Tombak Kanjeng Kyai Upas: Simbol Kekuatan dan Pelestarian Budaya Tulungagung

Tulungagung — 1miliarsantri.net : Upacara jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas yang dilaksanakan di Tulungagung merupakan salah satu tradisi budaya yang kaya akan makna dan sejarah. Ritual ini tidak hanya sekadar prosesi pencucian pusaka, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Tombak Kanjeng Kyai Upas diyakini sebagai pusaka milik Ki Ageng Mangir, seorang tokoh yang menolak tunduk pada kekuasaan penjajah. Pusaka ini bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah berdirinya Kabupaten Tulungagung. Dengan melaksanakan ritual jamasan setiap tahun pada bulan Suro, masyarakat Tulungagung berusaha menjaga dan menghormati nilai-nilai yang terkandung dalam pusaka tersebut. Ritual jamasan diawali dengan kirab kesenian reog dan pengambilan air suci dari sembilan sumber. Air tersebut dicampur dengan kembang tujuh rupa dan digunakan untuk membersihkan tombak. Proses ini melambangkan pembersihan tidak hanya fisik tetapi juga spiritual, sebagai ungkapan syukur atas berkah yang diterima selama setahun. Upacara jamasan Kanjeng Kyai Upas memiliki peran penting dalam pelestarian budaya lokal. Ritual ini telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 2019, menunjukkan pengakuan akan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Melalui prosesi ini, generasi muda diajarkan untuk menghargai sejarah dan tradisi mereka, sehingga identitas lokal tetap terjaga. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam tradisi ini. Banyak di antara mereka yang lebih tertarik pada budaya modern yang sering kali mengabaikan akar budaya mereka sendiri. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam penyampaian tradisi agar lebih menarik dan relevan bagi generasi saat ini. Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, upacara jamasan juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata. Meskipun saat ini jumlah wisatawan yang datang masih minim, ritual ini dapat dipromosikan sebagai bagian dari kalender wisata Tulungagung. Dengan memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya, masyarakat dapat memperkenalkan keunikan tradisi ini kepada dunia luar. Pj. Bupati Tulungagung, Heru Suseno, menekankan pentingnya menjaga kesakralan prosesi jamasan sambil tetap membuka peluang untuk pengembangan pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak harus bertentangan dengan kemajuan ekonomi; keduanya dapat berjalan beriringan jika dikelola dengan baik. Upacara jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas adalah simbol dari kekayaan budaya dan sejarah Tulungagung. Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat tidak hanya menghormati warisan leluhur tetapi juga memperkuat identitas lokal di tengah arus modernisasi. Melalui upaya kolaboratif antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan generasi muda, kita dapat memastikan bahwa tradisi ini tetap hidup dan relevan untuk masa depan. Jamasan bukan hanya sekadar ritual; ia adalah jendela menuju pemahaman lebih dalam tentang siapa kita sebagai bangsa dan bagaimana kita menghargai sejarah kita. (wan) Baca juga :

Read More

Kisah Seseorang Sedekah Sembunyi-Sembunyi Namun tidak Tepat Sasaran

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rasulullah Muhammad SAW sudah mengajarkan umatnya untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Karena sedekah sembunyi-sembunyi itu memadamkan murka Rabb dan lebih dari sedekah secara terang-terangan. Di zaman Rasulullah Muhammad SAW terdapat seorang Sahabat yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, namun tidak tepat sasaran. Kisah ini dinukil dari buku Kisah-Kisah Nubuat dari Nabi SAW oleh Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Alkisah, pada suatu malam ada seseorang pergi meninggalkan rumahnya untuk mencari orang yang akan ia beri sedekah. Kemudian, ia menemukan seseorang yang dikiranya fakir. Tanpa pikir panjang lagi, ia menyerahkan uang untuk disedekahkan kepada orang itu. Rupanya orang yang diberi sedekah itu adalah seorang pencuri. Pada pagi harinya orang-orang ramai membicarakan kejadian sesorang yang bersedekah kepada seorang pencuri. Dan, berita itupun terdengar juga oleh orang yang bersedekah. Kejadian itu membuat orang yang bersedekah bersedih, karena telah bersedekah kepada seorang pencuri. Kemudian ia mengungkapkan rasa sedih dan pilunya dengan kata-kata, “Ya Allah! Bagi-Mu segala puji atas (sedekah yang aku berikan kepada seorang pencuri.” Khawatir sedekahnya lenyap berhamburan dan tidak sampai di sisi Rabbnya, ia bertekad untuk kembali bersedekah pada malam berikutnya. Pada malam berikutnya, ia keluar rumah lagi setelah malam mulai gelap. Ia menyerahkan sedekah ke tangan seorang wanita yang ia kira wanita fakir. Ternyata wanita tersebut seorang pelacur. Si wanita pelacur ini juga bercerita seperti halnya si pencuri sebelumnya. Sampai akhirnya berita ini menyebar luas, hingga terdengar orang yang bersedekah. Hal itu membuatnya merasa aneh dan sedih. la pun mengucapkan kata-kata serupa seperti yang ia ucapkan kemarin. “Ya Allah! Bagi-Mu segala puji atas (sedekah yang aku berikan kepada) seorang wanita pelacur.” Meski sudah dua kali sedekahnya tidak tepat sasaran, la bertekad kembali bersedekah demi mengharap pahala. Pada malam ketiga, sedekah yang ia berikan ternyata jatuh ke tangan orang kaya. Bisa dibayangkan betapa sedihnya orang yang bersedekah tersebut, sudah tiga kali ia tidak tepat sasaran dan tidak sesuai yang diharapkan. Lalu, kembali ia berbicara kepada Rabbnya sambil bersedih dan heran, “Ya Allah! Bagi-Mu segala puji atas sedekah yang aku berikan kepada) seorang pencuri, seorang wanita pelacur, dan orang kaya.” Setelah tiga kali salah sasaran, ia bermimpi didatangi seseorang. Orang yang datang dalam mimpinya itu memberitahukan kepadanya sebuah hikmah besar di balik bersedekah kepada tiga orang tersebut. Karena bisa jadi si pencuri menjaga diri dari tindakan pencurian lantaran sedekah yang ia terima. Juga bisa jadi si wanita pelacur menahan diri dari perbuatan zina lantaran sedekah yang ia terima. Bisa jadi sedekah tersebut mendorong si orang kaya berinfak karena meneladani orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi dan demi mengharapkan pahala dari Rabb seluruh manusia. Disebutkan dalam sejumlah hadits bahwa sedekah itu diterima meski jatuh di tangan orang yang bukan dimaksudkan oleh si pemberi sedekah. Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya bahwa Yazid bin Akhnas menyerahkan uang beberapa dinar kepada seseorang di masjid dan memintanya membagikan uang tersebut kepada yang berhak. Akhirnya anak Yazid: Ma’an datang lalu menerima uang tersebut. Ia tidak tahu uang tersebut berasal dari ayahnya. Akhirnya ia datang menemui ayahnya dan si ayah menolak uang tersebut diambil anaknya, Ma’an. Ayahnya berkata, “Bukan kamu yang aku maksudkan (untuk aku beri sedekah).” Akhirnya si anak memperkarakan ayahnya di hadapan Rasulullah lalu beliau bersabda sebagai seorang mufti dan hakim, “Engkau mendapatkan apa yang telah engkau niatkan, wahai Yazid! Dan engkau mendapatkan apa yang engkau terima, wahai Ma’an” Orang dalam kisah ini mungkin saja mendapatkan manfaat dari sedekah yang ia berikan kepada seorang pencuri, wanita pelacur, dan orang kaya seperti yang disebutkan dalam hadits. Ia diberi kabar gembira oleh Rabbnya melalui mimpi bahwa sedekahnya diterima. Ia juga mendapat penjelasan terkait alasan yang tidak ia ketahui di balik sedekahnya yang salah sasaran. (jeha) Baca juga :

Read More

Sejarah Alquran Braille di Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Alquran standar braille adalah Alquran yang ditulis menggunakan simbol braille, sejenis tulisan yang digunakan oleh para tunanetra atau orang-orang yang menderita gangguan penglihatan (visually impaired people). Sejarah lahirnya Alquran Braille di Indonesia dimulai sejak tahun 1970-an. Sejak tahun 70-an, Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI sudah berencana untuk membuat Alquran Braille. Tepatnya pada tahun 1974 digelar Musyawarah Kerja Ulama Alquran Nasional Ke-1, di antara yang dibahas adalah membuat Alquran standar braille untuk teman-teman tunanetra. Kepala LPMQ, Abdul Aziz Sidqi mengatakan, pada tahun 1974 sampai 1983, LPMQ menyusun mushaf Alquran standar Indonesia.”Mushaf Alquran standar Indonesia itu untuk orang awas yakni orang yang bisa melihat dan untuk teman-teman tunanetra yakni Alquran Braille,” terang Aziz saat ditemui 1miliarsantri.net, Jumat (6/12/2024). Ia menyampaikan, LPMQ menyusun mushaf Alquran Braille sejak tahun 1974 sampai 1983. LPMQ juga menstandarkan huruf-huruf Alquran braille dan lain sebagainya dari huruf ‘alif’ sampai ‘ya’. Tanda baca huruf-huruf tersebut juga disusun seperti harakat, fathah, kasroh, dhammah, sukun dan lain sebagainya distandarkan. “Semua kami standarkan agar teman-teman tunanetra itu bisa membaca Alquran dengan baik dan tenang,” lanjut Aziz. Master mushaf Alquran braille hasil Musyawarah Kerja Ulama Alquran Nasional dari tahun 1974 – 1983 selanjutnya dicetak dan disahkan dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 25 Tahun 1984. Merujuk pada KMA Nomor 25 Tahun 1984, mushaf Alquran standar memiliki tiga jenis berdasarkan segmennya. Di antaranya, mushaf standar Usmani untuk orang awas, Bahriah untuk para penghafal Alquran dan Braille untuk tunanetra. KMA tersebut dikuatkan dengan Instruksi Menteri Agama (IMA) Nomor 7 Tahun 1984 tentang penggunaan mushaf Alquran standar sebagai pedoman dalam mentashih Alquran di Indonesia. “Nah setelah master (mushaf Alquran braille dibuat) ini dicetak oleh masyarakat, oleh komunitas-komunitas, oleh lembaga, oleh yayasan yang ada di masyarakat kemudian disebarkan, jadi siapapun boleh meminta masternya ke LPMQ,” jelas Kepala LPMQ ini. Pada 2010, dia mengungkapkan, LPMQ melakukan pengembangan. Lembaga yang berada di bawah Kementerian Agama tersebut bekerjasama dengan para ahli braille, komunitas, yayasan dan lembaga yang bergerak di bidang braille untuk menyusun perdoman membaca Alquran Braille yang selesai pada tahun 2011. Program tersebut dilanjutkan dengan penyusunan Alquran Braille 30 Juz dan terjemahannya yang selesai pada 2013. “Inilah proses kami (LPMQ) melayani teman-teman tunanetra ini, kemudian sampai tahun 2021 karena ada perkembangan baru lagi terkait dengan perdoman membaca Alquran Braille, ada beberapa yang harus disempurnakan terkait tanda baca Alquran Braille,” sambung Aziz. Pada 2021, LPMQ kemudian menyempurnakan buku perdoman membaca Alquran braille. Buku itu disebut pedoman membaca dan menulis Alquran Braille khusus untuk teman-teman tunanetra. Dua tahun berselang, LPMQ juga masih berusaha untuk memudahkan para tunanetra untuk belajar Alquran braille. Untuk itu, LPMQ membuat buku panduan membaca Alquran Braille yang disebut Iqro’ bil-kitabah al-Arabiyah an-Nafirah disingkat Iqro’na. “Ini (Iqro’na) adalah panduan praktis membaca Alquran braille yang didedikasikan untuk penyandang disabilitas sensorik netra Muslim Indonesia,” imbuhnya. Ia mengatakan, Iqro’na merupakan panduan praktis layaknya buku Iqro untuk mereka yang normal. Dia menjelaskan, para tunanetra sangat menyambut baik dengan adanya Iqra khusus untuk membantu mereka membaca Alquran. Tidak sampai di situ, Aziz mengungkapkan, LPMQ sedang proses menyusun Tajwid Alquran Braille. Hal ini dilakukan dalam rangka menyempurnakan yang sebelumnya sehingga tunanetra juga bisa membaca Alquran dengan baik dan benar. “Kita tahu dalam membaca Alquran itu harus dengan tajwid, makanya kita menyusun perdoman Tajwid Alquran,” urainya. Azis mengatakan, semua yang dilakukan LPMQ ini dalam rangka menunaikan amanat Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. Disebutkan bahwa negara harus hadir, harus memberikan layanan, dan harus menyiapkan literasi keagamaan termasuk kitab suci dalam hal ini tentunya kitab suci Alquran braille untuk teman-teman tunanetra. (jeha) Baca juga :

Read More

Masjid Hassan II Ikon Keagungan Arsitektur Islam di Casablanca, Maroko

Maroko — 1miliarsantri.net : Masjid Hassan II adalah salah satu masjid terbesar dan paling megah di dunia yang terletak di Casablanca, Maroko. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah yang penting bagi umat Islam, tetapi juga simbol kebanggaan nasional dan karya seni arsitektur yang mengagumkan. Dengan perpaduan gaya tradisional Maroko dan teknologi modern, Masjid Hassan II menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang berkunjung ke negara ini. Masjid Hassan II dibangun atas perintah Raja Hassan II sebagai bagian dari peringatan ulang tahunnya yang ke-60. Proyek ini dimulai pada tahun 1986 dan selesai pada tahun 1993. Dirancang oleh arsitek Prancis, Michel Pinseau, dan dibangun oleh ribuan pekerja Maroko, masjid ini mencerminkan dedikasi bangsa untuk menciptakan mahakarya yang abadi. Lokasi masjid ini sangat ikonik karena sebagian strukturnya berdiri di atas perairan Samudra Atlantik, terinspirasi oleh ayat Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa “Arsy Allah berada di atas air.” Keunikan lokasi ini juga menjadikannya simbol hubungan antara agama dan alam. Masjid Hassan II terkenal karena menaranya yang menjulang setinggi 210 meter, menjadikannya menara masjid tertinggi di dunia. Menara ini dilengkapi dengan laser yang mengarah ke Mekkah, sebagai panduan simbolis bagi umat Islam. Interior masjid dihiasi dengan ornamen khas Maroko, termasuk ukiran kayu, marmer, dan mosaik zellige yang rumit. Langit-langit yang dapat dibuka, lampu gantung kristal, serta lantai yang sebagian terbuat dari kaca memberikan pemandangan langsung ke laut, menambah kesan megah dan spiritualitas masjid ini. Masjid ini menggabungkan teknologi modern untuk mendukung kenyamanan jamaah. Sistem pemanas lantai, lift, dan sistem audio berkualitas tinggi dipasang untuk mendukung aktivitas ibadah. Selain itu, masjid ini mampu menampung hingga 25.000 jamaah di dalam ruangan dan 80.000 di pelataran luarnya, menjadikannya salah satu masjid terbesar di dunia. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Hassan II juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan budaya. Kompleks masjid ini mencakup perpustakaan, madrasah, dan museum yang memamerkan seni Islam dan sejarah Maroko. Keterbukaan masjid ini terhadap wisatawan dari berbagai latar belakang mencerminkan semangat toleransi dan keragaman yang diusung oleh masyarakat Maroko. (mas) Baca juga :

Read More

Saksi Bisu Kebengisan serta Teror Kependudukan VOC di Pulau Banda

Maluku — 1miliarsantri.net : Parigirante merupakan sebuah monumen yang terletak di Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku. Berwujudkan sumur yang dikelilingi oleh rantai-rantai dan diapit 2 meriam kuno milik VOC disisi kanan dan kirinya. Sumur ini menyimpan sejarah kelam pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Piertzoon Coen pada tahun 1621. Merangkul tidak kurang dari 1600 tentara, 300 tawanan Jepang dan 100 orang samurai bayaran dari Jepang. Diiringi 13 kapal angkut dengan beribu penumpang yang disertai kapal pengintai, Coen dengan armadanya datang ke Banda Neira untuk menguasai perdagangan pala (mrystica fragrans) dan menjalankan aksi balas dendam atas terbunuhnya Laksamana Pieterszoon Verhoeven oleh Orang kaya Banda melalui sebuah sengketa. Orangkaya merupakan sebuah sebutan bagi orang-orang berpengaruh di Banda Neira tempo lalu. Diketahui Coen merupakan juru tulis dan saksi atas terbunuhnya Laksamana Pieterszoon Verhoeven serta para pasukannya akibat sengketa yang dilakukan oleh para Orangkaya Banda. Konflik dimulai saat diutusnya Verhoeven oleh VOC ke pulau-pulau penghasil pala untuk menguasai perdagangan di pulau tersebut, walaupun harus menggunakan kekerasan. Setelah sampai, ternyata Inggris telah lebih dulu menjalin kerjasama dagang dengan rakyat Banda. Karena tidak senang, Verhoeven akhirnya datang ke Banda Neira untuk membangun Benteng Nassau di bekas tanah peninggalan Portugis. Di dalam monumen Parigirante terdapat prasasti yang berisi nama-nama Orangkaya yang dieksekusi dan jumlah warga yang tewas akibat genosida yang diperintahkan oleh si bengis Coen The Butcher of Banda. Memanfaatkan dukungan yang ada, ia membuat Banda Neira dituruni hujan darah. Akibat genosida yang dilakukan, tercatat kurang lebih 6.600 rakyat gugur, dan dari total 14.000 rakyat banda hanya tersisa 480 orang saja. Coen berhasil mendapatkan happy ending-nya, misinya sukses dengan sempurna. Ia berhasil menguasai perdagangan pala di Pulau Banda dan membalaskan dendam atas terbunuhnya Laksmana Pieterszoon Verhoeven. Melihat pembangunan tersebut, Orangkaya Banda mengajak Verhoeven untuk berunding dengan syarat adanya jaminan sandera dari pihak VOC. Verhoeven pun menunjuk Jan de Molre dan Nicolaas de Vischer sebagai sandera. Sesampainya di tempat perundingan, mereka tidak dapat menemukan para Orangkaya. Utusan Verhoeven menemukan Para Orangkaya di sebuah hutan kecil lengkap dengan persenjataan. Mereka menuntut Verhoeven untuk datang dengan beberapa orang saja. Disini Verhoeven dan 26 orang lainnya dijebak dan dibunuh oleh para Orangkaya Banda. Coen menjadi saksi penghianatan yang dilakukan para Orangkaya Banda kepada VOC. Ia pun memutuskan untuk mundur dan melarikan diri ke pangkalan VOC yang berada di Sunda Kalapa. Pada 8 Mei 1621, Coen berhasil melakukan aksi balas dendam pada Orangkaya Banda. Para Orangkaya dieksekusi dan dimutilasi oleh samurai bayaran yang disewa VOC. Sebanyak 44 potongan kepala dipajang diatas tiang pancang layaknya sebuah hiasan dan dipertontonkan kepada seluruh warga Banda Neira. Sisa potongan tubuh yang lain ditanam di sumur samping Benteng Nassau. Keluarga korban baru bisa mengevakuasi potongan tubuh korban setelah 3 bulan lamanya. Potongan tubuh tersebut akhirnya dibersihkan di sumur Parigirante. (jeha) Baca juga :

Read More

Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim antara Kultur Tradisional dan Moderen

Gresik — 1miliarsantri.net : Makam Sunan Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur, adalah salah satu situs penting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Sunan Malik Ibrahim adalah salah satu wali songo yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Dalam konteks modernisasi, pengelolaan makam Sunan Malik Ibrahim kini telah mengalami beberapa perubahan, baik dalam aspek infrastruktur, pengelolaan sosial, maupun ritual keagamaan yang dilaksanakan di sana. Pengelolaan makam Sunan Malik Ibrahim telah memasuki era modernisasi dengan berbagai perubahan yang melibatkan teknologi dan sistem manajerial yang lebih efisien. Salah satunya adalah penggunaan sistem informasi untuk manajemen data pengunjung, serta upaya menjaga kebersihan dan kenyamanan makam dengan fasilitas yang lebih baik. Di sisi lain, perkembangan infrastruktur seperti pembangunan jalan, tempat parkir, dan area publik lainnya mempermudah akses bagi peziarah. Namun, selain modernisasi fisik, pendekatan terhadap pelestarian budaya dan agama juga mengalami transformasi. Meskipun makam ini tetap menjadi tempat yang suci bagi umat Islam, pengelolaan makam juga harus mengakomodasi kepentingan pariwisata. Oleh karena itu, ada upaya untuk menyeimbangkan antara nilai-nilai spiritual dan komersialisasi dalam pengelolaan objek wisata religi ini. Modernisasi tidak hanya memengaruhi pengelolaan makam, tetapi juga memengaruhi praktik keagamaan yang berlangsung di sekitar makam. Dalam beberapa kasus, beberapa tradisi atau ritual yang dulunya dilaksanakan secara sederhana dan berbasis pada adat lokal mulai disesuaikan dengan praktik yang lebih terstruktur dan modern. Misalnya, dalam hal penyelenggaraan acara keagamaan, seperti haul atau peringatan wafatnya Sunan Malik Ibrahim, kita melihat adanya pengaruh penggunaan media digital untuk menyebarkan informasi dan memperluas jangkauan acara tersebut. Namun, modernisasi ini juga menimbulkan tantangan, yaitu bagaimana menjaga kesakralan dan keaslian tradisi agama agar tetap terjaga di tengah perubahan zaman. Sebagian masyarakat menganggap bahwa beberapa bentuk modernisasi mungkin mengurangi kedalaman spiritual dari tradisi tersebut, karena semakin banyak intervensi dari unsur-unsur komersial. Selain aspek keagamaan, modernisasi juga membawa dampak pada budaya lokal yang berkembang di sekitar makam. Tradisi lokal yang berkaitan dengan ritual keagamaan, seni, dan pertunjukan budaya yang digelar di sekitar makam mulai berkembang dengan ciri-ciri yang lebih global. Hal ini tercermin dalam penggunaan teknologi dalam seni pertunjukan, seperti pemutaran video dokumenter sejarah Wali Songo atau pertunjukan seni yang menggabungkan unsur lokal dan modern. Di sisi lain, ada juga kekhawatiran bahwa dengan masuknya budaya luar melalui proses modernisasi, budaya lokal yang telah ada berisiko tergerus. Oleh karena itu, ada upaya dari masyarakat lokal untuk tetap menjaga identitas budaya mereka sambil menyambut kemajuan teknologi dan peradaban. (kur) Baca juga :

Read More

Negara-negara Eropa Mulai Mengakui Kemerdekaan Palestina

Jakarta — 1miliarsantri.net : Gelombang perubahan signifikan tengah terjadi di Eropa terkait pengakuan terhadap Palestina. Tahun 2024 menjadi momen bersejarah ketika beberapa negara Eropa secara resmi mengambil sikap mendukung kemerdekaan Palestina, menandai pergeseran penting dalam dinamika politik internasional. Norwegia, Irlandia, dan Spanyol menjadi sorotan utama ketika pada 22 Mei 2024 secara berturut-turut mengumumkan pengakuan mereka terhadap Palestina. Ketiga negara ini dengan tegas menyatakan dukungannya berdasarkan perbatasan pra-1967 dan mengakui Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina. Tidak berselang lama, tepatnya pada 4 Juni, Slovenia bergabung dalam barisan negara Eropa yang mengakui kedaulatan Palestina. Langkah progresif ini kemudian diikuti dengan diskusi serius di Malta dan Belgia mengenai rencana serupa untuk mengakui status negara Palestina. Sebelumnya, Swedia telah menjadi pionir di kawasan Eropa Barat ketika pada tahun 2014 memberikan pengakuan resmi terhadap Palestina. Keputusan bersejarah ini membuka jalan bagi negara-negara Eropa lainnya untuk mengambil langkah serupa. Merespons gelombang pengakuan ini, Israel mengambil langkah keras dengan menarik duta besarnya dari ketiga negara Eropa tersebut. Sebagai bentuk protes tambahan, Israel juga mengancam akan memperluas pembangunan pemukiman di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Saat ini, total 146 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Pengakuan juga datang dari Tahta Suci, yang mewakili Gereja Katolik dan Vatikan dengan status pengamat di PBB. Meski demikian, negara-negara G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat masih belum memberikan pengakuan terhadap Palestina. Hal ini menunjukkan masih adanya kesenjangan politik antara kekuatan ekonomi global dengan tren pengakuan yang berkembang. Momentum pengakuan ini semakin kuat seiring dengan peringatan Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina setiap 29 November. Hari yang ditetapkan PBB sejak 1977 ini menjadi pengingat akan pentingnya dukungan global terhadap hak-hak Palestina, termasuk penentuan nasib sendiri dan penyelesaian adil bagi pengungsi Palestina. Sejarah panjang perjuangan Palestina dimulai pada 15 November 1988, ketika Yasser Arafat, ketua PLO, memproklamirkan kemerdekaan Palestina. Sejak saat itu, dukungan internasional terus mengalir, terutama dari negara-negara Global Selatan di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan dunia Arab. Pencapaian penting lainnya terjadi pada 2012, ketika Majelis Umum PBB memberikan suara mayoritas (138 setuju, 9 menolak, 41 abstain) untuk meningkatkan status Palestina menjadi “negara pengamat non-anggota”, yang semakin memperkuat posisi Palestina di kancah internasional. (jeha) Baca juga :

Read More

Peranan Ibu dalam Karier Imam Syafii

Jakarta — 1mikiarsantri.net : Jumuah Saad dalam bukunya yang berjudul Ibunda Tokoh-Tokoh Teladan menceritakan peran ibu dalam karier Imam Syafii. Idris, ayahanda Imam Syafi’i, meninggal dunia saat Syafi’i masih kecil. Oleh karena itu, Syafi’i dibesarkan ibunya yang merupakan perempuan salehah yang berasal dari Suku Azd, Yaman. Sementara ayahnya dari Gaza, Palestina. Ibunya bekerja keras untuk membesarkan Syafi’i sendirian. Dia berusaha mengajarkan putranya tersebut dengan penuh kebaikan, hingga akhirnya lahirlah seorang pemuda yang mencintai ilmu seperti Syafi’i. Tidaklah kedua matanya melihat ilmu kecuali dia menghafalnya dengan sempurna. Imam Syafi’i pun menjadi panutan dalam hafalan. Tidak ada warna hitam di atas putih kecuali Syafi’i menghafalkannya. Artinya, tidak ada ilmu kecuali yang sudah dihafalkan oleh Imam Syafi’i secara sempurna. Itulah mengapa Imam Syafi’i kini menjadi salah satu imam mazhab yang empat dan menjadi salah satu pembesar para ulama Islam di sepanjang zaman. Betapa mulianya hati seorang ibu yang telah membesarkan anak saleh seperti Imam Syafi’i. Dia membesarkan putranya sendirian dan menjadikannya anak saleh dan teladan bagi para umat Muslim. Imam Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu mencela orang Quraisy, karena orang alimnya akan memenuhi bumi dengan ilmu. Ya Allah, Engkau telah menimpakan siksa dan bencana pada orang awalanya, maka berikanlah karunia pada orang terakhirnya.” Tidak ada seorang ulama pun kecuali ia mengatakan, “Orang yang dimaksud hadis ini ialah Imam Syafi’i. Karena dia merupakan keturunan Quraisy dan keluarga Hasyim.” Semoga, Allah meridhai Imam Syafi’I dan ibunya yang salehah itu. Dikisahkan pada suatu hari di masa kecilnya, Imam Syafi’i hendak pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik. Imam Syafii pun meminta nasihat dari ibunya sebelum berangkat. Mendengar permintaan anaknya, sang ibu pun berkata, “Wahai Anakku, berjanjilah kepadaku untuk tidak berdusta.” Imam Syafi’i pun menyanggupi permintaan ibunya. Dia berkata, “Aku berjanji kepada Allah, lalu kepadamu untuk tidak berdusta.” Menaiki tunggangan dan pergi bersama rombongan, Imam Syafi’i dibekali uang 400 dirham. Uang itu disimpannya dalam sebuah kantong, yang ia buat di sela-sela baju yang dikenakan. Dalam perjalanan, rombongan dicegat rampok yang mengambil harta dari tiap orang. Ketika bertemu Imam Syafi’i, dia pun ditanya apakah memiliki uang. Mengejutkan, Imam Syafi’i mengakuinya. Tentu saja, perampok bertanya jumlah yang dibawa sang imam. Dan lagi-lagi, Syafi’i mengakui bahwa ia membawa 400 dirham. “Pergilah sana,” ujar perampok, “Apakah mungkin orang sepertimu membawa uang sebanyak 400 dirham?” Maka, duduklah Imam Syafi’i dengan tenang, sedang para perampok terus menjarah harta orang-orang. Hampir selesai, pemimpin rampok bertanya apakah seluruh harta rombongan telah diambil seluruhnya. Para rampok mengiyakan. “Apakah kalian tidak meninggalkan seorang pun?” tanya sang pemimpin lagi. “Tidak,” kata anak buahnya, “kecuali seorang anak kecil yang mengaku telah membawa uang sebanyak 400 dirham. Namun anak tersebut gila atau hanya ingin mengolok-olok kita, sehingga kami pun menyuruhnya pergi.” Pemimpin rampok berkata, “Bawa anak itu kemari.” Imam Syafi’i dibawa ke hadapan pemimpin rampok. Maka, sekali lagi ia ditanya soal uang yang dibawanya. Dan, tentu saja, Imam Syafi’i lagi-lagi mengakuinya. Pun ketika ditanya jumlahnya, beliau tak sungkan menyebut kembali 400 dirham yang diberikan ibunya. “Di mana uang itu?” tanya pemimpin rampok, penasaran. Imam Syafi’i mengeluarkan uang tersebut dari balik pakaiannya. Lalu, diserahkan begitu saja. Tertegun dengan perilaku anak kecil di hadapannya, pemimpin rampok menuang-nuang uang di pangkuannya seraya memandangi Imam Syafi’i. Dia sungguh tak mengerti. “Kenapa kamu jujur kepadaku ketika aku tadi bertanya kepadamu, dan kamu tidak berdusta kepadaku, padahal kamu tahu bahwa uangmu akan hilang?” Syafi’i pun menjawab, “Aku berkata jujur kepadamu karena aku telah berjanji kepada ibuku untuk tidak berdusta kepada siapa pun.” Sang pemimpin rampok berhenti memainkan uang di tangannya. Terdiam seketika. Ada sesuatu menyelusup di hatinya. Sesuatu yang selama ini belum hadir dan kini menggerakkannya. “Ambillah uangmu,” ujar pemimpin rampok, “kamu takut untuk mengkhianati janjimu kepada ibumu, sedangkan aku tidak takut berkhianat kepada janji Allah Swt.? Pergilah, wahai Anak Kecil, dalam keadaan aman dan tenang, karena aku telah bertaubat kepada Zat yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang melalui kedua tanganmu. Dengan taubat ini dan aku tidak akan pernah mendurhakai-Nya lagi selamanya.” (jeha) Baca juga :

Read More

Menteri Kebudayaan Upayakan Pemulangan Manuskrip Keraton Yogyakarta dari Inggris

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Menteri Kebudayaan Fadli Zon berjanji mengupayakan pemulangan manuskrip atau naskah kuno milik Keraton Yogyakarta yang hingga kini masih tersimpan di Inggris. “Kita akan coba juga pengembalian manuskrip-manuskrip yang ada di Inggris yang mungkin dibawa pada zaman Raffles,” terang Fadli di Yogyakarta, Ahad (30/11/2024) malam. Menurut Fadli, manuskrip-manuskrip milik Keraton Yogyakarta dirampas oleh Thomas Stamford Raffles yang merupakan Letnan Gubernur di Jawa kala peristiwa penyerbuan Keraton oleh pasukan Inggris atau dikenal Geger Sepehi (Geger Sepoy) pada 1812. “Kita akan usahakan, meskipun menurut Sultan HB X ada sekitar 170 naskah digitalnya sudah diberikan (oleh Inggris). Tapi memang jumlahnya (manuskrip asli) lebih banyak dari itu,” papar Fadli Zon. Fadli menuturkan upaya pemulangan itu bakal ditempuh lewat jalur formal dengan menemui Pemerintah Inggris. Menurut dia, sejauh ini belum ada upaya untuk membicarakan terkait pemulangan manuskrip itu secara formal. “Kita lihatlah nanti, kalau nanti ada kesempatan bertemu dengan Pemerintah Inggris kita akan sampaikan agar artefak-artefak termasuk manuskrip yang dibawa ketika itu dari Keraton Yogyakarta bisa dikembalikan ke Indonesia,” lanjutnya. Bagi Fadli, upaya pemulangan perlu dilakukan karena manuskrip tersebut merupakan hak milik bangsa Indonesia yang dibawa semasa penjajahan. Saat ini, menurut dia, mulai banyak negara di dunia yang berusaha mengambil kembali artefak-artefak yang tersimpan di Inggris. Dia mencontohkan, Mesir berusaha mengambil mumi-mumi mereka yang ada di berbagai tempat, begitu pula Yunani dengan partisi-partisi dari Parthenon yang ada di British Museum. “Nanti kita lihat apa saja yang ada di British Museum dan juga di British Library. Sejauh ini yang kita tahu memang belum ada dari pihak Inggris itu mau mengembalikan. Tapi kita sendiri kan belum mencoba secara resmi, secara formal untuk bicara juga secara langsung,” sambungnya. Adapun dengan Pemerintah Belanda, Fadli menyebut pengembalian artefak atau objek budaya lain milik Indonesia sudah berlangsung meski bertahap. “Sudah berlangsung, sudah dari sejak puluhan tahun yang lalu sebenarnya. Tapi artefaknya masih sedikit-sedikit. Semoga ke depan semakin banyak,” pungkas Menteri Kebudayaan. (jeha) Baca juga :

Read More

Imam Malik menolak Tiga Permintaan Khalifah Harun Ar Rasyid

Baghdad — 1miliarsantri.net : Imam Malik adalah salah seorang ulama besar terkemuka dalam dunia Islam. Dia merupakan peletak dasar ajaran Mazhab Maliki. Imam Malik pernah hidup sezaman dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima dari kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Imam Malik tinggal di Kota Madinah (Arab Saudi saat ini) sementara Harun Ar-Rasyid tinggal di pusat pemerintahan di Baghdad (Irak saat ini). Suatu ketika, Harun Ar-Rasyid mengunjungi Kota Madinah. Syekh Abdul Aziz Asy-Syinawi, penulis buku Biografi Empat Imam Mazhab terbitan Beirut Publishing, menuliskan kisah pertemuan Imam Malik dan Harun Ar-Rasyid tersebut. Dalam sebuah pertemuan itu, Harun Ar-Rasyid mengajukan tiga keinginannya kepada Imam Malik. Berikut tulisannya: Imam Malik berkata, “Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid bermusyawarah denganku dalam tiga perkara; Beliau ingin menggantungkan kitab Al-Muwattha (kitab karangan Imam Malik) di Ka’bah dan menganjurkan manusia untuk mengamalkan isi kitab tersebtu, membongkar mimbar Nabi Muhammad SAW lalu membangunnya dari permata, emas, dan perak. Kemudian, beliau mengajukan Nafi’ bin Abi Nu’aim sebagai Imam di Masjid Nabawi.” Lantas, aku katakan kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid, “Wahai Amirul Mukminin, adapun menggantungkan kitab Al-Muwattha, maka sesunguhnya para sahabat telah ber-ikhtilaf (berbeda pendapat) dalam masalah furu’ dan mereka telah menyebar (di berbagai negeri) dan masing-masing mereka telah benar menurut ijtihad mereka. Adapun membongkar Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi di Madinah) lalu membangunnnya kembali dari permata, emas, dan perak maka saya berpandangan agar anda tidak menghalangi manusia dari peninggalan Rasulullah SAW. Sedangkan keinginan anda mengajukan Nafi’ sebagai imam Masjid Nabawi, maka sesungguhnya Nafi’ adalah imam di dalam qira’ah, dikhawatirkan muncul darinya sesuatu yang di luar kebiasaan maka hendaklah engkau mengantisipasinya.” (nov) Baca juga :

Read More