Biadab! Israel Bersiap Hentikan Semua Bantuan Kemanusiaan Ke Gaza Utara dan Lakukan Pengusiran Paksa

Zionis Israel Berencana Menghentikan Bantuan Udara dan Blokir Konvoi Darat Gaza, Palestina – 1miliarsantri.net: Tindakan otoritas Israel yang bersiap mengentikan semua bentuk bantuan kemanusiaan ke Gaza Utara, ditenggarai sebagai upaya yang disengaja untuk meklakukan pengusiran paksa terhadap lebih dari 1 juta warga sipil. Media Israel memberitakan, apa yang direncanakan oleh pemerintahan Benyamin Netanyahu mencakup penghentian pengiriman bantuan udara dan pemblokiran konvoi darat yang sudah langka, yang secara efektif merampas pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok Kota Gaza dan sekitarnya. Kejahatan Perang Menurut Hukum Internasional Mengutip SAFA Press Agency beberapa Kelompok Hak Asasi Manusia telah memperingatkan bahwa kebijakan tersebut merupakan senjata kelaparan dan pengungsian paksa, tindakan yang dianggap sebagai kejahatan perang menurut hukum internasional. Apa yang dilakukan penjajah Israel menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk bagi warga Palestina yang bertahan di Gaza Utara. Keluarga-keluarga di utara bertahan hidup dengan pakan ternak dan air yang tidak diolah, sementara rumah sakit tidak dapat beroperasi dan perawatan medis hampir tidak ada. Tentara Israel Menjadikan Pencari Bantuan Sebagai Sasaran Tembak Namun, laporan dari Gaza menyebutkan bahwa pasukan Israel telah berulang kali menargetkan orang-orang yang menunggu truk bantuan, menewaskan dan melukai ribuan orang, yang semakin memperkuat kekhawatiran bahwa kelaparan telah menjadi bagian dari strategi militer. Para pakar hukum internasional mengatakan perampasan yang disengaja dan penggusuran yang direkayasa tersebut memperkuat tuduhan genosida yang sudah dihadapi Israel di Mahkamah Internasional. Gaza Dipaksa Kelaparan Hingga Menyerah Pada Israel Menurut investigasi terbaru media AS THE EINTERCEPT mengungkap bagaimana blokade Israel telah mengubah krisis pangan Gaza menjadi senjata perang. Meskipun pasokan melimpah di negara-negara tetangga, penduduk Gaza terjebak dalam kelaparan buatan manusia, yang diciptakan bukan oleh kelangkaan melainkan oleh kebijakan yang disengaja. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 222 orang, lebih dari 100 di antaranya anak-anak, telah meninggal dunia akibat kelaparan dalam beberapa pekan terakhir. Lebih dari 18.000 anak telah dirawat karena malnutrisi akut parah tahun ini, dan banyak lainnya tidak mendapatkan perawatan yang menyelamatkan jiwa karena kekurangan obat-obatan. Harga pangan telah melonjak tinggi, dengan sekantong tepung dijual sekitar $100 jika tersedia. Dalam upaya putus asa untuk mencapai beberapa titik bantuan yang tersisa, lebih dari 1.500 orang telah tewas tulis en.safa.news.***

Read More

Otoritas Gaza Desak Akses Darat ‘Kecam Pengiriman Bantuan Udara Yang Mematikan’ Dan Kacau

Gaza, Palestina – 1miliarsantri.net: Gaza mengalami kelaparan yang parah sejak blokade terhadap lalulintas bantuan internasional dilakukan oleh militer Israel dengan tidak dibukanya pintu perlintasan Rafah.  Titik Pelintasan Rafah adalah satu-satunya titik pelintasan antara Mesir dan Jalur Gaza. Pelintasan ini terletak di Perbatasan Gaza-Mesir, yang diakui oleh Perjanjian Damai Mesir-Israel 1979. Bantuan Udara Yang Mematikan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Palestina di Gaza mengecam praktik penerjunan bantuan kemanusiaan melalui udara, memperingatkan bahwa hal itu justru memicu kekacauan dan membahayakan warga sipil, alih-alih meringankan penderitaan.  Pejabat di Kementerian tersebut menggambarkan penerjunan ini sebagai taktik “mematikan dan kacau” yang digunakan oleh pendudukan Israel untuk memperparah kelaparan dan memicu kekacauan di antara penduduk yang sudah putus asa. Baca juga: 34 Warga Gaza Tewas Ditembak Pasukan Israel, Warga Israel Unjuk Rasa Tolak Rencana Netanyahu “Sistem distribusi bantuan di Gaza telah terjerumus ke dalam kekacauan dan pertumpahan darah, dengan konvoi makanan dan titik distribusi berubah menjadi zona mematikan di bawah tembakan Israel.” (SAFA Press Agency) Paket Bantuan Menimpa Tenda dan Rumah Mengutip Safa News Agency, Kementerian menyoroti insiden-insiden di mana paket bantuan jatuh menimpa rumah dan tenda-tenda keluarga pengungsi, yang mengakibatkan kematian, termasuk perempuan dan anak-anak. Insiden itu juga menghancurkan tempat penampungan dan barang-barang. Kementerian menekankan bahwa jumlah bantuan yang dikirimkan melalui udara sangat minim dan gagal mengatasi bencana kelaparan parah yang melanda Gaza. Keluarga-keluarga terpaksa mempertaruhkan nyawa demi sisa-sisa makanan, sementara rumah sakit, yang sudah kewalahan dan kehabisan tenaga, merawat korban serangan setiap hari di dekat pusat-pusat bantuan. Anak-anak menderita malnutrisi akut, dan para ibu terpaksa memberi bayi mereka air putih, bukan susu, karena rak-rak kosong dan persediaan menipis. Baca juga: Perang Gaza: Netanyahu Ingin Ambil Alih Penuh Gaza Meskipun Militer Israel Tidak Setuju “Titik Pelintasan Rafah adalah satu-satunya titik pelintasan antara Mesir dan Jalur Gaza“. (Wikipedia) Bantuan Darat Solusi Efektif Pengiriman Bantuan Kementerian menegaskan bahwa satu-satunya solusi efektif adalah pembukaan penuh dan permanen penyeberangan darat untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang cukup dan aman setiap hari. Otoritas juga mendesak komunitas internasional dan semua pihak yang terlibat untuk mempertimbangkan kembali metode berbahaya tersebut demi perlindungan warga sipil dan untuk mengakhiri kampanye sistematis kelaparan yang dipaksakan kepada rakyat Gaza. Penutupan dan penyegelan perbatasan telah menghentikan masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, sehingga meruntuhkan jalur kehidupan Gaza. Bantuan yang dijatuhkan melalui udara terbukti sama sekali tidak memadai untuk menghadapi skala kebutuhan, karena kelaparan mendorong seluruh penduduk menuju keputusasaan.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : SAFA Press Agency Foto Istimewa SAFA Press Agency

Read More

Perang Gaza: Netanyahu Ingin Ambil Alih Penuh Gaza Meskipun Militer Israel Tidak Setuju

Yerusalem, Palestina – 1miliarsantri.net: Meskipun terdapat perbedaan pendapat antara Zamir dan anggota parlemen sebagaimana dilaporkan media Israel, Benyamin Netanyahu tetap mencari dukungan dan persetujuan untuk mengambil alih penuh Gaza. Pemerintahan Israel yang dipimpin PM Benyamin Netanyahu diperkirakan akan meminta persetujuan kabinet keamanan pada Kamis malam untuk rencana militer bertahap baru untuk merebut kendali penuh atas Jalur Gaza. Menurut laporan Media Israel yang dikutip dari arabnews.com, rencana yang didukung oleh Netanyahu berpotensi menggusur hingga satu juta warga Palestina selama lima bulan ke depan. Rencana Menyerang Kota Gaza dan Kamp-Kamp Pengungsi Pusat Rencana mengambil alih penuh Gaza dengan kekuatan militer, menurut laporan The Times of Israel, Militer Israel akan memulai serangan terhadap Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi pusat, mendorong sebagian besar penduduk ke selatan menuju zona kemanusiaan yang ditentukan di Mawasi. Serangan yang direncanakan tersebut menurut laporan tersebut bertujuan untuk membongkar sisa benteng Hamas dan menekan kelompok tersebut agar membebaskan sekitar 50 sandera yang masih ditawan di Gaza, yang sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup. Dalam citra satelit yang terdokumentasi, perbandingan antara situasi sebelum perang (pembantaian) di Gaza timur dan setelahnya menunjukkan kehancuran yang meluas yang telah memusnahkan seluruh lingkungan —termasuk rumah sakit, sekolah, rumah, dan pusat layanan— menjadikannya puing-puing tak bernyawa. Ketegangan Dan Perbedaan Pendapat Internal Elit Kepemimpinan Israel Usulan mengambil alih penuh wilayah Kota Gaza oleh Israel yang didukung PM Netanyahu mendapat penentangan dan penolakan oleh sejumlah petinggi militer IDF. Panglima militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, mengeluarkan pernyataan tegas menjelang rapat kabinet yang dijadwalkan, dia berjanji untuk terus menyampaikan posisi militer menolak rencana Netanyahu “tanpa rasa takut.” Perbedaan pendapat antara Zamir dan anggota kabinet mengenai kelayakan rencana tersebut dan risiko yang ditimbulkannya bagi para sandera. Zamir mengatakan, “Kami akan terus menyampaikan posisi kami tanpa rasa takut, dengan cara yang pragmatis, independen, dan profesional.” Diapun melanjutkan, “Kami tidak sedang membahas teori, kami sedang membahas masalah hidup dan mati, tentang pertahanan negara.” Sementara itu menurut Menteri Pertahanan Israel Katz, meskipun militer berhak menyampaikan pandangannya dan tidak setuju dengan rencana tersebut, pada akhirnya mereka harus melaksanakan kebijakan pemerintah Netanyahu. Krisis Kemanusiaan Dan Kelaparan Meluas Di Gaza Menurut laporan arabnews dan AFP, lembaga-lembaga kemanusiaan telah memperingatkan krisis yang semakin dalam di Gaza. Salah satu lembaga pemantau kelaparan global menggambarkan situasi ini sebagai “skenario kelaparan”, dengan kelaparan yang meluas, anak-anak balita meninggal karena penyebab yang berkaitan dengan kelaparan, dan akses kemanusiaan masih sangat terbatas. Arabnews menulis pernyataan seorang pejabat Uni Eropa yang diberitakan oleh Reuters bahwa terdapat beberapa kemajuan terbatas, termasuk peningkatan pengiriman bahan bakar, pembukaan kembali rute, dan perbaikan infrastruktur. Namun terbatasnya jaminan keamanan dan hambatan terhadap kegiatan penyaluran bantuan kemanusiaan makin meluas dan mempriatinkan. PBB, melalui Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) melaporkan minggu ini bahwa konsumsi pangan di Gaza telah turun ke level terendah sejak perang dimulai. Hingga awal Agustus, 81 persen rumah tangga mengalami konsumsi pangan yang buruk, lebih dari dua kali lipat dari 33 persen yang tercatat pada bulan April.*** Penulis dan Editor : Thamrin Humris Sumber : ArabNews dan AFP Foto Istimewa dari berbagai sumber

Read More