Aplikasi Ruangguru, Solusi Edukasi yang Dikemas dalam Platform Digital

Bekasi – 1miliarsantri.net : Perkembangan teknologi yang meningkat pesat, menciptakan berbagai peluang yang memungkinkan banyak kalangan mengakses informasi dengan mudah. Salah satu peluang tersebut adalah berupa perkembangan teknologi aplikasi ruangguru, dalam media pembelajaran di dunia pendidikan. Teknologi informasi yang menyentuh dunia pendidikan telah membuka berbagai peluang bagi perusahaan di Indonesia, salah satunya Ruangguru. Ruangguru merupakan perusahaan pengembangan teknologi digital yang telah memberikan peluang kepada lebih dari 150.000 guru yang menawarkan jasa di lebih dari 100 bidang pelajaran. Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk berkembang dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah  guru. Oleh sebab itu, ada banyak peluang yang dapat dikembangkan untuk memajukan perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, salah satunya menjadi mitra kerja perusahaan pembelajaran digital dengan bekal kemampuan mengajar yang baik. Ruangguru memberikan wadah bagi para guru yang mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran interaktif secara online melalui video materi pembelajaran, pembahasan dan latihan dari berbagai mata pelajaran tiap-tiap tingkatan kelas. Tidak hanya itu, media Ruangguru juga memberikan kemudahan bagi guru dalam pengaplikasiannya. Kemudahan yang didapatkan tersebut antara lain, guru dapat memberikan tugas dan ujian kepada siswa dalam waktu dan tempat yang fleksibel serta dapat dilakukan secara online maupun offline. Guru juga dapat melakukan monitor terhadap hasil tugas yang dikerjakan oleh siswa secara langsung dan mudah, serta dapat mengevaluasi kemampuan siswa untuk setiap mata pelajaran secara otomatis. Tujuan Aplikasi Ruangguru Diciptakan Ruangguru menjadi perusahaan penyedia ’layanan pendidikan berbasis teknologi learning management system yang memberikan banyak kemungkinan bagi berbagai pihak yang berkaitan di bidang pendidikan seperti guru, siswa, pemerintah pusat dan daerah serta orang tua siswa untuk berinteraksi di dalam suatu platform digital yang dirancang secara komprehensif sehingga memungkinkan untuk digunakan lebih dari 2.000.000 siswa dan guru. Aplikasi Ruangguru tentu dibuat tidak tanpa tujuan, bahkan Ruangguru bertekad untuk menjadi mitra bagi pemerintah daerah guna memberikan pendidikan berkualitas melalui Sistem Manajemen Belajar (LMS). Pembuatan Aplikasi Ruangguru memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah: Produk-produk yang Ditawarkan di Ruangguru Ruangguru menjadi trend bimbingan belajar online dan offline terbesar, terlengkap dan telah terbukti di Indonesia. Ruangguru memberikan kemudahan dalam berbagai produk yang ditawarkan diantaranya sebagai berikut: Bagaimana, sangat efisien bukan? Kita bisa menjadikan Ruangguru sebagai salah satu platform belajar yang memadai dan menunjang pembelajaran. Semoga bermanfaat! Sumber artikel : Raudatussaadah., dkk. (2023).Pemanfaatan Media Ruang Guru Sebagai Salah Satu Platform Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal Inspirasi Pendidikan (ALFIHRIS). 1(1), 190-195 Situs www.ruangguru.com Sumber foto: https://wiki.ambisius.com/aplikasi/ruangguru/sejarah-singkat Sumber foto: https://retizen.republika.co.id/posts/219235/proses-lahirnya-inovasi-kreatif-teknologi-digital-aplikasi-ruangguru-dan-pengaruhnya-dalam-implement Sumber foto: https://www.ruangguru.com/blog/layanan-customer-service-ruangguru Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor : Toto Budiman, Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Menyoal Minim Kemampuan Literasi, Jelang Penerapan Kurikulum Kecerdasan Buatan

Jakarta – 1miliarsantri.net : Langkah strategis dalam menyongsong era digital, diambil sebagai pilihan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI saat ini. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Abdul Mu’ti mengatakan kurikulum kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan coding bakal diterapkan sebagai mata pelajaran pilihan pada tahun ajaran baru 2025/2026. Kebijakan tersebut diperkirakan mulai terlaksana di medio Juli mendatang. Abdul Mu’ti menambahkan nantinya kurikulum tersebut mulai diajarkan untuk jenjang siswa kelas 5 sekolah dasar (SD)  hingga sekolah menengah atas (SMA). Dia menegaskan dua mata pelajaran itu akan diterapkan di sekolah yang sudah siap dari segi sarana internetnya  dan alat yang mumpuni. Pengenalan awal pembelajaran digital dilakukan dengan materi logika komputasi dan kecerdasan buatan. Adapun tujuan Kemendikdasmen memasukkan AI dan coding ke kurikulum guna membangun generasi yang unggul. Terutama dalam hal menguasai teknologi dan mampu menggunakannya untuk hal positif. Isi materi pembelajaran AI dan coding dirancang secara bertahap, relevan, dan menyesuaikan dengan usia peserta didik.  Lantas jelang penerapannya, kurikulum itu mendapat sorotan dari sejumlah pihak. Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji menyampaikan mestinya pemerintah lebih fokus untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa terlebih dulu yang duduk di tingkat SD dan SMP. Sebab kemampuan peserta didik dalam dua aspek tersebut, dinilai masih rendah. “Saya enggak bisa bayangkan (kemampuan) literasi dan numerasi ini masih sangat buruk, tapi  kita paksakan AI dan coding terus jadinya apa? Menurut saya di jenjang pendidian dasar kita ini SD, SMP sudah kebanyakan mata pelajaran. Jadi enggak jelas kompetensi yang dicapai tuh apa, pendidikan karakternya jadi tidak berhasil. Kemudian kemampuan dasar literasi dan numerasi juga progresnya tidak bagus,” ucapnya ketika dihubungi 1miliarsantri.net, Jumat (27/6/2025). Menurutnya, mata pelajaran AI dan coding itu lebih tepat diterapkan pada jenjang SMA,  “Karena menurut saya pendidikan dasar ini lebih pas untuk penguatan literasi, numerasi dan karakter jauh lebih penting,” tuturnya. Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi dalam pendidikan di Indonesia tercermin dari hasil penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Pada penilaian PISA 2022, secara keseluruhan Indonesia mendapatkan skor PISA 369 poin. Ironisnya, skor PISA 2022 ini merupakan skor terendah Indonesia yang nilainya relatif sama dengan skor tahun 2003 dan 2006. Dilihat dari masing-masing aspek yang dinilai, diketahui untuk pengetahuan matematika, Indonesia mendapatkan skor 366 poin. Penilaian pada aspek membaca, Indonesia mendapatkan skor 359 poin. Terakhir, domain sains dengan skor 383 poin. Dari ketiga domain penilaian tersebut, jelas bahwa penilaian terendah yang didapatkan Indonesia adalah pada aspek membaca. Bila dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan Asia lainnya, situasi pendidikan di Indonesia menyedihkan. Misalnya Singapura dengan rata-rata skor PISA 560; Jepang mencapai skor 533; Korea Selatan mendapatkan angka 523; serta sejumlah negara lainnya, seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand, mendapat skor lebih baik dari Indonesia. Hal senada juga disampaikan Ketua Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G)  Iman Zanatul Haeri. Dia tak menampik bahwa penggunaan AI kini sudah merambah dunia pendidikan di Indonesia. Namun dia mengingatkan betapa perlunya peningkatan kemampuan literasi dan numerasi sebagai pondasi, sebelum mempelajari AI. Sebab AI juga tak lepas dari bias informasi yang jika ditelan mentah-mentah, bisa merugikan kelompok tertentu atau memperkuat stereotipe yang sudah ada. “Kelemahan AI ini juga mengandung bias karena dia menyediakan pikiran tunggal dan ini sebenarnya juga perlu diantisiapsi bagi anak-anak. Oleh karena itu kami melihat bahwa pembelajaran AI  ini bukan prioritas utama, proritasnya adalah meningkatkan daya literasi dan numerasi anak-anak kita. Karena kalaupun itu tidak ditingkatkan dulu, maka  pembelajaran AI akan menjadi sangat mentah,” jelasnya ketika dihubungi. Mengutip dari situs Artificial Intelligence Center Indonesia (AiCI),  bias dalam AI terjadi ketika sistem kecerdasan buatan menghasilkan keputusan yang condong atau tidak adil. Bias ini dapat muncul dari berbagai sumber, termasuk data yang digunakan untuk melatih AI. Dampak negatif bias dalam AI termasuk diskriminasi, ketidakadilan, dan memperkuat stereotipe. Iman menambahkan perlu adanya aturan dalam penggunaan AI di dunia pendidikan agar guru maupun siswa bisa terlindungi dari bias tersebut. “Kami dari P2G sejak lama  mengusulkan  agar ada pengaturan etik AI di dunia pendidkan atau AI for Education kita bisa mengacu pada Beijing Concensus, di mana ketika kita  hidup di tempat yang banyak AI kata dalam naskah tersebut guru dan siswa harus dipersiapkan  untuk hidup di lingkungan seperti itu. Persiapan ini bukan hanya soal pelatihan, tapi juga perlindungan bagaimana melindungi guru dan siswa kita. Misalnya dari bias AI  yang bisa merusak hubungan guru dan siswa karena ada aktor ketiga di dalam kelas,” terangnya. Menghadapi era penerapan kurikulum kecerdasan buatan, kemampuan literasi yang kuat menjadi pondasi penting agar generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mampu berpikir kritis, kreatif, dan bijak dalam memanfaatkannya. Kontributor : Ardhi Ridwansyah Editor : Toto Budiman

Read More