Prasasti Tertua Berbahasa Arab Ditemukan

Makkah – 1miliarsantri.net : Komisi Warisan Arab Saudi mengumumkan penemuan salah satu prasasti tertua bahasa Arab di negara kerajaan tersebut. Prasasti itu ditemukan saat melakukan survei. Prasasti itu ditetapkan sebagai prasasti keenam tertua yang ditemukan hingga saat ini. Prasasti ini ditemukan di gunung Al-Haqqan di dalam daerah kebudayaan Hima di wilayah Najran. Prasasti ini telah ada jauh sebelum kebangkitan Islam atau 191 tahun sebelum Nabi Muhammad lahir. Nabi Muhammad lahir sekitar tahun 571 Masehi. Prasasti itu ditulis oleh seorang pedagang Arab bernama Ka’b bin Amr bin Abdul Manat sekitar tahun 380 Masehi. Ka’b menulis prasasti itu dalam perjalanan kembali ke kampung halamannya di barat laut Semenanjung Arabia. Dia mencatat dan menyegel prasasti Arab tersebut dengan tanggal pembuatannya menggunakan simbol penanggalan Nabataean dengan nilai numerik. Penemuan prasasti Al-Haqqan ini merupakan temuan bersejarah yang sangat penting, menambah koleksi tulisan Arab awal yang ditemukan sebelum kebangkitan Islam. Ini juga menunjukkan tahap penting perkembangan penulisan Arab. Arab Saudi juga memiliki prasasti yang lebih tua yang ditemukan di sejumlah wilayah seperti Al Ula, Jouf, dan Tabuk. Daerah kebudayaan Hima di mana prasasti terbaru ini ditemukan merupakan museum terbuka yang sangat luas di mana banyak ditemukan prasasti kuno dan kuburan. Hima ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia UNESCO dan salah satu situs arkeologi penting di Najran. Area ini memiliki luas sekitar 557 kilometer persegi dan berisi gua-gua, gunung dengan seni ukiran batu, dan ribuan prasasti. (ham)

Read More

Buya Yahya : Perbedaan Fungsi Masjid Ketika Jaman Sahabat Dengan Kondisi Saat Ini

Jakarta – 1miliarsantri.net : Masjid merupakan tempat suci bagi umat muslim yang memiliki peran penting dalam kehidupan kaum muslimin. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga memiliki peran sosial dan edukatif. Namun saat ini yang terjadi, perbedaan fungsi masjid pada zaman Sahabat dan masa sekarang tampak mengalami perubahan cukup signifikan. Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Prof Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya), menyampaikan, fungsi masjid ketika pada zaman Sahabat, sangat luas. Masjid bukan hanya tempat untuk melaksanakan ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan pendidikan umat Muslim. “Dulu tidak ada pondok pesantren, tidak ada kampus, tidak ada sekolah madrasah. Semuanya dilakukan di masjid,” ucap Buya Yahya kepada 1miliarsantri.net, Selasa (20/6/2023). Masjid menjadi tempat para Sahabat menuntut ilmu, belajar agama, mengaji, dan melaksanakan salat berjamaah. Semua aktivitas ini dilakukan di dalam masjid. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah umat Muslim, kebutuhan akan aturan dan tata tertib dalam pengelolaan masjid pun meningkat. Buya Yahya menambahkan, peraturan-peraturan masjid yang ada saat ini sebenarnya bukanlah larangan syariat, tetapi lebih kepada upaya menjaga ketertiban dan kebersihan masjid. “Misalnya, adanya peraturan masjid yang melarang tidur di masjid atau membuang sampah sembarangan. Ini bukan larangan syariat, tapi hanya aturan yang dibuat untuk menjaga kebersihan dan ketertiban masjid,” ujar Buya Yahya. Namun, Buya Yahya juga memberikan pesan kepada pengurus masjid untuk membuat aturan yang masuk akal dan tidak berlebihan. Dia menekankan pentingnya menjadikan masjid sebagai tempat yang nyaman bagi jamaah. Jika terdapat jamaah yang ingin istirahat atau tidur sejenak, sebaiknya ada ruang khusus yang disediakan untuk itu, bukan tidur di ruang utama masjid. Selain itu, jamaah yang memberikan saran atau kritik terhadap peraturan masjid sebaiknya melakukannya dengan bijak dan tidak melibatkan perasaan pribadi. “Tolong jangan dipersulit urusan masjid, jangan merepotkan. Tapi di sisi lain Anda (jamaah) jangan baper di saat melihat masjid punya aturan, karena dia (pengurus) punya pengalaman sendiri-sendiri yang kadang-kadang memang bikin kesel,” tutup Buya Yahya. (wink)

Read More

Kehadiran MUI Ditolak Pihak Al Zaytun

Indramayu – 1miliarsantri.net : Pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun terus menuai kontroversi. Al Zaytun juga berupaya menutup diri. dan terkesan menghindar, termasuk salah satunya dengan menolak tim investigasi yang dibentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang sudah berencana menemui pimpinan ponpes dengan dalih sibuk. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Sekretaris MUI Pusat, KH. Hammam Asy’ari kepada sejumlah media, Selasa (20/06/2023). “MUI sudah melakukan langkah konkret, sudah merekomendasikan beberapa orang melakukan investigasi untuk menemukan fakta-fakta yang ada, ataupun ajaran yang dilakukan oleh ponpes Al Zaytun, bahkan sudah turun ke lapangan tetapi belum diterimanya oleh pihak Pondok Pesantren dengan beberapa alasan yang ada. Alasannya masih sibuk, sibuk memperluaskan lahan-lahan ponpes Al Zaytun ini. Dalam artian Al Zaytun ini sangat eksklusif sekali, sangat tertutup,” terang Hammam. Hammam menambahkan, MUI menganggap Al Zaytun tidak kooperatif karena tidak merespon dan menerima tim MUI. Tak hanya MUI pusat, MUI Jawa Barat pun dipersulit untuk berkunjung ke Al Zaytun. “Kami sudah mencoba koordinasi tapi dipersulit, sehingga apabila dalam mengeluarkan fatwa tentang Al Zaytun, MUI harus melalui prosedur. Salah satunya yakni MUI harus bertemu dengan pihak pimpinan Al Zaytun, Panji Gumilang,” imbuhnya. Hammam khawatir bila Al Zaytun akan terus menerus membuat berbagai kontroversi yang membuat kegaduhan dan keresahan di tengah masyarakat karena bertentangan dengan ajaran Ahlussunah wal Jamaah. Hammam juga mencatat pernyataan Panji Gumilang yang menuai kontroversi seperti bolehnya berzina asal ditebus, menyebut Indonesia Tanah Suci sama seperti tanah Haram Makkah, hingga mengakui diri komunis. Sementara itu Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin meminta Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengkoordinasikan lebih lanjut terkait kontroversi ajaran Pesantren Al Zaytun. “Pemerintah akan menindaklanjuti berbagai pandangan ormas Islam mulai dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis) dan lainnya. Saya minta nanti untuk dikoordinasikan di tingkat Menko Polhukam untuk membahas langkah apa yang harus kita ambil,” ujar Ma’ruf. Ma’ruf menyebut jika berbagai pandangan sudah dikaji dan terdapat penyimpangan ajaran agama Islam maka akan ditindaklanjuti oleh Pemerintah. “Jadi kita setelah kita kaji bahwa itu memang sudah ada penyimpangan kemudian tentu akan ada rapat koordinasi di pihak Menko Polhukam dengan kementerian agama. Saya minta ditindaklanjuti,” lanjutnya. Pondok Pesantren Al Zaytun disebut dapat menjadi embrio kelompok teroris karena memiliki relasi yang kuat dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9). Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto mengatakan dari penelitian dan pengakuan eks NII KW 9, ditemukan adanya hubungan Al Zaytun dengan NII KW 9. Ia mengatakan figur Panji Gumilang sebagai pimpinan Al Zaytun juga adalah pimpinan NII KW 9. Dia menjelaskan dalam ajaran yang dipraktikkan NII KW 9 di antaranya adalah memobilisasi dana dengan mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan. Selain itu pada ajaran NII KW 9 ditemukan adanya penafsiran ayat-ayat Alquran yang menyimpang serta paham takfiri atau menghukumi kafir kelompok-kelompok di luar NII KW 9. Budi mengatakan NII pernah dipimpin Abdullah Sungkar pada 1993 yang kemudian membentuk Jamaah Islamiyah (JI). Belakangan JI justru membangun afiliasi internasional dengan organisasi militan yang memiliki tujuan global. Langkah JI tersebut menurut Budi sedikit berbeda dengan NII yang masih kukuh dengan tujuannya pada tingkat nasional. Setelah Abdullah Sungkar meninggal, para pengikutnya berafiliasi dengan kelompok jihad luar negeri dan memilih melakukan teror melawan Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam perjalanannya, anggota-anggota JI yang telah bergabung dengan organisasi militan internasional merekrut aktivis-aktivis NII lainnya yang memiliki pemikiran serupa. “Di sini kita lihat bahwa pelaku teror berasal dari akar yang sama yaitu intoleransi. Kemudian juga NII pragmatis atau NII KW 9 itu tidak menggunakan cara teror yang melaksanakan aksinya seperti disebut tadi (tidak seperti JI). Namun yang dilakukan Panji Gumilang adalah menyuburkan perekrutan calon-calon teroris dengan meletakan dasar-dasar militansi serta kebencian kepada NKRI,” kata Budi. Lebih lanjut Budi mengatakan orang-orang yang bergabung di Al Zaytun dapat berpotensi bergabung atau direkrut oleh gerakan atau kelompok-kelompok teror. Karena itu menurutnya perlunya segera pengawasan dan penyadaran kepada orang-orang yang bergabung di Al Zaytun. (ps)

Read More

UAS : Panji Gumilang Ini Pantas Diproses Hukum

Jakarta – 1miliarsantri.net : Ustad Prof. H. Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Ph.D., Datuk Seri Ulama Setia Negara atau yang akrab di panggil Ustad Abdul Somad (UAS) merasa geram setelah mengetahui ada dugaan ajaran aliran sesat di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. “Ajaran mereka itu salah, mereka penganut Yahudi,” umpat UAS kesal. Selain itu UAS juga meminta pihak terkait, dalam hal ini pihak kepolisian setempat untuk segera mengamankan Panji Gumilang pimpinan Ponpes Al Zaytun tersebut. “Udah dapat dan lihat beberapa tayangan videonya yang viral. Ini orang musti ditangkap karena antek Yahudi,” lanjutnya. UAS pun merasa heran mengapa masih ada orang tua yang mau memasukkan anaknya untuk menimba ilmu di pesantren tersebut. UAS pun mengimbau masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih tempat untuk memberikan ilmu agama yang tepat untuk anaknya. “Jangan memasukkan anak karena bangunan yang megah, rupanya aliran sesat. Bisa pula, Tuan Syekh-nya, di depan santri di dalam masjid, anak-anak diajarkan lagu. Lagunya Haveno, shaloom aleichem,” tegasnya. Di sisi lain, Gubernur Ridwan Kamil telah membentuk tim investigasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap polemik di Pondok Pesantren Al Zaytun. Tim itu dibentuk setelah dilakukan rapat khusus bersama pemerintah Provinsi Jawa Barat, MUI, Kemenag, ormas Islam dan dihadiri juga puluhan tokoh ulama. “MUI, ormas Islam, Kesbangpol sudah melakukan pertemuan, kesimpulannya adalah kami membentuk tim investigasi yang akan bekerja selama tujuh hari karena harus hati-hati, berkeadilan dan tabayun, beri ruang itu dulu,” terang Ridwan Kamil pada media, Selasa (20/06/2023) Jika dalam pemeriksaannya tim investigasi menemukan pelanggaran baik dari sisi agama maupun hal lain, Pondok Pesantren Al Zaytun siap ditindak hukum. “Nanti kita lihat hasilnya kalau ada pelanggaran-pelanggaran secara fikih syariat dan sebagainya, juga berpotensi adanya pelanggaran administrasi terhadap norma hukum, maka akan ada tindakan administratif dan hukum,” pungkas pria yang akrab disapa Kang Emil itu. (ded)

Read More

Sejarah Syekh Abdul Muhyi Penemu Goa Pamijahan

Tasikmalaya – 1miliarsantri.net : Nama Syekh Abdul Muhyi sudah tak asing lagi dikalangan masyarakat, terutama para warga di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat karena dikenal sebagai salah satu Wali Allah yang mempunyai segudang karomah. Dia merupakan anak dari Sembah Lebe Warta Kusumah yang masuh keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar 1650 Masehi atau 1071 Hijriah dan dibesarkan oleh orangtuanya di Kota Gresik. Dia selalu mendapat pendidikan agama baik dari orang tua maupun dari ulama-ulama sekitar Gresik. Saat berusia 19 tahun dia pergi ke Aceh untuk berguru kepada Syekh Abdul Rauf Singkil bin Abdul Jabar selama 8 tahun. Pada usia 27 tahun dia beserta teman sepondok dibawa oleh gurunya ke Baghdad untuk berziarah ke makam Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dan bermukim di sana dua tahun. Setelah itu diajak Syekh Abdul Rauf ke Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji. Ketika sampai di Baitullah, Syekh Abdul Rauf mendapat ilham kalau di antara santrinya akan ada yang mendapat pangkat kewalian. Dalam ilham itu dinyatakan, apabila sudah tampak tanda-tanda maka Syekh Abdul Rauf harus menyuruh santrinya pulang dan mencari gua di Jawa bagian barat untuk bermukim di sana. Suatu saat sekitar waktu ashar di Masjidil Haram tiba-tiba ada cahaya yang langsung menuju Abdul Muhyi dan hal itu diketahui oleh gurunya Syekh Abdul Rauf sebagai tanda-tanda tersebut. Setelah itu, Syekh Abdul Rauf menyuruh pulang Abdul Muhyi ke Gresik untuk minta restu dari kedua orangtua karena telah diberi tugas oleh gurunya untuk mencari gua dan harus menetap di salah satu daerah di Jawa Barat. Sebelum berangkat mencari gua, Abdul Muhyi dinikahkan oleh orangtuanya dengan Ayu Bakta putri dari Sembah Dalem Sacaparana putra Dalem Sawidak atau Raden Tumenggung Wiradadaha III. Tak lama setelah pernikahan, dia bersama istrinya berangkat ke arah barat dan sampailah di daerah yang bernama Darma Kuningan. Atas permintaan penduduk setempat Abdul Muhyi menetap di Darmo Kuningan selama 7 tahun. Kabar tentang menetapnya Abdul Muhyi di Darmo Kuningan terdengar oleh orang tuanya, maka mereka menyusul dan ikut menetap di sana. Di samping untuk membina penduduk, dia juga berusaha untuk mencari gua yang diperintahkan oleh gurunya, dengan mercoba beberapa kali menanam padi, ternyata gagal karena hasilnya melimpah. Sedang harapan dia sesuai isyarat tentang keberadaan gua yang diberikan oleh Syekh Abdul Rauf adalah apabila di tempat itu ditanam padi maka hasilnya tetap sebenih artinya tidak menambah penghasilan maka di sanalah gua itu berada. Karena tidak menemukan gua yang dicari akhirnya Syekh Abdul Muhyi bersama keluarga berpamitan kepada penduduk desa untuk melanjutkan perjalanan mencari gua. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah di daerah Pamengpeuk (Garut Selatan). Di sini dia bermukim selama 1 tahun untuk menyebarkan agama Islam secara hati-hati mengingat penduduk setempat waktu itu masih beragama Hindu. Setahun kemudian ayahanda (Sembah Lebe Warta Kusumah) meninggal dan dimakamkan di kampung Dukuh di tepi Kali Cikaengan. Beberapa hari seusai pemakaman ayahandanya, dia melanjutkan perjalan mencari gua dan sempat bermukim di Batu Wangi. Perjalanan dilanjutkan dari Batu Wangi hingga sampai di Lebaksiu dan bermukim di sana selama 4 tahun (1686-1690 M). Walaupun di Lebaksiu tidak menemukan gua yang dicari, dia tidak putus asa dan melangkahkan kakinya ke sebelah timur dari Lebaksiu yaitu di atas Gunung Kampung Cilumbu. Akhirnya dia turun ke lembah sambil bertafakur melihat indahnya pemandangan sambil mencoba menanam padi. Bila senja tiba, dia kembali ke Lebaksiu menjumpai keluarganya, karena jarak dari tempat ini tidak begitu jauh, sekitar 6 km. Suasana di pegunungan tersebut sering membawa perasaan tenang, maka gunung tersebut diberi nama Gunung Mujarod yang berarti gunung untuk menenangkan hati. Pada suatu hari, Abdul Muhyi melihat padi yang ditanam telah menguning dan waktunya untuk dipetik. Saat dipetik terpancarlah sinar cahaya kewalian dan terlihatlah kekuasaan Allah. Padi yang telah dipanen tadi ternyata hasilnya tidak lebih dan tidak kurang, hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Ini sebagai tanda bahwa perjuangan mencari gua sudah dekat. Untuk meyakinkan adanya gua di dalamnya maka di tempat itu ditanam padi lagi, sambil berdoa kepada Allah, semoga gua yang dicari segera ditemukan. Maka dengan kekuasaan Allah, padi yang ditanam tadi segera tumbuh dan waktu itu juga berbuah dan menguning, lalu dipetik dan hasilnya ternyata sama, sebagaimana hasil panen yang pertama. Di sanalah dia yakin bahwa di dalam gunung itu adanya gua. Sewaktu Abdul Muhyi berjalan ke arah timur, terdengarlah suara air terjun dan kicauan burung yang keluar dari dalam lubang. Dilihatnya lubang besar itu, di mana keadaannya sama dengan gua yang digambarkan oleh gurunya. Seketika kedua tangannya diangkat, memuji kebesaran Allah. Telah ditemukan gua bersejarah, dimana ditempat ini dahulu Syekh Abdul Qodir Al Jailani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya yang bernama Imam Sanusi. Gua yang sekarang dikenal dengan nama Gua Pamijahan diyakini adalah warisan dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup kurang lebih 200 tahun sebelum Abdul Muhyi. Gua ini terletak di antara kaki Gunung Mujarod. Sejak gua ditemukan Abdul Muhyi bersama keluarga beserta santri-santrinya bermukim disana. Di samping mendidik santrinya dengan ilmu agama, dia juga menempuh jalan tarekat. Di dalam Gua Pamijahan ada ‘Kopiah Haji’, yaitu lekukan-lekukan bulat atap gua yang menyerupai peci. Konon jika ada yang pas saat berdiri, Insya Allah akan bisa naik haji. ada juga lubang-lubang seperti mulut gua yang dikisahkan menjadi ‘jalan tembus menuju Banten, Cirebon, sampai Makkah’. Wallahu a’lam bishawab. Sekian lama mendidik santrinya di dalam gua, kemudian Syekh Abdul Muhyi mulailah menyebarkan agama Islam di perkampungan penduduk. Di dalam perjalanan, sampailah di salah satu perkampungan yang terletak di kaki gunung, bernama Kampung Bojong. Selama bermukim di Bojong dianugerahi beberapa putra dari istrinya, Ayu Bakta. Diantara putra dia adalah Dalem Bojong, Dalem Abdullah, Media Kusumah, Pakih Ibrahim. Beberapa lama setelah menetap di Bojong, atas petunjuk dari Allah, Syekh Abdul Muhyi beserta santri-santrinya pindah ke daerah Safarwadi. Di sini dia membangun masjid dan rumah sebagai tempat tinggal sampai akhir hayatnya. Dalam menyebarkan agama Islam Syekh Abdul Muhyi mengunakan metode Tharekat Nabawiah yaitu dengan akhlak yang luhur disertai tauladan yang baik. Salah satu contoh metode dalam mengislamkan seseorang adalah sewaktu dia melihat seseorang yang sedang memancing ikan. Namun orang itu kelihatan sedih karena tidak mendapat seekor ikanpun. Lalu dihampirinya dan disapa, “Bolehkah saya meminjam kailnya?” Orang itu…

Read More

Ma’had Al Zaytun Dapat Menjadi Embrio Kelompok Teroris

Jakarta – 1miliarsantri.net : Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun diprediksi dapat menjadi embrio kelompok teroris karena memiliki relasi yang kuat dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9). Hal tersebut disampaikan Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto. Menurutnya, dari penelitian dan pengakuan eks NII KW 9, ditemukan adanya hubungan Al-Zaytun dengan NII KW 9. “Figur Panji Gumilang sebagai pimpinan Al-Zaytun juga adalah pimpinan NII KW 9. Dia menjelaskan, dalam ajaran yang dipraktikkan NII KW 9 di antaranya adalah memobilisasi dana dengan mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan. Selain itu, pada ajaran NII KW 9 ditemukan adanya penafsiran ayat-ayat Alquran yang menyimpang serta paham takfiri atau menghukumi kafir kelompok-kelompok di luar NII KW 9,” terangnya kepada media, Selasa (20/06/2023). Budi mengungkapkan, bahwa NII pernah dipimpin Abdullah Sungkar pada 1993 yang kemudian membentuk Jamaah Islamiyah (JI). Belakangan JI justru membangun afiliasi internasional dengan organisasi militan yang memiliki tujuan global. “Langkah JI tersebut, sedikit berbeda dengan NII yang masih kukuh dengan tujuannya pada tingkat nasional. Setelah Abdullah Sungkar meninggal, para pengikutnya berafiliasi dengan kelompok jihad luar negeri dan memilih melakukan teror melawan Amerika Serikat dan sekutunya,” imbuhnya. Dalam perjalanannya, anggota-anggota JI yang telah bergabung dengan organisasi militan internasional merekrut aktivis-aktivis NII lainnya yang memiliki pemikiran serupa. “Di sini kita lihat bahwa pelaku teror berasal dari akar yang sama yaitu intoleransi. Kemudian juga NII pragmatis atau NII KW 9 itu, tidak menggunakan cara teror yang melaksanakan aksinya seperti disebut tadi (tidak seperti JI). Namun yang dilakukan Panji Gumilang adalah menyuburkan perekrutan calon-calon teroris dengan meletakan dasar-dasar militansi serta kebencian kepada NKRI,” lanjut Budi. Karena itu, Budi mengatakan, Al Zaytun dapat menjadi embrio kelompok teror apabila tidak ditangani dengan tepat. “Di sini kami memprediksi bahwa Al Zaytun dapat menjadi embrio dari pada kelompok teror,” ujarnya. Meskipun pada pelaksanaannya, Al Zaytun memiliki pola yang berbeda, tidak melakukan aksi perlawanan. Namun, dia melakukan aksi menguasai wilayah, makanya kalau kita lihat kenapa Al Zaytun luas wilayahnya, sampai di mana-mana. “Ini karena memang begitu polanya, dia tidak melakukan aksi seperti kelompok NII yang lain. Tapi, dia akan mencoba menguasai wilayah-wilayah yang ada di Indonesia ini,” ungkap Budi. Lebih lanjut Budi mengatakan, bahwa orang-orang yang bergabung di Al Zaytun dapat berpotensi bergabung atau direkrut oleh gerakan atau kelompok-kelompok teror. Karena itu, menurutnya, perlunya segera pengawasan dan penyadaran kepada orang-orang yang bergabung di Al Zaytun. Menurut Budi, bila tidak adanya penyadaran dan pengawasan dikhawatirkan orang-orang tersebut akan membentuk kelompok baru dengan nama berbeda namun memiliki tujuan yang sama. Yang pasti akan merongrong kedaulatan NKRI. Karena jelas targetnya untuk membentuk negara Islam. Terus juga berpotensi menghancurkan masa depan kaum muda yang tergabung di pesantren Al Zaytun untuk menjadi anggota NII itu sendiri. “Dimana mereka juga akan mengambil pemuda-pemuda lain yang kehilangan pekerjaan, yang terasing dari kehidupan sosialnya,” pungkasnya. (sof)

Read More

Wukuf di Arofah Tanggal 27 Juni 2023

Makkah – 1miliarsantri.net : Puncak pelaksanaan ibadah haji 1444 H / 2023 M sudah semakin dekat. Rangkaian masyair ini akan dimulai dengan dilakukan nya Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah 1444 H. Kepala Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah, Khalilurrahman mengatakan, Pemerintah Saudi telah memutuskan bahwa pelaksanaan wukuf di Arafah 9 Zulhijah 1444 H bertepatan pada Selasa, 27 Juni 2023. “Berdasarkan sidang isbat Pemerintah Arab Saudi, maka diputuskan bahwa wukuf di Arofah dilakukan tanggal 9 Zulhijah, atau bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2023. Informasinya sudah dipublish hari ini,” tuturnya kepada tim Media Center Haji (MCH) PPIH Arab Saudi, Senin malam (19/6/2023). Mengingat pelaksanaan puncak haji yang tinggal sepekan lagi, Khalilurrahman mengimbau para jamaah untuk senantiasa menjaga kesehatan dan fisiknya. Para jamaah nantinya akan mulai digeser dari pemondokan di Makkah menuju tenda-tenda di Arafah pada 8 Zulhijah 1444 H atau Senin, 26 Juni 2023. “Mengingat puncak haji tahun ini musim kemarau di mana cuaca di Arafah kemudian di Makkah itu mencapai 45 derajat Celsius, maka imbauannya yang terpenting pertama adalah jamaah wajib konsumsi minuman yang cukup, makanan bergizi yang cukup, dan beristirahat,” katanya. Jamaah diminta tidak banyak beraktivitas keluar ruangan terutama sejak H-5 pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jamaah juga diimbau tidak memaksakan diri menjalankan ibadah-ibadah sunnah di Masjidil Haram yang kondisinya sudah semakin sesak. “Jangan banyak keluar, ketika nanti pada H-5 atau H-3 diharapkan jamaah haji benar-benar istirahat total dari aktivitas fisik yang berlebihan yang nanti bisa menghambat kondisi (kesehatan dan fisik) jamaah haji,” tutur Kholilurrahman. Selama pelaksanaan masyair di Armuzna, jamaah juga diimbau fokus beribadah di dalam tenda-tenda yang telah disediakan. Sebab cuaca di Arab Saudi pada pelaksanaan puncak haji ini sedang panas-panasnya. “Karena tujuan mereka tiba di Arafah, Muzdalifah, dan Mina adalah untuk melaksanakan ibadah. Jadi jangan banyak aktivitas keluar, karena itu akan mengurangi energi mereka dan bisa mempengaruhi kondisi kesehatan jasmani mereka,” ucap Kholilurrahman menandaskan. Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji 1444 H / 2023 M yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag), seluruh jamaah Indonesia akan diberangkatkan secara bertahap dari Makkah ke Arafah pada 8 Zulhijah atau Senin, 26 Juni 2023. Seluruh jamaah kemudian akan melaksanakan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah atau bertepatan dengan hari Selasa, 27 Juni 2023. Sementara Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijah di Arab Saudi akan jatuh pada hari Rabu, 28 Juni 2023. Usai wukuf di Arafah atau 9 Zulhijah malam, jamaah haji melakukan mabit atau bermalam di Muzdalifah sekaligus mengambil batu-batu kecil untuk digunakan lempar jumrah di Jamarat. Esoknya, yakni tanggal 10 Zulhijah jamaah melakukan jumrah aqobah. Selanjutnya, jamaah akan bermalam dan tinggal di tenda-tenda yang telah disediakan di Mina selama hari tasyrik tanggal 11-13 Zulhijah atau 29 Juni-1 Juli 2023. Jamaah yang mengambil nafar awal akan melaksanakan lempar jumrah ula, wustho, dan aqobah pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah dan kembali ke Makkah sebelum matahari terbenam. Sementara jamaah yang mengambil nafar tsani akan melaksanakan lempar jumrah selama tiga hari tasyrik yakni 11-13 Zulhijah, setelah itu baru kembali ke Makkah. (dul)

Read More

Tercatat Sebanyak 89 Orang Jamaah Haji Meninggal di Tanah Suci

Makkah – 1miliarsantri.net : Hingga hari ke-27 operasional pelaksanaan haji, Senin (19/6/2023) pukul 8.00 Waktu Arab Saudi (WAS) atau 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), Jumlah jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Tanah Suci kembali bertambah Tercatat jumlah jamaah haji yang wafat mencapai 89 orang. Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag), jamaah meninggal di tiga lokasi, yakni di Makkah 54 orang, di Madinah 32 orang, dan Jeddah tiga orang (satu di antaranya wafat di pesawat dalam perjalanan menuju Tanah Suci). Jamaah haji yang wafat di Tanah Suci ini masih didominasi kelompok lanjut usia (Lansia) yakni usia 65 tahun ke atas 50 orang dengan rincian 28 jamaah meninggal di Makkah, 19 di Madinah, dan 3 di Jeddah. Dari total 89 kasus kematian ini juga, 52 di antaranya merupakan jamaah dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan, sementara 37 sisanya non-risti. Sementara berdasarkan data Penyelenggaraan Kesehatan Haji Kemenkes RI di Arab Saudi, disebutkan bahwa penyebab kematian pada jamaah ini didominasi oleh penyakit jantung (infark miokard akut 28 kasus dan syok kardiogenik 17 kasus), serta penyakit stroke 5 kasus. Sedangkan sisanya tidak dirinci. Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Edi Supriyatna menjelaskan, penyebab jamaah haji non-risti meninggal kebanyakan adalah penyakit jantung (syok kardiogenik dan infark miokard). Keduanya merupakan dua penyakit tertinggi yang menyebabkan kematian jamaah. Menurut nya, penyakit jantung tersebut tidak serta merta muncul saat jamaah berada di Tanah Suci. “Sebenarnya banyak diantara nya sudah memiliki penyakit jantung di Tanah Air. Banyak jamaah haji tidak menyadari telah memiliki penyakit jantung,” terang Dokter Edi kepada tim Media Center Haji (MCH) di Makkah beberapa waktu lalu. Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh sumbatan pada arteri koroner. Sementara syok kardiogenik adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Kondisi ini sering kali dipicu oleh serangan jantung berat. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah KKHI Makkah, Aditya mengatakan, syok kardiogenik adalah salah satu fase akhir dari serangan jantung yang ditandai dengan kurangnya perfusi atau aliran darah ke organ tubuh akibat menurunnya curah jantung. “Syok kardiogenik tidak terjadi dengan serta merta, ada beberapa faktor pemicu, terutama pada jamaah haji dengan risiko tinggi,” katanya. Dokter Aditya mengatakan, faktor risiko tersebut antara lain penyumbatan pembuluh darah jantung, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi, dan perburukan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebelumnya, hingga stres emosional. Karena itu, KKHI Makkah mengimbau kepada seluruh jamaah yang rentan terkena penyakit jantung untuk menjaga kesehatannya terutama menjelang puncak ibadah haji pada 9 Dzulhijjah 1444 H atau diperkirakan jatuh pada tanggal 27 Juni 2023 nanti. (dul)

Read More

Ribuan Cangkir Jahe Merah Dibagikan Ponpes Bumi Al Qur’an Kepada Jamaah Haji

Surabaya – 1miliarsantri.net : Momen pemberangkatan jamaah haji embarkasi Surabaya tahun ini terasa menarik. Pasalnya, Pesantren Alam Bumi Al Qur’an Wonosalam Jombang, Jawa Timur, turun gunung untuk melayani jamaah haji. Seribu cangkir jahe merah dan kopi dibagikan tiap hari, selama sebulan penuh. Hal ini dilakukan, agar jamaah haji tetap bugar dan rileks saat keberangkatan. Husnul Maram Kakanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur (Jatim) menyatakan, embarkasi haji Surabaya tahun ini memberangkatkan sekitar 36.928 orang. Dari seluruh jumlah itu, ia menyebut, 35.152 berasal dari jamaah Jatim, 698 jemaah dari Bali, dan 668 jamaah dari Nusa Tenggara Timur. Kemudian, 420 orang dari petugas kloter, 175 orang dari petugas haji daerah, dan 76 orang dari pembimbing. Di saat keberangkatan, seluruh jamaah haji melakukan persiapan di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Selama sehari penuh mereka beraktifitas, mulai dari pengarahan, manasik akhir, cek kesehatan, hingga pembagiaan paspor. Momen inilah yang dimanfaatkan Bumi Al Qur’an untuk membersamai jamaah haji. “Haji adalah momentum berkorban. Jamaah haji harus rela berkorban untuk mendapatkan kemabruran. Mabrur artinya penuh kebajikan. Allah memberikan isyarat di awal juz 4, bahwa tidak seorang pun mendapat kemabruran hingga mau menginfaqkan harta yang dicintainya. “Bagi Bumi Al Qur’an, minuman instan Jahe Merah inilah produk yang paling dicintai,” terang KH. Ahmad Ghozali Fadli, M.Pd.I, pengasuh Pesantren. Kiai Fadli menambahkan, dulu lahan pesantren adalah perkebunan jahe merah, kemudian dibangun sedikit demi sedikit. Penanaman pun akhirnya dilakukan oleh masyarakat sekitar. Dalam proses produksi, mulai dari pencucian jahe hingga pengemasan, lisan santri tak berhenti melantunkan bacaan Al Quran. Hal ini dilakukan, agar kemanfaatan minuman ini lebih terasa dan memberkahi. Selain produk yang paling dicintai, ternyata Jahe Merah sangat bermanfaat bagi jamaah haji. Permasalahan jamaah yang harus berjalan jauh, sakit persendian, gatal-gatal selama di Madinah, hingga hilangnya konsentasi karena kelelahan, ini dapat diatasi dengan minum jahe merah. Terlihat di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, tidak sedikit jamaah yang duduk-duduk hingga tengah malam di stand sambil konsultasi mengenai kesehatan. “Kami diutus untuk membersamai jamaah haji. Diberikan amanat untuk membagi kopi dan jahe merah sebanyak-banyaknya. Dan minuman jahe merah ini yang paling disukai jamaah. Kami bagikan permen jahe juga,” terang Syarif, salah satu Penjaga Stand. (har)

Read More

Napak Tilas Perjalanan Ki Ageng Gribig

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Kerajaan Mataram Islam era Sultan Agung menjadi awal mula ekspansi atau perluasan wilayah secara masif. Perluasan wilayah ini juga membawa misi penyebaran agama Islam, hingga ke Malang. Ki Ageng Gribig menjadi salah satu tokoh Kerajaan Mataram Islam yang ditugaskan melakukan ekspansi sekaligus menyebarkan agama Islam ke wilayah timur selatan Pulau Jawa. Sosoknya konon merupakan penyebar agama Islam hingga akhir hayat nya di wilayah Pasuruan dan Malang. Kini Ki Ageng Gribig dimakamkan di pemakaman dan jalan yang juga dinamakan sesuai dengan namanya, Ki Ageng Gribig. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesarean Ki Ageng Gribig Malang Devi Nur Hadianto menyatakan, sosok yang dimakamkan di sini merupakan salah satu tokoh ulama dari Kerajaan Mataram Islam. Sosoknya konon terkait dengan kesultanan di masa era Sultan Agung hingga Sultan Amangkurat I atau di kisaran tahun 1600-an hingga 1700-an. “Beliau ini adalah sosok penyebar agama Islam pada masa awal peradaban Mataram Islam masuk ke Malang. Malang di sini Malang Raya, di mana pada masa tersebut masih ada sisa-sisa peradaban dari masa sebelum Islam,” ucap Devi Nur Hadianto. Banyak cerita muncul dari sosok Ki Ageng Gribig itu, konon sosoknya merupakan seseorang dari Bagelan, Purworejo yang kemudian menyebarkan Islam hingga Pasuruan dan Malang raya. Tak cuma sebagai pemuka agama saja, Ki Ageng Gribig juga dikenal sebagai umara’ atau pemimpin di masanya. “Ki Ageng Gribig ini awalnya ditugaskan di Pasuruan, makanya kaitan erat Pasuruan kota besar di waktu itu. Sementara Malang adalah kota bawahan dari Pasuruan saat itu, setelah beliau ditugaskan atau mungkin, jadi umara’ di Pasuruan, terus dia bergeser ke Malang ini sekarang pun masyarakat Pasuruan masih mempunyai keterikatan emosional dengan Ki Ageng Gribig yang ada di lokasi saat ini,” paparnya. Ki Ageng Gribig disebutnya bukanlah merupakan nama asli, melainkan sebutan dengan nama asli konon ada dua versi. Versi pertama nama asli Ki Ageng Gribig yakni Raden Ario Pamoetjong dan versi kedua bernama Raden Mosi Bagono, yang konon merupakan keturunan Menak Koncar, ksatria dari Mataram. “Nama khas banget dari kulon Ario Mosi Bagono, Mosi Bagono itu nama-nama khas Mataram Islam. Beberapa tetua kami juga mengatakan beliau ini hidup pada masa mulai banyak dikirimnya senopati (prajurit) senopati Mataram ke arah wetan (timur),” ungkapnya. Nama Ki Ageng Gribig konon muncul karena sosoknya ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di kampung yang bernama Gribig. Kampung di sekitar pemakaman itu konon jauh lebih ada sejak dahulu, bahkan sejak zaman era Kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Raja Tribhuwana Tunggadewi. “Ada yang mengatakan beliau ini karena sudah kampungnya kampung gribig. Tapi ada juga analisa mengatakan rumah-rumah di sini itu atapnya gribig, gribig itu dari ijuk tebal,” ujarnya. Bahkan ada istilah penyebutan Gribig sendiri berasal dari kata istilah bahasa Arab Al Maghribi, konon istilah ini juga berkaitan dengan nisan yang ditemukan seperti di Kesultanan Demak. Apalagi di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig saat ini juga terdapat beberapa makam dengan nisan bertuliskan bahasa Arab yang konon juga terkait asal usul Ki Ageng Gribig. “Ada juga sebenarnya kalau menurut tulisan bukan Ki Ageng Gribig, tapi Kyai Ageng Gribig. Jadi sosok yang boleh dikatakan sepuh lebih ke kyai atau umaro. Gribig ada yang menerjemahkan nggrebek, penyampaian syiar Islamnya ramai,” terangnya. Tetapi analisa sejarah itu disebut Devi masih belum memiliki catatan yang pasti. Sebab ada beberapa segmen sejarah yang masih belum terungkap dan menjadi misteri. Terlebih catatan mengenai sosok Ki Ageng Gribig sendiri masih minim, tetapi bisa dipastikan sosoknya merupakan penyebar agama Islam dari kawasan sekitar Yogyakarta, yang dahulu menjadi basis Kesultanan Mataram Islam. (fq)

Read More