Lebih dari Sekadar Bebas Riba, Ini Hikmah Bertransaksi di Unit Usaha Syariah

Bekasi – 1miliarsantri.net: Tren pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia terus berkembang menuju arah yang positif dalam beberapa waktu terakhir. Bank hingga koperasi berbasis syariah mulai bermunculan dan berkembang pesat, terutama di kalangan umat Islam yang makin sadar akan pentingnya bertransaksi secara halal. Namun sayangnya, pemahaman masyarakat tentang ekonomi syariah sering kali masih terbatas hanya pada satu hal, yakni bebas riba. Padahal, bertransaksi di unit usaha syariah bukan hanya soal menghindari riba. Melainkan ada banyak hikmah yang bisa dipetik, baik dari sisi spiritual, sosial, hingga keberkahan hidup secara menyeluruh. Baca juga: Usaha Syariah ‘Meraih Laba’ Tanpa Kehilangan Berkah Dan artikel ini akan membahas dan mengupas tuntas mengapa bertransaksi di unit usaha syariah adalah langkah yang lebih bermakna daripada sekadar mematuhi larangan riba. Prinsip Keadilan dalam Transaksi sebagai Pilar Utama Dalam sistem ekonomi Islam, larangan riba adalah bagian dari prinsip yang lebih besar yakni keadilan dan keseimbangan dalam muamalah. Unit usaha syariah tidak hanya menghapus unsur ini, tapi juga membangun transaksi atas dasar kejujuran, transparansi, dan kesepakatan yang setara antar pihak. Sebagai contoh dalam akad murabahah, konsumen telah mengetahui sejak awal harga asli barang beserta margin keuntungan yang diperoleh penjual. Tidak ada bunga tersembunyi, denda sepihak, atau penalti yang mencekik seperti dalam sistem konvensional. Di sinilah letak keunggulan dalam transaksi menjadi adil, terbuka, dan menenangkan hati. Menjaga Keberkahan Harta dan Rezeki Harta yang diperoleh melalui cara halal dan sesuai syariat memiliki nilai keberkahan yang tidak bisa diukur dengan materi semata. Allah SWT tidak sekadar memerintahkan umat-Nya untuk mencari rezeki, tetapi juga menekankan pentingnya mencari rezeki yang Halalan Thayyiban. Baca juga: Sistem Koperasi Syariah Dan Ikhtiar Membangun Ekonomi Umat Yang Berkeadilan Salah satu wujud ikhtiar menjaga kebersihan harta adalah dengan bertransaksi melalui unit usaha yang berbasis syariah. Walau keuntungan yang diperoleh mungkin tidak sebesar sistem ribawi yang mencekik, tapi keberkahan hasilnya terasa dalam ketenangan batin, ketentraman keluarga, dan kemudahan hidup yang tidak selalu dapat dijelaskan secara logika duniawi. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Umat Setiap rupiah yang kita belanjakan di unit usaha syariah bukan hanya bermanfaat bagi diri kita, tapi juga membantu membesarkan roda ekonomi umat. Baik itu koperasi pesantren, UMKM berbasis syariah, atau bank syariah lokal, semuanya adalah bagian dari ekosistem ekonomi yang berpihak pada masyarakat kecil, bukan pada pemodal besar asing. Dengan bertransaksi di tempat-tempat tersebut, kita membangun kemandirian ekonomi umat, mendukung usaha sesama muslim, serta memperkuat jaringan distribusi rezeki yang lebih adil dan merata. Ini adalah bentuk ibadah sosial yang sering kali terlupakan dalam menggerakkan ekonomi secara gotong royong dan etis. Mendidik Diri untuk Tunduk pada Syariat Sering kali kita berpikir bahwa berbisnis atau bertransaksi adalah urusan dunia semata. Padahal, Islam memandang setiap aktivitas hidup sebagai bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat dan cara yang benar. Dengan memilih unit usaha syariah, kita mendidik diri untuk taat secara total, tidak hanya dalam ibadah ritual seperti salat dan puasa, tapi juga dalam hal-hal praktis seperti keuangan. Ini adalah latihan spiritual yang nyata, karena dalam praktiknya, sistem syariah kadang terasa lebih rumit, lebih lambat, dan tidak semenggiurkan seperti sistem konvensional. Namun justru di sanalah letak pendidikannya, mampukah kita tetap memilih jalan halal meskipun tampaknya lebih sempit? Menghidupkan Nilai Amanah dan Tanggung Jawab Salah satu prinsip dalam unit usaha syariah adalah amanah. Pihak-pihak yang terlibat, baik sebagai penjual, pembeli, mitra usaha, maupun pengelola keuangan, dituntut untuk jujur, bertanggung jawab, dan saling mengingatkan. Misalnya dalam akad mudharabah, pihak pemilik modal dan pengelola usaha harus saling percaya dan berbagi risiko. Tidak ada satu pihak pun yang bisa menuntut tanpa alasan, karena semua berjalan atas dasar kepercayaan dan kejelasan akad. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan bisnis, tapi juga membangun karakter pribadi yang bertanggung jawab dan profesional, suatu kualitas yang sangat dibutuhkan umat Islam hari ini. Baca juga: Cara Menjalankan Usaha Tanpa Riba, Panduan Bisnis Halal dari Nol Menjadi Jalan Dakwah dalam Dunia Ekonomi Bagi sebagian orang, memilih unit usaha syariah bisa menjadi bentuk dakwah yang nyata. Tanpa harus berdiri di mimbar, kita bisa menyampaikan pesan tentang nilai-nilai Islam melalui transaksi yang jujur, bersih, dan adil. Apalagi jika kita sendiri adalah pelaku usaha syariah, kita sedang menunjukkan bahwa Islam bisa menjadi solusi nyata dalam kehidupan ekonomi modern. Dakwah tidak harus selalu dalam bentuk ceramah. Namun bisa juga dilakukan lewat nota transaksi yang transparan, layanan pelanggan yang sopan, akad yang jelas, dan kesediaan menjelaskan konsep syariah kepada konsumen yang non-muslim sekalipun. Usaha syariah tidak hanya mengatur uang. Namun juga mengatur niat, hubungan antar manusia, dan koneksi dengan Sang Pencipta. Maka saat kita memilih untuk bertransaksi di unit usaha syariah, sesungguhnya kita sedang membangun kehidupan yang lebih utuh secara spiritual, sosial, dan ekonomi. Lebih dari sekadar menghindari riba, ini merupakan upaya untuk menapaki hidup yang dilandasi kejujuran, keberkahan, dan prinsip keadilan. Dan itu, adalah langkah kecil yang bisa membawa dampak besar. Bukan hanya bagi diri kita sendiri, tapi juga bagi peradaban Islam ke depan.** Penulis : Satria S Pamungkas (Tegal, Jawa Tengah) Foto ilustrasi Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris

Read More

Sistem Koperasi Syariah Dan Ikhtiar Membangun Ekonomi Umat Yang Berkeadilan

Tegal – 1miliarsantri.net: Di tengah derasnya arus kapitalisme global yang menempatkan keuntungan di atas nilai kemanusiaan, umat Islam ditantang untuk tidak hanya menjadi konsumen dalam sistem yang timpang, tetapi juga membangun kemandirian ekonomi berbasis nilai-nilai yang diyakini. Dalam konteks inilah, koperasi syariah muncul sebagai salah satu bentuk ikhtiar nyata untuk menciptakan tatanan ekonomi yang lebih adil, beradab, dan memberdayakan umat. Lebih dari sekadar lembaga keuangan, koperasi syariah mencerminkan semangat kebersamaan dan nilai-nilai Islami seperti tolong-menolong, keterbukaan, dan komitmen terhadap kehalalan. Ia menjadi ruang kolaboratif bagi umat Islam untuk saling membantu, membangun kekuatan ekonomi bersama, dan menjaga integritas dalam berbisnis. Kritik Terhadap Sistem Yang Ada Kapitalisme modern telah menciptakan banyak ketimpangan. Model ekonomi ini cenderung menumpuk kekayaan pada kelompok kecil, sementara sebagian besar masyarakat justru semakin tersisih dari akses dan peluang yang adil. Dengan kata lain, banyak pelaku usaha kecil dan mikro kesulitan bersaing atau bahkan sekadar bertahan. Ketika sistem ini tidak lagi memberi ruang bagi keadilan, saatnya umat mengambil bagian dalam membangun alternatif yang lebih manusiawi, dan koperasi syariah menjadi salah satu jawabannya. Mengapa Koperasi Syariah Menjadi Ikhtiar Umat Secara sederhana, koperasi syariah merupakan bentuk usaha kolektif yang tumbuh dari komunitas dan dijalankan dengan landasan ajaran Islam serta prinsip-prinsip syariah. Sistemnya tidak mengenal riba, maisir, gharar, serta menempatkan kejujuran dan keadilan sebagai pijakan utama. Berikut ini beberapa alasan mengapa koperasi syariah menjadi ikhtiar dalam membangun ekonomi umat yang berkeadilan: 1. Bebas Riba dan Transparan Setiap kegiatan dalam koperasi syariah disusun sedemikian rupa agar terbebas dari unsur riba serta menghindari transaksi yang berpotensi menzalimi salah satu pihak. Di sisi lain, keuntungan diperoleh dari skema jual beli atau bagi hasil yang jelas dan disepakati bersama. 2. Kepemilikan Kolektif dan Demokratis Tidak ada dominasi satu pihak atas yang lain. Setiap anggota memiliki hak suara dan dapat berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Inilah bentuk kecil dari keadilan ekonomi Islam yang menjunjung musyawarah dan kebersamaan. 3. Mendorong Kemandirian Ekonomi Umat Koperasi syariah menjadi alat pemberdayaan umat, terutama pelaku usaha kecil yang kerap kesulitan mendapatkan akses permodalan dari lembaga keuangan konvensional. Dengan semangat tolong-menolong, umat bisa bangkit dari ketergantungan dan mulai membangun ekosistem bisnis yang saling menguatkan. 4. Transparansi dan Akuntabilitas Semua kegiatan transaksi dijalankan secara transparan dan dilaporkan kepada seluruh anggota sebagai bentuk akuntabilitas bersama. Hal ini menciptakan budaya amanah dan memperkuat rasa memiliki dalam organisasi. Tantangan dalam Mewujudkan Keadilan Ekonomi Perjuangan membangun ekonomi umat melalui usaha atau koperasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam tentu tidak mudah. Sejumlah tantangan masih menghadang, antara lain: Meski begitu, tantangan ini seharusnya dilihat sebagai peluang dakwah ekonomi, di mana generasi muslim bisa mengambil peran aktif dalam mengubah keadaan. Strategi Penguatan Mulai Dari Niat Menuju Gerakan Agar koperasi syariah benar-benar menjadi kendaraan untuk mewujudkan ekonomi umat yang berkeadilan, ada beberapa langkah penting yang harus diperkuat. Berikut ini strategi yang bisa dikembangkan: 1. Pendidikan dan Literasi Kampanye literasi ekonomi syariah harus dilakukan secara sistematis, terutama di pesantren, masjid, kampus, dan komunitas muslim muda. Pemahaman yang kuat akan prinsip dan praktik koperasi syariah adalah kunci perubahan. 2. Digitalisasi dan Inovasi Teknologi Transformasi digital adalah keniscayaan. Koperasi syariah perlu hadir dalam bentuk aplikasi mobile, pencatatan keuangan berbasis cloud, hingga sistem pelaporan online yang transparan dan mudah diakses anggota. 3. Kolaborasi dan Kemitraan Kemitraan dengan pesantren, UMKM halal, dan jaringan koperasi lain akan memperkuat posisi dan pengaruh koperasi syariah. Semakin luas jangkauannya, semakin besar daya ungkitnya terhadap ekonomi umat. 4. Kepemimpinan yang Visioner dan Amanah Koperasi bukan ladang kekuasaan, melainkan amanah sosial. Para pengurus harus memiliki visi jangka panjang, integritas tinggi, dan semangat melayani umat. Koperasi Syariah Sebagai Pilar Keadilan dan Kemandirian Ekonomi Koperasi syariah bukan sekadar alternatif dari sistem kapitalistik yang eksploitatif. Lebih dari itu, ia adalah bagian dari ikhtiar besar umat Islam untuk membangun peradaban ekonomi yang lebih beradab, dengan menempatkan keberkahan, keadilan, dan kebersamaan sebagai fondasinya. Melalui koperasi syariah, kita tidak hanya mencari laba, tetapi juga menyemai nilai. Setiap transaksi yang halal, setiap akad yang adil, dan setiap keuntungan yang dibagi bersama menjadi kontribusi nyata untuk kemaslahatan umat. Saatnya Kita Terlibat dalam Ikhtiar Ini Tidak semua orang harus menjadi pendiri koperasi. Namun setiap muslim bisa mengambil bagian dalam ikhtiar ini, antara lain dengan menjadi anggota, memberi dukungan, atau menyuarakan kepada masyarakat luas tentang pentingnya sistem ekonomi yang membebaskan dan mensejahterakan. Karena sejatinya, ekonomi yang berkeadilan bukan sekadar cita-cita, tapi tanggung jawab kolektif yang harus terus diperjuangkan oleh umat Islam.** Penulis : Satria S Pamungkas (Tegal, Jawa Tengah) Foto ilustrasi Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris

Read More

Penguatan UMKM dan Tata Kelola Koperasi: Tim BPKP Dan Dinas Terkait Sambangi PRIMKOPTI Jakarta Timur

Jakarta – 1miliarsantri.net: Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat peran koperasi dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai pilar ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kunjungan kerja Tim Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta ke Kantor PRIMKOPTI (Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia) Jakarta Timur, yang dilanjutkan dengan inspeksi lapangan di dua lokasi sentra produksi olahan kedelai. Dalam agenda tersebut, rombongan yang berjumlah sekitar 14 orang turut didampingi oleh perwakilan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi DKI Jakarta serta Suku Dinas PPKUKM Kota Administrasi Jakarta Timur. Rombongan meninjau langsung proses produksi tempe anggota PRIMKOPTI Jakarta Timur, di pabrik milik Munawir di kawasan Cipinang–Pulogadung dan pabrik tahu milik Rahmat di Gang Jeruk, Utan Kayu–Matraman. Baca juga : Tidak Ada Riba Dalam Koperasi Simpan Pinjam, Jika Dijalankan Sesuai Nilai Dan Prinsip Koperasi Kehadiran tim disambut langsung oleh Ketua PRIMKOPTI Jakarta Timur, Suyanto, SE.,MSi, didamping Bendahara Koperasi, Zaeni. Suyanto yang saat ini menjabat sebagai Penasehat GAKOPTINDO periode 2025-2030 menyambut baik kunjungan tersebut. Suyanto mengakui ini merupakan bentuk nyata dukungan pemerintah terhadap keberlangsungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia “KOPTI” dan UMKM. “Gerakan koperasi, khususnya koperasi produsen seperti PRIMKOPTI, membutuhkan sinergi nyata dengan pemerintah. Tidak hanya dalam hal pengawasan, tapi juga pembinaan, edukasi, dan solusi atas tantangan produksi, termasuk ketersediaan bahan baku dan pemenuhan standar keamanan pangan,” ujar Suyanto. Sementara itu, Suko Widodo, BPKP Perwakilan DKI Jakarta menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari evaluasi terhadap sistem tata kelola produksi tahu dan tempe. Fokus utamanya adalah pada standar mutu, higienitas, dan keamanan pangan yang menyentuh kebutuhan pokok masyarakat luas. “Produk olahan kedelai seperti tahu dan tempe adalah konsumsi utama masyarakat. Oleh karena itu, kami ingin memastikan bahwa proses produksinya sesuai dengan standar dan mendukung keberlanjutan usaha para anggota koperasi,” terang Suko. Lebih jauh, kunjungan ini diharapkan mampu mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, koperasi, dan pelaku usaha dalam membangun ekosistem UMKM yang kuat, efisien, dan berdaya saing tinggi. Tidak hanya dari sisi produksi, tetapi juga dalam penguatan kapasitas anggota koperasi serta perluasan jaringan distribusi dan pemasaran produk. Baca juga : Koperasi Menjadi Ladang Amal Jariyah Yang Tak Terputus PRIMKOPTI Jakarta Timur sendiri merupakan salah satu koperasi aktif di bawah naungan GAKOPTINDO, dengan peran strategis dalam distribusi kedelai dan pembinaan terhadap para pengrajin tahu dan tempe. Keberadaannya menjadi tonggak penting dalam menjaga kestabilan harga, ketersediaan bahan baku, serta kualitas produk yang dihasilkan anggotanya. Kegiatan ini diakhiri dengan sesi dialog antara tim BPKP dan para pelaku usaha yang dikunjungi. Aspirasi dan masukan dari lapangan menjadi bagian penting untuk penyusunan kebijakan yang lebih responsif dan berpihak pada kebutuhan riil pelaku koperasi produsen. Dengan gerakan bersama antara koperasi, pemerintah, dan masyarakat, maka cita-cita besar menuju ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi rakyat bukan sekadar wacana. Koperasi Jaya, Rakyat Sejahtera, merupakan sebuah keniscayaan.*** Penulis : Ki Ageng Sambung Bhadra Nusantara Foto istimewa dok. PRIMKOPTI Jakarta Timur Editor : Thamrin Humris

Read More