Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan Pendidikan, ‘Kunci’ Penting Masa Depan!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di tengah kemajuan teknologi digital yang terus berkembang pesat, sistem pendidikan dituntut untuk beradaptasi lebih cepat dan efisien. Salah satu wujud transformasi tersebut adalah penggunaan Learning Management System (LMS) dalam proses belajar-mengajar. Dan Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan pendidikan kini sudah menjadi isu penting, yang tak dapat diabaikan. LMS bukan sekadar alat bantu, melainkan sistem yang mampu merevolusi cara guru mengajar dan siswa belajar secara lebih efektif, fleksibel, dan terstruktur. Penasaran bagaimana LMS dapat menjadi solusi masa depan dunia pendidikan? Jika iya, maka baca tuntas penjelasan ini, karena kita akan membahas urgensi penggunaan LMS serta manfaat, tantangan, dan tips implementasinya secara komprehensif. Dan tanpa berlama-lama lagi, ini dia penjelasan lengkapnya! Memahami LMS dan Konteks Urgensinya dalam Pendidikan Sebelum memahami lebih jauh mengenai Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan pendidikan, penting untuk mengenal terlebih dahulu apa itu LMS. Learning Management System adalah sebuah platform digital yang dirancang untuk memfasilitasi proses pembelajaran jarak jauh maupun tatap muka secara lebih efisien. LMS memungkinkan guru untuk mengelola materi, memberikan tugas, serta memantau perkembangan belajar siswa dalam satu sistem terintegrasi. Dalam konteks pendidikan modern, LMS menjadi sarana penting untuk menciptakan pembelajaran yang lebih adaptif dan responsif terhadap tantangan zaman. LMS juga memberi kesempatan bagi semua pihak untuk mengakses pendidikan secara merata, tanpa batasan geografis maupun waktu. Manfaat Penggunaan LMS dalam Dunia Pendidikan Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan pendidikan semakin jelas terlihat dengan berbagai manfaat nyata yang ditawarkan. Berikut beberapa keunggulan yang menjadikan LMS sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan masa kini: 1. Pembelajaran Lebih Terstruktur dan Mudah Dimonitor Dengan LMS, guru dapat menyusun alur pembelajaran secara sistematis, menetapkan jadwal, serta memberikan evaluasi yang langsung terintegrasi. Siswa pun dapat mengikuti materi sesuai urutan dan memahami capaian belajar dengan lebih terarah. 2. Meningkatkan Fleksibilitas Belajar LMS memungkinkan peserta didik mengakses materi kapan saja dan di mana saja. Hal ini sangat membantu dalam mendukung gaya belajar yang berbeda-beda serta memberikan kebebasan dalam mengelola waktu belajar secara mandiri. 3. Efisiensi Komunikasi antara Guru dan Siswa Fitur-fitur diskusi, chat, hingga forum dalam LMS mempermudah komunikasi akademik tanpa batasan waktu. Interaksi antar peserta didik maupun antara siswa dan guru menjadi lebih dinamis dan terstruktur. 4. Mendukung Pembelajaran Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan Dengan digitalisasi materi pembelajaran, kebutuhan penggunaan kertas dan sumber daya fisik lainnya dapat dikurangi secara signifikan. Ini tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga mendukung prinsip ramah lingkungan. Tantangan Implementasi LMS dan Solusi Tepatnya Meski memiliki banyak manfaat, Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan pendidikan juga diiringi dengan sejumlah tantangan. Dan beberapa di antara tantangan tersebut berupa: 1. Keterbatasan Infrastruktur dan Akses Teknologi Masih banyak wilayah atau lembaga pendidikan yang belum memiliki infrastruktur memadai, seperti internet stabil dan perangkat teknologi. Solusinya adalah dengan memperkuat dukungan pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur digital. 2. Kurangnya Literasi Digital pada Pengguna Tidak semua guru dan siswa terbiasa menggunakan LMS. Maka dari itu, pelatihan dan pendampingan teknis perlu diberikan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi digital semua pihak yang terlibat. 3. Adaptasi Kurikulum dan Konten Pembelajaran Konten pembelajaran perlu disesuaikan dengan format digital agar tetap relevan dan mudah dipahami melalui LMS. Dukungan dari tim pengembang kurikulum dan pakar teknologi pendidikan sangat dibutuhkan dalam hal ini. Tips Mengoptimalkan Penggunaan LMS untuk Hasil Maksimal Agar Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan pendidikan benar-benar berdampak positif, berikut beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan maupun individu: Dari uraian di atas, sudah sangat jelas bahwa Urgensi Penggunaan LMS di lingkungan pendidikan bukanlah sekadar wacana, tetapi sebuah keniscayaan. LMS menghadirkan solusi nyata terhadap berbagai permasalahan dalam sistem pembelajaran konvensional. Tidak hanya memberikan kemudahan, namun juga membuka peluang pendidikan yang lebih inklusif, modern, dan efisien. Dalam lanskap pendidikan yang terus berubah, adaptasi adalah kunci. Dengan mengimplementasikan LMS (Learning Management System), lembaga pendidikan dan pondok pesantren tidak hanya memastikan keberlanjutan pembelajaran, tetapi juga memfasilitasi percepatan sesuai ritme masing-masing peserta didik. Jangan biarkan lembaga Anda tertinggal. Kunjungi ckti.co.id sekarang untuk mendapatkan informasi lengkap tentang layanan LMS yang akan membantu lembaga Anda tetap relevan, adaptif, dan unggul dalam mencetak generasi penerus bangsa yang kompeten. Atau hubungi konsultan IT untuk mendiskusikan kebutuhan lembaga pendidikan anda di http://wa.me/6281248832242. Sudah saatnya seluruh elemen Pendidikan, mulai dari pemerintah, institusi, hingga individu, menjadikan LMS sebagai bagian integral dalam proses belajar-mengajar. Dengan langkah nyata dan kolaborasi bersama, kita dapat menciptakan ekosistem pendidikan digital yang tangguh dan berdaya saing tinggi di era global. Semoga bermanfaat! Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Tren ‘Gamifikasi’ Di Dunia Pendidikan, Menciptakan Belajar Yang Lebih Seru

Situbondo – 1miliarsantri.net: Siapa bilang belajar selalu membosankan? Saat ini dunia pendidikan telah mengalami perubahan besar. Salah satu pendekatan yang sedang naik daun adalah “Gamifikasi” dalam dunia pendidikan. Jika kalian masih asing dengan istilah ini, jangan khawatir simak terus artikel ini sampai selesai. Model belajar konvensional yang cenderung satu arah sering kali membuat siswa pasif dan mudah kehilangan fokus karena dianggap monoton. Dengan gamifikasi, proses belajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan. Siswa termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan tugas layaknya sebuah misi dalam permainan, serta bersaing sehat dengan teman-teman sekelasnya. “Gamifikasi adalah konsep di mana elemen-elemen permainan seperti poin, level, badge, tantangan, dan reward diterapkan dalam proses belajar. Bukan hanya sekadar membuat belajar jadi lebih menyenangkan, gamifikasi juga mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa.” Dengan adanya gamifikasi ini maka belajar akan terasa seperti sebuah petualangan seru, dan materi/informasi jadi lebih mudah untuk dicerna. Nah, di sinilah kekuatan dari tren ini. Belajar menjadi lebih seru dengan melibatkan proses menjelajah, mengalami dan juga menantang. Rahasia di Balik Gamifikasi, Belajar Bahasa Inggris Terasa Seperti Bermain Konsep dasar dari tren gamifikasi ialah menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan interaktif, mirip seperti saat bermain game. Kita tahu, game memiliki kekuatan untuk membuat seseorang betah berjam-jam menatap layar, bukan karena mereka malas belajar, tapi karena game memberikan sensasi pencapaian, tantangan yang seru dan terus berkembang. Ketika pendekatan ini dibawa ke ruang kelas, baik kelas fisik maupun digital hasilnya cukup mencengangkan. Siswa jadi lebih aktif, lebih terlibat, dan bahkan lebih semangat mengerjakan tugas-tugas belajar. Salah satu bentuk nyata dari gamifikasi adalah penggunaan aplikasi pembelajaran interaktif bahasa Inggris seperti Learning Room. Di bawah naungan PT. 8 Elements, perusahaan yang didirikan pada tahun 2003 di Hongkong, telah menjadi penyedia layanan konten premium yang paling berpengalaman di Asia Tenggara. Sejak tahun 2020, PT. 8 Elements telah berdedikasi untuk mengembangkan program pendidikan yang inovatif. Secara khusus PT. 8 Elements mengembangkan produk digital dalam program pendidikan yang interaktif dan inovatif seperti Bibalala dan LearningRoom. Di aplikasi-aplikasi ini, pengguna bisa mengikuti pelajaran sambil menyelesaikan tantangan dan mengumpulkan skor. Dan telah banyak digunakan oleh ribuan siswa TK, SD dan SMP di Indonesia. Tidak sedikit guru ataupun dosen yang kini mulai menerapkan metode ini sebagai pelengkap pembelajaran konvensional mapel Bahasa Inggris. Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-5 se-Asia Tenggara, serta peringkat ke-79 dari 113 negara di dunia. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional dan menjadi sangat penting baik bagi pemerintah, instansi pendidikan, dan swasta. Mayoritas masyarakat Indonesia mengakui bahwa kemahiran berbahasa Inggris penting untuk membuka peluang. Namun, data menunjukkan bahwa kemahiran berbahasa Inggris di Indonesia masih sangat rendah. Menteri Pendidikan telah mengeluarkan peraturan mengenai Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib pada tahun ajaran 2027/2028. Permendikbud Ristek Nomor 12 Tahun 2024, Pasal 33 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah, menyatakan: “Mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, atau lembaga yang setara akan menjadi mata pelajaran pilihan yang dapat ditawarkan berdasarkan kesiapan satuan pendidikan hingga tahun ajaran 2026/2027, dan akan beralih menjadi mata pelajaran wajib pada tahun ajaran 2027/2028.” LearningRoom adalah media pembelajaran bahasa Inggris untuk SD dan SMP yang menggunakan Kurikulum Merdeka dan mengadaptasi Kurikulum Internasional Cambridge. Penerapan gamifikasi dalam dunia pendidikan tidak hanya tentang menambahkan elemen permainan dalam proses pembelajaran. Tapi yang terpenting adalah bagaimana elemen itu mampu menunjang perkembangan dan pemahaman siswa. Jadi, bukan sekadar seru-seruan, tapi tetap memiliki nilai akademik yang kuat. Guru dan pengajar juga harus cerdas dalam memilih jenis gamifikasi yang sesuai dengan karakter siswa. Ingat tidak semua siswa senang dengan sistem skor atau ranking. Beberapa mungkin lebih tertarik pada cerita interaktif atau tantangan kreatif. Maka dari itu, pendekatan ini sangat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan kelas. Yang menarik, gamifikasi tidak terbatas pada anak-anak saja. Tapi, banyak pelatihan kerja, kursus online, bahkan tingkat universitas yang mulai menerapkan gamifikasi dalam kurikulumnya. Karena terbukti, konsep ini bisa meningkatkan keterlibatan/partisipasi dan mendorong peserta untuk menyelesaikan proses belajar dengan lebih konsisten. Menjadi Bagian dari Transformasi Belajar yang Lebih Menyenangkan Menerapkan tren gamifikasi dalam dunia pendidikan memang membutuhkan sedikit usaha ekstra, terutama dari sisi perencanaan dan kreativitas pengajar. Namun, hasil yang didapatkan sebanding dengan energi yang dikeluarkan. Siswa tidak hanya mendapatkan materi pembelajaran saja, tapi juga pengalaman belajar yang lebih berkesan dan melekat. Buat kalian yang sedang berkecimpung dalam dunia pendidikan, cobalah untuk mengintegrasikan gamifikasi kecil dalam aktivitas sehari-hari. Tidak harus langsung menggunakan aplikasi atau sistem kompleks, kamu bisa mulai dari hal sederhana seperti memberikan penghargaan, membuat kompetisi mini dalam kelompok, atau menciptakan cerita menarik di balik topik pelajaran. Selain itu, penting juga untuk tidak melupakan esensi dari proses belajar. Gamifikasi bukan pengganti metode belajar, melainkan alat bantu yang bisa membuat pembelajaran jadi lebih hidup. Kita tetap harus fokus pada tujuan pembelajaran dan bagaimana siswa bisa mencapai kompetensi yang diharapkan. Ada berbagai potensi yang dapat dikembangkan dari tren ini. Bahkan ke depan, gamifikasi bisa dikombinasikan dengan teknologi lain seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan ruang belajar yang sepenuhnya interaktif dan personal. Bayangkan saja, kita mempelajari sejarah dengan proses menjelajahi Mesir Kuno lewat kacamata VR, atau mempelajari fisika dengan simulasi permainan berbasis real-time. Itu bukan mimpi, tapi masa depan yang mulai dirintis hari ini. Saat teknologi berkembang pesat dan generasi muda tumbuh dengan cara belajar yang berbeda, pendekatan ini bisa menjadi jembatan yang menghubungkan keingintahuan mereka dengan materi pelajaran. Sebagai pelajar, tenaga pendidik, ataupun orang tua, kita semua bisa ambil bagian dalam perubahan ini. Mari kita buat proses belajar menjadi pengalaman yang ditunggu-tunggu, bukan ditakuti. Karena ketika belajar terasa menyenangkan, hasilnya pun akan jauh lebih bermakna. Semoga tren ini bisa terus berkembang dan diterapkan lebih luas, agar makin banyak anak dan remaja yang cinta dengan proses belajar. Tidak sekadar mengejar nilai, tapi merayakan ilmu sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka.** Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Tantangan Dan Solusi Transformasi Digital Sekolah

Surabaya – 1miliarsantri.net: Transformasi digital bukan lagi sekadar wacana. Ia sudah menjadi kebutuhan. Apalagi dalam dunia pendidikan, di mana teknologi sudah mulai masuk ke dalam setiap proses belajar mengajar. Tapi, seperti perubahan besar lainnya, proses ini tak lepas dari berbagai tantangan dan solusi yang menyertainya. Banyak sekolah di Indonesia kini tengah berada di persimpangan antara sistem tradisional dan dunia digital yang serba cepat. Maka dari itu, mari kita bahas bersama tantangan dan solusi dalam proses transformasi digital sekolah yang kini sedang hangat diperbincangkan. Apa Saja Tantangan yang Muncul? Saat berbicara tentang transformasi digital sekolah, ada satu hal yang pasti: tidak semua sekolah memiliki kesiapan yang sama. Tantangan dan solusi pun muncul sebagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Pertama, tantangan terbesar sering kali datang dari infrastruktur yang belum memadai. Di banyak daerah, akses internet masih terbatas atau bahkan belum tersedia. Dan perangkat digital seperti laptop, tablet, hingga proyektor pintar juga belum merata. Hal ini membuat proses digitalisasi menjadi lambat dan tersendat. Kedua, ada juga tantangan dalam hal sumber daya manusia. Banyak guru yang belum terbiasa menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Bukan karena tidak mau, tetapi karena belum terbiasa atau tidak mendapatkan pelatihan yang cukup. Maka, penting sekali mencari solusi agar guru bisa merasa nyaman dan percaya diri dalam memanfaatkan teknologi. Ketiga, tantangan lainnya muncul dari sisi budaya sekolah. Beberapa pihak mungkin merasa bahwa metode pembelajaran konvensional sudah cukup. Padahal di era sekarang, siswa perlu dibekali kemampuan digital sejak dini. Maka perlu untuk diciptakan budaya sekolah yang terbuka terhadap perubahan. Solusi Nyata untuk Sekolah yang Siap Digital Sekarang mari kita bicara tentang solusinya. Karena setiap tantangan pasti bisa diatasi jika kita mau bergerak bersama. Disinilah pentingnya kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat. 1. Investasi Teknologi yang Terencana Transformasi digital tidak harus langsung besar-besaran. Sekolah bisa mulai dari hal kecil seperti menyediakan koneksi internet stabil dan beberapa perangkat untuk digunakan bergiliran. Dengan perencanaan yang matang dan bertahap, investasi ini tidak akan terasa berat. 2. Pelatihan dan Pendampingan untuk Guru Solusi lainnya adalah dengan memberikan pelatihan rutin bagi guru. Namun, jangan hanya sebatas seminar. Sediakan pendampingan yang berkelanjutan. Seorang guru tidak hanya butuh tahu cara memakai aplikasi, tetapi juga bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam metode mengajar yang menyenangkan. 3. Bangun Budaya Digital di Sekolah Mulailah membangun budaya digital secara perlahan. Ajak semua elemen sekolah seperti guru, siswa, hingga orang tua untuk sama-sama beradaptasi. Misalnya, mengadakan program literasi digital untuk siswa dan workshop teknologi untuk orang tua. Hal ini sudah bisa mempercepat proses perubahan budaya dan membangun ekosistem digitalisasi di lingkungan sekolah. 4. Kolaborasi dengan Pihak Luar Banyak organisasi, startup pendidikan, dan komunitas yang siap membantu. Sekolah bisa menjalin kerja sama dengan mereka untuk mendapat dukungan teknologi, pelatihan, atau program digitalisasi. Ini merupakan solusi efektif yang sering kali luput dari perhatian. 1miliarsantri.net memiliki program pengembangan sistem digitalisasi jaringan pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Program pengembangan tersebut dirancang agar lembaga pendidikan bertransformasi ke program digitalisasi seperti ; pembuatan website atraktif, sistem manajemen sekolah, digital marketing untuk menggaet santri baru serta program aplikasi android sesuai kebutuhan. 5. Evaluasi dan Penyesuaian Berkala Jangan lupa, setiap perubahan butuh evaluasi. Lakukan peninjauan secara berkala: apakah teknologi yang digunakan efektif? Apakah siswa merasa terbantu? Sehingga dengan hal ini, sekolah bisa menyesuaikan strategi dan terus berkembang. Transformasi digital sekolah memang bukan perjalanan yang mudah. Tapi jika dijalani dengan semangat kolaborasi, kesabaran, dan dengan strategi yang tepat, maka semua tantangan bisa berubah menjadi peluang besar. Tantangan dan solusi akan selalu hadir untuk setiap proses perubahan, tapi justru di situlah letak kekuatan kita sebagai pelaku pendidikan. Buat kamu yang sudah terlibat langsung baik itu sebagai guru, kepala sekolah, orang tua, atau pemerhati pendidikan, perubahan ini mungkin terasa berat di awal. Tapi percayalah, bahwa langkah-langkah kecil yang kita ambil hari ini akan membawa dampak besar di masa depan. Jadi, mari kita terus bergerak, terus belajar, dan terus berinovasi. Karena masa depan pendidikan Indonesia ada di tangan kita semua. Jangan biarkan tantangan menghentikan langkah. Sebaliknya, gunakan solusi yang tepat untuk mengubah suatu tantangan dan solusi transformasi digital sekolah yang menjadi cerita sukses menginspirasi.** Ikuti terus perkembangan teknologi terupdate melalui rubrik EduTekno yang disajikan secara lugas dan informatif melalui portal 1miliarsantri.net. Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Bagaimana Kecerdasan Buatan Mentransformasi Pembelajaran Di Sekolah?

Situbondo – 1miliarsantri.net: Dunia pendidikan sekarang sedang memasuki era baru, dan salah satu teknologi yang paling banyak dibicarakan adalah kecerdasan buatan. Proses pembelajaran yang awalnya menggunakan papan tulis kini beralih ke layar digital, dari guru satu arah beralih ke pembelajaran interaktif, kecerdasan buatan menjadi salah satu penggerak utama adanya perubahan ini. Tidak hanya sebagai tren teknologi, kecerdasan buatan kini benar-benar mengubah cara kita memahami ilmu dan menyerap pelajaran, terutama di lingkungan sekolah. Transformasi pembelajaran di sekolah saat ini, tidak lagi hanya bergantung pada metode konvensional, tetapi mulai memanfaatkan teknologi cerdas seperti AI (artificial intelligence). Jika dulu guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, kini tidak lagi karena situasinya telah berubah. Saat ini sudah banyak berbagai media yang bisa menjadi sumber pengetahuan juga. Kehadiran kecerdasan buatan telah membuka jalan bagi sistem pembelajaran yang lebih adaptif, personal, dan efisien. Contohnya, ketika siswa sedang belajar Biologi dan merasa kesulitan untuk memahami satu topik. Di sinilah kecerdasan buatan berperan membantu kita memahami materi sesuai dengan ritme dan gaya belajar kita sendiri. Salah satu kekuatan utama AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk menyediakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Teknologi seperti asisten virtual, chatbot edukatif, platform e-learning, dan aplikasi belajar berbasis AI kini mampu memberikan pengalaman belajar yang jauh lebih dinamis. Yang mana tidak lagi hanya terpaku pada satu metode saja, tetapi bisa menyesuaikan dengan kemampuan bahkan kebutuhan masing-masing siswa Bahkan, kecerdasan buatan dapat memberikan saran materi tambahan, latihan soal khusus, dan umpan balik instan untuk meningkatkan pemahaman. Guru juga semakin dimudahkan. Dengan bantuan AI, analisis terhadap hasil belajar siswa menjadi lebih akurat. Guru bisa mengetahui siapa saja yang mengalami kesulitan, bagian mana dari materi yang paling banyak ditanyakan, dan bagaimana strategi pengajaran bisa diubah agar lebih efektif. Ini semua mungkin berkat kecerdasan buatan yang mampu membaca pola, memahami perilaku belajar, dan menawarkan solusi berbasis data. Tidak Hanya untuk Murid, Tapi Juga untuk Sekolah Kecerdasan buatan tidak hanya membantu siswa dan guru di dalam kelas. Banyak sekolah sudah mulai menerapkan sistem manajemen berbasis AI untuk mengelola jadwal, absensi, hingga evaluasi hasil belajar secara otomatis. Dengan proses administrasi yang lebih ringkas tersebut, maka tenaga pengajar bisa fokus pada hal yang lebih penting, seperti mengajar dengan hati, tidak hanya mencatat dan mendikte saja. Selain itu, AI juga memungkinkan adanya simulasi dan visualisasi dalam pembelajaran. Misalnya, pada pelajaran sejarah yang mana kini bisa dilakukan melalui animasi interaktif, dan kita bisa masuk ke dalam suasana peradaban dan melihat langsung bagaimana situasi pada masa itu, semua dari layar tablet atau laptop. Ini tidak lagi menjadi kenyataan di masa yang akan datang, tapi sudah mulai direalisasikan di beberapa sekolah modern. Tak heran jika banyak sekolah mulai melirik teknologi ini sebagai investasi masa depan. Terlebih lagi di era pasca pandemi, yang mana pembelajaran jarak jauh sangat membutuhkan sistem yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan juga sistem yang fleksibel. Nah, di sinilah kecerdasan buatan memberikan solusi nyata. Tantangan Menuju Era Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Buatan Meskipun potensi kecerdasan buatan sangat besar, tentu saja tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangannya ialah masih banyak sekolah yang belum memiliki infrastruktur teknologi yang memadai. Selain itu, tidak semua guru setiap sekolah terbiasa menggunakan perangkat digital, apalagi yang berbasis AI. Maka dari itu, adaptasi menjadi langkah penting yang harus dijalani secara bertahap dan berkelanjutan. Mungkin kita juga akan bertanya, “apakah kehadiran kecedasan buatan ini akan menggantikan peran guru?” Jawabannya tentu tidak. Justru kecerdasan buatan hadir untuk mendukung, bukan menggantikan. Guru tetap memegang peranan penting sebagai tenaga pendidik sekaligus pembimbing karakter siswa. Guru tidak lagi terbebani dengan pekerjaan administratif yang menyita waktu, seperti mengoreksi tugas secara manual atau menyusun laporan pembelajaran. AI mengambil alih tugas-tugas tersebut sehingga guru bisa lebih fokus pada pengajaran dan pendampingan siswa secara langsung. Sedangkan AI hanyalah sebuah alat bantu yang bisa meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan mengambil alih sepenuhnya. Ketika dimanfaatkan dengan bijak, AI menjadi katalis perubahan menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan bermutu tinggi. Masa depan pembelajaran di sekolah tidak lagi terpaku pada papan tulis dan kapur, tetapi terbuka luas oleh kecanggihan algoritma dan kecerdasan digital. Di sisi lain, penting juga untuk memperhatikan aspek etika penggunaan kecerdasan buatan dalam pendidikan. Seperti, data siswa, privasi, serta keadilan akses harus menjadi perhatian utama agar transformasi ini bisa dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya untuk mereka yang berada di kota besar atau sekolah elit. Perubahan memang tidak akan selalu mudah, tapi jika dilakukan dengan niat yang benar dan terarah, hasilnya pasti bisa luar biasa. Kecerdasan buatan telah membuktikan diri sebagai teknologi yang mampu membuka jendela baru dalam dunia pendidikan. Buat kamu yang masih duduk di bangku sekolah, tidak ada waktu yang lebih baik selain sekarang untuk mulai akrab dengan teknologi ini. Dan buat tenaga pendidik, ini adalah momen yang tepat untuk belajar bersama, membuka diri, dan menjadi bagian dari perubahan besar ini. Kecerdasan buatan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk menciptakan pendidikan yang lebih adil, inklusif, dan inspiratif. Mari kita sambut masa depan belajar yang lebih cerah bersama teknologi, dengan semangat untuk terus tumbuh dan berbagi ilmu.** Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto ilustrasi

Read More

Solusi Akses Pendidikan Setara Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Tanggung Jawab Siapa?

Situbondo – 1miliarsantri.net: Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, tanpa terkecuali. Tapi kenyataannya, tidak semua anak mendapatkan kesempatan layanan pendidikan yang sama. Ada beberapa kelompok yang seringkali tertinggal dan salah satunya adalah anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam setiap wilayah kecamatan idealnya terdapat minimal satu sekolah dasar (SD) dan satu sekolah menengah pertama (SMP) yang menyelenggarakan pendidikan inklusif bagi ABK tersebut. Mereka bukan tidak mampu belajar, tapi seringkali sistem dan lingkungan belum cukup ramah untuk menerima dan mendukung mereka. Di sinilah pentingnya membahas solusi akses pendidikan setara yang benar-benar inklusif, adil, dan bisa dirasakan semua anak tanpa diskriminasi. Mengacu Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, ada 13 kategori ABK yang berhak masuk sekolah inklusi. Termasuk di antaranya, penyandang tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autis, korban penyalahgunaan narkoba, bahkan tunaganda. Peraturan menteri itu juga mensyaratkan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif wajib menyediakan paling sedikit seorang guru pembimbing khusus. Ketika kita membicarakan solusi akses pendidikan yang setara, maka sesungguhnya kita sedang membahas masa depan anak-anak dengan kebutuhan berbeda. Ini tidak hanya soal fasilitas, tapi juga soal pemahaman kita, perhatian, empati, serta kemauan untuk terus membuka ruang seluas-luasnya agar mereka juga bisa tumbuh bersama dan belajar layaknya anak-anak pada umumnya. Inklusi Pendidikan: Menyatukan Perbedaan dalam Lingkungan Belajar Salah satu pendekatan utama dalam mewujudkan solusi akses pendidikan setara bagi anak berkebutuhan khusus adalah sistem pendidikan inklusif. Konsep ini berangkat dari pemikiran bahwa semua anak berhak belajar bersama-sama dalam satu ruang kelas, tanpa dipisah berdasarkan kondisi fisik, intelektual, tingkat sosial, atau bahkan emosional mereka. Sistem inklusif bukan sekadar menempatkan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah umum, lalu membiarkan mereka menyesuaikan diri sendiri. Tidak demikian, seharusnya lingkungan belajarlah yang perlu beradaptasi. Guru harus mendapatkan pelatihan khusus, metode pembelajaran harus fleksibel, dan sekolah perlu menyiapkan sarana pendukung seperti terapis, alat bantu visual, atau ruang tenang untuk anak dengan kebutuhan sensori. Dengan pendidikan yang inklusif, kita tidak hanya menciptakan kesempatan belajar yang lebih adil, tapi juga membentuk generasi yang terbiasa hidup dalam keberagaman. Anak-anak lain belajar untuk memahami perbedaan, dan anak berkebutuhan khusus merasa diterima tanpa harus menjadi “normal.” Teknologi juga bisa menjadi salah satu jembatan dalam menciptakan solusi akses pendidikan setara. Misalnya, aplikasi edukatif yang dirancang khusus untuk anak dengan autisme, atau sistem pembelajaran berbasis audio untuk anak tunanetra. Di era digital seperti sekarang, inovasi seperti ini tidak lagi menjadi kendala atau sulit ditemukan, yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk mengakses dan menerapkannya. Untuk mewujudkan inovasi ini, maka perlu adanya kerjasama dari semua pihak baik itu pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adil. Mulai dari menciptakan kebijakan kurikulum yang ramah terhadap semua tipe pembelajar, hingga adanya program pelatihan guru yang terus diperbarui agar bisa menjawab tantangan di lapangan. Karena kenyataannya, tidak semua guru paham tentang bagaimana cara mengajar anak berkebutuhan khusus, seperti disleksia, ADHD, atau yang memiliki gangguan sensorik lainnya. Padahal, pemahaman ini sangat krusial jika kita ingin mendorong solusi akses pendidikan setara yang benar-benar menyentuh realita. Saatnya Bergerak Bersama Menerapkan Pendidikan yang Ramah untuk Semua Anak Salah satu instansi yang aktif di dalam program pendidikan inklusif adalah Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Ponorogo. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, Drs. H. Nurhadi Hanuri, M.M., menjelaskan bahwa dinasnya kerap menggelar pelatihan guru pembimbing khusus agar lebih banyak sekolah yang layak menyelenggarakan pendidikan inklusif. Pihaknya juga berupaya meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah inklusi. ‘’Kalau ada orang tua ingin menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus ke sekolah reguler harus diterima. Semua sekolah harus siap menampung siswa yang berkebutuhan khusus,’’ terangnya. Sekolah wajib mengalokasikan kursi bagi ABK minimal satu peserta didik dalam satu rombongan belajar yang akan diterima. Di sekolah inklusi, para siswa berkebutuhan khusus akan belajar bersama-sama di satu ruang yang sama dengan siswa lainnya. Prinsip yang dipegang adalah kesetaraan hak pendidikan bagi semua anak. ‘’Sekolah inklusi itu sebenarnya sekolah reguler yang juga menerima siswa berkebutuhan khusus,’’ jelasnya. Dengan adanya layanan pendidikan inklusif, maka orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus memiliki alternatif selain menyekolahkan anaknya ke sekolah luar biasa (SLB). Meskipun sekolah inklusi lebih tepat untuk ABK yang memiliki kemampuan kognitif baik. (sumber : infopublik.id) Kita semua punya peran masing-masing. Baik sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai warga masyarakat, bahkan sebagai teman sebaya. Mewujudkan solusi akses pendidikan setara bukan hanya tugas satu pihak saja. Tapi, kita harus menciptakan bersama lingkungan belajar yang ideal bagi anak berkebutuhan khusus. Mulai dari menghentikan stigma dan ejekan, hingga menyediakan ruang bagi mereka untuk berpendapat dan berkembang sesuai potensi yang dimiliki. Kita juga perlu belajar untuk tidak hanya mengasihani, tapi justru menguatkan dan memberdayakan mereka. Anak berkebutuhan khusus bukan anak yang lemah. Mereka hanya belajar dengan cara yang berbeda. Tugas kita adalah menemani proses itu, bukan mempercepat atau memaksakan. Tak bisa dipungkiri, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Tapi setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan berdampak besar untuk masa depan. Ketika satu anak berkebutuhan khusus merasa aman dan dihargai di sekolah, maka itu adalah kemenangan bersama. Mari kita percaya bahwa setiap anak, apapun latar belakangnya, punya potensi untuk tumbuh luar biasa jika diberikan ruang yang tepat. Pendidikan bukan hanya tentang buku dan nilai, tapi tentang rasa aman, diterima, dan dimengerti. Dan itulah esensi dari solusi akses. Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Orang Tua Siswa Bukan Tamu, Tapi Mitra Sejati Pendidikan

Surabaya – 1miliarsantri.net: Ketika membicarakan pendidikan, yang pertama kali terlintas dalam benak kita adalah sekolah, guru, dan kurikulum. Padahal, ada satu unsur penting yang sering kali dilupakan: orang tua. Di banyak sekolah, orang tua hanya dianggap sebagai “penonton” atau bahkan sekadar penyumbang dana. Padahal, dalam sistem pendidikan yang ideal, orang tua adalah mitra sejati. Mereka bukan tamu di gerbang sekolah, tapi bagian dari ekosistem pembelajaran anak. Pendidikan Dimulai Dari Rumah Pendidikan sejati dimulai jauh sebelum anak mengenal ruang kelas. Nilai-nilai pertama yang mereka serap berasal dari rumah: bagaimana bersikap, bagaimana berbicara, bagaimana menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua dalam pendidikan bukanlah tambahan, tetapi keharusan. Ketika orang tua dan sekolah berjalan dalam arah yang sama, proses belajar anak akan menjadi jauh lebih kuat, stabil, dan bermakna. Namun ketika keduanya saling bertolak belakang, maka anak akan kebingungan dalam menghadapi nilai-nilai yang kontradiktif. Bentuk Keterlibatan Orang Tua Keterlibatan orang tua dalam pendidikan tidak hanya sebatas menghadiri rapat wali murid atau membayar uang sekolah. Berikut beberapa bentuk konkret keterlibatan: Manfaat Keterlibatan Orang Tua Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua terlibat aktif dalam pendidikan anak: Hambatan Umum Namun, tidak semua orang tua bisa serta-merta aktif dalam pendidikan anak. Beberapa hambatan umum antara lain: Peran Sekolah: Merangkul, Bukan Menghakimi Sekolah punya peran besar dalam membangun budaya keterlibatan orang tua. Bukan dengan memaksa, tapi dengan merangkul. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan sekolah: Kisah Inspiratif: Sekolah yang Bersahabat dengan Orang Tua Di salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, keterlibatan orang tua bukan hal yang langka. Setiap bulan ada “Hari Orang Tua Masuk Kelas”, di mana orang tua boleh mengajar, mendongeng, atau sekadar duduk bersama anaknya. Hasilnya? Kedekatan anak dan orang tua meningkat, guru lebih memahami latar belakang siswa, dan suasana belajar menjadi lebih hangat. Di sekolah lain di Bekasi, orang tua difasilitasi aplikasi khusus untuk memantau tugas, jadwal, dan nilai anak secara real time. Mereka bisa memberi komentar dan berdialog langsung dengan guru. Ini membuat hubungan sekolah-orang tua menjadi lebih cair dan harmonis. Menuju Kolaborasi yang Ideal Pendidikan bukan tanggung jawab sekolah saja. Bukan juga beban orang tua semata. Keduanya harus berjalan seiring, saling melengkapi, saling percaya. Jika kita ingin membentuk generasi yang kuat secara akademik dan karakter, maka relasi antara sekolah dan orang tua harus dibangun di atas fondasi kolaborasi. Mari geser paradigma: dari “sekolah sebagai penyedia layanan” menjadi “sekolah sebagai rumah belajar bersama.” Orang tua bukan tamu di dunia pendidikan. Mereka adalah mitra sejati yang perannya tidak tergantikan. Saat sekolah dan orang tua berjalan bersama, anak-anak akan menemukan pijakan yang kokoh untuk masa depannya. Mari kita rawat kemitraan ini dengan komunikasi, kepercayaan, dan kolaborasi. Karena pendidikan yang baik lahir dari sinergi yang tulus antara rumah dan sekolah..** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris Foto Ilustrasi

Read More

5 Tren Pendidikan Masa Depan yang Harus Diketahui Untuk Menghadapi Perubahan Global Dalam Dunia Pendidikan

Surabaya – 1miliarsantri.net: Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan perkembangan teknologi dan globalisasi yang terus berkembang pesat, dunia pendidikan pun harus ikut beradaptasi dengan perubahan tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa tren pendidikan masa depan akan sangat berbeda dengan apa yang kita alami saat ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami tren-tren tersebut agar dapat menghadapi perubahan global dalam dunia pendidikan dengan lebih siap. 5 Tren Pendidikan Masa Depan Yang Harus Diketahui : 1. Teknologi dalam Pendidikan Penggunaan teknologi dalam pendidikan akan semakin mendominasi di masa depan. Dengan adanya internet dan berbagai aplikasi pembelajaran online, siswa tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu untuk belajar. Guru pun harus mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran mereka agar dapat memfasilitasi proses belajar mengajar yang lebih efektif. Selain itu, teknologi juga dapat membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik bagi siswa. 2. Pembelajaran Berbasis Keterampilan Di era digital seperti sekarang ini, keterampilan seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan masa depan harus fokus pada pengembangan keterampilan-keterampilan ini agar siswa dapat siap menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin kompleks. Pembelajaran pun harus lebih berorientasi pada penerapan keterampilan dalam situasi nyata daripada sekadar menghafal teori. 3. Kurikulum Fleksibel Kurikulum pendidikan juga harus menjadi lebih fleksibel agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem pendidikan yang kaku dan terlalu terpaku pada standar-standar tertentu tidak akan mampu mengikuti perubahan yang begitu cepat. Guru dan sekolah harus lebih terbuka untuk melakukan inovasi dalam kurikulum mereka agar dapat memberikan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan siswa dan dunia kerja. 4. Pembelajaran Kolaboratif Kolaborasi antara siswa, guru, orang tua, dan komunitas menjadi semakin penting dalam pendidikan masa depan. Siswa harus diajarkan untuk bekerja sama, berbagi ide, dan belajar dari satu sama lain. Pembelajaran kolaboratif dapat membantu meningkatkan keterampilan sosial siswa serta mempersiapkan mereka untuk bekerja dalam tim di masa depan. Guru pun harus berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi proses pembelajaran kolaboratif ini. 5. Pendidikan Inklusif Di era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan inklusif menjadi sangat penting. Setiap individu, tanpa terkecuali, harus memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang berkualitas. Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan inklusif bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Pendidikan inklusif dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih beragam dan toleran. Dengan memahami dan mengikuti tren-tren pendidikan masa depan yang telah disebutkan di atas, kita dapat lebih siap menghadapi perubahan global dalam dunia pendidikan. Guru, orang tua, dan seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan harus bekerja sama untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adaptif, inklusif, dan relevan dengan tuntutan zaman. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa generasi masa depan akan siap menghadapi tantangan dan peluang di era yang terus berkembang pesat ini. Dalam kesimpulan, penting bagi kita untuk terus memantau perkembangan dunia pendidikan dan mengikuti tren-tren yang sedang berkembang. Dengan mempersiapkan diri dan mengadaptasi pendidikan kita sesuai dengan kebutuhan masa depan, kita dapat menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi perubahan global dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Mari kita bersama-sama bekerja menuju masa depan pendidikan yang lebih baik dan lebih inklusif untuk semua. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi pembaca untuk terus berperan aktif dalam dunia pendidikan.** Penulis = Andriko, S.Pd.I, M.Pd. Penulis merupakan seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris Gambar istimewa

Read More

Peran Baru Kepala Sekolah di Era Merdeka Belajar yang Harus Dipahami

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di Indonesia mengalami transformasi besar-besaran. Salah satu inisiatif terbesarnya adalah kebijakan Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Nah, dalam konteks ini, peran kepala sekolah juga ikut bergeser. Mereka bukan lagi sekadar administrator yang sibuk dengan urusan birokrasi, tapi kini dituntut menjadi pemimpin pembelajaran. Jadi, apa saja peran baru kepala sekolah yang perlu dipahami dan dijalankan? Apa Itu Merdeka Belajar? Sebelum membahas peran kepala sekolah, penting untuk paham dulu konsep dasar Merdeka Belajar. Intinya, Merdeka Belajar adalah upaya menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih fleksibel, menyenangkan, dan berpihak pada siswa. Guru diberikan keleluasaan untuk merancang pembelajaran, dan siswa didorong untuk belajar sesuai minat dan kecepatannya. Dalam ekosistem seperti ini, kepala sekolah punya posisi kunci sebagai penggerak utama. Peran Baru Kepala Sekolah di Era Merdeka Belajar. 1. Pemimpin Pembelajaran (Instructional Leader). Di era sebelumnya, kepala sekolah lebih banyak berkutat pada urusan administratif: mengurus jadwal, mengelola keuangan, dan memastikan semua dokumen lengkap. Tapi sekarang, kepala sekolah harus lebih aktif mendorong kualitas pembelajaran di kelas. Tugas utama sebagai pemimpin pembelajaran: • Mendorong inovasi dalam proses belajar mengajar. • Menyediakan ruang eksperimen bagi guru. • Menjadi fasilitator pelatihan dan pengembangan guru. • Melakukan supervisi berbasis coaching, bukan sekadar kontrol. 2. Agen Perubahan di Sekolah. Kepala sekolah adalah aktor utama dalam membawa perubahan budaya di sekolah. Mereka harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung semangat kolaboratif, inklusif, dan terbuka terhadap hal baru. Contoh peran agen perubahan: • Membangun budaya reflektif dalam rapat guru. • Menginisiasi program mentoring antar-guru. • Menjembatani komunikasi antara sekolah dan orang tua. 3. Pengelola Sumber Daya yang Adaptif. Di tengah segala tantangan, kepala sekolah juga harus jago dalam mengelola sumber daya. Bukan hanya soal Dana BOS, tapi juga bagaimana memanfaatkan teknologi, ruang, dan waktu secara maksimal. Strategi yang bisa diterapkan: • Membangun kemitraan dengan pihak luar (komunitas, dunia usaha). • Memanfaatkan platform digital untuk efisiensi operasional sekolah. • Mengalokasikan sumber daya berbasis kebutuhan siswa. 4. Motivator dan Role Model. Kepala sekolah kini dituntut menjadi figur inspiratif, bukan sekadar atasan. Mereka harus mampu membangkitkan semangat guru, siswa, bahkan tenaga kependidikan. Karakter penting: • Konsisten antara kata dan perbuatan. • Terbuka terhadap kritik dan ide baru. • Memiliki empati yang tinggi terhadap seluruh warga sekolah. 5. Penggerak Kolaborasi dan Komunitas Belajar. Tidak bisa lagi bekerja sendiri, kepala sekolah harus memfasilitasi kolaborasi antarguru, antar sekolah, dan dengan pihak luar. Mereka juga perlu mendukung terbentuknya komunitas belajar yang tumbuh dari bawah. Bentuk kolaborasi yang efektif: • MGMP internal sekolah. • Pertemuan rutin untuk berbagi praktik baik. • Kunjungan belajar ke sekolah lain. Tantangan di Lapangan. Tentu saja, menjalankan peran-peran ini tidak mudah. Kepala sekolah menghadapi sejumlah tantangan seperti: • Beban administrasi yang masih tinggi. • Kurangnya pelatihan kepemimpinan berbasis pembelajaran. • Kultur sekolah yang masih hierarkis dan tertutup. Namun, tantangan ini bukan berarti tidak bisa diatasi. Kuncinya adalah komitmen, kemauan belajar, dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dinas pendidikan dan komunitas pendidikan itu sendiri. Saatnya Kepala Sekolah Menjadi Pemimpin Yang Menginspirasi Era Merdeka Belajar mengajak kita semua untuk bertransformasi, termasuk kepala sekolah. Peran mereka bukan lagi sekadar pengelola, tapi visioner, inovator, dan pendamping belajar bagi guru dan siswa. Jika kepala sekolah bisa menjalankan peran barunya dengan maksimal, maka kualitas pendidikan Indonesia pun akan naik kelas.*** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Thamrin Humris dan Toto Budiman Foto istimewa

Read More

Wapres Ma’ruf Amin Resmikan Zona KHAS ITS

Surabaya – 1miliarsantri.net : Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan Zona Kuliner Halal, Aman dan Sehat (Zona KHAS). Menjadi yang pertama di Jawa Timur untuk kalangan perguruan tinggi, zona ini diresmikan secara langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), Prof Dr KH Ma’ruf Amin melalui kegiatan Sarasehan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Hotel Sheraton Surabaya, Rabu (30/8). Peresmian yang dilakukan di Hotel Sheraton Surabaya ini juga didampingi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ir Putu Rahwidhiyasa, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA. Seremoni peresmian juga dihadiri oleh para anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur, anggota Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah Jawa Timur serta para penggiat ekonomi dan keuangan syariah di Provinsi Jawa Timur. Dalam laporannya, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengungkapkan potensi Jawa Timur sebagai kontributor utama pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa Jawa Timur telah berkontribusi sebesar 25 persen terhadap perekonomian nasional Indonesia. “Tahun ini, Jawa Timur juga berhasil menyabet juara umum dalam penghargaan ekonomi syariah oleh KNEKS,” ujarnya bangga. Melalui arah pengembangan ini, berbagai industri halal untuk menumbuh kembangkan roda ekonomi dan keuangan berbasis syariah terus dijalankan. Peresmian Zona KHAS ITS ini menjadi tonggak awal yang signifikan bagi Jawa Timur dalam menjalankan program-program percontohan nasional. “Upaya yang dilakukan dalam memenuhi komitmen ini didukung penuh oleh Wakil Presiden RI, sehingga dapat direalisasikan satu persatu,” pungkas Emil menutup laporannya. Selaras hal tersebut, Wakil Presiden RI Prof Dr KH Ma’ruf Amin merasa senang dengan adanya peresmian Zona KHAS ITS ini. Hal tersebut didasarkan pada pentingnya optimisme dan kerja sama dalam menjalankan gerakan jihad ekonomi bangsa di tengah tantangan dan dinamika global yang dihadapi oleh Indonesia dalam tahap pemulihan ekonomi nasional. “Hadirnya zona ini, menjadi langkah nyata menuju pengembangan ekonomi syariah yang lebih kuat dan berkelanjutan,” tutur Ma’ruf Amin. Menyambut peresmian ini, Rektor ITS mengatakan, kantin pusat ITS yang bertransformasi menjadi Zona KHAS ini dianggap sebagai yang terbaik di Indonesia. Melalui kerja sama dengan KNEKS serta pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur dan Dinkes Kota Surabaya, ITS memastikan bahwa pedagang di zona KHAS ini memenuhi standar kebersihan dan sanitasi yang ketat. Syarat-syarat administratif, termasuk sertifikasi kehalalan produk dan Nomor Induk Berusaha (NIB), turut mengamankan legalitas dan kualitas usaha para pedagang. Dengan menghadirkan Zona KHAS, ITS telah mendampingi UMKM dalam memberikan sertifikasi halalnya. Selain itu, keberadaan zona ini membuka jalan menuju pengalaman kuliner yang lebih nyaman, berkualitas, dan mendukung pertumbuhan bisnis pedagang. “Transformasi ini sebagai bukti nyata ITS dalam memajukan layanan kuliner dengan memberi perhatian khusus pada nilai-nilai halal, kebersihan, dan kesehatan,” ujar rektor yang kerap disapa Ashari tersebut dengan bangga. (hp)

Read More