Implementasi Maqashid Syariah dalam Keberagaman di Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Para ulama meyakini bahwa di balik teks-teks syariat terdapat tujuan-tujuan utama yang ingin dicapai, yang dikenal dengan istilah maqashid syariah. Meskipun istilah maqashid syariah baru muncul pada awal abad ke-5 Hijriah, dalam pemikiran ulama seperti al-Juwaini (w. 478 H) dan al-Ghazali (w. 505 H), penerapan konsep ini sesungguhnya sudah berlangsung sejak masa sahabat. Misalnya, Umar bin Khattab mengusulkan kodifikasi Al-Qur’an demi kemaslahatan umat (mashalih). Bahkan, Hadits Nabi mengenai Salat Ashar di Bani Quraidhah menjadi salah satu dasar bagi pengembangan hukum berlandaskan maqashid syariah. Kajian tersebut merupakan inti dari pertemuan Senior Official Meeting para pemimpin tingkat tinggi MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Dalam forum tersebut, para pemimpin membahas implementasi konsep Maqashid Syariah dalam konteks Asia Tenggara, khususnya bagi negara-negara anggota MABIMS yang memiliki kekhasan kemajemukan budaya dan agama. Al-Ghazali merumuskan bahwa tujuan syariat atas proses penciptaan adalah untuk menjaga lima hal, yaitu agama (al-din), jiwa (al-nafs), akal (al-aql), keturunan (al-nasl), dan harta (al-mal). Sementara Asy-Syathibi (w. 790 H), orang pertama yang merumuskan maqashid syariah secara sistematis dalam kitabnya al-Muwafaqaat, membagi maqashid menjadi dua, yaitu maqashid yang merujuk pada Syari’ (Allah) dan yang merujuk kepada mukallaf (hamba). Ia juga mengaitkan pembahasan maqashid dengan masalah-masalah ushuliyyah, sesuatu yang belum pernah dibahas oleh ulama sebelumnya. Dalam pemahaman klasik, maqashid syariah mencakup lima perlindungan pokok (al-dharuriyat al-khams/al-kulliyat al-khams), yaitu perlindungan agama (hifdz al-din), perlindungan jiwa (hifdz al-nafs), perlindungan akal (hifdz al-aql), perlindungan keturunan (hifdz al-nasl), dan perlindungan harta (hifdz al-mal). Namun seiring perkembangan zaman, konsep maqashid mengalami perluasan makna, dan bahkan penambahan. Misalnya, dulu perlindungan akal dimaknai sebagai larangan mengkonsumsi minuman keras, tetapi sekarang juga mencakup pengembangan kapasitas intelektual atau hak untuk berpendidikan. Di samping itu, sekarang juga muncul perlindungan lingkungan hidup (hifdz al-biah), perlindungan negara (hifdz al-dawlah), dan lainnya. Pembagian maqashid syariah masih akan terus berkembang ke depannya, sebagaimana kondisi umat yang terus dinamis. Berdasarkan kajian MABIMS, jika ditarik dalam konteks Indonesia yang majemuk, implementasi maqashid syariah punya relevansi yang kuat, terutama dalam membangun kehidupan bernegara dan berbangsa yang harmonis. Islam dan keindonesiaan bukanlah dua hal yang bertentangan. Justru keduanya saling melengkapi. Nilai-nilai Islam, termasuk maqashid syariah, dapat memperkuat fondasi kebangsaan kita. Dalam hal perlindungan agama (hifdz al-din), implementasinya di Indonesia diwujudkan melalui jaminan kebebasan beragama yang dijamin Konstitusi. Setiap warga negara bebas memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya. Menteri Agama Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa keragaman agama di Indonesia adalah sunnatullah dan anugerah yang harus dihormati dan dijaga bersama melalui penerapan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Perlindungan jiwa (hifdz al-nafs) direalisasikan melalui berbagai kebijakan yang menjamin keamanan, kesejahteraan, dan kesehatan warga negara. Misalnya, program bantuan sosial untuk masyarakat kurang mampu, BPJS, perlindungan warga negara Indonesia, dan lainnya. Itu semua juga merupakan upaya untuk mencegah konflik antarkelompok dan menjamin keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Dalam aspek perlindungan akal (hifdz al-aql), pemerintah mengembangkan sistem pendidikan yang inklusif dan berkeadilan, sekolah gratis, Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk anak yang kurang mampu, dan lainnya. Kurikulum di sekolah dirancang agar peserta didik punya pemahaman yang moderat dan menghargai keragaman. Pemerintah, ormas keagamaan, dan para tokoh agama juga aktif mendorong dialog antarumat beragama (interfaith diolague) untuk membangun pemahaman bersama dan kerja sama dalam mengatasi masalah-masalah sosial, serta menghindari kesalahpahaman. Perlindungan keturunan (hifdz al-nasl) diwujudkan melalui kebijakan yang melindungi institusi keluarga dan menjamin hak-hak anak. Misalnya, pencegahan kawin anak, makan siang bergizi, penurunan angka stunting, dan lainnya. Keturunan adalah pewaris bangsa ini ke depannya. Karenanya, kualitas mereka—fisik, kognitif, dan mental harus dijaga sedemikian rupa untuk kemajuan Indonesia di masa depan. Sementara implementasi dari perlindungan harta (hifdz al-mal) adalah lahirnya kebijakan ekonomi yang berkeadilan. Misalnya, pengembangan ekonomi syariah, pemberdayaan ekonomi umat dan UMKM, program pengentasan kemiskinan, perlindungan hak buruh, dan lainnya. Itu semua mencerminkan semangat maqashid syariah dalam dimensi ekonomi. Pengalaman Indonesia dalam mengimplementasikan maqashid syariah dalam konteks keberagaman bisa menjadi model yang unik dan pelajaran berharga dan inspiratif bagi dunia, terutama dalam mengelola kemajemukan masyarakatnya. Dengan pemahaman maqashid syariah yang kontekstual dan inklusif, nilai-nilai Islam justru dapat memperkaya wawasan kebangsaan dan memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat yang beragam. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia, Indonesia telah membuktikan bahwa nilai-nilai Islam, dalam hal ini maqashid syariah, dapat berjalan selaras dengan modernitas dan kemajemukan. Hal ini bisa dilihat dari Indeks Kerukunan Umat Beragama (Indeks KUB) 2024 di Indonesia yang menunjukkan angka cukup tinggi, yaitu 76,47. Implementasi maqashid syariah menunjukkan bahwa perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta dapat diwujudkan tanpa memberangus keberagaman. Malah, pemahaman maqashid yang tepat dapat memperkuat persatuan dan mendorong terciptanya peradaban yang inklusif dan berkeadilan. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran para pemikir Muslim dan aktor dakwah moderat seperti dai/daiah, Penyuluh Agama Islam, penceramah, ustadz/ustadzah, seniman-budayawan dan lainnya di Indonesia yang selalu mendengungkan bahwa ‘Islam dan keindonesiaan adalah dua hal yang saling menguatkan dan bukan saling bertentangan.’ Walhasil, maqashid syariah bukan sekadar konsep teoretis yang ada di dalam buku dan kitab, tetapi juga dapat menjadi panduan praktis dalam membangun kehidupan berbangsa yang harmonis dan inklusif. Implementasinya di Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dapat berjalan beriringan dengan semangat kebangsaan dan penghargaan terhadap keberagaman. (yan) Baca juga :

Read More

Muhammad Sakho Harumkan Nama Indonesia di Mesir

Kairo — 1miliarsantri.net : Muhammad Sakho Fairuz Adabi saat masih menjadi santri sudah bercita-cita untuk bisa belajar di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir. Yakni lembaga pendidikan Islam tua yang telah banyak melahirkan para ulama yang mewarnai peradaban umat Islam di berbagai belahan dunia. Melalui jalur langit dan jalur bumi, Muhammad Sakho kini menjadi lulusan terbaik Universitas Al Azhar Kairo. Pria berusia 27 tahun ini menceritakan kisah singkat awal hidupnya dalam menimba ilmu sampai menjadi lulusan terbaik di Al Azhar. “Saya tertarik untuk belajar di Al Azhar sejak masih menjadi santri di pesantren, dengan sejarahnya yang panjang sebagai salah satu pusat keilmuan Islam yang tertua dan paling terhormat di dunia, juga sebagai kiblat ilmu dan ulama, apalagi karya-karya ulamanya adalah kitab-kitab pokok yang dulu kami pelajari,” kata Muhammad Sakho saat ditemui 1miliarsantri.net, Rabu (13/11/2024). Ia mengungkapkan bahwa memang prosesnya panjang, namun dengan izin Allah SAW, dia bisa mendapat kesempatan belajar di Al Azhar Kairo. Tentu dengan dukungan keluarga, dan doa dari banyak pihak. Sebelum ke Kairo, Muhammad Sakho pernah berkesempatan menimba ilmu di berbagai pesantren. Baginya, pesantren pertamanya adalah didikan kedua orang tua, terutama abah (kakek) yang sejak kecil sudah mendidiknya untuk mencintai ilmu dan membangunkan pondasi keilmuan dalam dirinya. “Kemudian pesantren yang sangat berpengaruh dalam mengajarkan ilmu dan adab bagi saya adalah Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara, yang diasuh oleh Abah Yai Taufiqul Hakim, dan Pesantren Sulaimaniyah di Turki yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Hilmi Tunahan, semoga Allah merahmati seluruh guru-guru dan masyayikh kami,” tambah Muhammad Sakho. Ketika menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Muhammad Sakho masuk Jurusan Syariah Islamiyah. Di sana belajar berbagai cabang ilmu agama seperti tafsir ahkam, hadis, fiqih, ushul fiqh, dan lain sebagainya. Muhammad Sakho juga mendapat pendidikan dengan talaqqi di masjid-masjid dan majelis-majelis ilmu. Karena Al-Azhar sebagai Jami’an dan Jami’atan (Masjid dan Kampus) adalah satu kesatuan. “Selain ilmu, kami juga diajarkan akhlak, adab dan ketawadhuan dari tangan para masyayikh yang tak hanya menjelaskan, namun juga mencontohkan dalam kehidupan pribadi mereka yang mulia,” tuturnya. Lulusan terbaik Universitas Al Azhar ini menegaskan bahwa yang paling penting, Al-Azhar juga menekankan Manhaj Wasathiyyah yang menekankan keseimbangan (tawazun) dan sikap tengah (I’tidal) dalam memahami ajaran Islam. Sehingga terhindar dari sikap ekstrem dan pemikiran radikal. Ia menceritakan, para mahasiswa di Al Azhar diajak untuk memahami berbagai madzhab dan sudut pandang yang berbeda dalam ilmu syariah. “Sehingga terbentuk sikap yang lebih terbuka dan menghargai perbedaan di kalangan umat Islam,” ujar Muhammad Sakho. Mengenai cara Muhammad Sakho menjadi lulusan terbaik di Universitas Al-Azhar, ia mengungkapkan, tentu itu adalah berkah karunia dari Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan taufiq-Nya, sehingga bisa sampai di titik ini. “Selain itu, bentuk ikhtiar saya yaitu dengan menggabungkan jalur langit dan jalur bumi. Jalur langit yang paling kuat adalah tetesan doa dari ibu dan abah saya, yang setiap hari tidak pernah putus mendoakan dan mengirimkan 40 Al-Fatihah untuk kesuksesan anak-anaknya, ini adalah jalur paling express yang mengantarkan saya mencapai keberhasilan ini,” ungkap Muhammad Sakho. Ia menambahkan, dari jalur bumi sendiri adalah dengan keistiqomahan dalam belajar, manajemen waktu yang baik dan menggunakan metode belajar yang tepat, sambil berusaha ikhlas dalam menuntut ilmu. “Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan dan hasil yang lebih dari yang saya harapkan,” ujarnya. Muhammad Sakho setelah lulus di Al-Azhar, mengungkapkan ingin kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu yang sudah didapat. Rencananya adalah berkontribusi dalam dunia pendidikan, baik dengan mengajar di pesantren atau lembaga-lembaga pendidikan, menciptakan kurikulum yang baik dan efektif di pesantren, serta turut menyebarkan pemahaman Islam yang moderat dan mendalam di masyarakat. “Saya juga ingin membangun badan usaha yang mandiri bagi pesantren saya, sehingga bisa meringankan biaya para santri dan memberikan beasiswa bagi mereka yang berprestasi,” pungkas Muhammad Sakho. (ham) Baca juga :

Read More

Hujan Salju Pertama Kali Turun di Gurun Arab Saudi

Dubai — 1miliarsantri.net : Gurun Al-Jawf di Arab Saudi baru saja mencatatkan sejarah baru pada 8 November 2024. Untuk pertama kalinya, hujan salju turun dan mengubah pemandangan gurun yang gersang menjadi hamparan putih memukau. Fenomena cuaca langka ini terjadi setelah hujan lebat dan badai es melanda kawasan tersebut, menciptakan pemandangan menakjubkan yang mengundang perhatian dunia. Pusat Meteorologi Nasional menjelaskan bahwa turunnya salju ini disebabkan oleh sistem tekanan rendah yang berasal dari Laut Arab. Udara lembab bertemu dengan kondisi panas dan kering khas gurun, menghasilkan fenomena salju yang tak terduga. Meski beberapa wilayah di Arab Saudi utara kadang mengalami salju ringan, pemandangan Gurun Al-Jawf yang terselimuti salju ini sungguh istimewa. Media sosial dipenuhi foto dan video hamparan salju di gurun, mengundang decak kagum sekaligus kekhawatiran publik. Banyak netizen terkesima melihat transformasi gurun yang biasanya gersang kini menyerupai negeri dongeng musim dingin. “Melihat perubahan gurun ini sungguh memesona!” tulis salah satu pengguna media sosial. Namun, tidak semua pihak menyambut gembira fenomena ini. Para environmentalis dan peneliti iklim mengkhawatirkan dampak dari cuaca ekstrem yang tidak biasa ini. Mereka menghubungkan kejadian ini dengan perubahan iklim global yang semakin tidak terprediksi. Para ahli menyebutkan kejadian langka ini sebagai pertanda perubahan iklim global yang semakin nyata. Sepanjang tahun ini, telah terjadi berbagai anomali lingkungan, termasuk pertumbuhan tanaman yang tidak biasa di kawasan gurun. Kombinasi salju dan hujan lebat telah menghidupkan kembali ekosistem gurun, berpotensi meningkatkan pertumbuhan tanaman saat suhu mulai menghangat. Peringatan cuaca telah dikeluarkan karena meteorolog memprediksi cuaca ekstrem akan berlanjut, termasuk badai petir dan angin kencang. Penduduk diimbau untuk bersiap menghadapi gangguan cuaca, menekankan pentingnya kesadaran akan dampak perubahan iklim terhadap sistem cuaca. Para ilmuwan iklim memperingatkan fenomena seperti ini akan semakin sering terjadi seiring cuaca yang semakin tidak menentu akibat perubahan iklim. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi kawasan gurun seperti Arab Saudi, tetapi juga bisa menjadi sinyal perubahan global. Saat ini, pemandangan salju yang berkilauan di Gurun Al-Jawf menjadi spektakel indah sekaligus pengingat akan perubahan yang sedang dialami Bumi. Fenomena unik ini membuat dunia merenungkan masa depan iklim dan lanskap ekologi kawasan ini, mendorong diskusi lebih luas tentang ketahanan iklim dan keberlanjutan. (dul) Baca juga :

Read More

Toleransi di Serambi Makkah Dibuat Film Harmony of Aceh

Nangro Aceh — 1miliarsantri.net : Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Aceh meluncurkan film pendek tentang keberagaman dan toleransi antar umat beragama di tanah Serambi Makkah. Film berjudul “Harmony of Aceh; Memaknai dan Menghormati” di-launching di Ruang Teater BSI (Bank Syariah Indonesia) Landmark Aceh Green Building, Rabu (6/11/2024) lalu. Film ini menggambarkan bagaimana kenyamanan dan toleransi terjalin dengan baik di Aceh. “Film kerukunan ini di launching dengan harapan, antara lain, bisa menjadi satu bentuk visualisasi nyata dan sebenarnya yang terjadi di sini (Aceh). “Bagaimana kenyamanan dan toleransi terjalin baik, terlihat dalam film ini,” kata Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Aceh, Ahmad Yani. Menurut Yani, Aceh memang daerah yang sejuk, nyaman dan rukun. “Tidak seperti yang digembar-gemborkan sebagian media dari luar. Di sini, kita saling menghargai dan menghormati, juga dalam aspek ibadah bagi umat masing-masing,” ujarnya. Film “Harmony of Aceh; Memaknai dan Menghormati” akan dapat ditonton di saluran youtube dan media sosial Kemenag Aceh mulai 16 November 2024, bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional atau International Tolerance Day. “Film ini akan ditonton oleh masyarakat Indonesia dan dunia, dan tetap menunjukkan, bahwa Aceh memang sangat toleran dan harmonis,” sambungnya. Sementara itu, poduser film yang juga Ketua Tim Umum dan Hubungan Masyarakat (Humas) Kanwil Kemenag Aceh, Ahsan Khairuna mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu ikhtiar dalam memperkuat moderasi beragama di Aceh. “Merawat kerukunan intern dan antar umat beragama, selain dengan dialog dan pelatihan pelopor kerukunan untuk berbagai elemen masyarakat, kali ini kita nonton bareng, sebuah film pendek yang memotret keberagaman, keberagamaan, dan kerukunan di Serambi Makkah,” paparnya. Ahsan berharap, film ini juga bisa menjadi salah satu referensi bagi wisatawan yang belum pernah ke Aceh dan belum mendapatkan informasi utuh tentang harmonisasi dan toleransi di Aceh. Peluncuran film Harmony of Aceh ini dihadiri oleh para Pembimas di Kanwil Kemenag Aceh, Kepala Kankemenag Banda Aceh dan Aceh Besar, pengurus FKUB, pimpinan regional BSI, Kesbangpol Aceh, ormas dan pegiat film. (mis) Baca juga :

Read More

Pulau Mewah Pertama di Neom Arab Saudi Resmi Dibuka

Dubai — 1miliarsantri.net : Sindalah, sebuah resor pulau di Laut Merah yang dirancang oleh studio Italia Luca Dini Design and Architecture, telah menjadi wilayah Neom pertama yang selesai dibangun di Arab Saudi. Resor yang dijuluki “destinasi pulau mewah” ini berlokasi lima kilometer dari pesisir Neom di Laut Merah, dan telah dibuka untuk sejumlah tamu undangan. Proyek seluas 840.000 meter persegi ini menjadi bagian pertama dari Neom, sebuah mega-proyek di Arab Saudi bagian timur laut, yang berhasil diselesaikan. “NEOM berkomitmen mendukung era baru pariwisata mewah Kerajaan dengan dibukanya Sindalah,” kata CEO Neom, Nadhmi Al-Nasr. “Terwujudnya destinasi bersejarah ini, yang menjadi gerbang ke Laut Merah, adalah berkat kepemimpinan visioner Yang Mulia Mohammed bin Salman dan Visi Saudi 2030,” tambah Al-Nasr. Sindalah dirancang oleh Luca Dini Design and Architecture, yang terkenal dengan desain kapal pesiar mewah, dan dibangun di sekitar marina berkapasitas 86 kapal beserta klub kapalnya. Menurut Neom, pulau ini akan berfungsi sebagai “gerbang menuju Laut Merah.” Pulau ini dilengkapi hotel, restoran dan berbagai fasilitas termasuk Sindalah Yacht Club dengan interior yang dirancang oleh merek fashion Italia Stefano Ricci. Terdapat juga klub pantai, klub golf, gerai ritel, dan layanan manajemen kapal pesiar. Pengunjung pulau yang dijuluki “masa depan wisata mewah” oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ini dapat memilih dari 440 kamar, 88 vila, dan lebih dari 200 apartemen berlayanan lengkap. “Ini adalah babak membanggakan dalam perjalanan NEOM dan kami sangat bersemangat untuk mencapai lebih banyak tujuan ambisius kami, dengan dukungan berkelanjutan dari Yang Mulia,” ujar Al-Nasr. “Destinasi perdana NEOM ini memberikan pengunjung ‘sekilas gambaran’ tentang apa yang akan datang untuk portofolio destinasi dan pengembangan kami yang luas.” Sindalah menargetkan dapat menerima 2.400 pengunjung per hari pada tahun 2028. Ini adalah yang pertama dari 10 wilayah yang diciptakan untuk proyek Neom, termasuk kota mega The Line. Proyek kontroversial ini mendapat banyak kritikan. Pada 2022, organisasi hak asasi manusia ALQST melaporkan bahwa tiga anggota suku Huwaitat yang diduga mengkritik penggusuran terkait Neom telah dijatuhi hukuman mati. Aktivis hak asasi manusia Lina Alhathloul awal tahun ini mengatakan kepada media bahwa Neom “dibangun di atas darah rakyat Saudi” dan editor media Tom Ravenscroft mempertanyakan apakah “sudah waktunya studio arsitektur mundur dari Neom?” (dul) Baca juga :

Read More

Para Dirjen Agama Berkumpul Sharing Tentang Pengalaman Moderasi Beragama

Jakarta — 1miliarsantri.net : Upaya pemerintah menumbuhkan moderasi beragama terus diintensifkan. Ini ditandai dengan berkumpulnyapara Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) dari berbagai agama serta Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) berbagi pengalaman tentang penerapan moderasi beragama di Indonesia. Acara ini bertujuan memperkuat dan mempromosikan pemahaman antaragama untuk membangun masyarakat yang lebih toleran, moderat, dan damai. Tokoh-tokoh yang hadir di antaranya Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung, Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, Dirjen Bimas Katolik Suparman, Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Susari, serta Kepala PKUB M. Adib Abdushomad. Dalam sambutannya, Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menekankan pentingnya moderasi beragama dalam menjaga persatuan bangsa yang beragam. “Moderasi beragama IMB) adalah kunci untuk menangani konflik yang dapat timbul akibat perbedaan keyakinan. Kemenag berupaya membangun fondasi penting untuk moderasi beragama di setiap Eselon I dan Eselon II,” ujar Kamaruddin. Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung menjelaskan, moderasi beragama telah disosialisasikan kepada seluruh unsur umat Kristen, mulai dari ASN, pimpinan gereja, hingga sekolah Kristen. “Di Bimas Kristen, kami sudah menyosialisasikan nilai moderasi beragama kepada para penyuluh agama, baik ASN maupun non-ASN, serta pimpinan dan tokoh gereja, juga di sekolah-sekolah Kristen. Kami bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Negeri dan pemerintah daerah untuk menetapkan desa-desa moderasi beragama. Saat ini, sudah ada 21 desa yang ditetapkan,” jelas Jeane. Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija menyebut, praktik moderasi beragama telah berlangsung lama di kalangan umat Hindu, khususnya di Bali. Ia mencontohkan Pura Negara Gambur Anglayang di Keputambahan, yang memiliki tempat pemujaan bernuansa Islam, Buddha, Sunda, dan Melayu. “Praktik moderasi beragama di kalangan umat Hindu sudah dilakukan sejak lama. Hal ini penting untuk dilanjutkan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Duija. Selanjutnya, Dirjen Bimas Katolik Suparman menekankan peran Paus Fransiskus dalam mempromosikan moderasi beragama di Indonesia. Kunjungan Paus ke Indonesia pada September lalu, termasuk pertemuannya dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dinilai membawa kesejukan dan kedamaian bagi seluruh umat beragama di Tanah Air. Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan lembaga keagamaan Buddha untuk mempraktikkan moderasi beragama, termasuk melibatkan tokoh agama lain dalam perayaan besar Buddha. Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Susari menambahkan bahwa di Pusbimdik Khonghucu, calon rohaniwan wajib mengikuti pelatihan moderasi beragama sebelum ditahbiskan. Buku bimbingan perkawinan Khonghucu juga telah memasukkan konsep moderasi beragama. Sementara itu, Kepala PKUB M. Adib Abdushomad menegaskan peran PKUB dalam mendorong dialog lintas agama. Ia menyebut, pendekatan berbasis komunitas perlu didorong sebagai bagian dari strategi moderasi beragama berkelanjutan. “Sebagai pusat kerukunan umat beragama, PKUB mendorong agar semua agama di Indonesia tidak hanya berdampingan, tetapi juga aktif berinteraksi dan saling memahami,” kata Adib. Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin mengatakan, ICROM 2024 mengukuhkan bahwa moderasi beragama merupakan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan Indonesia yang damai dan menghargai perbedaan. Menurutnya, moderasi beragama di Indonesia perlu diekspos ke tingkat global. “Indonesia pantas menjadi model keberagaman dunia. Moderasi beragama dapat menjadi instrumen yang mendukung pembangunan bangsa,” ujarnya. Dengan komitmen pada moderasi beragama, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi contoh negara yang harmonis dalam keragaman, serta mengatasi tantangan intoleransi dan radikalisme. (Iin) Baca juga :

Read More

Semangka Buah Kesukaan Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Buah Semangka merupakan salah satu buah yang pernah dimakan Rasulullah SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Timrdizi, Rasulullah Muhammad SAW pernah makan semangka yang dicampur dengan ruthab (kurma matang yang masih basah). Beliau SAW bersabda: “Panas di buah ini dinetralisasi oleh unsur dingin di buah ini.” Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibb an-Nabawi menjelaskan, hadist mengenai Nabi memakan semangka dan ruthab ini ada beberapa. Namun, yang sahih hanya hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi. Mengenai makannya, Ibnu Qayyim menyarankan buah ini dikonsumsi sebelum makan. Sebagian kalangan medis menyatakan, “Bila dikonsumsi sebelum makan, dapat mencuci perut dan menghilangkan penyakit dalam lambung.” (Iin) Baca juga :

Read More

Ketum PBNU Sebut Humanitarian Islam Wacana Global Berbasis Pengalaman Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menegaskan konsep Humanitarian Islam merupakan pengembangan dari pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman. Pernyataan ini disampaikan dalam sambutan pembukaan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah pada Selasa (5/11/2024) di Balairung Universitas Indonesia, Depok. Acara yang dibuka oleh Menteri Agama Nasarudin Umar, mewakili Presiden Prabowo Subianto, menghadirkan cendekiawan dan agamawan dari berbagai negara. Konferensi ini merupakan hasil kerja sama PBNU, Universitas Indonesia (UI), dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV). Gus Yahya menjelaskan, wacana Humanitarian Islam pertama kali diperkenalkan pada 2017 di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. “Sejak itu, kami terus melakukan upaya sosialisasi kepada berbagai kalangan di komunitas agama, lingkaran pembuat kebijakan, dan akademisi di seluruh dunia,” ujarnya. Kiai asal Rembang ini menekankan bahwa Humanitarian Islam bukan konsep baru dalam ajaran Islam. “Ini adalah pesan ilahi yang inheren dalam ajaran Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah, wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamiin,” jelasnya. Dia menyatakan, pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman layak dibagikan kepada komunitas internasional. “Humanitarian Islam merupakan wacana yang menemukan alurnya dari pengalaman Indonesia dalam menemukan jalan keluar dari berbagai perbedaan,” tegasnya. Rektor Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro menyampaikan bahwa filsafat antarbudaya yang berkembang di Indonesia dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam menampilkan Islam sebagai agama yang bisa menjadi solusi konflik di ranah global. “Dengan filsafat antarbudaya, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah ancaman melainkan solusi bagi perdamaian dunia,” sambung Rektor UI yang biasa disapa Prof. Ari tersebut dalam sambutannya. Sebelumnya, Ari menjelaskan bahwa berkembangnya Islam di Indonesia melalui filsafat antarbudaya yang diimplementasikan oleh Wali Songo dapat menjaga persatuan dalam keberagaman di Indonesia. “Filsafat antarbudaya berusaha memahami dan menghargai pandangan serta nilai-nilai yang dimiliki oleh berbagai budaya yang berbeda,” pungkasnya. (In) Baca juga :

Read More

Kurangi Konsumsi Garam untuk Menjaga Kesehatan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Garam menjadi salah satu kunci penyedap makanan agar menjadi bercita rasa. Namun jika dikonsumsi terlalu tinggi diidentifikasi sebagai penyebab utama berbagai masalah kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Ahli gizi dan peneliti pola makan sehat, Leony Susan mengatakan bahwa penggunaan monosodium glutamate (MSG) kini mulai diperhatikan sebagai solusi efektif menikmati makanan sehat tanpa garam berlebih. “MSG telah lama digunakan sebagai penambah rasa umami, yang dapat meningkatkan cita rasa makanan tanpa perlu menambah banyak garam,” terang Leony dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (5/11/2024). Leony Susan menyampaikan, masalah asupan garam berlebihan semakin menjadi perhatian di masyarakat modern. Banyak masyarakat tidak menyadari bahwa garam berlebih tidak hanya berasal dari garam yang ditambahkan sendiri, tetapi juga dari makanan olahan dan siap saji. Oleh karena itu, pengurangan konsumsi garam menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang. Menurut Leony, rasa umami dari MSG memungkinkan orang untuk mengurangi asupan natrium tanpa mengorbankan kualitas rasa makanan. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa MSG aman digunakan dalam jumlah yang wajar, dan klaim negatif tentang MSG seperti sindrom restoran China, telah dibantah oleh banyak studi ilmiah. “Mengurangi garam bukan berarti harus mengorbankan rasa. Dengan MSG, kita bisa mendapatkan rasa yang kaya dengan lebih sedikit natrium. Ini adalah langkah cerdas untuk kesehatan jangka panjang,” pungkasnya. (Iin) Baca juga :

Read More

Benarkah Tisu Toilet Penyebab Infeksi Jamur?

Jakarta — 1miliarsantri.net : Beredar di media sosial menyebut bahwa tisu toilet beraroma dan yang diputihkan sebagai penyebab infeksi jamur. Pakar kesehatan seksual wanita, Sherry Ross MD OB/GYN mengatakan secara umum tisu toilet tidak menyebabkan infeksi jamur. “Meskipun setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda, praktik pembuatan tisu toilet memiliki pedoman keselamatan bawaan untuk melindungi orang dari penyerapan sejumlah bahan kimia berbahaya ke dalam tubuh,” terangnya kepada 1miliarsantri.net. Dr Roos mengatakan bahwa tidak semua merk tisu toilet dapat menyebabkan iritasi potensial. Kertas toilet yang dibuat dengan pewangi, pemutih klorin, dan bahan tambahan tisu yang berpotensi berbahaya lainnya, seperti pewarna berbasis minyak bumi, dapat menyebabkan iritasi kulit dan ketidaknyamanan pada beberapa orang. Bahan-bahan tersebut lebih mungkin menyebabkan iritasi ringan pada vagina atau vulva, pada seseorang yang memiliki kulit sangat sensitif atau alergi, daripada menyebabkan pertumbuhan jamur. Ross mengatakan jika tidak mengalami rasa gatal atau iritasi atau infeksi jamur yang berulang, maka tidak ada alasan untuk membuang tisu toilet atau menggantinya dengan merek baru. “Jika Anda mengalami infeksi jamur yang berulang, tidak ada salahnya mencari merek yang bebas pewangi, bebas pewarna, tidak diputihkan, atau terbuat dari bahan alami untuk meminimalkan risiko iritasi dan ketidaknyamanan,” pungkasnya. (Iin) Baca juga :

Read More