Peran Islam Dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia

Surabaya – 1miliarsantri.net : Kurang dari sebulan lagi Indonesia akan merayakan hari kemerdekaannya ke 80 Tahun. Tentu momen ini sangat sakral dan lebih dari event seremonial setahun sekali, karena ada perjuangan, baik fisik, materi dan pemikiran dari pendahulu kita. Dibalik momen bersejarah ini, tentu tak luput dari peran besar dari umat islam. Islam bukan hanya sebuah identitas agama, lebih dari itu Islam menjadi sumber Inspirasi rakyat Indonesia untuk merebut kembali kedaulatan. Nilai-nilai islam seperti amar ma’ruf, nahi mungkar, dan ukhuwah menjadi bahan bakar yang tak pernah padam untuk menghentikan betapa bejatnya kolonialisme. Indonesia dan Islam adalah perpaduan masterpiece yang merepresentasikan jati diri bangsa. Melodinya begitu nyaring, menggema dari Sabang sampai Merauke. Belanda dengan politik devide et impera-nya, Jepang dengan romusha-nya, Portugis dengan kebijakan eksploitasi-nya, tidak mampu menghalangi Indonesia dari kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, Allahu Akbar  !!!. Ulama-Ulama yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia Ulama bukan hanya handal dalam orkestrasi kata di atas mimbar, suara ulama tidak hanya nyaring terdengar di pondok pesantren tapi mereka benar-benar menjadi garda terdepan dalam mewujudkan Indonesia yang merdeka. Meskipun ulama tidak memegang senapan, tapi gagasan mereka mampu menembus hegemoni kekuasaan kolonialisme yang bertahan ratusan tahun lamanya. Jumlah ulama yang berperan terhadap berdirinya Indonesia ada banyak sekali, tidak bisa disebutkan satu persatu. Namun jika disuruh menyebutkan yang berpengaruh besar, kita bisa memunculkan beberapa nama, seperti: KH Hasyim Asy’ari, begitu vokalnya ia terhadap agresi penjajah, dan beliau akhirnya menjadi pencetus Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Dan resolusi inilah yang menjadi “ Trigger “ rakyat dan santri Surabaya dalam pertempuran 10 November 1945 dan hingga sekarang peristiwa tersebut dikenang sebagai Hari Pahlawan. Ada juga KH Ahmad Dahlan yang memperjuangkan Indonesia melalui jalur pendidikan, beliau mendirikan Muhammadiyah bukan hanya untuk organisasi islam belaka, namun juga jadi tempat mencerdaskan Anak-anak bangsa. Beliau percaya bahwa penjajahan bisa dilawan dengan Intelektualitas. Tokoh Diplomasi Islam dalam Kemerdekaan Indonesia Perjuangan merebut kemerdekaan tidak hanya berbicara soal perang senjata, tapi juga tentang diplomasi. Dibutuhkan seseorang dengan Akhlakul Karimah, punya intelektualitas tinggi, berwibawa dan mampu meyakinkan ide tentang kedaulatan “Indonesia“ kepada ratusan perwakilan negara dalam forum internasional. Dan rasa-rasanya kita sepakat bahwa KH Agus Salim adalah salah satu putra bangsa yang memiliki kompetensi tersebut. KH Agus salim merupakan sosok ideal yang bisa mencerminkan tentang bagaimana seharusnya umat islam bernegara. Beliau begitu Kaffah membela tanah air dalam forum perundingan dan salah satu yang paling memorable adalah ketika beliau hadir dalam sidang PBB 1947 di New York, Amerika Serikat. Pidato beliau tentang Hak Kemerdekaan Indonesia begitu memukau dan menjadi jalan pembuka untuk dunia internasional mengakui kedaulatan negeri ini. Semangat Toleransi Umat Islam Perumusan Dasar Negara Perancangan dasar negara pada tanggal 22 Juni 1945 juga tak lepas dari peran besar tokoh-tokoh Islam seperti KH Agus Salim, Ki Bagus Hadikusumo dan KH Wahid Hasyim. Mereka menyampaikan gagasan mengenai persatuan Indonesia, mereka menyampaikan prinsip-prinsip islam dalam membangun negara dengan menghormati kemajemukan yang meliputi suku, budaya, bahasa dan agama. Para tokoh-tokoh islam menjunjung tinggi toleransi, meskipun pada faktanya Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, mereka dengan bijak menyepakati penghapusan kalimat  “ dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya “ dalam piagam Jakarta. Hal ini dilakukan demi terciptanya bhinneka tunggal ika. Sebuah Refleksi menuju dirgahayu Indonesia ke 80 Kita adalah generasi muda yang beruntung bisa menikmati kemerdekaan tanpa harus ikut berperang, mengorbankan nyawa seperti pendahulu-pendahulu kita. Apakah kita masih mewarisi semangat nasionalisme seperti tokoh-tokoh Muslim seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Agus Salim atau KH Ahmad Dahlan ? Apakah kita yang merupakan generasi Muslim yang hidup di zaman sekarang bisa meneruskan legitimasi yang telah mereka ukir  ? . Indonesia saat ini masih banyak PR yang belum terselesaikan, kita mungkin sudah merdeka dari sisi kedaulatan namun kita masih belum merdeka dari ketimpangan ekonomi, budaya korupsi, pendidikan tidak merata dan itu adalah tugas kita sebagai generasi Islam sekarang, ini panggung estafet yang tepat bagi umat Muslim untuk membuat Indonesia Merdeka secara seutuhnya. Kontributor : Glancy Verona R. Editor : Toto Budiman

Read More

3 Hari Mempererat Ukhuwah: Catatan Santri DH dari Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an 2025

Pandaan – 1miliarsantri.net : Dalam keheningan malam yang penuh cahaya iman, para penjaga Al-Qur’an dari ma’had Darul Hijrah bersiap menapaki jalan pengabdian suci. Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an bukan sekadar kegiatan—ia adalah medan tempur jiwa, tempat para hafizh mengukuhkan janji sucinya kepada Kalamullah, meneguhkan diri menjadi tentara Al-Qur’an yang setia hingga akhir hayat. Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an memiliki arti harfiah: “Perkemahan Akbar Pasukan Al-Qur’an” atau “Perkemahan Besar Tentara Al-Qur’an”.  Sudah tujuh tahun berlalu, sejak terakhir kali Muqoyyamah Kubro digelar. Dan akhirnya, di tahun ini, pada 23 – 25 Juni 2025—para santri tahfidz kembali dipertemukan dalam momen istimewa: Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Jawa Timur 2025. Istilah ini biasanya merujuk pada sebuah acara besar, semacam perkemahan atau pertemuan akbar, yang melibatkan sekelompok besar orang (diibaratkan seperti “pasukan” atau “tentara”) yang berfokus pada kegiatan yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Tema kegiatan yang dipilih adalah,  “menapaki jejak alam, menyatukan ukhuwah, memperkuat iman dan taqwa.”Kegiatan dilaksanakan bertempat di Pantai Kondang Merak, Malang. Sekitar 180 santri dari tiga cabang Ma’had Darul Hijrah: Darul Hijrah Surabaya, Pasuruan, dan Pamekasan, berkumpul dalam satu semangat ukhuwah Islamiyah. Bagi kami, ini bukan sekadar camping. Ini tentang mengenal saudara seperjuangan, belajar hidup bersama, dan membangun kekuatan di balik canda, lomba, dan tilawah. Hari Pertama – Sambutan Angin Laut dan Api Semangat Hari pertama, Senin, 23 Juni, kami check-in dan mendirikan tenda. Siang yang teramat terik tak menghalangi semangat santri tiap cabang menyiapkan tenda nya masing-masing.Sore harinya, acara resmi dibuka oleh Ustadz Abdillah. Beliau menyampaikan dengan semangat bahwa ,“ini bukan sekadar muqoyyamah biasa. Ini adalah momentum untuk menanamkan semangat ukhuwah Islamiyah, membangun karakter, dan meneguhkan identitas santri sebagai pejuang Al-Qur’an di manapun berada.” Pada malamnya, para santri tahfidz mengisi waktu dengan shalat berjamaah, makan malam, dan sekaligus lomba bola api—yang bukan hanya menantang adrenalin, tapi juga memupuk kerjasama dan semangat sportivitas antar sesama santri. Butuh keberanian dan kayakinan kuat untuk memainkan permainan bola api ini. Bila tak berhati-hati dan kurang kontrol, resiko cidera bisa saja terjadi akibat panas bola yang ditimbulkan. Hari Kedua – Fajar, Dzikir, dan Tadabbur Alam Selasa dini hari, kami bangun untuk shalat tahajud dan subuh. Usai itu, kami diarahkan berjalan menuju pesisir pantai. Di tengah embusan angin laut dan debur ombak pagi, kami berkumpul dalam satu lingkaran dzikir. Ustadz Jundi memimpin kami dalam dzikir pagi dan tausiyah muhasabah diri, mengajak kami merenungi perjalanan hidup sebagai santri dan Jaisyul Qur’an. Momen ini begitu mendalam. Di hadapan hamparan laut, kami diingatkan bahwa kegiatan ini bukan hanya fisik, tapi juga ruhani—sebuah latihan jiwa agar tetap dekat kepada Allah meski dalam suasana luar pondok. Usai sarapan, rangkaian kegiatan terus berlanjut. Pagi hingga sore diisi dengan tadabbur alam, jelajah pantai, lomba yel-yel, dan lomba estafet. Riuh suara yel-yel dan derai tawa membuat suasana semakin hidup. Malam harinya, di bawah cahaya api unggun yang hangat, kami menampilkan beragam bakat dan kreativitas dalam sesi pentas seni. Aksi seni bela diri seperti karate, silat, dan taekwondo tampil memukau, diiringi lantunan nasyid bertema jihad yang menggugah semangat perjuangan. Hari Ketiga – Ilmu, Ketangkasan, dan Penutupan Rabu, 25 Juni, kami kembali bangun saat shalat subuh. Kali ini, Ustadz Wafi Ibrahim mengisi dzikir dan tausiyah pagi, lalu dilanjutkan lomba Master Chef, Tahfidz dan Cerdas Cermat, serta lomba ketangkasan.Pukul 10.30, acara resmi ditutup oleh Ustadz Ihya’ Ulumuddin, S.Sos. Dalam sambutannya, beliau menegaskan kembali arah dan cita-cita besar Darul Hijrah: “Muqoyyamah ini bagian dari visi kita: mencetak generasi rabbani—yang kuat jasadnya, tajam akalnya, dan lembut hatinya.” Kami Pulang Membawa Cerita, Bukan Hanya Baju Kotor Muqoyyamah ini bukan sekadar momen tahunan atau reuni antar-ma’had. Ini adalah sebagai pengingat, bahwa kami—santri Darul Hijrah—bukan pejuang sendirian. Kami satu barisan, satu pasukan, satu misi: menjadi Jaisyul Qur’an yang bukan hanya hafal qur’an, tapi juga siap berjuang untuk Islam. Kontributor : Zufar Rauf Budiman Editor  : Toto Budiman

Read More

Semangat Pengorbanan Tulus Asatidz Dan Santri, Warnai Moment Idul Adha 1446 H Di Ma’had Darul Hijrah Salam

Pasuruan – 1miliarsantri.net ; Keteladanan Nabi Ibrahim AS mengajarkan bahwa pengorbanan yang tulus adalah bentuk tertinggi dari keimanan. Semangat inilah yang menginspirasi keluarga besar Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam dalam melaksanakan kegiatan pemotongan hewan qurban tahun ini. Bertepatan dengan hari Jumat, 6 Juni 2025 M atau 10 Dzulhijjah 1446 H. Seluruh keluarga besar Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam, Pasuruan, melaksanakan Shalat Idul Adha dengan penuh khidmat di halaman depan masjid ma’had. Suara takbir menggema di langit pagi, menyambut datangnya hari yang penuh makna. Momen Idul Adha menjadi sarana membumikan nilai-nilai keikhlasan melalui pelaksanaan ibadah qurban secara gotong-royong dan penuh cinta kasih. Shalat Idul Adha dimulai pukul 06.00 wib, diimami oleh Ustadz Haris Ghifari dan khutbah disampaikan oleh Ustadz Aris Rahman Rifa’i. Setelah pelaksanaan shalat, seluruh jama’ah pondok mengikuti sesi ramah tamah dan perfotoan bersama yang berlangsung dalam suasana hangat dan harmonis. Pukul 07.30 wib, seluruh warga pondok berkumpul dalam apel Idul Adha. Apel ini diisi dengan tausyiah dan pengarahan terkait penyembelihan hewan qurban yang disampaikan oleh Ustadz Abdillah selaku mudir ma’had dan Ustadz Wafi Ibrahim selaku ketua panitia qurban tahun ini. Ustadz Wafi menekankan untuk selalu menjaga niat ikhlas lillahi ta’ala, dan senantiasa bersabar atas ujian yang Allah berikan. “Semangat dan terus bersabar, kalau semisal antum mendapatkan job yang berat atau yang tidak antum suka.”Antum harus tetap bersabar dan ikhlas lillahi ta’ala, bisa jadi karena job antum yang berat itu, antum diganjar pahala yang berlipat lipat ganda oleh Allah,” ujar beliau saat memberikan arahan di depan ratusan santri. Semua warga pondok dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan Idul Adha tahun ini. Mulai dari ustadz senior, musyrif, santri MA hingga santri MTs yang masih belia, semuanya telah diberi pembagian tugas sejak hari-hari sebelumnya. Ada 11 job kerja: jagal & kulit, potong daging kambing, potong daging sapi, humas & pendistribusian, cecek, jeroan, perlengkapan, keamanan, kebersihan, dokumentasi, dan konsumsi. Kerjasama dengan BMH Jatim Hari raya Idul Adha bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang makna pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian. Di tengah suasana penuh berkah ini, santri dan para asatidz di Pondok Pesantren bersatu dalam semangat qurban yang mendalam. Tahun ini, panitia qurban bekerja sama dengan BMH Jatim dan beberapa donatur dari wali santri ma’had berhasil mengumpulkan 12 ekor kambing dan 6 ekor sapi. Penyembelihan tidak dilakukan dalam satu hari penuh. Hari pertama difokuskan pada penyembelihan 3 ekor sapi dan seluruh kambing, sementara sisanya akan dilanjutkan pada hari-hari tasyrik. Persiapan menyambut bulan Dzulhijjah dimulai sejak tanggal 3 Juni 2025 dengan diadakannya daurah tematik seputar keutamaan bulan haram, Idul Adha, fiqh haji, dan qurban. Daurah hari pertama disampaikan oleh Ustadz Aris dengan tema keutamaan bulan-bulan haram. Hari kedua oleh Ustadz Usamah tentang fiqh haji, dan hari ketiga oleh Ustadz Hafidz tentang Idul Adha dan fiqh qurban. Idul Adha kali ini mendapat banyak respons positif dari santri terutama bagi santri yang pertama kali ikut serta dalam kegiatan Idul Adha di ma’had. “Menurut saya Idul Adha ini sangat berarti, karena menjadi pengalaman pertama saya ikut terjun langsung di lapangan, yang jelas sangat berbeda seperti Idul Adha di luar ma’had. Ditambah lagi adanya daurah ta’aruf seputar idul Adha yang menambah persiapan santri dari segi rohani, terutama bagi santri yang baru pertama kali Idul Adha di ma’ had seperti saya” Ujar Shalahuddin Al-Adamy, santri kelas 7 MTs. Hewan-hewan qurban mulai berdatangan sejak tanggal 3 Juni. Para warga ma’had langsung berkontribusi dengan menyediakan fasilitas dan perawatan hewan. Mulai dari membuat kandang, mencari pakan ternak, menyiapkan lokasi penyembelihan, hingga panitia qurban membuat jadwal jaga khusus untuk mencegah hewan qurban stres, sakit, atau hilang diambil tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Daging qurban yang disembelih tidak hanya diperuntukkan bagi warga pondok, tetapi juga didistribusikan kepada masyarakat sekitar. Sekitar 150 bungkus daging dibagikan kepada warga pandaan sebagai bentuk kepedulian dan semangat berbagi dari keluarga besar Darul Hijrah Salam. Bukan hanya menjadi momen ibadah dan pengorbanan, tetapi juga sarana mempererat ukhuwah islamiyah di antara santri, asatidz, dan masyarakat sekitar. Semangat berbagi yang terpancar dari setiap tahapan kegiatan ini menunjukkan nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial yang terus dijaga oleh Ma’had. Semoga Allah menerima amal ibadah seluruh pihak yang terlibat dan menjadikan setiap tetes keringat serta hewan kurban yang disembelih sebagai ladang pahala yang berlimpah. Aamiin.*** Penulis : Istiqfaril Akbar Hidayatullah | Tim Media OSDHA Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More