Trump Sindir India dan Rusia Makin Dekat ke China

Dengarkan Artikel Ini

Washington – 1miliarsantri.net: Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan kritik keras kepada India dan Rusia. Melalui unggahan di platform Truth Social, ia menyinggung semakin eratnya hubungan kedua negara itu dengan China setelah pertemuan puncak Shanghai Cooperation Organization (SCO) di Tianjin bersama Presiden Xi Jinping.

Trump menulis: “Looks like we’ve lost India and Russia to deepest, darkest China. May they have a long and prosperous future together!” Ucapan ini memicu spekulasi soal arah hubungan geopolitik Asia.

Sindiran Trump dan Reaksi Diplomatik

Unggahan Trump disertai foto Modi, Putin, dan Xi berjalan bersama. India memilih berhati-hati dengan hanya menyatakan “no comment”. Trump kemudian mengklarifikasi bahwa meski kecewa India membeli minyak dari Rusia, ia merasa hubungan pribadi dengan Narendra Modi tetap baik.

China menanggapi dengan menyebut bahwa kerja sama Beijing dengan India dan Rusia “tidak ditujukan melawan pihak ketiga” melainkan demi kepentingan rakyat.

Di kesempatan lain, Trump menyerang kebijakan Presiden Joe Biden yang dinilainya terlalu lemah menghadapi pengaruh China. Dalam pidato kampanye di Ohio, ia menyebut langkah Washington yang membiarkan India mempererat hubungan dengan Rusia dan China sebagai “kegagalan diplomasi terbesar dekade ini”.

Baca Juga: Mulai September 2025, Wisatawan Asing Wajib Gunakan Aplikasi All Indonesia

Media China dan Narasi Alternatif

Pernyataan Trump dimanfaatkan media pemerintah China. Harian Global Times menyebut komentar Trump mencerminkan kepanikan AS. Beijing menegaskan inisiatif Belt and Road dan kerja sama energi trilateral sebagai pilihan rasional dengan manfaat ekonomi nyata, berbeda dari janji Barat.

Narasi ini memperkuat strategi komunikasi China yang berusaha membingkai kemitraan mereka dengan India dan Rusia sebagai alternatif terhadap dominasi global Barat.

Implikasi Geopolitik

Trump

Komentar Trump memperlihatkan kekhawatiran AS terhadap kemungkinan poros baru China–Rusia–India. Namun sejumlah analis menilai pernyataan itu lebih bersifat retoris. India selama ini menjalankan kebijakan “strategic autonomy”, menjaga kemandirian dalam mengambil keputusan, termasuk urusan energi.

Keputusan India membeli minyak Rusia dipandang memperlebar jarak dengan Barat. Sebagai reaksi, pemerintahan AS mengenakan tarif impor 50% terhadap India. Kritik dari pejabat lain seperti Peter Navarro juga menambah tekanan diplomatik.

Meski begitu, India tetap menegaskan bahwa kebijakan energi adalah hak kedaulatan nasional. Rusia pun belum menanggapi langsung sindiran Trump. Sementara China memilih menekankan kerja sama win-win dan menolak kerangka konflik bipolar.

Baca juga: Israel Klaim Menguasai 40% Kota Gaza

Retorika atau Pergeseran Aliansi?

Tulisan Trump tentang “kehilangan” India dan Rusia mencerminkan frustrasi Washington terhadap strategi diplomasi New Delhi dan Moskow, terutama dalam konteks perang Ukraina dan rivalitas AS–China.

Namun tanpa perubahan kebijakan besar atau perjanjian strategis baru, klaim Trump lebih mungkin dianggap sebagai retorika politik daripada tanda nyata pergeseran aliansi.

India menegaskan hubungan energinya dengan Rusia bukan berarti meninggalkan Barat. China pun berulang kali menyatakan tidak berambisi mendominasi global. Dengan demikian, sindiran Trump lebih mencerminkan dinamika komunikasi politik ketimbang realitas geopolitik yang sudah berubah secara permanen.

Penulis: Faruq Ansori

Editor: Glancy Verona dan Toto Budiman

Ilustrasi by AI


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca