Indonesia U-23 Menang 5 Gol Lawan Macau, Modal Berharga Kontra Korsel U-23 Di Laga Pamungkas

Timnas Indonesia U-23 Berpeluang Lolos Piala AFC U-23 2026 Jika Mampu Mengalahkan Korsel U-23 Sidoarjo – 1miliarsantri.net: Berbekal hasil kurang memuaskan pada laga awal Grup J Piala Asia AFC U-23 saat melawan Laos U-23, Timnas Indonesia berhasil memenangkan pertandingan melawan Macau U-23 malam ini di Stadion Gelora Sidoarjo, Sabtu 6/9/2025. Timnas Indonesia U-23 yang berada di Grup J saat ini berada di urutan kedua klasemen sementara dibawah Korea Selatan setelah kedua tim tersebut berhasil mengalahkan lawan masing-masing dengan skor besar. Korsel U-23 berhasil membantai Laos U-23 dengan skor lebih dari selusin, negeri gingseng itu menang 7-0 tanpa balas. Indonesia U-23 juga tak mau ketinggalan, Timnas Garuda Muda berhasil menang dengan skor telak 5-0 atas Macau U-23. Gol-Gol Indonesia U-23 vs Macau U-23 Indonesia U-23 yang bermain di kandang sendiri menghadapi Macau U-23 bermain dengan formasi 4-3-3. Pelatih Indonesia, Gerald Vanenburg menggunakan skema ofensif, sedangkan Macau bermain dengan pola bertahan 5-3-2. Gol pertama menit ke-3 akibat gol bunuh diri pemain Macau Ieng Lek Hang, Indonesia unggul 1-0 atas Macau. Indonesia kembali unggul setelah Arkhan Fikri menjebol gawang Macau yang dikawal Lam Chak pada menit 17′, Indonesia memimpin 2-0. Memasuki menit-menit awal babak kedua, Indonesia mendominasi pertandingan, menit ke 46 terjadi kemelut di kotak pinalty Macau, Rayhan Hannan berhasikl menceploskan si kulit bundar untuk mencatatkan namanya di papan skor, Macau 0-3 Indonesia. Zanadin Fariz yang bermain dari bangku cadangan berhasil membawa Indonesia menjauh dengan skor 4-0 setelah tembakannya gagal dijangkau kiper Macau, dan memaksa Lam Cak kembali memungut bola dari gawangnya. Rafael Struik yang juga masuk dari bangku cadangan, melalui akselerasinya menusuk jantung pertahanan Macau berhasil memperdaya Lam denga sontekan kaki kanannya yang mengarah tajam ke pojok gawang Macau, 5-0 Indonesia unggul hingga berakhirnya waktu normal dan injury time 5 menit. Starting XI Timnas Indonesia U-23 Pemain : Cahya Supriyadi (Kiper), Kakang Rudianto, Dion Markx, Alfharezzi Buffon, Frengky Missa; Toni Firmansyah (Rafael Struick 46′), Ananda Raehan, Arkhan Fikri (Zanadin Fariz 62′); Rahmat Arjuna (Ricky Pratama 62′), Rayhan Hannan (Jens Raven 62′), Hokky Caraka. Cadangan: M Ardiansyah, Daffa Fasya, Kadek Arel, Ferarri, Mikael Tata, Doni Tri, Robi Darwis, Zanadin Fariz, R Pratama, Salim, Rafael Struick, Jens Raven Pelatih : Gerald Vanenburg Starting XI Timnas Macau U-23 Pemain: Lam Chak Fong (Kiper); Leong Kun Tou, Lam Weng Kin, Wong Kit Wai; Huang Cho Fong, Kou Pak San, Ieong Lek Hang, Leong Wai Hin, Si Hou In; Le Man Tek, Pan Si Kit. Cadangan: Alex Ao, Botelho Felicio, Lei Ho In, Wong Chon Nam, Vong Sai Hou, Wong U Hin, Sou Hin Nang, Gu Soi Hou, Li Ion Hou, Lam Nok Io, Lei Cheng Lam, Chen Si Tin Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto istimewa The-AFC.Com dan tangkapan layar YouTube

Read More

Sound Horeg Pernah Dipakai Sebagai Senjata Korea Selatan Goyang Korea Utara, Begini Ceritanya!

Sound Horeg Senjata Suara Raksasa Unik Korea Selatan Diperbatasan Korea Utara Bekasi – 1miliarsantri.net: Perang tidak hanya monopoli senjata berpeluru, meriam dengan bola api dahsyat atau pesawat tempur canggih serta kapal perang berpeluru kendali, ini dibuktikan oleh Korea Selatan ketika berhadapan dengan Korea Utara menggunakan “Sound Horeg” atau “Pengeras Suara Raksasa”, sebagai senjata dan alat propaganda. Kalau kamu kira perang cuma soal senjata dan peluru, maka perkiraanmu salah besar! Karena ada sejarah dunia yang unik, di mana Korea Selatan ternyata punya senjata unik yang dikenal sebagai sound horeg, pengeras suara raksasa yang bukan untuk konser, tapi untuk mengusik tetangganya, Korea Utara. Bukan sekadar alat, sound horeg ini punya sejarah panjang dalam perang propaganda di Semenanjung Korea. Menariknya, bukan hanya Korsel yang memainkannya, tapi juga Pyongyang ikut membalas dengan versi mereka sendiri. Awal Mula Sound Horeg di Perbatasan Cerita ini dimulai pada 1962 ketika Korut memulai siaran propaganda lewat pengeras suara di perbatasan. Isinya adalah seruan agar warga Korea Selatan membelot ke negara tanpa pajak, istilah manis mereka untuk memikat orang ke Pyongyang. Tak mau kalah, setahun kemudian, pada 1963, Korsel meluncurkan sound horeg pertamanya. Isinya lebih ceria dibanding propaganda keras Korut. Mereka memutar musik K-pop era jadul, lagu-lagu hits Seoul, dan program budaya yang dirancang supaya warga Utara penasaran dengan kehidupan di Selatan. Bukan Cuma Hiburan, Tapi Strategi Psikologis Kalau kamu pikir ini cuma hiburan gratis buat warga perbatasan, ternyata enggak. Sound horeg ini punya misi penting: mempengaruhi psikologi tentara dan warga yang berada di area perbatasan. Bayangin, kamu tentara Korut, bertugas di pos terdepan, tapi setiap hari dengerin lagu-lagu catchy dari Selatan, iklan produk, atau berita soal kemajuan ekonomi Korea Selatan. Lama-lama rasa penasaran bisa muncul, dan di situlah misi propaganda mulai bekerja. Masa Damai Sementara dengan Propaganda Off pada 2004 Menariknya, di tahun 2004, kedua negara sempat sepakat untuk menghentikan siaran ini. Masa itu disebut period of detente, yaitu periode ketika Korsel dan Korut berusaha mengurangi ketegangan. Namun, seperti hubungan yang penuh drama, kedamaian ini nggak bertahan lama. Pada 2015, setelah dua tentara Korsel terluka akibat ranjau darat yang diduga ditanam militer Korut, sound horeg kembali menggelegar di perbatasan. On-Off Sesuai Kondisi Politik Hubungan Korsel-Korut memang seperti lampu yang kadang menyala, kadang mati. Begitu ada gesekan politik, sound horeg biasanya langsung dihidupkan lagi. Begitu situasi agak tenang, speaker pun dimatikan. Terbaru, pada Juni 2024, sound horeg Korsel kembali aktif. Alasannya? Korea Utara mengirim balon berisi sampah ke wilayah Selatan sebagai bentuk protes terhadap selebaran anti-Korut yang dikirim aktivis Korsel. Balasan Seoul? Ya, suara nyaring dari perbatasan yang bisa didengar hingga kilometer jauhnya. Akhir Era Sound Horeg di 2025 Pada Agustus 2025, sebuah babak baru dimulai. Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, memutuskan untuk membongkar semua sound horeg yang ada di perbatasan. Alasannya jelas, yakni ingin menciptakan hubungan yang lebih damai dengan Korea Utara. Sejak awal kampanye, Lee sudah menegaskan bahwa diplomasi dan kerja sama lebih penting daripada perang psikologis. Dengan dicabutnya pengeras suara ini, ia berharap kedua negara bisa fokus membangun hubungan yang lebih sehat tanpa saling mengusik lewat suara. Perlukah Sound Horeg di Masa Depan? Kalau mau jujur, sound horeg ini punya dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia efektif untuk menunjukkan kekuatan lunak (soft power) Korea Selatan, mempamerkan budaya, musik, dan cara hidup yang bebas. Tapi di sisi lain, ia juga memicu ketegangan baru yang bisa merugikan kedua pihak. Selain itu, dunia sudah cukup bising dengan berbagai konflik. Daripada mengadu suara di perbatasan, akan lebih bermanfaat kalau kedua negara fokus membangun jembatan komunikasi yang sehat. Bayangkan kalau energi dan teknologi yang dipakai untuk sound horeg justru digunakan untuk proyek kolaborasi lintas batas, misalnya, pertukaran budaya atau pembangunan infrastruktur bersama. Memang, sejarah panjang konflik Korea tidak mudah dihapus hanya dengan mematikan speaker. Tapi setidaknya, langkah Presiden Lee Jae Myung bisa jadi awal untuk mengubah narasi. Dari yang tadinya siapa lebih nyaring menjadi siapa lebih bijak. Sound horeg bukan cuma soal speaker raksasa di perbatasan Korea. Ia adalah simbol dari persaingan panjang, adu ideologi, dan strategi perang psikologis antara Selatan dan Utara. Sekarang, setelah era sound horeg resmi berakhir pada 2025, tantangan baru muncul: bisakah kedua negara menjaga perdamaian tanpa saling mengusik? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, kalau suara bisa memecah belah, suara juga bisa menyatukan. Tinggal bagaimana kedua pihak memilih nada yang tepat. Kalau kalian menyikapi sound horeg ini gimana? Mengingat di Indonesia penuh pro dan kontra?*** Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Foto ilustrasi GPT

Read More

Kim Keon Hee ‘Eks Ibu Negara Korea Selatan Pertama Yang Ditetapkan Sebagai Tersangka’ Ini Kronologinya

Eks Ibu Negara Korsel “Kim Keon Hee” Resmi Jadi Tersangka Dugaan Suap dan Manipulasi Saham. Korea Selatan – 1miliarsantri.net: Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang mantan Ibu Negara, Kim Keon-hee, resmi berstatus tersangka. Kasus ini bukan sekadar heboh di media, tapi juga membuka mata kita bahwa jabatan tinggi pun tidak kebal dari hukum. Tim investigasi khusus menemukan bahwa Kim Keon-hee diduga menerima barang-barang mewah bernilai fantastis dari seorang pengusaha. Kalau kamu mengikuti berita luar negeri, kasus ini bagaikan drama politik yang penuh misteri, konflik kepentingan, dan tentu saja kemewahan. Kronologi Kasus yang Menjerat Kim Keon Hee Kasus ini mulai mencuat ketika tim investigasi melakukan penggeledahan di kediaman Kim Jin-woo, saudara ipar Kim Keon-hee, pada 25 Juli lalu. Di sana, mereka menemukan garansi jam tangan mewah merek Vacheron Constantin, nilainya mencapai puluhan juta won. Jam itu dibeli oleh seorang pengusaha berinisial Seo pada September 2022, lalu langsung diberikan kepada Kim Keon-hee. Seo mengaku pembelian itu murni atas permintaan Kim, tanpa maksud suap. Tapi, tim penyelidik mencurigai ada agenda tersembunyi di balik pemberian tersebut. Kenapa? Karena pemberian jam itu bertepatan dengan periode perusahaan Seo menandatangani kontrak operasi anjing robot dengan Dinas Keamanan Presiden. Tambah lagi, Seo punya riwayat mendonasikan KRW 10 juta untuk kampanye Yoon Suk-yeol pada 2021. Temuan Lain Berupa Kalung Mewah dan Lukisan Misterius Tak cuma jam tangan, penyelidikan juga menemukan kalung Van Cleef & Arpels dan sebuah lukisan yang diduga karya seniman Lee Woo-hwan. Kalung itu pernah menjadi sorotan saat Kim Keon-hee memakainya di KTT NATO Spanyol, Juni 2022. Masalahnya, kalung tersebut tidak tercatat dalam daftar aset resmi. Dari catatan toko Van Cleef & Arpels, model kalung yang sama dibeli oleh orang dekat petinggi Seohee Construction setelah Yoon menang pilpres pada Maret 2022. Ada fakta yang bikin kening berkerut, yakni menantu pimpinan Seohee Construction diangkat sebagai kepala staf perdana menteri pada Juni 2022, tepat sebelum perjalanan luar negeri ketika Kim mengenakan kalung tersebut. Dugaan Balas Jasa Jabatan Tim penyelidik menduga ada kaitan antara pemberian kalung dan penunjukan jabatan penting tersebut. Mereka sedang mengumpulkan bukti untuk memastikan apakah ini bagian dari balas jasa atau murni kebetulan. Pimpinan Seohee Construction dan beberapa pihak terkait rencananya akan dipanggil untuk diperiksa lebih lanjut. Kalau ini terbukti, bukan hanya Kim Keon-hee yang akan terjerat, tapi jaringan bisnis-politik di sekitarnya juga bisa terseret. Sidang Penentuan Nasib Hari ini menjadi babak baru bagi Kim Keon-hee. Ia hadir di Pengadilan Distrik Pusat Seoul untuk sidang penentuan penangkapannya. Tuduhan yang dihadapinya tidak main-main: manipulasi saham, campur tangan pemilu, dan penerimaan suap. Sidang berjalan selama 4 jam sebelum eks ibu negara itu dibawa ke Pusat Penahanan Seoul Selatan. Awalnya, ia akan ditempatkan di Pusat Penahanan Seoul di Uiwang, tapi jaksa mengajukan perubahan lokasi karena alasan fasilitas, dan pengadilan mengabulkannya. Pelajaran dari Kasus Kim Keon Hee Kalau kamu lihat kasus ini, jelas bahwa kekuasaan dan kemewahan sering jadi kombinasi berbahaya. Tidak peduli setinggi apa jabatanmu, ketika hukum bekerja, kamu tetap bisa terseret. Sebagai masyarakat, kamu bisa mengambil pelajaran bahwa transparansi itu penting, terutama bagi pejabat publik. Barang mewah yang diterima pejabat seharusnya dicatat, diumumkan, dan tidak disembunyikan. Kasus ini juga menjadi pengingat buat kita semua bahwa integritas tidak bisa dibeli. Sebagus apa pun pencitraan di depan kamera, kalau di belakang layar ada transaksi mencurigakan, cepat atau lambat akan terungkap. Kim saat masih menjadi Ibu Negara mendampingi Presiden Korsel dalam kunjungan Kenegaraan di Indonesia Kasus Kim Keon-hee bukan cuma gosip politik, tapi cerminan bagaimana kekuasaan bisa dimanfaatkan atau disalahgunakan. Sebagai warga, kamu berhak tahu dan kritis terhadap siapa pun yang memegang posisi strategis. Dengan Kim Keon-hee resmi berstatus tersangka, proses hukum ini akan menjadi ujian besar bagi sistem peradilan Korea Selatan. Apakah hukum akan berlaku adil tanpa pandang bulu? Atau kekuatan politik masih punya cara untuk memutarbalikkan keadaan? Satu hal yang pasti, kita bisa belajar satu hal penting bahwa harta dan jabatan bisa datang dan pergi, tapi nama baik dan integritas adalah investasi seumur hidup.** Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Foto istimewa

Read More