Aisyiyah Bahas Gerakan Perempuan Bersama Kowani dan Wanita Katolik

Jakarta — 1miliarsantri.net : Aisyiyah bersama organisasi perempuan yang lain punya komitmen yang sangat tinggi bersama-sama memajukan bangsa dan negara menuju terwujudnya peradaban utama. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah dalam sarasehan gerakan perempuan bertema “Refleksi Gerakan Perempuan Menuju Indonesia Berkeadilan” pada Jum’at (22/11/2024) lalu di Jakarta. Sarasehan yang digelar dalam rangka menyongsong Tanwir I ‘Áisyiyah pada tanggal 15 hingga 17 Januari 2024 ini dihadiri oleh berbagai organisasi perempuan Indonesia. Kegiatan ini menurut Salmah diharapkan dapat memberikan masukan-masukan penting pada acara Tanwir ‘Aisyiyah mendatang. ‘Aisyiyah sendiri disebut Salmah adalah salah satu dari tujuh organisasi perempuan yang masih berkiprah hingga hari ini yang pada masa awal pergerakan perempuan Indonesia menjadi Steering Committee Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. “Ketujuh organisasi tersebut tentu semuanya mempunyai komitmen perempuan untuk merdeka dan alhamdulillah masih tetap berkiprah hingga saat ini adalah ‘Aisyiyah bersama Wanita Katolik dan Wanita Taman Siswa,” ucap Salmah. Ketiga organisasi ini bersama dengan 111 organisasi perempuan Indonesia yang tergabung dalam KOWANI disebut Salmah tentu memberikan kontribusi yang luar biasa untuk perkembangan Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pertama disebut Salmah memiliki cita-cita untuk kemajuan perempuan, menginspirasi bukan hanya untuk kaum perempuan tetapi juga bangsa Indonesia. Utusan ‘Aisyiyah yang saat itu diwakili oleh Ibu Munjiyah dan Ibu Hayinah menunjukkan semangat perempuan Indonesia untuk merdeka dan berkemajuan. Munjiyah pada saat itu disebut Salmah menyampaikan pidatonya tentang Derajad Perempuan. Salah satu pernyataan beliau yakni perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu adalah menurut hak dan batas-batasnya masing-masing. Amanat dari Kongres Perempuan Pertama tersebut menurut Salmah masih terus dilaksanakan oleh ‘Aisyiyah, sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya memiliki konsen pada kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam ber amar ma’ruf nahi munkar. “Antara lain dengan lahirnya ribuan amal usaha ‘Áisyiyah diantaranya majalah Suara Aisyiyah pada tahun 1928, TK ABA, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, Panti Asuhan, Koperasi, dan lain sebagainya,” papar Salmah. Kontribusi ‘Aisyiyah dalam Pembangunan Indonesia ini juga diamini oleh Giwo Rubianto Wiyogo, selaku Ketua Umum KOWANI. Giwo menyebut walaupun KOWANI adalah anaknya ‘Aisyiyah, tetapi ‘Aisyiyah dan KOWANI bersama-sama mengawal kemajuan perempuan Indonesia. “’Aisyiyah menjadi pilar penting dalam pendidikan. Kita mengetahui pendidikan tinggi, ratusan sekolah, puluhan ribu PAUD yang dikelola, ‘Aisyiyah ini menjadi panutan bagi organisasi anggota KOWANI dalam mempelopori pendidikan dan ‘Aisyiyah juga banyak mendapatkan penghargaan berbagai amal usaha,” tambahnya. Kedepannya, Giwo menyampaikan harapannya kepada ‘Aisyiyah agar dapat mengawal dan membimbing gerakan pemberdayaan perempuan dan berbagai program-programnya. “Karena seorang ibu tidak boleh melupakan anaknya, sudah dilahirkan tidak boleh diabaikan,” ucapnya. Masyitoh Chusnan, Ketua PP ‘Aisyiyah menyampaikan dari ibu bangsa lahir anak-anak bangsa yang kenal tentang kebangsaannya dan anak-anak bangsa yang menjadi teladan. Menurutnya lahirnya anak-anak bangsa yang bisa diteladani adalah dari ibu-ibu bangsa yang juga teladan yang nantinya melahirkan bangsa yang teladan. Oleh karena itu disebut Masyitoh, perempuan mempunyai banyak potensi untuk membangun bangsa “Wahai kaum perempuan, di dalam diri kita sesungguhnya banyak energi positif yang bisa kita sumbangkan untuk warga bangsa,” tegasnya. Ia juga ingin mengajak para perempuan menyadari bahwa setiap perempuan adalah pemimpin di berbagai level. “Mari kita bersama-sama bukan hanya memberdayakan tetapi juga memperjuangkan tugas-tugas kita sebagai ibu bangsa baik peran domestik juga peran publik.” Dalam kegiatan ini hadir pula Ketua PP ‘Aisyiyah, Latifah Iskandar dan Siti Aisyah. Hadir sebagai pemateri, Siti Zuhro, Guru Besar Riset Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Peneliti Senior BRIN; Lusia Willar, DPP Wanita Katolik RI; Siti Syamsiyatun, Ketua LPPA PP ‘Aisyiyah; dan Sri Yoeliati Sugiri, Wanita Taman Siswa. (Iin) Baca juga :

Read More

Festival Dakwah Pemuda Islam Dibanjiri Peserta

Bekasi — 1miliarsantri.net : Festival dakwah pemuda Islam yang digelar di Masjid Baitul Makmur Bekasi mencatatkan prestasi membanggakan dalam rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda. Acara bertajuk “Menyala Pemuda Islam 2024” yang berlangsung sejak 27 Oktober hingga 24 November 2024 ini berhasil menarik 190 peserta dari 68 sekolah, dengan 96 finalis dari 55 sekolah melaju ke babak final. Kegiatan yang diinisiasi Remaja Islam Telaga Sakinah (RISALAH) ini dibuka dengan Kajian Akbar bersama Ustadz Dr. Andy Octavian Latief, seorang akademisi sekaligus ulama yang menginspirasi lewat perpaduan ilmu agama dan sains. Kajian bertema “Mutiara Keteladanan dari Perjalanan Hidup Imam Ahmad rahimahullah” ini menarik ratusan peserta dari beragam latar belakang. Festival ini menghadirkan beragam lomba menarik, termasuk Pidato tingkat SMP-SMA, Tahfidz untuk SD, dan Panahan untuk tingkat pemula. Inovasi terbaru hadir melalui Lomba Cerdas Cermat Online tentang Sirah Nabawiyah dan ZISWAF yang dapat diikuti secara daring. Antusiasme peserta tidak hanya berasal dari Bekasi, tetapi juga Bandung dan Karawang. Para finalis akan bertanding memperebutkan total hadiah Rp 15 juta berupa uang tunai, piala, dan sertifikat penghargaan dalam grand final. Babak final dan pengumuman pemenang digelar pada Ahad, 24 November 2024, pukul 07:30-14:00 WIB di Masjid Baitul Makmur, Perumahan Telaga Sakinah, Bekasi. (yus) Baca juga :

Read More

Ciri-Ciri Pelajar Terpapar Judi Online: Pilih Menyendiri, Jauhi Lingkungan Pertemanan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Praktik judi online sudah mewabah di kalangan pelajar. Tercatat sekitar 200 ribu pelajar berusia di bawah 19 tahun memiliki indikasi terpapar aktivitas judi online.Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengajak pelajar menjaga lingkungan sekolah agar bersih dari judi online dengan mengenali ciri-ciri orang yang terpapar. “Di antaranya asyik sendiri. Jadi kalau udah ada orang, kawan, yang main internet asyik sendiri, ketawa-ketawa sendiri, sedih sendiri, marah-marah sendiri, sudah mulai curiga,” terang Meutya kepada 1miliarsantri.net, Jumat (23/11/2024). Meutya Hafid menekankan orang yang terpapar judi online dapat menunjukkan perubahan sifat yang drastis, seperti lebih memilih menyendiri dan meninggalkan lingkungan pertemanan. “Jadi kalau ada kawan tiba-tiba lebih senang sendiri, padahal biasanya bersama-sama, rangkul, tanya kenapa, karena pasti ada masalah,” tegasnya. Menkomdigi juga meminta pelajar mencermati teman yang mulai sering berbohong atau meminjam uang dalam jumlah yang besar. Menurutnya hal itu menjadi salah satu dampak terpapar aktivitas judi online. “Kalau mereka mulai minjam angkanya menurut adik-adik enggak masuk akal, tanya, laporkan, ingatkan,” tandasnya. Meutya Hafid menegaskan pemain judi online merupakan korban yang perlu untuk diingatkan agar tidak terus menerus kecanduan dan bisa menghancurkan masa depan. (Iin) Baca juga :

Read More

Viral Ratusan Warung Pecel Ayam dan Angkringan Buka di Kamboja

Jakarta — 1miliarsantri.net : Viral di media masa membahas maraknya warung makan Indonesia di Kamboja. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, menurut penemuan deteksi Google maps tercatat ratusan penjual pecel lele dan angkringan di kawasan tersebut. Melansir dari akun X/Twitter @_n0t4lfiaccount, dia memperlihatkan tangkapan layar Google Maps di kawasan Bavet, Kamboja yang dipenuhi warung makan Indonesia. Terlihat ada beberapa warung makan Indonesia dengan nama Pecel Lele Srikandi, Pecel Lele Cifi Pecel Lele Mantul, Arena Angkringan, Bakso Bocil, hingga Gultik Blok M dan banyak lagi. “Ada penawaran karena adanya permintaan, paham pasti kenapa permintaan itu ada di lokasi tersebut,” tulis akun tersebut. Pernyataan ini memicu perdebatan netizen mengenai penyebab banyaknya warung Indonesia di daerah tersebut. Mereka berspekulasi bahwa keberadaan ratusan warung ini sangat berkaitan dengan banyaknya pekerja WNI yang bekerja di industri judi online. Salah seorang pengguna X/Twitter mengatakan bahwa kawasan Bavet, yang menjadi lokasi warung-warung Indonesia ini, terkenal sebagai pusat industri judi online di Kamboja, terlebih pemerintah Kamboja telah menyatakan bahwa industri judi online di negara mereka memiliki lisensi resmi. Beberapa netizen melaporkan bahwa banyak pekerja migran asal Indonesia terlibat dalam sektor ini, baik sebagai staf operasional maupun teknis. Terlepas dari judi online, keberadaan warung ini menjadi meeting point bagi para pekerja migran tersebut untuk berintetaksi. Hal ini menjadi peluang para pengusaha kuliner untuk membuka usaha dan memenuhi kebutuhan pekerja WNI akan kerinduan makanan negaranya. (Iin) Baca juga :

Read More

MUI Soroti Kembali Transgender Isa Zega Saat Umroh dengan Berhijab

Jakarta — 1miliarsantri.net : Transgender Isa Zega mendapat sorotan karena umroh ke Tanah Suci dengan mengenakan pakaian berhijab. Salah satunya yang mengecam adalah anggota DPR Mufti Anam, Senin (18/11/2024). Ternyata, bukan kali ini Isa Zega umroh ke Tanah Suci dengan mengenakan pakaian wanita. Pada tahun lalu, juga viral videonya umroh ke sana dengan mengenakan pakaian wanita. Pada saat itu, dia pun mendapat sorotan dari MUI. Berdasarkan pemberitaan berjudul Viral Waria Umrah Pake Hijab, MUI Sulsel Beri Komentar yang ditayangkan pada 12 Mei 2023, pada saat itu MUI Sulawesi Selatan mengomentari video viral Isa Zega ini ikut dalam barisan perempuan saat umroh. DR KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA dalam komentarnya menjelaskan apa yang dilakukan Iza Zega adalah hal yang tidak dibenarkan dalam Islam. “Jika ia seorang laki-laki maka harus berpenampilan ke kodratnya sebagai seorang lelaki. Dalam Islam kita kenal dengan istilah Khuntsa, Mukhanats dan Mutarajjilah”, urainya. Mukhannats adalah laki-laki yang berperilaku maupun berpenampilan seperti perempuan, padahal fisiknya jelas seperti laki-laki asli Mutarajjilah adalah perempuan yang perilaku dan penampilannya menyerupai laki-laki, padahal fisiknya jelas seperti perempuan asli Khuntsa merujuk pada orang yang memiliki dua alat kelamin sekaligus dalam tubuhnya sejak lahir. Adapun kasus ini harus ditangani medis sehingga diharapkan bisa menemukan kecendrungan sebagai laki-laki atau perempuan. Dari ketiga kriteria ini mukhannats dan Mutarajjilah adalah perkara yang sangat dilarang Allah dan Rasulullah sebagaimana sabda nabi: “Allah melaknat para perempuan yang menyerupai laki-laki, dan para lelaki yang menyerupai perempuan.” Dalam hadis lain disebutkan, “Allah melaknat perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki dan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan.” Dari keterangan hadits ini KH Syamsul Bahri menjelaskan jika perbuatan ini termasuk mukhannats yaitu seorang lelaki yanng menyerupai perempuan maka Allah akan melaknatnya selama ia terus memakai pakaian yang menyerupai perempuan. Sementara, Anggota DPR Mufti Anam mengaku mendapat banyak pesan di akun instagramnya. Terutama, terkait umrohnya seorang transgender Isa Zega. “Saya banyak sekali mendapatkan DM (pesan) tautan dari media sosial yang bagaimana setelah saya lihat, ada seseorang namanya ‘Mami Online’ alias Isa Zega alias Sahrul, dia adalah seorang transgender, transwomen, waria, yang di awalnya adalah seorang laki-laki, dia melakukan ibadah umroh dengan menggunakan hijab syar’i dan ini merupakan bagian dari penistaan agama,” ujar Mufti Anam dikutip dari akun Instagramnya @mufti.anam, Selasa (19/11/2024). Menurut Mufti, Isa Zega tetap laki-laki secara lahiriah meskipun sudah mengubah wujudnya menjadi perempuan. Dia pun mengatakan seharusnya Isa Zega menggunakan tata cara laki-laki saat melakukan ibadah. Dalam hukum Islam, termasuk yang difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), laki-laki walaupun diubah jenis kelaminnya, bahwa secara lahiriah dia tetap seorang laki-laki. Karenanya, dalam melakukan prosesnya tetap harus menggunakan cara-cara seorang laki-laki. Mufti menduga perbuatan Isa Zega ini telah melanggar KUHP. Isa Zega, katanya, bisa terancam hukuman penjara 5 tahun. Mufti menilai perbuatan Isa Zega umroh dengan mengenakan pakaian wanita, adalah bentuk penistaan agama. Bagaimana seorang penista agama sudah diatur dalam KUHP Nomor 156A dengan ancaman 5 tahun penjara. “Penegak hukum, kepolisian, dan pihak-pihak terkait untuk segera menangkap si mami online ini agar ke depan tidak ada mami-mami online lain yang melecehkan agama kita. Ingat, bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk Islam terbesar kedua di dunia. Harapan kami tidak menimbulkan kericuhan di tengah-tengah masyarakat, juga tidak menjadi contoh yang buruk,” pungkas Mufti. (wink) Baca juga :

Read More

Sebanyak 13.464 Narapidana di Maroko Hafal Al-Qur’an

Maroko — 1miliarsantri.net : Sekitar 13.000 tahanan yang menjalani hukuman penjara di Maroko telah hafal Al-Qur’an. Otoritas penjara di Maroko mengatakan pihaknya memanfaatkan program hafalan Al-Qur’an yang diselenggarakan di penjara. Sehingga 13.464 narapidana akhirnya berhasil menghafal kitab suci agama Islam itu. Otoritas penjara mengatakan, lebih dari 67.000 narapidana menghadiri program bimbingan dan khotbah yang diselenggarakan dari hasil kerja sama dengan Kementerian Wakaf dan Urusan Islam. Merujuk pada rencana tahun depan, otoritas lapas menyatakan akan melanjutkan kerja sama dengan Kementerian Wakaf dalam menyelenggarakan program keagamaan dan Alquran. Sebagai informasi, jumlah lembaga yang menyelenggarakan program penghafalan Alquran di penjara akan meningkat pada tahun 2025. Pihak lapas juga berjanji untuk terus berupaya mempromosikan bimbingan Islam di penjara-penjara di seluruh Maroko. Maroko adalah negara Arab di Afrika Utara yang berbatasan dengan Samudera Atlantik dan Laut Mediterania. Mayoritas penduduk di Maroko beragama Islam, dengan sekitar 99 persen penduduknya adalah Muslim. (nul) Baca juga :

Read More

Pondok Pesantren Didorong Miliki SOP Ramah Anak

Surabaya — 1miliarsantri.net : Praktisi Milenial Parenting Islami asal Malang, Jawa Timur Hj Nuvisa Rizqid Diiny el-Ulya menyarankan pesantren memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai lembaga yang ramah anak. Pengurus pesantren bisa mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1262 tahun 2024 tentang petunjuk teknis pengasuhan ramah anak di pesantren yang memuat tentang prinsip perlindungan hak anak, tata cara pengasuhan di pesantren, peran dan fungsi pesantren dalam menjaga privasi santri, serta masih banyak petunjuk untuk pengasuhan anak yang benar tertera dalam juknis tersebut. “Pesantren ramah anak harus memiliki SOP yang jelas untuk mengantisipasi dan mengatasi jika kekerasan terjadi,” jelas Nuvisa Dalam pandangannya, pesantren ramah anak adalah upaya untuk menciptakan lingkungan pesantren yang aman, nyaman, tapi juga mendidik. Lingkungan yang aman dan nyaman ini mencakup perlindungan pada santri dari segala bentuk kekerasan baik fisik maupun verbal. Pengasuh Pesantren Khaira Ummah Malang ini menambahkan, dalam mewujudkan pesantren ramah anak, setidaknya ada lima prinsip dasar yang tidak boleh dilupakan. 5 Prinsip Dasar Wujudkan Pesantren Ramah Anak Pertama, tidak ada diskriminasi.Kedua, berorientasi kepentingan terbaik anak.Ketiga, hak perkembangan dan kelangsungan hidup.Keempat, partisipasi aktif atau mendengar suara anak.Kelima, tidak ada kekerasan. “Guru harus punya (minimal mau belajar tentang) kepekaan dan kemampuan memahami perbedaan karakter setiap anak, sehingga mampu menerapkan pendekatan persuasif kepada anak-anak sesuai kebutuhan,” jelas Ning Nuvis. Dia menggarisbawahi, pesantren ramah anak juga bukan berarti santri harus dimanjakan, tapi bagaimana supaya santri diberikan bekal pendidikan yang menekankan pada rasa kasih sayang dengan tetap mengajarkan tentang kedisiplinan. “Pendidikan di pesantren yang ramah anak diharapkan mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya,” katanya. Pentingnya Pesantren Memiliki SOP Ramah Anak Dalam pandangan Ning Nuvis, petunjuk teknis yang termuat dalam SOP memberikan arahan tentang kewajiban masing-masing yang harus dilaksanakan agar konsep pengasuhan ramah anak bisa diterapkan. Pesantren mempunyai kewajiban melakukan pengasuhan yang layak pada santri disamping program pendidikan yang diberikan pada santri. Orang tua juga berkewajiban memastikan anaknya diasuh secara layak di pesantren demi terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani ataupun sosial, baik dari segi katakwaan, moral dan kepatuhan, juga dari segi kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipatif anak. Ning Nuvis memiliki pemikiran, ketika sebuah pesantren memiliki komitmen menerima santri usia anak-anak (18 ke bawah), maka pesantren ramah anak harus mau beradaptasi dengan metode pendidikan yang responsif terhadap kebutuhan anak. “Supaya sistem pesantren ramah anak berjalan sesuai yang diharapkan maka pasti harus ada pengawasan dan evaluasi yang dilakukan secara rutin untuk memastikan agar segalanya tetap kondusif. Ini pentingnya SOP,” ungkapnya. Selain SOP, langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan pesantren ramah anak yaitu dengan penguatan program pendidikan karakter, memberikan pelatihan pada seluruh asatidz dan pengurus untuk memahami psikologi anak sesuai dengan tahap usianya. Dikatakan, tak kalah pentingnya yaitu harus menerapkan kebijakan tidak menoleransi segala bentuk kekerasan. Sebab dalam memberikan hukuman sekalipun pihak pesantren bisa memberikan hukuman yang mendidik, bukan mengarah pada fisik. “Pentingnya peran pemerintah untuk mendukung konsep pesantren ramah anak adalah dalam hal regulasi, seperti SOP yang dibuat kementerian. Penyediaan pelatihan dan pendampingan, lalu membantu meningkatkan standar perlindungan anak di lingkungan pesantren,” beber Ning Nuvis Lewat SOP, juga dapat diketahui bagaimana cara membangun komunikasi. Pendekatan kekeluargaan juga penting untuk kebutuhan memperhatikan tangki emosional santri. Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan layanan konseling secara rutin. Kemudian membangun komunikasi terbuka antara pengasuh, asatidz, pengurus, dan santri sehingga semua santri merasa memiliki ruang yang aman untuk menyampaikan keluhan dan kebutuhan mereka. Penting juga untuk mengadakan pertemuan antara pihak pesantren dan orang tua secara berkala agar orang tua memahami nilai-nilai yang ditanamkan pada anak-anak selama di pesantren. Jika di pesantren orang tua memberikan kepercayaannya pada pesantren, maka saat di rumah orang tua juga harus mau memantau perkembangan anaknya agar kebiasaan baik yang sudah didapatkan anak-anak di pesantren tidak berhenti begitu saja. “orang tua adalah mitra utama pesantren. Dengan itu membangun komunikasi yang baik antara pihak pesantren dan orang tua adalah suatu keharusan,” pungkasnya. (har) Baca juga :

Read More

Pesantren Salaf Tegalrejo terus dongkrak kemandirian pesantren

Magelang — 1miliarsantri.net : Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini tengah mengembangkan usaha Pusat Grosir Pesantren sebagai bagian dari program inkubasi bisnis kemandirian yang didorong oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia. Menurut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI, Dr. Basnang Said, S.Ag., M.Ag, pembangunan Pusat Grosir Pesantren ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat kemandirian ekonomi pesantren. “Melalui pusat grosir ini, pesantren dapat mengembangkan kegiatan wirausaha yang berkelanjutan, yang tidak hanya menguntungkan pesantren tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” terang Dr. Basnang Said dalam keterangannya beberapa waktu lalu Pusat grosir ini diharapkan menjadi sumber pendapatan alternatif bagi pesantren yang dapat mendukung operasional dan pembangunan infrastruktur pendidikan. Selain itu, pusat grosir ini juga berpotensi memperkuat ekonomi lokal dengan meningkatkan produksi dan distribusi barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti sembako, alat tulis, buku, pakaian, dan perlengkapan ibadah yang sangat dibutuhkan oleh pesantren dan masyarakat di sekitar Tegalrejo. Pesantren Salaf Tegalrejo bukan hanya berperan sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai agen pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Program inkubasi bisnis ini mengintegrasikan dakwah dengan keterampilan sehari-hari, memungkinkan pesantren untuk memberikan pelatihan kewirausahaan kepada para santrinya. “Melalui program ini, kami berharap para santri tidak hanya dibekali ilmu agama tetapi juga keterampilan untuk mandiri secara ekonomi, yang sangat dibutuhkan di era sekarang,” tambah Dr. Basnang Said. Untuk memastikan keberhasilan usaha Pusat Grosir Pesantren, tim pengelola melakukan beberapa persiapan matang, termasuk studi pasar yang mencakup analisis kebutuhan pasar pesantren, identifikasi pesaing, dan segmentasi pasar. Selain itu, mereka juga menyusun rencana bisnis yang jelas, dengan visi dan misi jangka panjang untuk memastikan kelangsungan usaha ini. Rencana operasional yang matang, termasuk penggunaan teknologi untuk sistem kasir dan pencatatan keuangan, diharapkan dapat mempermudah pengelolaan bisnis ini. Platform digital juga menjadi bagian dari strategi untuk memperluas jangkauan pasar dan memudahkan transaksi dengan pelanggan Keberadaan Pusat Grosir Pesantren di Tegalrejo mendapat respon positif dari berbagai kalangan masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa tanggapan dari warga sekitar: Bu Siti, Ibu Rumah Tangga: “Adanya pusat grosir pesantren ini sangat membantu saya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Harganya lebih terjangkau, dan lokasinya dekat, jadi saya tidak perlu jauh-jauh ke pasar.” Pak Budi, Pedagang Kecil: “Saya sering beli barang dagangan di grosir pesantren ini. Selain lengkap, harganya juga bersaing. Ini sangat membantu usaha kecil saya.” Pak Slamet, Petani: “Dengan adanya pusat grosir ini, kami merasa lebih mudah mendapatkan barang-barang kebutuhan. Pesantren memang semakin maju dan berperan dalam mendukung ekonomi masyarakat.” Ibu Rahma, Warga Setempat: “Saya senang sekali pesantren membuka usaha grosir. Ini bukti pesantren tidak hanya fokus pada pendidikan agama tetapi juga peka terhadap kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar.” Pak Hasan, Tokoh Masyarakat: “Pusat grosir pesantren ini menunjukkan bahwa pesantren bisa berperan besar dalam ekonomi masyarakat. Usaha ini layak didukung karena manfaatnya sangat nyata bagi warga sekitar.” Meskipun usaha pusat grosir ini terlihat sederhana, para pengelola tetap menjaga kualitas produk dan layanan yang diberikan. “Kami sangat menjaga kualitas barang yang dijual, memastikan barang dalam kondisi baik, kemasan rapih, dan memiliki tanggal kedaluwarsa yang masih panjang,” ujar salah satu pengelola pusat grosir. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap usaha ini. Pendirian Pusat Grosir Pesantren ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi pesantren dan masyarakat sekitar, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kemandirian ekonomi dalam keberlanjutan pendidikan di pesantren. Pihak Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag RI juga mengingatkan agar masyarakat berhati-hati terhadap penipuan yang mengatasnamakan pemberi bantuan. “Jangan mudah percaya jika ada pihak yang meminta transfer dana dengan kedok bantuan inkubasi bisnis,” tegas pihak Kemenag. Informasi resmi tentang bantuan inkubasi bisnis dapat diakses melalui situs web Kementerian Agama RI atau media sosial resmi mereka.” pungkas Dr Basnang Said. (Iin) Baca juga :

Read More

Sebanyak 71 Ribu Perempuan Indonesia Memilih Childfree

Jakarta — 1miliarsantri.net : Tren childfree dewasa ini mengalami peningkatan dari sebelumnya. Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik dari hasil Susenas 2022, sebanyak 8,2% atau sekira 71 ribu perempuan di Indonesia mengaku tidak ingin memiliki anak atau childfree. Angka tersebut naik dari 7% pada 2019 di mana survei tersebut ditujukan kepada perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah menikah, namun belum pernah memiliki anak dalam keadaan hidup dan tak menggunakan KB. Persentase tersebut diambil berdasarkan wilayah dengan persentase perempuan yang memilih childfree di perkotaan (8,5%) lebih tinggi dibanding pedesaan (7,8%). Selain itu, persentasenya juga tercatat lebih tinggi di Jawa (8,9%) dibanding luar Jawa (7,3%). Terdapat dua latar belakang yang disorot dalam kajian tersebut, yakni bahwa perempuan yang memilih childfree terindikasi punya pendidikan tinggi atau kesulitan ekonomi. Untuk diketahui, istilah childfree itu mengacu pada keputusan seseorang untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Bukan tanpa alasan keputusan itu dibuat, melainkan atas pertimbangan bersama yaitu pasangan suami istri, dengan memerhatikan aspek kesehatan reproduksi, usia, atau pertimbangan yang bersifat personal lainnya. (Iin) Baca juga :

Read More

Pulau Jawa Menjadi Wilayah Terbanyak di Indonesia yang Memilih Childfree

Jakarta — 1miliarsantri.net : Persentase perempuan Indonesia memilih childfree cenderung meningkat dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Pulau Jawa menjadi wilayah tertinggi dengan persentase perempuan yang tidak ingin memiliki anak mencapai hampir 9%. BPS pada tahun 2022 mencatat, sekira 8 orang diketahui memilih hidup childfree diantara 100 perempuan usia produktif yang pernah kawin, namun belum pernah memiliki anak serta tidak sedang menggunakan alat KB. Jumlah tersebut setara dengan 0,1% perempuan berusia 15-49 tahun. Artinya, dari 1.000 perempuan dewasa di Indonesia, satu diantaranya telah memutuskan untuk childfree. Pulau Jawa merupakan pusat berkembangnya paradigma childfree di Indonesia. Sebagian besar dari mereka berdomisili di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Masing-masing melaporkan kasus melampaui 10 persen pada 2022. Tingginya angka childfree di tiga wilayah tersebut disinyalir ada keterkaitan antara modernisasi pola pikir terhadap keputusan yang dibuat. Para perempuan childfree ini cenderung lebih banyak hidup di perkotaan yang kemungkinan dikarenakan masyarakat kota sangat terbuka terhadap modernisasi pola pikir, diantaranya telah memutuskan untuk childfree. Di awal penyebaran Covid-19, pemerintah mulai menerapkan kebijakan untuk membatasi mobilitas masyarakat di luar rumah. Secara umum, prevalensi perempuan childfree pada periode ini menurun dibandingkan sebelum pandemi. Akan tetapi, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2020 justru menunjukkan fenomena sebaliknya untuk DKI Jakarta dan Jawa Timur, yaitu persentase perempuan childfree di kedua provinsi ini meningkat pada awal pandemi. Fakta ini memunculkan dugaan bahwa Covid-19 telah menurunkan kemampuan finansial dan daya beli masyarakat DKI Jakarta dan Jawa Timur pada level yang sangat rendah. Akibatnya, semakin banyak perempuan yang memilih hidup childfree agar tidak memperburuk perekonomian keluarga. (Iin) Baca juga :

Read More