Sikap Tawakal Menjadi Landasan Keberhasilan dan Ketenangan Hidup

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Sikap tawakal, yang menggabungkan usaha maksimal dengan doa serta kepercayaan penuh kepada Allah SWT, menjadi landasan utama bagi keberhasilan dan ketenangan hidup.
Rasulullah SAW telah menjadi contoh nyata dalam menunjukkan sikap tawakal sebagai pedoman bagi umat Islam. Tawakal bukanlah tanda kelemahan, melainkan ciri khas seseorang yang beriman.
Bagi orang beriman, usaha sekeras tenaga harus diiringi dengan keyakinan bahwa hasil akhirnya sepenuhnya berada di tangan Allah SWT. Memiliki sikap tawakal bukan hanya sebagai pilihan, melainkan suatu kebutuhan untuk menjaga semangat, menghindari keputusasaan, dan memperkuat keyakinan kepada Sang Pencipta.
“(Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.” (QS Al-Muzammil: 9)
Mengutip Islam Religion, ada empat cara untuk meningkatkan sikap tawakkal kepada Allah SWT.
- Jangan Menyamakan Tawakal dengan Kemalasan
Imam Kamil Mufti, penulis dari Islam Religion, menyoroti bahwa konsep tawakkal sering kali disalahartikan sebagai sikap santai yang mengabaikan usaha dan pemikiran bahwa masalah akan terselesaikan hanya dengan berdoa kepada Allah.
Imam Mufti menegaskan, tawakkal sejatinya tidak boleh diartikan sebagai menyerah pada usaha. Sebaliknya, ia menekankan pentingnya berusaha dan bekerja, sambil memegang keyakinan bahwa Allah akan mengurus urusan dan memberikan bantuan dalam menghadapi cobaan.
Lebih lanjut, Mufti menegaskan bahwa tawakkal tidak berarti mengesampingkan upaya mencari rezeki, mengabaikan pendidikan, atau mengabaikan peluang pekerjaan.
“Allah menetapkan kewajiban untuk bekerja, dan dari jalan-Nya, Dia memberikan rezeki kepada mereka yang berusaha,” kata Mufti.
Mufti memberi peringatan agar tidak terjebak dalam pemahaman keliru bahwa tawakkal berarti duduk diam di rumah sambil berharap rezeki akan datang dengan sendirinya.
Sebaliknya, Allah memerintahkan untuk bergantung kepada-Nya sambil tetap aktif bekerja. Dengan demikian, upaya keras dalam mencari rezeki dianggap sebagai ibadah fisik, sementara tawakkal kepada Allah dianggap sebagai ibadah hati, seiring dengan firman Allah.
“Maka mintalah rezeki dari Allah dan sembahlah Dia (saja).” (QS Al-Ankabut: 17)
Cara lain untuk benar-benar memahami tawakal kepada Allah adalah dengan memahami definisi iman. Iman bukan hanya sekedar percaya di dalam hati, tetapi merupakan kombinasi antara iman dan tindakan.
Demikian pula, tawakal kepada Allah tidak berarti menyerah pada usaha Anda sendiri. Melainkan berusaha dengan sikap bahwa Allah akan mengurus urusan Anda dan akan membantu Anda melewati cobaan.
Ingatlah ketika Nabi Muhammad bertanya kepada seorang Badui: “Mengapa kamu tidak mengikat untamu?”
Dia menjawab: “Saya bertawakal kepada Allah!”
Nabi kemudian berkata: “Ikatlah untamu terlebih dahulu, kemudian bertawakkallah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
- Hindari Sikap Sombong
Merencanakan dan bekerja sesuai dengan karunia yang diberikan oleh Allah merupakan kunci penting dalam perjalanan kesuksesan. Dalam melibatkan berkat-berkat tersebut, penting untuk menjaga sikap syukur kepada Allah tanpa membanggakan kekuatan diri sendiri.
Pemahaman bahwa segala kekuatan dan kemampuan berasal dari Allah, dan bahwa pertolongan-Nya akan menentukan akhir dari setiap usaha, menjadi landasan utama untuk mencapai kesuksesan.
“Orang-orang yang bersikap sombong di muka bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami.” (QS Al-A’raf : 146).
- Menerima Keputusan Allah
Setelah memberikan usaha terbaik, sikap penerimaan terhadap segala hasil menjadi kunci penting. Keyakinan pada kebijaksanaan Allah menjadi landasan kuat, mengakui bahwa-Nya memiliki kemampuan untuk mengubah seluruh rencana dengan alasan yang hanya Dia ketahui.
Penting untuk selalu ingat bahwa kepercayaan pada al-Qadr (Ketetapan Ilahi) merupakan salah satu pilar utama iman. Pemahaman bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai takdir, dan satu-satunya yang dapat dilakukan adalah memberikan usaha terbaik.
Dalam Shahih Muslim juga disebutkan sebuah hadits dari Jabir RA bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW:
“Ya Rasulullah, amalan hari ini sesuai dengan apa? Apakah sesuai dengan sesuatu yang telah dikeringkan penanya dan takdir terjadi dengannya atau sesuai dengan sesuatu yang akan datang?”
Nabi SAW menjawab “Tidak, tetapi berdasarkan apa yang telah dikeringkan dengan pena dan takdir telah terjadi.”
Orang itu berkata, “Lalu untuk apa tindakan itu?” Nabi SAW kemudian bersabda, “Lakukanlah, karena segala sesuatu dimudahkan atas apa yang diciptakan untuk itu.” (HR Muslim No. 2648).
- Ambil Semua Tindakan Pencegahan
Dalam Al-Quran, umat Islam diceritakan kisah Yaqub dan putranya Yusuf, di mana Yaqub, saat mengirim kedua anaknya ke Mesir, memberikan instruksi untuk masuk melalui pintu gerbang yang berbeda guna menghindari kecurigaan. Namun, ternyata Allah memiliki rencana-Nya sendiri.
Kisah ini mengajarkan bahwa Yaqub mengambil segala langkah yang mungkin untuk mengelakkan risiko. Penting untuk menghindari jebakan yang serupa.
“Terkadang, kita cenderung mengandalkan usaha kita sendiri dan melupakan tawakal kepada Allah. Atau bahkan, kita mungkin beranggapan telah mengandalkan Allah tanpa mengambil langkah-langkah praktis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi,” ujar Mufti.
Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.” (QS Yusuf: 67)
Hikmah dari perkataan Nabi Ya’qub kepada putra-putra nya adalah bahwa mereka harus berusaha sepenuh hati dalam mengejar keinginannya. Namun, hal ini juga harus diikuti kesadaran penuh bahwa kendali semuanya itu ditangan Allah swt.
Sebagai bukti bahwa kita adalah hamba Allah yang beriman, kita harus pasrah dan menerima apapun keputusan-Nya kepada kita. Kita tidak boleh sakit hati dan merasa kesal meskipun mungkin yang terjadi tidak sesuai yang diinginkan. (yus)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru