran halal seperti Millenium Kebab dan Ali Baba yang menyajikan hidangan Timur Tengah hingga Mediterania. Tidak hanya itu, wisatawan Muslim juga dapat menemukan tempat salat di beberapa lokasi strategis atau menginap di hotel yang ramah Muslim. Jika Anda mencari destinasi wisata halal yang tenang namun tetap menyuguhkan keindahan luar biasa, Valletta adalah jawabannya. 2. Wina, Austria Wina terkenal sebagai pusat seni dan musik klasik di Eropa. Namun di balik kemegahan gedung opera dan istana megahnya, ibu kota Austria ini juga menyediakan fasilitas wisata halal yang sangat memadai. Wina menjadi contoh nyata bahwa budaya Eropa bisa berjalan harmonis dengan kebutuhan wisatawan Muslim. Kota ini memiliki delapan masjid yang aktif, termasuk Islamic Centre of Vienna yang megah dan bersih. Untuk urusan kuliner, para wisatawan bisa menikmati hidangan halal di restoran Demi Tass dan Kent Restaurant yang sudah terkenal di kalangan Muslim lokal. Tak hanya menikmati makanan, Anda bisa berjalan-jalan ke pusat kota yang bersejarah atau menikmati sore di tepi Sungai Donau dengan tenang. 3. Budapest, Hungaria Budapest, ibu kota Hungaria, dikenal sebagai Jantung Eropa karena lokasinya yang strategis dan pesona sejarah yang kuat. Kota ini merupakan perpaduan unik antara arsitektur klasik dan kehidupan modern. Sebagai destinasi wisata halal, Budapest mulai dilirik oleh para pelancong Muslim karena akses halal yang semakin berkembang. Wisatawan bisa menjelajahi ikon kota seperti Buda Castle, Chain Bridge, dan Opera House, lalu menyantap hidangan lezat di restoran halal seperti Szeraj dan Mughal Shahi. Budapest juga memiliki sembilan masjid, salah satunya adalah Hungarian Islamic Community yang menyediakan tempat ibadah yang nyaman. Meskipun belum sepopuler kota-kota besar lainnya, Budapest menawarkan pengalaman wisata halal yang memuaskan dan berbeda dari yang lain. 4. Roma, Italia Siapa yang tidak mengenal Roma? Kota ini adalah saksi sejarah peradaban Romawi dan menyimpan banyak situs penting seperti Colosseum, Trevi Fountain, dan Pantheon. Walaupun mayoritas penduduknya adalah Katolik, Roma juga sangat terbuka terhadap wisatawan Muslim. Roma memiliki sekitar 30 masjid dan mushala, termasuk Islamic Cultural Centre of Italy yang menjadi pusat kegiatan umat Islam di kota ini. Pilihan tempat makan halalnya pun beragam, seperti Himalaya’s Kashmir dan Chicken Hut yang cocok untuk dinikmati setelah seharian berkeliling kota. Jika Anda ingin merasakan nuansa klasik Roma tanpa khawatir soal kehalalan, kota ini adalah destinasi wisata halal yang tak boleh dilewatkan. 5. Paris, Prancis Paris adalah kota penuh pesona yang tidak hanya dikenal karena Menara Eiffel dan seni modenya, tetapi juga karena komunitas Muslimnya yang besar. Wisata halal di Paris sangat berkembang, dengan lebih dari 100 restoran halal dan berbagai lingkungan yang ramah Muslim seperti Belleville, Myrha Street, dan Goutte d’Or. Restoran seperti Le Taj Mahal dan Sahil menyajikan menu halal yang menggugah selera. Tak hanya itu, masjid-masjid besar seperti Grand Mosque of Paris menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah dan mengenal budaya Islam di Prancis. Berjalan-jalan di taman-taman kota, berbelanja di butik halal, hingga menikmati hidangan khas Timur Tengah, semua bisa Anda lakukan di Paris dengan tenang. Siapa bilang berwisata halal di Eropa itu sulit? Lima kota yang telah dibahas di atas menunjukkan bahwa Eropa juga bisa menjadi destinasi wisata halal yang menyenangkan dan penuh kenyamanan. Dengan fasilitas halal yang lengkap, suasana yang ramah, serta keindahan arsitektur dan budaya yang luar biasa, wisata halal di Eropa kini semakin mudah dijangkau oleh para pelancong Muslim dari seluruh dunia. Jika Anda merencanakan liburan ke benua biru, jangan ragu untuk mempertimbangkan destinasi yang telah disebutkan di atas. Selamat menjelajah dan semoga perjalanan Anda membawa pengalaman yang bermakna dalam dunia wisata halal! Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Anggun & Syar’i! Ini Tutorial Hijab Pashmina yang Menutup Dada Tapi Tetap Modis

Dalam dunia fashion muslimah, gaya berhijab yang syar’i kini menjadi pilihan utama banyak wanita. Salah satu model hijab yang paling populer adalah pashmina karena fleksibel, mudah dikreasikan, dan cocok untuk berbagai bentuk wajah. Namun, masih banyak yang bingung bagaimana cara memakai pashmina agar tetap modis sekaligus menutup dada. Menjaga hijab yang anggun dan syar’i merupakan bagian penting dari ketaatan seorang Muslimah kepada Allah SWT, sekaligus perwujudan identitas dan kehormatan diri. Dalam Al-Qur’an, Allah secara tegas memerintahkan perempuan beriman untuk menutup aurat dengan sempurna agar terjaga dari fitnah dan dikenal sebagai wanita yang terhormat. Firman-Nya dalam Surat Al-Ahzab ayat 59 berbunyi, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal dan tidak diganggu.” Nah, melalui artikel ini, kami sajikan tutorial hijab pashmina yang bukan hanya praktis dan elegan, tapi juga memenuhi syariat. Dan berikut beberapa gaya hijab pashmina yang tak hanya menutupi dada, tapi juga tetap terlihat modern dan elegan. Setiap gaya dapat kamu sesuaikan dengan jenis acara, jenis bahan, hingga bentuk wajahmu. 1. Pashmina Lilit Depan: Sederhana Tapi Tetap Elegan Untuk kamu yang menginginkan tampilan sederhana namun tetap anggun, gaya lilit depan ini bisa jadi pilihan. Tutorial hijab pashmina ini cocok digunakan sehari-hari, ke kampus, kantor, atau bahkan saat hangout. Dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Dengan teknik ini, kamu bisa tetap bergerak aktif tanpa khawatir hijab tersingkap. 2. Pashmina Layer Menutup Dada yang Cocok untuk Kondangan Model ini memberi kesan glamor dan mewah, sangat cocok untuk acara formal seperti kondangan atau pesta keluarga. Tutorial hijab pashmina ini membuat bagian depan terlihat bertingkat dan jatuh anggun di dada. Adapun caranya, ikuti langkah-langkah berikut ini: Model ini tidak hanya menutupi dada dengan sempurna, tapi juga memberi kesan mewah yang elegan. 3. Pashmina Menjuntai Simetris yang Praktis dan Rapi Gaya ini cocok buat kamu yang tidak suka ribet tapi ingin hasil akhir yang tetap rapi. Tutorial hijab pashmina model simetris ini sangat cocok digunakan untuk ke kantor atau acara semi formal lainnya. Dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Meskipun simpel, model ini tetap memberikan perlindungan maksimal dan kesan elegan pada tampilanmu. 4. Pashmina Menutup Dada dengan Bros Aksen Buat kamu yang ingin menambah sentuhan manis pada tampilan, gaya ini menggunakan bros sebagai aksen tambahan. Bros juga membantu menjaga posisi pashmina agar tidak mudah bergeser. Untuk tutorialnya, ikuti langkah-langkah ini: Selain cantik, bros juga menambah keunikan dari gaya berhijabmu. Tutorial hijab pashmina ini sangat disukai oleh mereka yang ingin tampil sedikit lebih menonjol tapi tetap anggun. Dengan berbagai pilihan gaya di atas, kini kamu tak perlu bingung lagi mencari model hijab pashmina yang bisa menutup dada dan tetap stylish. Setiap model memiliki keunggulan masing-masing, tinggal kamu sesuaikan dengan kebutuhan dan karakter pribadimu. Jangan lupa untuk memilih bahan pashmina yang lembut, jatuh, dan tidak terlalu licin agar mudah dibentuk. Jadi, apakah kamu sudah siap tampil lebih percaya diri dan anggun? Yuk, mulai praktikkan tutorial hijab pashmina di atas dan temukan gaya hijab favoritmu sendiri. Karena tampil syar’i tak pernah berarti membosankan, justru penuh dengan pesona dan keanggunan! Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Loloan, Mutiara Wisata Religi di Ujung Barat Bali

Bali – 1miliarsantri.net : Jembrana, kabupaten yang terletak di ujung barat Pulau Bali, sering kali terlupakan dalam peta pariwisata Bali yang lebih banyak menyoroti Denpasar, Ubud, atau Badung. Padahal, daerah ini menyimpan sejarah panjang dan keunikan budaya yang berbeda dari citra Bali pada umumnya. Salah satu permata tersembunyi itu adalah kawasan Loloan, yang bukan hanya kaya akan nilai sejarah dan budaya, tapi juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata religi Islami. Sejarah Loloan bermula pada abad ke-17, ketika rombongan pelaut Bugis dari Sulawesi Selatan mendarat dan bermukim di pesisir Jembrana. Mereka diterima dengan tangan terbuka oleh kerajaan setempat, bahkan diangkat menjadi prajurit kerajaan karena keberanian dan loyalitas mereka. Salah satu tokoh penting dari masa itu, Daeng Nachoda, diberi wewenang mendirikan pelabuhan bernama Bandar Pancoran. Kedatangan mereka menjadi awal terbentuknya komunitas Muslim yang menetap dan berkembang di Jembrana. Wilayah yang mereka dirikan kemudian dikenal sebagai Loloan, yang berasal dari bahasa Bugis dan berarti “sungai yang luas dan panjang”. Saat ini, Loloan terbagi menjadi dua wilayah administratif: Loloan Timur dan Loloan Barat. Jejak budaya Bugis-Melayu masih tampak nyata melalui arsitektur rumah panggung, kebiasaan masyarakat, dan nilai-nilai sosial yang terus hidup hingga kini. Salah satu ciri khas paling menonjol dari Loloan adalah kehidupan keberagamaan masyarakatnya. Relasi sosial antara komunitas Muslim dan masyarakat Bali lainnya berjalan harmonis dengan konsep “menyama braya”—falsafah kebersamaan khas Bali yang berarti saudara dalam hidup bermasyarakat. Nilai ini telah menjadi pilar dalam menjaga toleransi dan kebersamaan selama berabad-abad. Dari harmoni tersebut tumbuhlah tradisi-tradisi keagamaan yang unik dan khas, salah satunya adalah wisata religi. Loloan memiliki sejumlah makam para ulama dan wali yang menjadi tempat ziarah, seperti makam Wali Pitu di Loloan Barat, dan makam Syarif Tue serta Buyut Lebai di Loloan Timur. Sejak 1990-an, kawasan ini ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, bahkan luar pulau. Selain ziarah, para pengunjung juga bisa menginap di rumah-rumah panggung warga, mencicipi kuliner khas seperti plecing ayam pedas, dan merasakan suasana kampung yang tenang dan spiritual. Peziarah sedang berdoa di makam Syarif Tue Loloan alias Syarif Abdullah bin Yahya Al Qodri Namun pandemi COVID-19 sempat memukul geliat wisata religi di Loloan. Tak ada peziarah datang, penginapan kosong, dan ekonomi warga pun lesu. Baru sejak awal 2022, aktivitas mulai pulih perlahan. Para wisatawan domestik kembali datang, mengikuti protokol kesehatan, dan menghidupkan kembali denyut kehidupan kampung. Syair Perpisahan Ramadan Tak hanya wisata religi, Loloan juga menyimpan satu lagi tradisi istimewa yakni Wida’, syair-syair perpisahan yang dilantunkan saat sepuluh malam terakhir Ramadan. Tradisi ini hanya ditemukan di Loloan. Dalam syair Wida’, para ulama tempo dulu meluapkan kesedihan akan perginya bulan suci. Lantunannya dilakukan tengah malam antara pukul 12 hingga 2 dini hari, dalam lengkingan nada tinggi dan panjang, menggema memecah keheningan kampung. Para pelantunnya, disebut pewida’, menyampaikan kesedihan mendalam lewat syair yang mereka gubah dalam langgam Bugis-Melayu. Syair yang paling sering dilantunkan adalah syair Rakbi, salah satu jenis syair yang secara tematik dan musikal penuh duka cita. Menurut Eka, Wida’ tidak hanya sebuah ekspresi seni, melainkan juga warisan budaya yang hidup di antara spiritualitas dan sejarah. Dalam lintasan waktu, ada nama-nama pewida legendaris yang pernah dikenal masyarakat Loloan pada era 1980-an, seperti Pak Tabrani, Pak Zaki, dan Pak Huzaimi. Kini semua telah wafat, tapi suara mereka masih terngiang dalam ingatan banyak orang. Ustadz Suldan, salah satu pelantun Wida. Foto istimewa : Eka Sabara Tradisi ini bermula dari abad ke-18. Tuan Guru di Loloan mengekspresikan kesedihan akan berakhirnya Ramadan melalui syair Bugis-Melayu. Kata “Wida’” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti perpisahan, dan dalam budaya Bugis bermakna “selamat tinggal”. Tradisi ini diyakini sebagai bentuk spiritualitas mendalam, bahkan dipercaya oleh sebagian masyarakat bahwa selama Ramadan para leluhur mendapatkan “remisi” dari alam barzakh untuk pulang ke dunia. Generasi muda seperti Yusuf Mudatsir melihat tradisi Wida’ tak hanya sebagai ekspresi religius, tapi juga potensi besar untuk dikembangkan sebagai warisan budaya. Yusuf dan rekan-rekannya tengah merancang pembuatan film dokumenter, festival Wida’, hingga program regenerasi pewida’. Ia menyebut Wida’ sebagai warisan suara yang memadukan nada Melayu dan Bali, menciptakan harmoni unik yang bisa dinikmati bahkan oleh mereka yang tidak memahami maknanya. Warga desa Loloan, Negara, Jembrana Bali. Foto istimewa : Eka Sabara Kini, meskipun Loloan belum secara resmi ditetapkan sebagai desa wisata oleh pemerintah daerah, embrio pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat sudah terbentuk. Kelompok Sadar Wisata Ambenan Ijogading di Loloan Timur menjadi pelopor. Pemerintah Kabupaten Jembrana sendiri telah mencanangkan pengembangan desa wisata melalui Perda No. 2 Tahun 2018. Harapannya, Loloan bisa segera diikutkan dalam pengembangan ini, terutama karena memiliki daya tarik wisata yang autentik dan berbeda dari kebanyakan desa wisata di Bali yang didominasi budaya Hindu. Loloan adalah wajah lain Bali. Bali yang terbuka, inklusif, dan penuh toleransi. Jika selama ini wisata Bali identik dengan pura, pantai, dan kesenian Hindu, maka Loloan menunjukkan bahwa Bali juga memiliki sejarah Islam yang tua dan hidup. Dengan dukungan masyarakat dan perhatian pemerintah, Loloan bisa tumbuh sebagai destinasi religi yang tak hanya menyuguhkan ketenangan spiritual, tapi juga cerita tentang keberagaman yang berpadu dalam harmoni. Penulis : Angga Wijaya Editor : Toto Budiman

Read More

Menelusuri 4 Jenis Makanan Halal yang Bisa Anda Temukan di Bali

Bali – 1miliarsantri.net : Dalam ajaran Islam, memperhatikan kehalalan makanan bukan sekadar soal pilihan selera, melainkan bagian dari ketaatan kepada Allah SWT dan wujud penjagaan terhadap kesucian jiwa serta kesehatan tubuh. Makanan halal memberi keberkahan, menjauhkan diri dari dosa, dan menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah seorang Muslim. Oleh karena itu, setiap individu yang beriman dituntut untuk selektif dalam memastikan apa yang dikonsumsi berasal dari sumber yang halal dan baik (thayyib), sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 168: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ Terjemahan: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Bali, yang dikenal sebagai pulau dewata dengan sejuta pesonanya, bukan hanya kaya akan keindahan alam dan budaya, tetapi juga menyimpan kekayaan kuliner yang menggoda selera. Banyak orang mengira sulit menemukan makanan halal di Bali, mengingat mayoritas masyarakatnya bukan Muslim. Namun, tahukah Anda bahwa ada 4 jenis makanan halal yang tidak hanya lezat, tetapi juga aman untuk dikonsumsi oleh umat Muslim? Nah jika belum tahu, tenang! Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi empat hidangan halal khas Bali yang wajib dicoba saat berkunjung ke pulau eksotis ini. Siapkan diri Anda untuk menemukan kelezatan tersembunyi yang mungkin belum pernah dibayangkan sebelumnya. Tanpa berlama-lama lagi, inilah 4 jenis makanan halal yang umum ditemukan di Bali: 1. Ayam Betutu Salah satu kuliner khas Bali yang cukup terkenal di kalangan wisatawan adalah Ayam Betutu. Makanan ini sangat populer dan telah banyak tersedia dalam versi halal. Ayam Betutu merupakan sajian ayam utuh yang dimasak dengan bumbu khas Bali, seperti lengkuas, kunyit, bawang merah, bawang putih, cabai, dan berbagai rempah lainnya. Setelah dibumbui, ayam kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan dimasak dengan cara dikukus atau dipanggang hingga empuk. Proses memasak yang lama membuat bumbu meresap sempurna ke dalam daging ayam, memberikan rasa yang begitu mendalam. Banyak restoran halal di Bali kini menyajikan versi Ayam Betutu yang menggunakan bahan dan proses pengolahan sesuai standar halal. 2. Sate Lilit Selanjutnya dalam daftar 4 jenis makanan halal yang dapat ditemukan di Bali adalah Sate Lilit. Sate ini berbeda dari sate pada umumnya karena dagingnya tidak ditusuk dalam potongan utuh, melainkan dicincang terlebih dahulu dan kemudian dililitkan pada batang serai atau bambu. Daging yang digunakan bisa berupa ayam atau ikan, yang kemudian dibumbui dengan campuran kelapa parut, bawang putih, bawang merah, jahe, dan serai, sehingga menghasilkan cita rasa yang khas dan harum. Karena beberapa jenis Sate Lilit menggunakan daging non-halal, penting untuk memilih tempat makan yang memang menyediakan versi halal, biasanya menggunakan ayam atau ikan dan tanpa campuran bahan haram lainnya. 3. Nasi Campur Bali Nasi Campur Bali adalah salah satu sajian paling populer yang menggambarkan kekayaan kuliner pulau ini. Hidangan ini terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan beragam lauk pauk tradisional, seperti ayam suwir berbumbu, urap sayur, sate lilit halal, telur balado, sambal matah, dan kerupuk. Menariknya, setiap warung atau rumah makan memiliki versi Nasi Campur Bali yang berbeda-beda tergantung dari bahan dan lauk yang digunakan. Jika Anda mencari versi halal, pilihlah tempat makan yang mencantumkan sertifikasi halal atau yang secara khusus menyajikan makanan Muslim-friendly. Nasi Campur Bali versi halal termasuk salah satu dari 4 jenis makanan halal yang cukup mudah ditemukan di berbagai wilayah seperti Denpasar, Ubud, hingga Kuta. 4. Tipat Cantok Tipat Cantok mungkin belum seterkenal tiga makanan sebelumnya, namun justru itulah daya tariknya. Makanan ini termasuk dalam kategori 4 jenis makanan halal karena seluruh bahan yang digunakan adalah nabati dan tanpa kandungan daging. Tipat Cantok terdiri dari ketupat (tipat) yang dipotong-potong lalu dicampur dengan sayuran segar seperti kangkung, tauge, dan kacang panjang. Seluruhnya disiram dengan saus kacang khas Bali yang gurih dan sedikit pedas. Mirip seperti gado-gado, tetapi dengan bumbu dan aroma lokal yang lebih kuat. Hidangan ini cocok untuk Anda yang mencari menu ringan, sehat, dan pastinya halal selama berwisata di Bali. Berkunjung ke Bali tidak berarti Anda harus khawatir soal makanan halal. Dengan pengetahuan tentang 4 jenis makanan halal di atas, Anda bisa lebih tenang dalam memilih hidangan yang aman dan sesuai dengan syariat Islam. Pastikan untuk mencari tempat makan yang terpercaya atau memiliki label halal. Alternatif lainnya, Anda bisa bertanya langsung kepada penjual mengenai bahan-bahan yang digunakan. Sebagai destinasi wisata dunia, Bali juga telah banyak berbenah untuk menyambut wisatawan Muslim. Mulai dari hotel syariah, tempat ibadah yang mudah ditemukan, hingga makanan halal yang kini semakin mudah diakses. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menikmati wisata kuliner di Bali, apalagi setelah Anda mengenal 4 jenis makanan halal yang telah dijelaskan di atas. Dengan begitu, pengalaman kuliner Anda di Bali akan lebih menyenangkan, lezat, dan tentunya tetap sesuai dengan nilai-nilai kehalalan. Selamat menikmati perjalanan dan kelezatan kuliner halal Bali! Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More