Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Dunia Konseling

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di era digital sekarang ini, teknologi artificial intelligence (AI) mulai merambah berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali dalam dunia konseling. Jika dulu konseling identik dengan pertemuan tatap muka dan keterlibatan emosional secara langsung, kini AI hadir sebagai pelengkap yang mampu mempercepat proses asesmen, menyederhanakan pencatatan, hingga memberikan respons awal bagi klien. Meski tak bisa menggantikan sepenuhnya peran konselor manusia, pemanfaatan AI dalam konseling membuka peluang besar untuk menciptakan layanan yang lebih efisien, terjangkau, dan mudah diakses oleh berbagai kalangan. Teknologi AI mulai dikenal oleh masyarakat yaitu sekitar tahun 2022 melalui suatu program atau aplikasi chatboat, yaitu ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI (OpenAI, 2022). Dikutip dari berbagai sumber, Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Berangkat dari hal tersebut, teknologi AI memberikan berbagai kemudahan pada berbagai lini kehidupan, diantaranya dapat meningkatkan produktivitas, memberikan kemudahan pada saat menganalisis data, meminimalisir human eror hingga yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Berbicara mengenai kesehatan mental, ada banyak isu di Indonesia yang mengangkat tentang minim nya kesadaran akan kesehatan mental. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2021, yang dipaparkan oleh Dr. Celestinus Eigya Munthe menyebutkan bahwa terdapat sekitar 20% dari seluruh populasi di Indonesia memiliki potensi untuk mengalami gangguan mental. Maka dari itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental yaitu dengan menggunakan AI. AI menjadi salah satu opsi yang dipilih untuk mencari informasi terkait kesehatan mental. Jika berbicara mengenai Kesehatan mental, maka salah satu yang dapat dibahas adalah mengenai konseling. Sebelum membahas lebih jauh mengenai pemanfaatan AI dalam konseling, berikut penjelasan singkat mengenai psikologi konseling. Psikologi Konseling Psikologi konseling merupakan salah satu disiplin ilmu dari psikologi yang mempelajari tentang berbagai kecenderungan yang berkaitan dalam gerakan bimbingan, kesehatan mental, psikometri, kasus-kasus sosial dan psikoterapi. Psikologi konseling saat ini telah diarahkan pada suatu bentuk pelayanan professional yang memiliki ruang lingkup sebagai berikut 1. Ruang Lingkup Sekolah Psikologi konseling dalam ruang lingkup sekolah bertujuan untuk memberikan layanan konseling bagi siswa-siswa yang membutuhkan bantuan psikologis, seperti misalnya siswa yang memiliki masalah dalam prestasi belajar. 2. Ruang Lingkup Karier dan Industri Psikologi konseling dalam ruang lingkup karier dan industri salah satunya bertujuan untuk membantu permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi pada karyawan di suatu perusahaan atau industri tertentu. 3. Ruang Lingkup Masyarakat Psikologi konseling dalam ruang lingkup masyarakat dinilai memiliki tujuan dalam membantu semua elemen masyarakat yang memiliki permasalahan psikologis dengen menemukan akar dari suatu permasalahan dan mencari problem solving yang tepat. Pada prosesnya, psikologi konseling memuat beberapa aspek yang saling berkaitan diantaranya berupa konseling, konselor, konseli, berbagai permasalahan yang menunjang serta menghambat konseling serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam konseling. Lalu, Apa Itu Konseling? Konseling merupakan hubungan bantuan yang bersifat pribadi dengan menggunakan teknik-teknik hubungan yang efektif serta jaminan kerahasiaan kepada konseli. Konseling juga disebut sebagai bentuk bantuan professional dari konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi konseli agar dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju. Dalam pelaksanaannya, pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor kepada konseli tidak serta merta dilakukan tanpa adanya asas-asas yang menjadi acuan dalam pelayanan konseling. Jadi, Bagaimana Pemanfaatan Teknologi AI dalam Konseling? Seiring perkembangan teknologi, Artificial Intelligence (AI) mulai dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya berkaitan dengan  kesehatan mental. Kesehatan mental menjadi salah satu isu yang tidak kalah penting, mengingat tuntutan hidup yang semakin kompleks membuat banyak individu merasa ingin memiliki tempat untuk berbagi cerita. Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah tidak sedikit yang enggan untuk melakukan konseling secara langsung dengan konselor professional sehingga teknologi AI menjadi salah satu opsi yang saat ini banyak digunakan untuk melakukan konseling secara virtual atau online. Pemanfaatan AI dalam konseling, dipercaya mampu mengurangi kemungkinan kesalahan diagnosis yang mungkin muncul dari ketidaktahuan atau bias konselor. Contohnya, penggunaan alat berbasis AI, dapat membantu konselor untuk melakukan identifikasi mengenai indikasi gangguan psikologis yang mungkin terlewat dalam sesi wawancara biasa. Hal ini secara tidak langsung, dapat memberikan wawasan lebih kepada konselor mengenai kondisi klien sehingga memungkinkan untuk memberikan intervensi yang lebih tepat sasaran. Selanjutnya, pemanfaatan AI dalam konseling juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas intervensi secara lebih objektif, misalnya dengan alat berbasis AI yang dapat memantau pola tidur, penggunaan media sosia atau perubahan perilaku yang dapat memberikan informasi berharga mengenai perkembangan kondisi klien. Namun, mengingat bahwa konseling merupakan hubungan yang dibangun dengan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai empati dan hubungan personal antara konselor dan klien, maka yang harus digarisbawahi adalah pemanfaatan AI tetap harus dilihat sebagai alat pendukung bukan pengganti, mengingat peran konselor dalam proses konseling adalah tetap memberikan sentuhan manusiawi untuk menjaga hubungan terapeutik yang efektif. Sehingga keseimbangan antara teknologi dan empati harus tetap dijaga agar proses konseling tetap berpusat pada kebutuhan klien. Sumber: Jurnal Komputer dan Teknologi Sains (KOMTEKS) Hartono, Soedarmadji Boy. 2012. Psikologi Konseling Edisi Revisi. Jakarta :  Kencana Prenada Media Group Fadhillah, R. & Lestari, B. (2024). Penggunaan AI Pada Mahasiswa Psikologi Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental. Jurnal Empati, 13 (4), 280-290. https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id https://ojs.fkip.ummetro.ac.id https://ejournal3.undip.ac.id http://repository.iainpalu.ac.id https://bk.fip.unesa.ac.id Kontributor : Gita Rianti D Pratiwi, S.Psi Editor  : Toto Budiman

Read More

Santri Melek Digital: Menjadi Generasi Muslim yang Cakap Teknologi dan Tetap ‘Membumi’

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah derasnya arus digitalisasi, para santri dituntut tidak hanya fasih dalam ilmu agama, tetapi juga cakap dalam teknologi. Dunia kini bergerak cepat, dan kemampuan mengakses serta memanfaatkan teknologi menjadi kebutuhan dasar, termasuk bagi generasi pesantren. Namun, tantangannya bukan sekadar melek digital, tetapi juga bagaimana para santri tetap membumi dalam akhlak, menjaga adab, dan menjadikan kecanggihan teknologi sebagai sarana dakwah dan kemaslahatan umat. Artikel ini mengajak kita melihat bagaimana santri masa kini bisa tampil sebagai generasi Muslim yang adaptif terhadap perubahan, tanpa kehilangan jati diri keislaman. Transformasi teknologi saat ini berlangsung tak hanya terjadi di kota-kota besar atau kantor perusahaan start up saja. Di balik tembok pesantren dan lantunan kitab kuning, para santri pun perlahan bangkit menjadi generasi yang tak hanya piawai mengaji, tetapi juga mulai melek teknologi. Fenomena santri digital bukanlah angan-angan. Kini, banyak pesantren yang mulai mengintegrasikan kurikulum teknologi dalam kegiatan belajar mengajarnya. Santri diajarkan membuat konten dakwah digital, menulis di blog, mengedit video Islami, hingga memanfaatkan media sosial sebagai sarana syi’ar. Perpaduan antara nilai-nilai agama dan literasi digital menjadi potensi luar biasa bagi kemajuan umat. Namun, pertanyaannya: mungkinkah santri tetap membumi dengan akhlak Islami di tengah derasnya arus digitalisasi? Islam dan Teknologi: Bukan Dua Hal yang Bertentangan Sebagian orang mungkin masih ragu. Mereka menganggap bahwa teknologi bisa menggerus nilai-nilai keislaman. Padahal, jika dikelola dengan benar, teknologi justru bisa menjadi alat untuk memperluas dakwah dan meningkatkan kualitas umat. Dalam sejarah Islam, umat Muslim adalah pelopor dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk teknologi. Dari Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al-Khwarizmi di bidang matematika, hingga Al-Jazari yang menciptakan alat-alat mekanik di abad ke-12. Semangat mencari ilmu dan berinovasi sejatinya telah menjadi warisan Islam sejak dahulu. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi santri masa kini untuk ketinggalan dalam hal teknologi. Justru, inilah saatnya santri mengambil peran lebih luas di tengah masyarakat modern. Membentuk Karakter Digital Islami Tantangan terbesar dalam dunia digital bukan pada akses atau kecakapan, tetapi pada karakter penggunanya. Dunia maya adalah ruang yang luas dan bebas, namun tidak selalu ramah. Fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian berseliweran tiap detik. Di sinilah pentingnya peran santri sebagai “filter moral” yang menjaga nilai-nilai Islam tetap hidup di jagat digital. Santri yang melek digital seharusnya tidak sekadar tahu cara membuat konten, tetapi juga bijak dalam menggunakannya. Mereka harus mampu menebarkan kebaikan, menyebarkan ilmu, dan membendung arus informasi negatif. Konten-konten edukatif seperti ceramah pendek, kisah inspiratif sahabat Nabi, atau bahkan tutorial hafalan Al-Qur’an bisa menjadi alternatif positif yang sangat dibutuhkan masyarakat. Lebih dari itu, santri digital juga harus menjadi contoh etika bermedia yang baik. Tidak menyebar berita tanpa tabayyun, tidak berdebat tanpa adab, dan selalu menempatkan ilmu di atas emosi. Di sinilah akhlak Islami diuji dalam dunia virtual. Pesantren 4.0: Inovasi Tanpa Kehilangan Akar Beberapa pesantren kini mulai mengadopsi pendekatan teknologi secara kreatif. Misalnya, membuat platform e-learning berbasis kitab kuning, aplikasi belajar nahwu sharaf, hingga kelas daring untuk pembelajaran tafsir. Ini menjadi bukti bahwa Islam tidak anti terhadap inovasi. Namun, tentu saja inovasi ini harus tetap berpijak pada nilai-nilai tradisional yang menjadi kekuatan pesantren selama ini: tawadhu, ikhlas, istiqamah, dan keilmuan. Teknologi hanyalah alat, sedangkan niat dan tujuan tetap harus diluruskan. Menuju 1 Miliar Santri Digital Visi besar seperti “1 Miliar Santri” bukanlah mimpi kosong jika didukung dengan ekosistem yang tepat. Para santri yang dibekali pemahaman agama yang kuat serta kemampuan digital yang mumpuni bisa menjadi garda depan dalam membentuk peradaban Islam masa depan. Mereka bisa menjadi jurnalis, programmer, content creator, desainer grafis, dan banyak lagi  tanpa harus meninggalkan identitas santri mereka. Terdapat 3 fakta menyedihkan yang menunjukkan bahwa umat Islam secara umum masih terbelakang dan tertinggal dalam penguasaan teknologi Informasi di tingkat global. Pertama adalah rendahnya indeks inovasi dan teknologi di negara berpenduduk mayoritas muslim. Data skor yang rendah dalam GII – Global Innovation Indeks dan NRI – Networked Readiness Index, yang mengukur kesiapan dan kemampuan suatu negara dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi dan inovasi. Kedua. Di banyak negara mayoritas muslim, akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi masih terbatas. Menurut data dari ITU – International Telecommunication Union, tingkat penetrasi internet dan kepemilikan perangkat digital di banyak negara muslim, masih di bawah rata-rata global. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, biaya yang tinggi dan kurangnya literasi digital. Ketiga. Rendahnya jumlah publikasi ilmiah dan hak paten di bidang teknologi. Data dari WIPO- World Intellectual Property Organization menunjukkan bahwa sebagian besar negara muslim berkontribusi sangat sedikit terhadap pendaftaran paten international. Selain itu, jumlah publikasi ilmiah dalam jurnal-jurnal bereputasi global dari negara-negara ini juga sangat rendah. Sumber : pesantrenterbuka.id Santri melek digital bukan berarti kehilangan kesederhanaan. Justru, kesederhanaan itu menjadi kekuatan di tengah dunia yang sering kali penuh kepalsuan. Dengan fondasi akidah yang kuat dan keterampilan digital yang relevan, santri bisa hadir sebagai solusi, bukan hanya puas menjadi ‘penonton’ di pinggiran percaturan global. Serta tagline ‘Santri Indonesia Menyapa Dunia’ yang diusung 1miliarsantri.net menemukan relevansinya. Penutup Membentuk santri digital bukan hanya tentang mengajarkan coding atau editing video. Ini tentang membangun generasi yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat, teknologi dan iman, inovasi dan adab. Di tangan para santri, masa depan Islam bisa ‘bersinar’ terang  tidak hanya di mimbar masjid, tapi juga di layar-layar gawai umat manusia. Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, para santri dapat menjadi pionir perubahan, menginspirasi dunia dengan ilmu, akhlak, dan teknologi. Inilah saatnya santri bangkit, melek digital, dan hadir sebagai generasi Muslim yang cerdas, bijak, dan membumi. Kontributor : Salwa Widfa Utami Editor : Toto Budiman

Read More

Peran AI (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan: Pahlawan atau Musuh Baru?

Surabaya – 1miliarsantri.net : Bayangkan kamu belajar Matematika tapi bukan guru yang ngajar, melainkan aplikasi yang bisa tahu dimana letak kesalahanmu, kasih kamu soal sesuai kemampuanmu dan bahkan bisa memberi penjelasan berulang kali dengan cara yang lebih mudah kamu mengerti. Nah, itulah salah satu bentuk kehadiran AI (Artificial Intelligence) dalam pendidikan. Akhir-akhir ini AI (Artifial Intelligence) atau kecerdasan buatan ini ramai dibicarakan dan diperdebatkan. Kehadirannya dalam di dunia pendidikan menjadi dilema, apakah ini kabar baik atau alarm bahaya? Apakah AI menjadi pahlawan yang memudahkan kita belajar atau musuh baru yang diam-diam merusak semangat belajar kita?   Ketika AI Menjadi Pahlawan di Kelas Bayangkan, kamu punya tutor yang selalu siap sedia 24 jam, tidak pernah lelah dan bisa ngajar sesuai gaya belajarmu. Tidak dapat dipungkiri, AI sudah banyak membantu pelajar (baik siswa dan mahasiswa) zaman sekarang. Mulai dari fitur autocorrect, translate, sampai platform belajar seperti duolingo, chatgpt, deepseek yang menggunakan AI untuk membantu kita belajar dengan cara yang personal. AI bisa menjadi teman belajar pintar yang ngga nge-judge dan selalu siap sedia 24/7. Saat kamu tidak paham konsep trigonometri, AI bisa memberimu penjelasan dengan gaya yang berbeda-beda sampai kamu paham. Tidak perlu menunggu waktu kosong untuk menemui guru dan tidak perlu malu bertanya berulang kali saat kamu masih merasa kurang paham. Menurut laporan UNESCO (2023), dalam dokumen Technology in Education: A Tool on Whose Therms? Implementasi AI dalam pendidikan meningkat pesat. Terutama sejak pandemi COVID-19. AI dianggap sebagai salah satu solusi pembelajaran daring yang adaptif. Menurut organisasi OECD AI tidak hanya memudahkan para pelajar dalam mencerna materi, namun juga memudahkan para guru dalam mencari ide dan bahan ajar. Selain untuk mencari bahan ajar, AI juga membantu guru dalam urusan administrasi, analisis nilai pelajar hingga memberi rekomendasi soal remedial. Dengan begitu guru bisa lebih fokus mendampingi siswa, memimpin diskusi dan membentuk karakter siswa. Istilah mudahnya, AI seperti google yang naik level. Yang tidak hanya bisa membantu memberi informasi, namun juga membantu memproses dan memahami informasinya. Ancaman Ketergantungan Teknologi Meski terdengar sempurna, AI tetap memiliki dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah ketergantungan pelajar terhadap AI. Penelitian studi dari Education Week (2024) mengungkapkan bahwa sekitar 22% pelajar di Amerika Serikat menggunakan AI dalam menyelesaikan tugas akademik. Sedangkan, di Indonesia sendiri menurut survei dari Tito dan Jakpat, 87% pelajar di Indonesia menggunakan AI untuk mengerjakan tugas akademik. Indonesia juga menduduki peringkat tiga pengguna AI terbanyak di dunia.  Sebanyak 1,4 milyar kunjungan platform-platform AI. Hal ini menunjukan betapa besar antusiasme dan potensi AI di kalangan masyarakat. Menghambat Kemampuan Berpikir Kritis dan Penurunan Kognitif Pelajar Selain ketergantungan teknologi, AI juga memberikan dampak negatif yang cukup berdampak pada pelajar. Ketergantungan AI dapat menghambat kemampuan berpikir kritis dan menurunkan penurunan kognitif. Studi dari Education Week (2024) menyatakan. Bahwa, 1 dari 5 dari pelajar di Amerika menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas akademiknya tapa benar-benar memahami prosesnya. Fenomena ini, memperlihatkan gejala ‘malas berpikir’ dimana pelajar kehilangan proses trial and eror pada proses belajarnya, tidak terbiasa menganalisis suatu informasi dan menurunkan kemampuan probelm solving, karena terbiasa menyalin dan menyerahkan. Ketika AI terus menerus diandalkan dalam berpikir dan membuat keputusan, otak tidak terlatih secara optimal. Sehingga menyebabkan penurunan kemampuan mengingat dan memahami konsep karena proses belajar pasif, menurunkan kepercayaan diri intelektual dan kesulitan berpikir kritis karena terbiasa mendapat bantuan jawaban isntan dari AI. Peran Guru VS AI (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan Kemajuan teknologi AI bukan berarti AI mampu menggantikan peran guru. AI bisa saja menyampaikan materi secara efisien, namun AI tidak dapat menggantikan relasi manusia dalam pendidikan. Dr. Muhammad Ihsan, dosen teknologi pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam seminar nasional pendidikan digital (2023) menyatakan bahwa guru tetap berperan penting dalam membeimbing nilai-nilai, membangun empati dan panutan moral bagi siswa. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyalur ilmu, namun sebagai pembentuk karakter dan jembatan emosi yang tidak bisa tergantikan oleh teknologi manapun. Dalam hal ini, guru dan kecerdasan buatan (AI) merupakan kolabolator bukan kompetitor. Keduanya adalah dua aspek yang seharusnya bisa menjadi kolaborasi yang bagus dan saling mendukung guna menciptakan pengalaman belajar yang lebih adaptif dan berwarna. Musuh atau Pahlawan? Pada akhirnya, jawaban dari pertanyaan ini kembali lagi pada kebijakan masing-masing individu. Sekali lagi, AI hanyalah alat yang menunjang kemajuan teknologi yang diciptakan untuk mempermudah manusia. Tugas kita bukan menolak teknologi, namun memastikan penggunaannya tetap berpihak pada manusia serta etika dan nilai-nilai pendidikan itu sendiri. Kecerdasan buatan dalam pendidikan ibarat dua sisi mata uang: di satu sisi ia mampu menjadi pahlawan yang mempermudah pembelajaran, namun di sisi lain juga berpotensi menjadi musuh yang mengikis nilai-nilai esensial pendidikan jika tak dikendalikan dengan bijak. Kunci utamanya terletak pada bagaimana kita, para pendidik dan pembuat kebijakan, mampu memanfaatkan AI secara proporsional sebagai alat bantu, bukan pengganti peran manusia demi menciptakan masa depan belajar yang inklusif, beretika, dan bermakna. Kontributor :  Salwa Aulia Editor : Toto Budiman

Read More

Kecerdasan Buatan (AI) Masuk Kurikulum ; Cetak Gen Z yang Memiliki Talenta Digital?

Bekasi – 1miliarsantri.net : Rencana memasukkan kecerdasan buatan (AI) ke dalam kurikulum pendidikan mulai memantik diskusi di berbagai kalangan. Di tengah laju transformasi digital yang kian pesat, langkah ini dinilai strategis untuk membekali generasi muda dengan pemahaman dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Namun, muncul pula pertanyaan: sejauh mana kesiapan sekolah, pendidik, dan peserta didik dalam mengadopsi materi berbasis AI? Artikel ini akan mengulas peluang, tantangan, dan dampak potensial dari kebijakan tersebut dalam mencetak generasi yang tangguh menghadapi era digital. Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah mengalami perkembangan pesat beberapa tahun terakhir. Dari rumah tangga hingga industrial, AI digunakan untuk berbagai keperluan. Peranan penting teknologi dalam kehidupan mendorong banyak negara mengenalkan pendidikan AI, sepertinya halnya Indonesia yang akan meluncurkan kurikulum AI. Kurikulum AI diwacanakan Kemendikdasmen menyasar peserta didik SD, SMP, SMA/SMK sebagai mata pelajaran pilihan. Rencananya mata pelajaran itu akan direalisasikan pada tahun ajaran 2025/2026. Mengingat pada jenjang pendidikan tersebut masih banyak sekolah yang belum memperkenalkan pendidikan teknologi informasi atau AI. Lantas, apakah kurikulum AI mampu mencetak generasi muda yang siap bersaing di tengah gempuran digitalisasi? Menurut Abbiyu Rafi Eriansyah (22) yang merupakan tenaga pengajar, rencana pemerintah menerapkan kurikulum AI merupakan langkah positif untuk mengenalkan teknologi ke siswa sejak dini. Terlebih mereka akan mendapatkan pengalaman baru mempelajari teknologi. “Kurikulum AI tentunya sangat bermanfaat bagi para siswa, di mana mereka secara tidak langsung bersentuhan dengan teknologi yang canggih. Saya melihat ini seperti jembatan yang dibuat oleh pemerintah agar nantinya siswa berpeluang menciptakan inovasi melalui AI,” kata Rafi saat dihubungi melalui sambungan daring. Ia mengungkapkan saat kurikulum AI terealisasi secara optimal, siswa berpeluang besar menjadi generasi yang dapat bersaing dengan perkembangan teknologi dari dalam maupun luar negeri. Jika menelisik secara jangka panjang, katanya, pendidikan AI menjadi bekal bagi siswa agar bisa mendapatkan pekerjaan di sektor teknologi. Bukan tanpa sebab, banyak perusahaan berlomba menciptakan produk-produk berbasis sistem AI yang memberikan kemudahan bagi konsumen ketika menggunakannya serta memperoleh pengalaman berbeda. “Bagi saya (kurikulum) AI ini strategi yang tepat mengasah keterampilan siswa memanfaatkan teknologi AI. Apalagi anak-anak zaman sekarang lekat banget sama teknologi. Kita bisa lihat sekarang ini  banyak anak-anak menggunakan gawai atau perangkat elektronik lainnya sejak usia dini,” jelasnya. “Jika digunakan hanya untuk menonton video dan bermain game , maka tidak akan berdampak positif. Namun jika pendekatannya lebih edukatif dalam menggunakan gawai dan semacamnya, maka bukan tidak mungkin anak-anak lebih memahami teknologi dibandingkan orangtuanya,” sambungnya. Kurikulum AI, katanya, secara tidak langsung membantu para siswa berpikir secara logis, analitis, dan kritis. Dengan cara pikir seperti ini, siswa akan lebih mudah menemukan jawaban atas suatu masalah. Namun, pemerintah tidak akan bisa mencetak generasi unggul melalui kurikulum AI ketika fasilitas di setiap sekolah belum terpenuhi. Rafi menuturkan fasilitas dan sistem pendidikan di Indonesia perlu dibenahi agar penerapan kurikulum AI berjalan baik dan para siswa mendapatkan pembelajaran dengan maksimal. “Kurikulum ini akan sia-sia jika pemerintah tidak memenuhi fasilitas sekolah lebih dulu terutama perangkat elektronik yang memadai. Kalau fasilitas saja tidak terpenuhi, para siswa tidak akan mendapatkan hasil maksimal dari kurikulum tersebut,” tegasnya. Rafi juga menegaskan pemerintah harus memberikan pendidikan ini secara merata ke seluruh sekolah di Indonesia, khususnya yang berada di kawasan 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Ia menginginkan pemerintah tidak terpusat dalam memfasilitasi kebutuhan bahan ajar bagi para siswa. “Perlu digaris bawahi bahwa bukan hanya fasilitas yang dipenuhi, tapi para guru juga harus dibekali pelatihan terkait materi AI, khususnya guru-guru yang ‘gaptek’,” pungkasnya Di sisi lain, bagi siswa, penerapan kurikulum AI cukup dinanti karena ingin mempelajari sesuatu yang baru. Hal itu diungkapkan oleh Muhammad Asadel (15). Baginya jika pendidikan AI telah dilaksanakan, para siswa akan memperoleh ilmu baru sehingga pembelajaran tidak monoton. “Pendidikan AI cukup penting sih karena belajar nggak terkesan itu-itu aja. Manfaatnya juga bisa buat diri sendiri, sekolah, bahkan negara,” kata Asadel, siswa SMA di salah satu Kab. Bekasi. Asadel menginginkan kurikulum AI dilakukan dengan maksimal karena dirinya memiliki ambisi mendalami ilmu teknologi berbasis AI. Ia juga berharap pembelajaran AI lebih sering dilakukan praktik dibandingkan teori. Karena itu, kurikulum AI berpeluang besar mencetak generasi muda agar mampu bersaing di tengah arus transformasi teknologi. Namun, rencana ini harus dibarengi dengan peningkatan fasilitas sekolah berupa lab. komputer atau lainnya sehingga pembelajaran berjalan maksimal. Pemerintah juga tidak boleh melakukan tebang pilih, di mana setiap sekolah di Indonesia mendapatkan hak yang sama. Kontributor : Muhammad Sulthon Sulung Editor : Toto Budiman

Read More

Museum Imersif: Wisata Edukatif Kekinian untuk Libur Sekolah Anak

Surabaya – 1miliarsantri.net : Berwisata saat libur sekolah menjadi momen yang paling dinantikan anak-anak untuk melepaskan penat setelah rutinitas belajar. Salah satu rekomendasi tempat libur sekolah edukatif yaitu museum berteknologi imersif, wisata edukatif kekinian yang memadukan teknologi interaktif, pameran visual memukau, dan pengalaman belajar yang seru.  Museum selama ini memiliki stigma berupa bangunan diam, sekadar sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno di masa lampau. Bahkan kerap kali muncul olok-olok ‘dimuseumkan saja’ saat ada suatu barang yang tampak sudah tak berguna dan usang. Museum berteknologi imersif bukan sekadar rekomendasi tempat wisata edukatif. Akan tetapi sebagai ruang pengalaman interaktif bagi generasi muda dengan sejarah, budaya lebih relevan, atraktif dan inklusif. Transformasi ini menjadi jawaban terhadap stigma lama tentang museum yang selama ini dikenal sebagai tempat ‘kaku’ dan ‘membosankan’. “Tapi selama ini kan anak lebih suka ke mall kalau liburan. Karena lebih nyaman dan relevan dengan mereka. Kalau museum ‘kemasan’nya baru seperti berteknologi imersif maka akan mampu menggaet antusiasme generasi muda,” ujar Founder Komunitas Historia Asep Kambali kepada 1miliarsantri.net, Kamis (26/6). Tak hanya menghibur, museum imersif mengajak anak-anak mengeksplorasi ilmu pengetahuan, seni, dan budaya dengan cara yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami. Inilah pilihan liburan yang tak sekadar memberi hiburan, tetapi juga memperkaya pengetahuan dan kreativitas mereka. Diketahui museum berteknologi imersif memanfaatkan teknologi digital canggih untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif. Pengunjung seolah-olah masuk dan berada di lingkungan dan situasi nyata terkait objek di dalam museum. Misalnya, melalui pemanfaatan Virtual Reality (VR) di mana pengunjung mampu menjelajahi lingkungan digital tiga dimensi seperti berjalan di kota kuno hingga melihat peristiwa sejarah secara langsung. Lalu ada pula Augmented Reality (AR) melalui penambahan elemen digital (gambar, suara, hingga animasi) ke dunia nyata yang dapat dilihat di layar smartphone hingga tablet. Selanjutnya, Extended Reality (XR)  adalah gabungan dari Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR), yang menciptakan spektrum pengalaman imersif antara dunia nyata dan dunia digital. Ini memungkinkan berwisata secara virtual dengan pengalaman yang lebih realistis dan interaktif. Penelitian global dari Proyek Museum in the Metaverse (MiM) oleh Universitas Glasgow mengungkap tingginya minat publik dalam pemanfaatan teknologi VR dan XR untuk mengakses koleksi museum. Adapun 79% responden tertarik menggunakan teknologi VR dan XR untuk menjelajahi koleksi museum. Sejumlah museum di Indonesia yang telah memanfaatkan teknologi imersif diantaranya Museum Surabaya Siola yang memberikan pengalaman pengunjung untuk menelusuri sejarah transportasi dari masa kolonial hingga modern. Di Jakarta, terdapat Museum Wayang tampil dengan wajah baru melalui pemanfaatan teknologi imersif seperti AR, VR, Mixed Reality (MR), ruang 360°, hingga hologram dan permainan interaktif. Di Indonesia, beberapa museum telah menerapkan teknologi imersif seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan video-mapping untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan menarik. Diantaranya museum Surabaya Siola menghadirkan perjalanan sejarah transportasi melalui VR dan AR. Sementara Museum Wayang di Jakarta dilengkapi dengan AR, VR, Mixed Reality, ruang 360°, dan hologram. Ada pula Museum Nasional Indonesia memiliki Ruang Imersif dengan proyeksi sejarah Nusantara secara visual. Tak ketinggalan di Jawa Tengah terdapat Museum Sangiran yang menggunakan AR untuk menampilkan rekonstruksi manusia purba. Di daerah Bali, Agung Rai Museum of Art (ARMA) menghadirkan pertunjukan tari tradisional melalui teknologi imersif. Bahkan situs bersejarah seperti Candi Borobudur kini dapat dijelajahi secara virtual. Teknologi ini menjadi cara baru untuk menghidupkan sejarah dan budaya, terutama bagi generasi muda. Museum Sebagai Ruang Edukasi Interaktif, Personal dan Emosional Dengan dukungan teknologi tersebut, museum mampu menciptakan pengalaman yang lebih personal dan mendalam bahkan mampu menyentuh sisi emosional pengunjung. Contohnya, pengunjung dapat “masuk” ke dalam Perang Diponegoro melalui simulasi VR yang realistis, menyaksikan langsung bagaimana taktik perang gerilya dijalankan, atau mengalami suasana sidang BPUPKI lewat rekonstruksi digital suara dan gambar. Lebih dari memperkaya pengetahuan sejarah, pengalaman ini membentuk keterhubungan emosional pengunjung dengan peristiwa masa lalu. Dengan merasakan langsung atmosfer dan dinamika sejarah, pengunjung tidak sekadar memahami fakta, tetapi juga menghayati nilai-nilai perjuangan, semangat kebangsaan, dan makna kebudayaan yang diwariskan. Inklusivitas dan Aksesibilitas Museum Digital Melalui teknologi digital ini pula memungkinkan museum untuk menjadi lebih inklusif mempunyai aksesibilitas yang tinggi. Itu artinya, kita tak perlu lagi khawatir harus datang ke museum secara langsung tapi bisa mengaksesnya melalui smartphone manapun dan kapanpun. Melalui teknologi AR dan VR, koleksi museum kini bisa diakses dari rumah, sekolah, atau bahkan melalui ponsel pribadi. Sebagai contoh, Museum Nasional Indonesia telah mulai mengembangkan tur virtual yang memungkinkan siapa pun untuk ‘berjalan’ di dalam museum secara online. Koleksi seperti arca, prasasti, atau artefak budaya bisa dilihat dari berbagai sudut, lengkap dengan penjelasan multimedia. Menghidupkan Kembali Identitas Budaya melalui Teknologi Lebih dari sekadar modernisasi fasilitas, transformasi museum berteknologi imersif merupakan asa untuk menghidupkan kembali identitas budaya. Di tengah gempuran budaya global, museum bisa menjadi ruang pertemuan lintas generasi untuk mengenal, memahami, dan menghargai akar budaya sendiri. Melalui penyajian yang atraktif dan kontekstual, generasi muda tidak hanya diajak mengetahui cerita masa lalu, tetapi juga memahami relevansinya terhadap masa kini dan masa depan. Tak hanya memberikan hiburan visual yang memukau, tempat ini juga merangsang rasa ingin tahu, kreativitas, dan pemahaman mereka terhadap berbagai pengetahuan baru. Jadi, jika Anda ingin menghadirkan liburan yang berkesan sekaligus bermanfaat, mengajak anak menjelajahi museum imersif bisa menjadi pengalaman tak terlupakan yang memperkaya wawasan mereka sejak dini. Kontributor : Ramadani Editor : Toto Budiman

Read More

Ragam Inovasi Edutekno Islami yang Bikin Belajar Makin Seru

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di era digital yang kian maju, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan jembatan emas menuju pengetahuan. Begitu pula dalam pendidikan Islam, inovasi edutekno hadir untuk menjadikan proses belajar lebih menarik, interaktif, dan mudah diakses oleh siapa saja. Mari kita selami berbagai inovasi yang sedang berkembang. Memahami Edutekno Islami: Perpaduan Ilmu dan Teknologi Edutekno Islami adalah pendekatan inovatif yang mengintegrasikan teknologi modern dalam pembelajaran nilai-nilai, ajaran, dan kebudayaan Islam. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif, efisien, dan relevan dengan gaya hidup generasi digital. Ini bukan hanya tentang memindahkan buku ke layar, melainkan mengubah cara kita berinteraksi dengan ilmu agama. Mengapa Edutekno Islami Penting? Ragam Inovasi Edutekno Islami yang Mencerahkan Dunia edutekno Islami semakin kaya dengan berbagai terobosan. Berikut adalah beberapa inovasi yang patut Anda ketahui: 1. Aplikasi Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis Interaktif 2. Platform E-learning dan Kursus Online Islami 3. Teknologi Realitas Virtual (VR) dan Realitas Tertambah (AR) untuk Wisata Religi 4. Permainan Edukasi Islami (Edutainment) 5. Pemanfaatan Podcast dan Video Pembelajaran Islami Tantangan dan Peluang di Masa Depan Meskipun inovasi edutekno Islami menawarkan banyak keuntungan, ada pula tantangan yang perlu dihadapi: Namun, peluang untuk pengembangan sangatlah besar. Kolaborasi antara ahli teknologi, pendidik agama, dan yayasan Islam akan menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem edutekno Islami yang lebih maju dan inklusif. Menjelajahi Cakrawala Baru Pembelajaran Islami Inovasi edutekno Islami telah membuka pintu menuju era baru pembelajaran yang lebih dinamis dan menarik. Dengan memanfaatkan potensi teknologi secara optimal, kita dapat memastikan bahwa ajaran Islam tetap relevan dan mudah diakses oleh setiap generasi. Mari bersama berpartisipasi dalam menciptakan masa depan pendidikan Islam yang gemilang. Apakah Anda tertarik untuk turut serta dalam pengembangan inovasi edutekno Islami ini? Kunjungi situs web https://ckti.co.id untuk mengetahui lebih lanjut tentang program digital dan inisiatif layanan jasa dan portofolio project IT yang sudah kami tangani! Atau hubungi konsultan IT di wa.me/6281248832242 Kontributor : Lintang Elaeis Editor : Toto Budiman

Read More

3 Hari Mempererat Ukhuwah: Catatan Santri DH dari Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an 2025

Pandaan – 1miliarsantri.net : Dalam keheningan malam yang penuh cahaya iman, para penjaga Al-Qur’an dari ma’had Darul Hijrah bersiap menapaki jalan pengabdian suci. Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an bukan sekadar kegiatan—ia adalah medan tempur jiwa, tempat para hafizh mengukuhkan janji sucinya kepada Kalamullah, meneguhkan diri menjadi tentara Al-Qur’an yang setia hingga akhir hayat. Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an memiliki arti harfiah: “Perkemahan Akbar Pasukan Al-Qur’an” atau “Perkemahan Besar Tentara Al-Qur’an”.  Sudah tujuh tahun berlalu, sejak terakhir kali Muqoyyamah Kubro digelar. Dan akhirnya, di tahun ini, pada 23 – 25 Juni 2025—para santri tahfidz kembali dipertemukan dalam momen istimewa: Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Jawa Timur 2025. Istilah ini biasanya merujuk pada sebuah acara besar, semacam perkemahan atau pertemuan akbar, yang melibatkan sekelompok besar orang (diibaratkan seperti “pasukan” atau “tentara”) yang berfokus pada kegiatan yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Tema kegiatan yang dipilih adalah,  “menapaki jejak alam, menyatukan ukhuwah, memperkuat iman dan taqwa.”Kegiatan dilaksanakan bertempat di Pantai Kondang Merak, Malang. Sekitar 180 santri dari tiga cabang Ma’had Darul Hijrah: Darul Hijrah Surabaya, Pasuruan, dan Pamekasan, berkumpul dalam satu semangat ukhuwah Islamiyah. Bagi kami, ini bukan sekadar camping. Ini tentang mengenal saudara seperjuangan, belajar hidup bersama, dan membangun kekuatan di balik canda, lomba, dan tilawah. Hari Pertama – Sambutan Angin Laut dan Api Semangat Hari pertama, Senin, 23 Juni, kami check-in dan mendirikan tenda. Siang yang teramat terik tak menghalangi semangat santri tiap cabang menyiapkan tenda nya masing-masing.Sore harinya, acara resmi dibuka oleh Ustadz Abdillah. Beliau menyampaikan dengan semangat bahwa ,“ini bukan sekadar muqoyyamah biasa. Ini adalah momentum untuk menanamkan semangat ukhuwah Islamiyah, membangun karakter, dan meneguhkan identitas santri sebagai pejuang Al-Qur’an di manapun berada.” Pada malamnya, para santri tahfidz mengisi waktu dengan shalat berjamaah, makan malam, dan sekaligus lomba bola api—yang bukan hanya menantang adrenalin, tapi juga memupuk kerjasama dan semangat sportivitas antar sesama santri. Butuh keberanian dan kayakinan kuat untuk memainkan permainan bola api ini. Bila tak berhati-hati dan kurang kontrol, resiko cidera bisa saja terjadi akibat panas bola yang ditimbulkan. Hari Kedua – Fajar, Dzikir, dan Tadabbur Alam Selasa dini hari, kami bangun untuk shalat tahajud dan subuh. Usai itu, kami diarahkan berjalan menuju pesisir pantai. Di tengah embusan angin laut dan debur ombak pagi, kami berkumpul dalam satu lingkaran dzikir. Ustadz Jundi memimpin kami dalam dzikir pagi dan tausiyah muhasabah diri, mengajak kami merenungi perjalanan hidup sebagai santri dan Jaisyul Qur’an. Momen ini begitu mendalam. Di hadapan hamparan laut, kami diingatkan bahwa kegiatan ini bukan hanya fisik, tapi juga ruhani—sebuah latihan jiwa agar tetap dekat kepada Allah meski dalam suasana luar pondok. Usai sarapan, rangkaian kegiatan terus berlanjut. Pagi hingga sore diisi dengan tadabbur alam, jelajah pantai, lomba yel-yel, dan lomba estafet. Riuh suara yel-yel dan derai tawa membuat suasana semakin hidup. Malam harinya, di bawah cahaya api unggun yang hangat, kami menampilkan beragam bakat dan kreativitas dalam sesi pentas seni. Aksi seni bela diri seperti karate, silat, dan taekwondo tampil memukau, diiringi lantunan nasyid bertema jihad yang menggugah semangat perjuangan. Hari Ketiga – Ilmu, Ketangkasan, dan Penutupan Rabu, 25 Juni, kami kembali bangun saat shalat subuh. Kali ini, Ustadz Wafi Ibrahim mengisi dzikir dan tausiyah pagi, lalu dilanjutkan lomba Master Chef, Tahfidz dan Cerdas Cermat, serta lomba ketangkasan.Pukul 10.30, acara resmi ditutup oleh Ustadz Ihya’ Ulumuddin, S.Sos. Dalam sambutannya, beliau menegaskan kembali arah dan cita-cita besar Darul Hijrah: “Muqoyyamah ini bagian dari visi kita: mencetak generasi rabbani—yang kuat jasadnya, tajam akalnya, dan lembut hatinya.” Kami Pulang Membawa Cerita, Bukan Hanya Baju Kotor Muqoyyamah ini bukan sekadar momen tahunan atau reuni antar-ma’had. Ini adalah sebagai pengingat, bahwa kami—santri Darul Hijrah—bukan pejuang sendirian. Kami satu barisan, satu pasukan, satu misi: menjadi Jaisyul Qur’an yang bukan hanya hafal qur’an, tapi juga siap berjuang untuk Islam. Kontributor : Zufar Rauf Budiman Editor  : Toto Budiman

Read More

Terlalu Lama Pakai Chat GPT 4.0? Ini Dampak yang Mungkin Tidak Kamu Sadari!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Bukan rahasia lagi bahwa chat gpt 4.0 telah menjadi bagian penting dari kehidupan digital banyak orang. Teknologi ini menghadirkan kemudahan luar biasa dalam mengakses informasi, membuat konten, menyusun laporan, hingga sekadar mencari inspirasi. Namun, di balik kemudahannya, pernahkah kamu bertanya apa dampak jangka panjang jika terlalu sering menggunakan chat gpt 4.0? Pasti penasaran, kan? Tapi tenang! Agar ilmu pengetahuanmu bertambah, artikel ini sengaja mengupas tuntas sisi lain dari penggunaan chatbot pintar ini, bukan untuk menakuti, tapi agar kamu lebih bijak menggunakannya. Pastikan baca penjelasan ini hingga selesai, ya! Biar tidak ketinggalan informasinya! Bagaimana Chat GPT 4.0 Mendorong Ketergantungan Digital dan Apa Saja Dampaknya? Chat gpt 4.0 memang dirancang untuk membantu. Namun, karena selalu siap memberi jawaban cepat dan akurat, tanpa disadari, banyak pengguna mulai mengandalkan AI ini dalam hampir semua aspek kehidupan digital mereka. Dari menulis caption media sosial hingga membuat keputusan penting, semuanya seolah tak lepas dari bantuan chatbot ini. Dan apa saja dampaknya jika kita terus menerus bergantuk ke aplikasi ini? Mari bahas satu persatu di bawah ini! 1. Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis Di awal, chat gpt 4.0 hanya digunakan sebagai alat bantu. Namun dalam jangka panjang, penggunaan yang berlebihan bisa menumpulkan logika dan daya analisis seseorang. Saat kita terbiasa menerima jawaban instan dari chat gpt 4.0, kebiasaan untuk berpikir mendalam, mengevaluasi informasi, dan membuat keputusan berdasarkan penalaran pribadi perlahan mulai hilang. Kemudahan ini juga membuat banyak orang melupakan proses pencarian mandiri secara tradisional, padahal aktivitas tersebut sangat penting untuk melatih kemampuan kognitif dan memperkuat daya analisis dalam menghadapi berbagai situasi. 2. Kreativitas yang Tergerus Perlahan Meskipun AI bisa membantu menyusun ide atau menulis cerita, terlalu sering bergantung pada chat gpt 4.0 bisa membuat kreativitas alami kita menurun. Karya yang dihasilkan pun cenderung menjadi seragam dan berasa AI karena penggunaan kalimat, gaya bahasa, hingga pola berpikir dari chat gpt 4.0 yang relatif konsisten. Jika hal ini terus dijadikan acuan utama, maka orisinalitas dan ciri khas karya seseorang dapat terganggu. Selain itu, pengguna juga mulai menunjukkan ketergantungan pada template yang disediakan AI, baik dari segi format maupun struktur tulisan, sehingga kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari nol ikut tergerus secara perlahan. 3. Isolasi Sosial yang Tak Disadari Interaksi dengan chat gpt 4.0 memang menyenangkan, selalu tersedia, tak menghakimi, dan informatif. Tapi terlalu lama berkomunikasi dengan AI bisa menggeser hubungan sosial manusia. Menurunnya kepekaan sosial menjadi salah satu dampak tersembunyi dari penggunaan chat gpt 4.0. Berkomunikasi dengan AI tidak menuntut empati atau pemahaman emosional, sehingga lama-kelamaan bisa memengaruhi cara seseorang bersosialisasi dengan sesama manusia. Selain itu, pengguna cenderung lebih memilih ‘obrolan aman’ bersama AI daripada menghadapi diskusi nyata yang sering kali menantang secara emosional atau intelektual. Karena chat gpt 4.0 tidak pernah membantah atau membuat kita merasa tidak nyaman, hal ini berpotensi menurunkan kemampuan individu dalam membangun komunikasi yang sehat dan berani di kehidupan sosial yang sesungguhnya. 4. Ancaman Etika dan Ketergantungan Teknologi Di balik kecanggihan chat gpt 4.0, ada juga risiko etis yang harus dipertimbangkan, apalagi jika digunakan tanpa kesadaran penuh. Penyebaran informasi tanpa verifikasi menjadi salah satu risiko utama penggunaan chat gpt 4.0. Tidak semua informasi yang diberikan oleh AI benar secara mutlak. Jika pengguna tidak melakukan pengecekan ulang terhadap data atau jawaban yang diberikan, maka potensi untuk menyebarkan informasi keliru sangat besar. Selain itu, semakin sering digunakan, chat gpt 4.0 juga dapat mengaburkan batas antara hasil pemikiran manusia dan hasil dari algoritma. Dalam banyak kasus, konten digital yang dihasilkan menjadi sulit dibedakan, apakah itu benar-benar karya manusia atau sepenuhnya produk kecerdasan buatan. Bijak Menggunakan Teknologi Sebagai Solusi yang Perlu Diterapkan Menghindari penggunaan chat gpt 4.0 sepenuhnya tentu bukan solusi. Yang penting adalah menggunakannya secara proporsional dan bertanggung jawab. Mulailah dengan menetapkan batas waktu penggunaan, tetap berlatih menulis dan berpikir mandiri, serta jangan lupakan pentingnya interaksi sosial yang nyata. Chat gpt 4.0 adalah alat yang sangat berguna, namun di balik semua kecanggihannya terdapat tantangan yang harus kita sadari. Menurunnya kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan risiko isolasi sosial adalah beberapa dampak nyata dari penggunaan berlebihan. Maka dari itu, mari gunakan teknologi ini dengan bijak, bukan sebagai ‘tongkat’ yang membuat kita malas berjalan, tetapi sebagai ‘kompas’ yang membantu kita menemukan arah. Gunakan chat gpt 4.0 (atau AI sejenis) sebagai alat bantu, bukan pengganti nalar. Latih diri untuk mengevaluasi dan menyunting jawaban chatbot. Jadi, masih yakin ingin terus bergantung pada chat gpt 4.0 untuk segalanya?** Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Terungkap! Inilah Perkembangan Teknologi Terbaru Yang Akan Mengubah Masa Depan Dunia

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di tengah derasnya arus informasi dan transformasi digital, perkembangan teknologi terbaru telah menjadi sorotan global. Masyarakat modern tidak lagi hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga bagian dari evolusi yang terus berinovasi. Dari kecerdasan buatan hingga quantum computing, dunia tengah menyaksikan kemajuan luar biasa yang bukan sekadar tren, tetapi juga peta jalan menuju masa depan. Dan pada penjelasan kali ini, kita akan membahas berbagai teknologi mutakhir yang bukan hanya mengubah cara kita hidup hari ini, tetapi juga membentuk arah kehidupan manusia di masa mendatang. Siapkah Anda menjadi bagian dari revolusi ini? Tanpa basa-basi lagi, ini dia penjelasan lengkapnya! Pendorong Masa Depan dengan Inovasi Teknologi yang Tidak Bisa Diabaikan Kemajuan zaman tidak bisa dipisahkan dari lonjakan teknologi yang kian menggila. Perkembangan teknologi terbaru telah melahirkan solusi atas berbagai tantangan manusia, dari efisiensi kerja hingga peningkatan kualitas hidup. Berikut ini adalah beberapa kategori teknologi yang menjadi sorotan dan diprediksi membawa dampak besar dalam beberapa tahun ke depan: 1. Kecerdasan Buatan (AI) yang Semakin Canggih AI dalam bidang kesehatan memungkinkan diagnosis penyakit dilakukan lebih cepat dan akurat. Dalam beberapa kasus, kecerdasan buatan bahkan mampu mendeteksi kanker pada tahap awal yang sulit diidentifikasi oleh manusia. Teknologi ini membantu mengurangi risiko kesalahan diagnosis dan mempercepat penanganan pasien.AI generatif dan pembelajaran mesin juga semakin banyak digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan kreativitas. Dengan teknologi ini, proses penulisan konten, pembuatan desain grafis, hingga pengembangan produk menjadi lebih cepat dan akurat, sekaligus mengurangi beban kerja manusia. Otomatisasi cerdas di industri telah menggantikan banyak pekerjaan manual yang bersifat berulang. Robot dan sistem AI kini mampu melakukan produksi skala besar dengan tingkat presisi tinggi, sehingga mempercepat proses dan meminimalkan kesalahan yang sering dilakukan manusia. 2. Teknologi Quantum yang Mengubah Definisi Kecepatan Pemrosesan data super cepat adalah keunggulan utama dari komputer kuantum. Dibandingkan dengan komputer konvensional, teknologi ini mampu menyelesaikan kalkulasi rumit dalam waktu yang jauh lebih singkat. Hal ini sangat penting dalam bidang riset, keuangan, hingga pengembangan obat.Keamanan siber juga mengalami peningkatan berkat teknologi kuantum. Enkripsi kuantum mampu menciptakan sistem pengamanan data yang sangat sulit diretas, bahkan oleh komputer paling canggih saat ini. Ini menjadi solusi penting di tengah ancaman serangan siber yang semakin kompleks. 3. Internet of Things (IoT) dan Rumah Pintar Perangkat rumah tangga terhubung ke internet kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Teknologi IoT memungkinkan pengguna mengontrol berbagai perangkat seperti lampu, kulkas, dan pendingin udara hanya melalui smartphone, bahkan saat berada jauh dari rumah. Pemantauan kesehatan pribadi juga semakin canggih berkat jam tangan pintar dan perangkat wearable lainnya. Pengguna dapat memantau detak jantung, kadar oksigen, hingga pola tidur, yang berguna untuk mencegah masalah kesehatan sejak dini dan mendorong gaya hidup lebih sehat. 4. Energi Terbarukan dan Teknologi Ramah Lingkungan Panel surya generasi baru menjadi jawaban atas kebutuhan energi bersih. Teknologi ini kini lebih ringan, fleksibel, dan efisien sehingga bisa digunakan di lebih banyak tempat, termasuk pada kendaraan dan bangunan kecil. Baterai solid-state juga menjadi inovasi penting dalam sektor energi. Baterai ini lebih aman dari risiko kebakaran, memiliki umur pakai lebih lama, dan pengisian daya yang jauh lebih cepat dibandingkan baterai konvensional. Kendaraan listrik menjadi sektor yang paling diuntungkan dari teknologi ini. 5. Realitas Virtual (VR) dan Realitas Tertambah (AR) Pendidikan dan pelatihan kini semakin realistis berkat teknologi VR dan AR. Dokter, pilot, dan teknisi dapat menjalani simulasi latihan dalam lingkungan virtual yang sangat mirip dengan kondisi nyata tanpa risiko tinggi. Dunia hiburan pun ikut berubah. Pengguna kini bisa merasakan pengalaman konser, game, dan film yang imersif,seolah-olah berada langsung di dalamnya. Mengapa Kita Harus Siap dengan Perkembangan Teknologi Terbaru? Tidak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi terbaru ini akan mengubah cara kita bekerja, belajar, berkomunikasi, bahkan berpikir. Dunia semakin cerdas dan terhubung. Perusahaan dituntut untuk beradaptasi, individu diharuskan terus belajar, dan pemerintah wajib menciptakan regulasi yang mendukung inovasi sekaligus melindungi masyarakat dari risiko teknologi baru. Perubahan besar memang tidak selalu mudah, tapi ketika disambut dengan kesiapan dan kesadaran, teknologi justru akan menjadi alat yang memperkuat peradaban. Kita semua memiliki peran dalam mengarahkan penggunaan teknologi ke jalur yang positif, beretika, dan berkelanjutan. Di tengah gelombang inovasi global, perkembangan teknologi terbaru membawa peluang dan tantangan sekaligus. Dari kecerdasan buatan yang makin cerdas hingga quantum computing yang menakjubkan, masa depan kini terasa semakin dekat. Perubahan itu tidak dapat dihindari, namun bisa kita siapkan dengan pengetahuan dan kesadaran yang tepat. Mari menjadi bagian dari generasi yang tidak hanya menikmati kemajuan teknologi, tetapi juga membentuknya dengan bijak. Kesiapan menghadapi perkembangan teknologi terbaru bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan di era yang serba cepat ini. Teknologi akan terus bergerak maju, dan hanya mereka yang adaptif dan terus belajar yang mampu bertahan dan unggul. Salah satu perusahaan IT yang concern adalah PT. Cipta Karya Teknologi Indonesia atau biasa disingkat CKTI. Dengan tagline one stop digital solution, layanannya bisa diakses melalui https://ckti.co.id Beragam proyek layanan custom IT telah sukses terlaksana, baik skala kecil, menengah hingga besar. Tidak hanya di dunia industri manufaktur, tapi juga lembaga pendidikan yang mulai bertransformasi ke sistem digitalisasi. Bagi para pihak yang ingin berkonsultasi terkait kebutuhan digital untuk bisnis dan organisasi, bisa menghubungi wa.me/6281248832242. Dengan membuka diri terhadap inovasi, meningkatkan literasi digital, dan membekali diri dengan keterampilan masa depan, kita tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pelaku perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan dunia. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Dari Tribun Ke Timeline! Fenomena Bersosmed Bagi Supporter Bola Mania Di Era Digital

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di era digital yang serba cepat ini, semangat mendukung klub sepak bola tak lagi terbatas hanya di stadion. Kini, bersosmed bagi supporter bola mania telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup penggemar sepak bola. Dari unggahan skor pertandingan hingga adu argumen soal siapa yang lebih hebat antara Messi dan Ronaldo, media sosial menjadi tribun virtual yang dipenuhi emosi, kreativitas, bahkan kontroversi. Tapi, apakah bersosmed bagi supporter bola mania hanya sekadar hiburan? Atau justru menjadi kekuatan baru yang mampu membentuk identitas komunitas fans di seluruh dunia? Mari kita telaah lebih dalam bagaimana dunia media sosial telah mengubah wajah dukungan terhadap tim-tim besar seperti Barcelona, Real Madrid, hingga Persija dan Persib yang punya basis fans besar di Indonesia. Peran Media Sosial dalam Mendekatkan Jarak Emosional Supporter Media sosial kini tak sekadar menjadi ruang berbagi, tapi juga tempat mengekspresikan cinta dan loyalitas pada klub sepak bola kesayangan. Bersosmed bagi supporter bola mania telah membuka peluang bagi siapa pun untuk terhubung langsung dengan pemain idola, mengikuti update klub, hingga terlibat dalam kampanye atau diskusi komunitas. Misalnya, penggemar Barcelona di Indonesia bisa mengikuti akun resmi klub dan tahu informasi latihan tim secara real-time. Demikian juga fans Real Madrid bisa menonton highlight pertandingan hanya beberapa menit setelah laga usai. Hal ini menciptakan kedekatan emosional yang sebelumnya sulit dicapai jika hanya mengandalkan media konvensional. Komunitas Supporter yang Aktif dan Solid di Platform Sosial Kehadiran media sosial memperkuat komunitas online para fans. Bersosmed bagi supporter bola mania membuat interaksi antar sesama fans jadi lebih intens dan terorganisir. Bahkan, komunitas virtual ini bisa melahirkan berbagai kegiatan positif di dunia nyata. Contohnya: Tanpa media sosial, diskusi seperti ini hanya terjadi di warung kopi atau stadion. Kini, satu unggahan bisa menjangkau ribuan orang dan memicu reaksi global. Tantangan dan Dampak Negatif Bersosmed bagi Supporter Bola Mania Meskipun punya banyak manfaat, bersosmed bagi supporter bola mania juga membawa tantangan tersendiri. Tidak semua interaksi bersifat positif. Tak jarang muncul gesekan antar fans, saling hina, hingga penyebaran hoaks atau provokasi yang bisa memperkeruh suasana. Dan beberapa risiko nyata yang sering muncul, seperti: Fenomena ini menunjukkan pentingnya etika dalam bersosmed, terutama bagi supporter bola mania yang membawa nama komunitas besar. Tips Bersosmed Bijak untuk Supporter Bola Mania Untuk menjaga suasana positif dan tetap produktif di dunia digital, ada beberapa cara bijak yang bisa diterapkan oleh para supporter sepak bola, seperti: Dengan sikap yang bijak, bersosmed bagi supporter bola mania bisa menjadi media yang membangun, bukan menghancurkan semangat sportivitas. Dan tak bisa disangkal, bersosmed bagi supporter bola mania telah menjadi bagian dari budaya sepak bola modern. Fans kini tak hanya bersorak di tribun, tapi juga aktif bersuara di linimasa. Dari Jakarta hingga Barcelona, dari Bandung hingga Madrid, semangat mendukung klub kini punya ruang baru yang lebih luas, lebih cepat, dan lebih beragam. Namun, penting untuk diingat bahwa semangat sportivitas harus tetap dijaga. Media sosial hanyalah alat, bagaimana kita menggunakannya akan menentukan apakah semangat bola akan semakin bersinar atau justru tercoreng. Maka, bersosmed bagi supporter bola mania seharusnya menjadi ajang untuk menyalurkan cinta terhadap sepak bola dengan cara yang cerdas, santun, dan inspiratif. Fenomena bersosial media bagi supporter bola mania di era digital adalah bukti nyata bagaimana teknologi telah meresap ke dalam setiap aspek kehidupan, termasuk passion terhadap olahraga. Dari euforia merayakan kemenangan hingga tensi “perang opini” di linimasa, media sosial telah menjadi panggung baru bagi ekspresi dukungan, identitas, dan bahkan konflik. Ini bukan hanya sekadar tren, melainkan sebuah evolusi dalam cara penggemar berinteraksi dengan tim kesayangan mereka dan sesama penggemar. Memahami dinamika ini penting agar kita bisa lebih bijak dalam memanfaatkan platform digital, menjaga semangat sportivitas, dan tetap menjadikan sepak bola sebagai pemersatu, bukan pemecah belah.** Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More