Museum Islam Nusantara Diharapkan Bisa Mempererat Akulturasi

Rembang — 1miliarsantri.net : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno, meresmikan Museum Islam Nusantara, yang berlokasi di komplek Masjid Jami’ Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (16/09/2023). Dalam sambutannya, Sandiaga menyebut Museum Islam Nusantara sarat dengan nilai akulturasi juga toleransi. Museum yang berlokasi di komplek Masjid Jami’ Lasem ini selain memadukan dua budaya juga berdiri di kawasan pecinan. “Menurut saya ini (museum) menggabungkan antara bangunan rumah gadang khas Sumatera Barat juga ada rumah adat Jawanya. Ini merupakan akulturasi dan penggabungan,” terang Sandiaga dalam sambutannya yang dikutip Senin (18/09/2023). Penggabungan dua arsitektur rumah adat itu, disebut Sandiaga, terinspirasi dari tokoh ulama Lasem, Kyai Ma’shum dan Kyai Baidhowi. “Ini terinspirasi oleh tokoh ulama Lasem, Kyai Ma’shum yang merupakan keturunan Sultan Minangkabau dan Kyai Baidhowi keturunan ningrat Jawa,” urainya. Museum Islam Nusantara sendiri memiliki koleksi artefak, naskah, manuskrip serta narasi tokoh-tokoh Islam yang kaya akan sejarah. Dimana bangunan museum terdiri dari tiga lantai dengan tiap jendelanya diukir ayat-ayat Al Quran. Wakil Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jateng, Abdul Azis mengatakan, tujuan pembangunan museum adalah untuk mengenang sejarah Lasem dengan tiga fase sejarah peradaban Islam. “Fase pertama akhir abad 15, di mana peran Walisongo termasuk di dalamnya Sunan Bonang yang masuk ke Lasem untuk menyiarkan agama Islam. Kedua, fase abad ke 17 ada sosok Mbah Sambu selaku tokoh penting yang menurunkan genealogi nasab keilmuan agama hampir ke seluruh pelosok Jawa,” jelas Abdul Azis. Abdul Azis menambahkan, fase ketiga di abad 19 yang memunculkan tokoh-tokoh kharismatik seperti Mbah Maksum, Mbah Baedowi, dan juga Mbah Kholil, yang ketiganya berdakwah melalui pesantren. Museum Islam Nusantara tidak berdiri di lingkungan Muslim, sebab di belakang bangunan merupakan daerah Pecinan. Tercatat, ada 200 lebih bangunan Tionghoa kuno, salah satunya adalah Rumah Merah, yang bisa diakses semua masyarakat. Mengenai Lasem, lanjut Azis, dikenal sebagai Kota Pustaka dan Kota Toleransi, di mana keharmonisan antara Tionghoa, Arab, dan pribumi terjalin sejak ratusan tahun lalu. Pemilihan lokasi museum yang berada di kawasan Pecinan, diakui Abdul Azis sebagai ciri dan identitas masyarakat Lasem yang penuh toleransi. ”Ciri dan identitas serta toleransinya layak dan patut untuk dilestarikan dan itu merupakan bagian dari peninggalan Lasem,” tutup Abdul Azis. (lif) Baca juga :

Read More

Healing Terbaik Menurut Islam adalah Sholat

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Kita semua sering mendengar kata Healing yang akhirnya menjadi populer dalam beberapa tahun ini. Kata healing sendiri diambil dari bahasa Inggris yang diartikan sebagai proses penyembuhan setelah mengalami luka fisik atau emosional. Sementara dalam istilah kekinian, healing dimaknai sebagai proses penyembuhan untuk mendapatkan jiwa dan batin yang tenang. Umumnya, konsep healing diterapkan dalam bentuk berlibur. Healing dalam Islam dicontohkan Nabi Yakub AS, dalam surat Yusuf ayat 84. Yakub AS memiliki duka mendalam setelah kehilangan anak tercintanya, Yusuf. وَتَوَلّٰى عَنۡهُمۡ وَقَالَ يٰۤاَسَفٰى عَلٰى يُوۡسُفَ وَابۡيَـضَّتۡ عَيۡنٰهُ مِنَ الۡحُـزۡنِ فَهُوَ كَظِيۡمٌ Artinya Dan dia (Yakub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf,” dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya). Nabi Yakub pun mengadu kepada Allah SWT saat mengalami kesedihan mendalam. Pendakwah Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym mengatakan untuk mendapatkan ketenangan hati adalah dengan mengingat Allah SWT, melalui berdzikir. “Tapi yang paling sempurna adalah dalam shalat, di mana jiwa kita mendapatkan ketenangan yang tak tergantikan,” terang Aa Gym dalam kajian MQ Dakwah Digital, dikutip Senin (18/09/2023) Seperti disebutkan dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi, ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. “Karena dalam Shalat, kita menemukan kebahagiaan sejati dan ketenangan yang tidak dapat diukur dengan apapun,” lanjut pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung ini. “Dalam kehidupan yang seringkali penuh dengan hiruk-pikuk dan kegelisahan, mari kita jadikan Shalat sebagai jendela menuju kebahagiaan sejati dan ketenangan yang tiada tara, sebagai cara kita mendekatkan diri kepada Allah,” pungkasnya. (yus) Baca juga :

Read More

Ponpes Al Hamid Jakarta Merupakan Gagasan Gus Miek

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Al Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur. Di pesantren ini para ulama akan membahas sejumlah agenda penting menyangkut keumatan dan kebangsaan. Mengapa pesantren ini dijadikan tuan rumah munas dan konbes? Berikut profil Pesantren Al Hamid diolah dari berbagai sumber. Pesantren Al Hamid didirikan oleh seorang saudagar bernama H Hamid Djiman. Pendirian pesantren ini sebagai upaya memenuhi keinginan kiai yang sudah dianggap sebagai gurunya, yakni KH Chamim Thohari Djazuli atau yang dikenal dengan sapaan Gus Miek. Pesantren Al Hamid saat ini diasuh oleh KH Lukman Hakim Hamid, salah seorang putra H Hamid Djiman. Ia merupakan Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta masa khidmah 2021-2026. Kiai Lukman pernah mengenyam pendidikan pesantren di Pondok Pesantren Tebuireng, Cukir, Jombang, Jawa Timur. Kiai Lukman juga merupakan menantu dari keluarga Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur. Ia menikah dengan seorang putri dari KH Munif Djazuli, adik dari Gus Miek, yang notabene merupakan guru dari orang tuanya. H Hamid sendiri merupakan seorang jamaah Jantiko Mantab, majelis semaan Al-Qur’an yang diasuh Gus Miek. Ketika sang guru punya keinginan untuk mendirikan pesantren di ibukota Jakarta, ia pun langsung berupaya untuk mewujudkannya. Ia pun berhasil membebaskan sejumlah tanah untuk didirikan pesantren harapan gurunya. Guna memenuhi administrasi, ia pun membuat Yayasan Mantab Sejahtera yang juga diambil dari nama pengajian gurunya, Jantiko Mantab. Pada 2007, nama yayasannya berubah menjadi Yayasan Mantab Al Hamid. Kata Mantab tetap dipertahankan sebagai bentuk tafaulan, mengikuti gurunya. Tidak hanya membebaskan tanah dan mendirikan bangunan fisiknya, H Hamid juga berikhtiar mendirikan pesantren tersebut dengan mengirimkan anak-anaknya ke sejumlah pesantren untuk dapat mengisi dan mengembangkan pendidikannya. Di antara anak-anaknya itu ada yang dikirim ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur; Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur; Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Malang, Jawa Timur; hingga Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an, Kudus, Jawa Tengah. Pada tahun 2002, pesantren ini mulai membuka pendaftaran santri dan siswa. Saat ini, Pesantren Al Hamid menerima santri dan siswa mulai dari tingkat kanak-kanak, ibtidaiyah (dasar), tsanawiyah (menengah pertama), hingga aliyah (menengah atas), yakni Taman Kanak-Kanak Islam Al Hamid, Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Al Hamid, Madrasah Tsanawiyah Al Hamid, dan Madrasah Aliyah Al Hamid. Meskipun pesantren ini terletak di ibukota, tetapi pendidikan keagamaannya diberikan seperti di pesantren lainnya. Sebagaimana di pesantren-pesantren lain, para santri juga dibekali pengetahuan keagamaan berbasis kitab-kitab kuning karya para ulama klasik. Para santri juga dibiasakan untuk melakukan ibadah tertentu, tahlil, shalawat, dan latihan berpidato di hadapan publik, selain ekstrakurikuler lainnya. (rid) Baca juga :

Read More

Ketika Islam dan Budaya nya Sudah Mengakar di Jerman

Cologne — 1miliarsantri.net : Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan, Islam adalah milik Jerman di tengah meningkatnya rasisme dan Islamofobia. Meningkatnya Islamofobia tersebut dipicu oleh propaganda kelompok dan partai sayap kanan yang mengeksploitasi krisis pengungsi dan berusaha untuk memicu ketakutan terhadap imigran. “Islam, agama Muslim, kehidupan Muslim, budaya Muslim telah mengakar di negara kami,” terang Steinmeier pada perayaan 50 tahun berdirinya Asosiasi Pusat Kebudayaan Islam (VIKZ) di Cologne. “Saat ini keberagaman Islam, keberagaman lebih dari 5 juta umat Islam, juga merupakan bagian dari negara kita,” ujarnya, seperti dilansir dari Anadolu Agency, Senin (18/9/2023). Steinmeier menekankan bahwa kebebasan beragama juga berarti melindungi hak-hak semua penganutnya. “Jerman adalah negara yang netral secara ideologi. Namun kebebasan beragama bukan berarti negara kita bebas dari agama. Tidak, itu berarti memberikan ruang bagi agama dan melindungi kebebasan umat beriman, semua umat beriman.” tegas Steinmeier. Pernyataan Steinmeier muncul setelah adanya laporan baru-baru ini yang mengatakan rasisme dan Islamofobia menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Jerman. Menurut laporan organisasi non-pemerintah yang berbasis di Berlin, the Alliance Against Islamophobia and Muslim Hostility, per bulan Juni ada 898 insiden anti-Muslim tercatat di Jerman pada tahun 2022. Penelitian tersebut menyebutkan rasisme merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari umat Islam di Jerman, dengan kasus terbanyak adalah perempuan. Di antara kasus-kasus yang terdokumentasi di antaranya, 500 serangan verbal, termasuk pernyataan yang menghasut, penghinaan, ancaman, dan pemaksaan. Tercatat ada sebelas surat ancaman ke masjid-masjid yang mengancam akan melakukan kekerasan dan pembunuhan yang sering kali berlebihan. Surat-surat tersebut berisi simbol-simbol Nazi atau referensi pada era Nazi. Laporan tersebut mencatat 190 kasus diskriminasi dan 167 kasus “perilaku merugikan”. Kategori terakhir mencakup 71 kasus penganiayaan fisik, 44 kasus pengrusakan properti, tiga serangan pembakaran, dan 49 tindakan kekerasan lainnya. Selain itu, serangan bermotif rasial terhadap generasi muda dan anak-anak semakin meningkat, katanya. Ada kasus di mana perempuan diserang di hadapan anak-anaknya dan perempuan hamil ditendang atau dipukul di bagian perut. Penulis penelitian berasumsi bahwa jumlah kasus yang tidak dilaporkan tinggi karena tidak adanya pemberitaan media yang luas. Laporan situasi pertama mencakup data dari 10 pusat nasihat di lima negara bagian Jerman serta laporan melalui portal “I-Report”, statistik kekerasan bermotif politik, serta laporan polisi dan pers. Laporan tersebut menyebutkan, kejahatan anti-Muslim seringkali tidak diakui atau mereka yang terkena dampak tidak melaporkannya karena kurangnya kepercayaan pada pihak berwenang. Terkait itu, ada seruan untuk perluasan struktur pelaporan dan peningkatan kesadaran mengenai topik kekerasan pada Muslim oleh pihak berwenang, sekolah, dan sektor kesehatan. Sebagai negara berpenduduk lebih dari 84 juta jiwa, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Berdasarkan angka resmi, Jerman adalah rumah bagi lebih dari 5 juta Muslim. (git/DW) Baca juga :

Read More

Menelusuri Sejarah Awal Diadakan Peringatan Maulid Nabi

Surabaya — 1miliarsantri.net : Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa dikenal sebagai Maulid Nabi telah menjadi tradisi bagi umat Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Peringatan Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awal ini menjadi momen untuk membangkitkan dan menjaga semangat Nabi dalam diri umat. Kendati telah menjadi tradisi, namun masih terjadi silang pendapat tentang kapan sebenarnya Maulid Nabi mulai diperingati umat Islam. Jika ditelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak ditemukan pada masa sahabat, tabiin, hingga tabiit tabiin, dan empat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad). Mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW. Mereka pula kalangan yang paling bersemangat dan menghayati setiap ajaran-ajaran yang diwariskan olehnya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (1193 M). Shalahuddin disebut menganjurkan umatnya untuk melaksanaan perayaan Maulid Nabi guna membangkitkan semangat jihad kaum Muslim. Kala itu, Shalahuddin dan umat Islam memang berada dalam fase berperang melawan pasukan atau tentara Salib. Kendati demikian, pendapat tersebut juga masih diperdebatkan. Mereka yang menolak bahwa Shalahuddin sebagai pelopor maulid beralasan, tidak ditemukan catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib. Menurut beberapa pakar sejarah Islam, peringatan dan perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah Islam mengatakan, para khilafah Fatimiyah memang memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Antara lain perayaan tahun baru, hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban, perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun baru Persia), dan lainnya. (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146) Asy Syekh Bakhit Al Muti’iy, seorang mufti dari Mesir, dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal.44) juga menyebut, yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid, salah satunya adalah Maulid Nabi adalah Al Mu’izh Lidnillah (keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah. Selain mereka, dalam beberapa buku sejarah juga disebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir. Dua tahun setelah masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni sekitar tahun 1171, Dinasti Fatimiyah runtuh. Adanya perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah disebutkan antara lain oleh dua sejarawan dan ilmuwan pada masa Dinasti Mamluk, beberapa abad setelah masa hidup Shalahuddin. Salah satu sejarawan tersebut adalah yang telah disebutkan sebelumnya, yakni al-Maqrizi (1442) dan al-Qalqashandi (1418). Al-Qalqashandi menyebutkan tentang perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah secara ringkas dalam kitab Subh al-A’sya jilid III (1914: 502-3). Perayaan itu dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awwal, dipimpin oleh Khalifah Fatimiyah dan dihadiri oleh para pembesar kerajaan seperti Qadhi al-Qudhat, Da’i al-Du’at, dan para pembesar kota Kairo dan Mesir. Acara tersebut diterangkan dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran dan khutbah oleh tiga penceramah. Kendati terdapat sumber referensi yang menyebutkan bahwa Dinasti Fatimiyah yang pertama kali menghelat Maulid Nabi, tetapi hal tersebut juga masih diperdebatkan. Sebab, Ibn Jubair ketika melakukan perjalanan hajinya melalui Mesir pada tahun 1183, tidak menyebutkan ada kebiasaan maulid di sana. Saat itu sudah dua belas tahun sejak runtuhnya Dinasti Fatimiyah dan Mesir telah diperintah oleh Shalahuddin. Pada Rabiul Awwal tahun itu, Ibn Jubair (w. 1217) masih belum menyeberang dari Mesir menuju Jeddah. Jika kebiasaan maulid di Mesir merupakan kebiasaan yang populer di tengah masyarakat sejak masa Fatimiyah, dan kemudian bersambung pada masa Shalahuddin, rasanya kecil kemungkinan hal ini akan terlewat dari pengamatan Ibn Jubair untuk kemudian ia tuangkan di dalam buku perjalanannya (The Travels of Ibn Jubayr/ Rihla). Menurut J Knappert dalam The Mawlid, para sufi sering merayakan Maulid Nabi di beberapa negara. Melalui perayaan ini mereka ingin mengajak umat Islam mengingat kembali ajaran Nabi dan beberapa pejuang Muslim. Namun, perayaan maulid ini dilakukan dengan akulturasi budaya setempat. Sehingga, perayaan Maulid di satu negara akan berbeda dengan negara lainnya. Maulid dirayakan dengan cara karnaval, prosesi di jalanan atau rumah, dan masjid yang dihiasi. Selain itu, dalam perayaan maulid juga dilakukan pembagian makanan, dan menceritakan kehidupan Muhammad yang diriwayatkan dengan pembacaan puisi oleh anak-anak. Ulama dan penyair merayakan maulid dengan membaca kasidah al-Burda Syarif,/ puisi terkenal abad ke-13 oleh Sufi dari Mesir Imam al-Bushiri. Al-Burda berisi sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Pembacaan syair al-Burda banyak digunakan oleh beberapa negara dalam perayaan maulid, termasuk Indonesia. (yat) Baca juga :

Read More

Tunduk Total kepada Allah SWT Dapat Menemukan Kebahagiaan Hakiki

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Kebahagiaan hakiki yang dimiliki manusia sejatinya hanya bisa didapatkan bila tunduk total kepada keputusan Allah SWT. Itu karena alam semesta diciptakan sedemikian kompleks untuk kebutuhan manusia. Allah SWT lalu menurunkan aturan syariat untuk mengatur hal-hal yang berkaitan kehidupan manusia. Aturan syariat itu juga selaras dengan hukum alam semesta. Misalnya, manusia punya hasrat kepada lawan jenis sebagai hukum alam semesta, maka hukum syariat mengatur agar terarah dan bisa merasakan kebahagiaan hakiki melalui pernikahan. Founder Formula Hati, Ustadz Muhsinin Fauzi, menerangkan tips agar seorang manusia bisa menemukan penghambaan total kepada Allah SWT. Di antaranya: Nilai sesuatu itu terasa pada saat tidak ada. Mungkin orang tidak memakai kacamata tidak merasakan nikmat mata sehat luar biasa. Jika manusia men-tafakuri terhadap nikmat-nikmat ini menggunakan pendekatan tazkiyatun nafs, maka keimanan akan menjadi lebih tebal. “Bagaimana hubungan dari rohani ke jasmani? Seseorang yang bahagia itu mendatangkan kebaikan baik untuk rohani maupun jasmaninya. Siapakah yang menggerakan semua itu? Semua hal yang terjadi di dalam tubuh kita itu ada zat yang Maha besar yang menggerakannya,” urai Ustadz Fauzi kepada 1miliarsantri.net, Ahad (17/09/2023). Ujian yang naik turun sering terjadi akan mengantarkan pada kesimpulan manusia tidak bisa mengendaliukan diri sendiri. Nasib manusia dan semua hal di dunia ditentukan oleh Allah SWT. “Kita hanya diberi sedikit ruang oleh Allah untuk memilih dan berusaha. Setiap diri kita tidak bisa mengendalikan orang lain maka kita bersiap untuk tidak mendapat perlakuan baik dari orang lain,” sambung Ustadz Fauzi. Rasulullah SAW akan tetap bersyukur saat lapar, begitupun saat kenyang. Rasa syukur jua terpatri saat tertimpa ujian. Itu karena konsep ujian dalam Islam merupakan cara Allah untuk memanggil hamba-Nya. “Sabda Nabi, kalau aku kenyang aku bersyukur, kalau aku lapar aku,” lanjut Ustadz Fauzi. Pertama, otak yang cerdas. Cerdas disini berarti paham. Itu karena bebal, terkadang data-data yang sudah ada itu tidak membuat orang-orang percaya atas Rabb-nya. Kedua, pengelolaan syahwat yang baik. Sekalipun sudah mengetahui kebenaran-kebenaran, terkadang seseorang masih berbuat menyalahi kebenaran. Dalam konteks ini, syahwat perlu dikelola. Ketiga, dinamika proses kehidupan. Kesadaran atas penghambaan ini bisa timbul dan tenggelam sepanjang dinamika hidup. Dengan demikian, manusia membutuhkan Allah sepanjang hidup untuk menjaga. “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. [QS Fatir (35):15] Semakin seseorang memerlukan Allah, maka dia semakin mulia di hadapan-Nya. Sebaliknya, semakin tidak memerlukan Allah, maka dia semakin hina di hadapan-Nya. “Kemuliaan seseorang itu ketika ia memerlukan Allah. Orang yang tidak mau berdoa itu tidak lebih baik dibandingkan dengan orang yang terus berdoa kepada Allah,” tambah Ustadz Fauzi. Hidup bukan untuk ditanggung sendiri, karena manusia adalah hamba Allah. Setiap masalah tidak perlu dipikirkan sendiri, namun dikeluhkan kepada Allah. Ini akan terasa karena manusia adalah seorang hamba. Maka itu, ada beberapa ekspresi akhlak seseorang yang sudah kuat ketaatannya kepada Allah. Di antaranya rendah hati berarti tidak congkak dan tidak ujub, terasa ketulusannya dalam hidup, tidak perhitungan, berakhlak mudah, jinak yakni gampang taat dan diatur serta tidak menentang, hangat terhadap sesama, dan tidak menyakiti sesama. “Pekerjaan rumah bagi kita bersama adalah kemampuan untuk istiqomah dalam penghambaan kepada Allah SWT. Semoga Allah mudahkan kita semua untuk ini,” pungkas Ustadz Fauzi. (mif) Baca juga :

Read More

MUI dan Seluruh Ormas Islam Sepakat Masjid Tidak Dipergunakan Sebagai Ajang Kampanye Politik

Jakarta — 1miliarsantri.net : Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan seluruh ormas-ormas Islam di Indonesia menyerukan dan menyepakati bahwa masjid atau musholla tidak boleh menjadi tempat untuk dukung mendukung pada Pemilu 2024. Kesepakatan ini disampaikan pada Halaqah Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI yang bertajuk: Menjaga Ukhuwah Di Tempat Ibadah yang digelar di Aula Buya Hamka, Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (15/09/2023) lalu. Kesepakatan ini juga terjadi berdasarkan hasil paparan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan perguruan tinggi Islam dan pondok pesantren seluruh Indonesia. Seluruh peserta yang hadir menyampaikan kesepakatan bahwa masjid sebagai tempat ibadah umat Islam harus dijaga oleh segenap komponen dari benda dan barang najis, narasi-narasi yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila serta perbuatan yang sia-sia. Hal ini merujuk pada surat at-Taubah ayat 18: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” Sementara itu, dalam riwayat Abdullah bin Umar RA berkata, bahwa Rasulullah SAW melihat ludah di dinding masjid sebelah kiblat, maka digaruk dengan tangannya kemudian menghadap kepada sahabatnya sambil bersabda: “Jika seseorang sedang salat maka jangan meludah di depan wajahnya, sebab Allah menghadapi wajahnya jika ia shalat.” (HR Bukhari Muslim). Dalam forum tersebut, juga melahirkan pernyataan bersama yang disampaikan Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan. Berikut pernyataan bersama sebagaimana berikut: Baca juga :

Read More

Aksi Protes Pemukim Israel di Masjid Al Aqsa Berujung Penganiayaan Jamaah Lanjut Usia

Jerusalem — 1miliarsantri.net : Beberapa media lokal Yerusalem melaporkan pasukan pendudukan Israel menyerang jamaah Muslim secara brutal, Ahad (17/09/2023) pagi. Kejadian ini berlangsung di Bab as-Silsila (Gerbang Rantai), salah satu pintu masuk utama ke kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem yang diduduki. Pasukan pendudukan disebut melakukan serangan secara fisik dan memukuli tiga jamaah, termasuk di dalamnya adalah seorang pria lanjut usia dan seorang wanita lanjut usia, di dekat Gerbang Rantai. Penganiayaan dengan kekerasan ini terjadi setelah ketiganya melakukan protes damai terhadap pemukim Israel, yang diketahui meniup terompet di pintu masuk Masjid Al Aqsa. Dilansir di Wafa, Ahad (17/09/2023), insiden tersebut terjadi menyusul pasukan pendudukan Israel yang meningkatkan kehadiran mereka di sekitar Masjid Al Aqsa di Yerusalem yang diduduki. Mereka berupaya menghalangi jamaah Muslim mengakses halaman masjid dan menghalangi masuknya warga Palestina dan pelajar ke kompleks tersebut. Ini merupakan bagian dari upaya mereka memfasilitasi masuknya pemukim Yahudi Israel di Rosh Hasanah. Saat fajar, sejumlah jamaah Muslim dilaporkan berkumpul di tempat suci tersebut setelah shalat Subuh. Mereka menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap provokasi dan intrusi pemukim Israel ke kompleks Masjid Al Aqsa. Insiden ini kembali mengingatkan pada pelanggaran yang sedang berlangsung terhadap kesucian Masjid Al Aqsa, oleh pasukan pendudukan dan pemukim Israel. Kondisi ini juga meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan dan kebebasan beribadah bagi Muslim Palestina, di salah satu situs paling suci mereka. Pasukan pendudukan Israel beberapa hari terakhir meningkatkan kehadiran mereka di sekitar Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Sementara Muslim dihalangi, sejumlah pemukim Yahudi Israel memasuki kompleks tersebut dalam kelompok terpisah. Mereka melakukan tur provokatif melalui halaman masjid, menerima penjelasan tentang dugaan keberadaan “Kuil Yahudi”, serta melakukan ritual Talmud di dekat Kubah Batu. Departemen Wakaf Islam mengatakan pasukan Israel secara provokatif mengizinkan sejumlah besar pemukim memasuki halaman masjid. Secara bersamaan, mereka menyerang jamaah Muslim dan mencegah mereka yang berusia di bawah 50 tahun memasuki tempat suci tersebut. Dalam pernyataan resmi, mereka juga melaporkan bahwa polisi Israel sedang berupaya mengevakuasi jamaah Muslim dari halaman Al Aqsa. Wakaf Islam, otoritas yang dikelola Yordania yang bertanggung jawab atas situs suci tersebut, telah berulang kali menyerukan intervensi internasional untuk mencegah serangan tersebut. Apa yang dilakukan oleh pasukan Israel dipandang sebagai tantangan langsung terhadap status quo situs suci tersebut, sekaligus sebuah penghinaan terhadap sentimen umat Islam di seluruh dunia. (lia/AP) Baca juga :

Read More

Qonita Aini Menjadi Wisudawan Termuda ITS

Surabaya — 1miliarsantri.net : Qonita Qurratu Aini dinobatkan menjadi wisudawan termuda pada helatan Wisuda ke-128 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sabtu (16/09/2023). Tahun ini Qonita berusia 20 tahun 4 bulan. Dia lulus sebagai sarjana di usia yang cukup muda dan nyatanya tak menghalangi mahasiswi Departemen Matematika ITS ini untuk meraih impian nya. Qonita mengatakan, mulai mengenyam pendidikan di bangku sekolah sejak berusia dua tahun sebagai murid Kelompok Bermain (KB). Kemudian, Qonita melanjutkan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan waktu pendidikan yang sama seperti siswa lainnya. “Aku sendiri baru ikut program akselerasi ketika di SMA, jadi hanya dua tahun,” terangnya kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (16/09/2023). Alumnus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang ini mengungkapkan, berusia lebih muda dari teman-teman satu angkatan tak pernah menjadi penghalang yang berarti baginya. Ia mengaku selalu mendapatkan dukungan dari orang-orang tercinta, termasuk ketika memutuskan lanjut memilih program studi Matematika di ITS. “Sejauh ini tidak ada kesulitan yang berarti, karena lingkungannya yang selalu suportif,” aku putri dari pasangan Dr Windarto MSi dan Widayati Setyorini SE tersebut. Putri sulung dari dua bersaudara ini mengungkapkan, matematika telah menjadi pelajaran favoritnya sejak di bangku SD dulu. Menariknya, ia juga selalu mendapatkan nilai Ujian Nasional (UN) sempurna di mata pelajaran tersebut. “Hingga atas izin Allah saya diterima (masuk ITS) lewat jalur SBMPTN,” tutur peraih juara pertama pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ITS cabang 10 Juz tahun 2020 ini. Pada mulanya Qonita berpikir, keilmuan matematika yang dipelajarinya di bangku kuliah akan mirip dengan apa yang ia pelajari saat sekolah dulu. Ternyata lebih dari itu, peminatan dari jurusan matematika sangat luas dan beragam. Qonita sendiri memilih berfokus pada penerapan matematika di bidang ilmu komputer yang juga ia terapkan pada penulisan tugas akhirnya. Lebih lanjut, Qonita juga pernah mengikuti program Bangkit dari Google dengan fokusan machine learning. Melalui program ini, ia dan timnya pun berhasil menciptakan aplikasi CariHerb, aplikasi pendeteksi tanaman herbal yang dijalankan melalui kamera ponsel. Tak tanggung-tanggung, melalui karyanya ini mereka berhasil memperoleh pendanaan dari Google serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Tak hanya aktif di dunia akademik, Qonita juga terlibat di berbagai organisasi internal serta eksternal jurusannya. Dirinya yang memiliki ketertarikan di bidang desain dan publikasi, aktif berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) dan Lembaga Kajian Kerohanian Islam (LKKI) Departemen Matematika ITS sebagai staf Departemen Media dan Informasi. Terlepas dari berbagai kegiatan yang diikutinya, mahasiswi asal Surabaya ini tentu tak lepas dari berbagai kendala. Kerap kali Qonita terkendala dalam membagi waktu di berbagai tanggung jawab yang dimiliki, apalagi ia juga mengambil program fast track jenjang Magister Program Studi Matematika saat sedang menempuh semester akhir sarjana. Namun ternyata rintangan tersebut justru membuat sosok kelahiran 29 Mei 2003 ini terus bersemangat. Dalam mengatur kesibukannya, ia selalu mengutamakan hal yang menjadi prioritas. “Sebenarnya sesimpel mengatur prioritas mana yang perlu dikerjakan lebih dulu, tentukan pekerjaan yang jika dilakukan duluan bisa memudahkan pekerjaan lainnya,” sarannya. Ke depannya, Qonita berencana untuk menyelesaikan kuliah magisternya lebih dulu sebelum berkecimpung di dunia praktisi. Ia juga berpesan kepada para mahasiswa ITS untuk terus semangat dan memaksimalkan kesempatan belajar selama menjadi mahasiswa. “Jangan sia-siakan kesempatan untuk berkarya di bidang yang kita minati, bisa jadi kemudahan itu muncul dari berbagai amanah yang kita emban saat menjadi mahasiswa,” pungkasnya. (har) Baca juga :

Read More

Buya Yahya : Rumah Tangga Ingin Harmonis, Hindari Sifat-sifat ini

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kehidupan yang harmonis, bahagia merupakan dambaan setiap pasangan rumah tangga. Namun, terkadang, ada sifat-sifat jelek yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga tersebut. Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Prof Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) memeparkan beberapa sifat jelek yang harus dihindari pasangan rumah tangga. Jika pasangan suami-istri menjauhi sifat itu, maka rumah tangga bisa harmonis. Sifat-sifat itu di antaranya: “Tuntutan dan ekspektasi yang tidak realistis dapat membawa dampak negatif pada rumah tangga. Hindari mengorbankan kesejahteraan keluarga demi memenuhi tuntutan yang tidak masuk akal,” tutur Buya Yahya dalam ceramahnya di Al Bahjah TV, dikutip Sabtu (16/09/2023). “Berbagi dengan sukarela dan ikhlas akan menguatkan hubungan dalam rumah tangga serta memberikan manfaat lebih besar,” lanjut Buya Yahya. “Sebagai gantinya, kita harus berusaha mandiri dan hanya meminta bantuan saat benar-benar diperlukan, bukan untuk hal-hal yang seharusnya dapat kita atasi sendiri,” ungkap Buya Yahya. “Jiwa berbagi akan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam rumah tangga,” tambah Buya Yahya. “Kemandirian adalah pondasi kuat dalam membangun kehidupan rumah tangga yang stabil,” ungkap Buya Yahya. Buya Yahya menegaskan, dengan menghindari tuntutan berlebihan, memiliki jiwa berbagi, menghargai kemandirian, serta menghindari sifat permintaan yang berlebihan, kita dapat membangun rumah tangga yang bahagia, harmonis, dan penuh berkah. “Semua ini adalah langkah-langkah penting dalam meraih keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga,” tutup Buya Yahya. (yan) Baca juga :

Read More