Jejak Islam di Kerajaan Demak dan Mataram : Awal Peradaban Islam di Nusantara

Surabaya – 1miliarsantri.net : Membahas tentang awal peradaban Islam di Nusantara, rasanya seperti membuka halaman awal dari sebuah kisah besar yang membentuk jati diri bangsa ini. Kita semua tahu, Indonesia bukan hanya kaya budaya dan suku, tapi juga punya sejarah panjang dalam perkembangan agama, khususnya agama Islam. Proses masuknya Islam ke tanah air bukan suatu yang instan. Ia tumbuh perlahan menyesuaikan diri dengan budaya lokal, dan pada akhirnya melahirkan kerajaan-kerajaan Islam yang berjaya di masa lampau, seperti Demak dan Mataram. Jika kamu pernah bertanya bagaimana Islam bisa begitu mengakar di Indonesia, terutama di Jawa? maka menelusuri jejak awal peradaban Islam di Nusantara lewat Kerajaan Demak dan Mataram adalah langkah yang menarik. Yuk, kita ulas bersama-sama! Awal Peradaban Islam di Nusantara antara Demak dan Mataram Islam masuk ke Nusantara lewat berbagai jalur : perdagangan, dakwah, perkawinan, hingga kesenian. Namun, perubahan besar mulai terasa ketika kerajaan-kerajaan bercorak Islam mulai berdiri dan memegang kekuasaan. Dua di antaranya yang punya pengaruh besar dalam awal peradaban Islam di Nusantara adalah Kerajaan Demak dan Mataram Islam. Kerajaan Demak sering disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Berdiri sekitar abad ke-15, Demak muncul setelah melemahnya Kerajaan Majapahit. Salah satu tokoh yang berperan penting di balik kejayaan Demak adalah Raden Patah. Ia dipercaya sebagai pendiri sekaligus raja pertama di kerajaan Demak. Kerajaan Demak begitu istimewa dalam sejarah awal peradaban Islam di Nusantara karena statusnya sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak juga aktif menyebarkan ajaran Islam lewat jalur politik dan militer. Salah satu misinya adalah menyerang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang masih bertahan, seperti di Blambangan (Banyuwangi) dan Majapahit. Tak hanya lewat kekuatan senjata, Demak juga dikenal karena perannya dalam pembangunan spiritual dan budaya. Masjid Agung Demak adalah bukti nyata peran besar kerajaan ini dalam menyebarkan Islam. Masjid tersebut konon didirikan oleh para Wali Songo, yang mempunyai peran vital dalam dakwah Islam saat itu. Setelah kerajaan Demak, kekuasaan Islam di Jawa berlanjut ke Kerajaan Mataram Islam. Berdiri pada akhir abad ke-16, Mataram membawa nuansa yang sedikit berbeda dibandingkan Demak. Jika Demak lebih fokus pada ekspansi politik dan militer, maka Mataram justru mengedepankan penguatan budaya dan spiritualitas. Tokoh utama dalam Kerajaan Mataram adalah Sultan Agung, ia berhasil membawa kerajaan ini ke puncak kejayaan. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, berani, dan sangat menghormati tradisi. Bahkan, Sultan Agung dikenal karena usahanya menyelaraskan antara Islam dan budaya Jawa. Di sinilah terlihat bahwa awal peradaban Islam di Nusantara tidak sekadar soal kekuasaan, tapi juga tentang proses adaptasi yang halus dan penuh kearifan lokal. Salah satu contoh nyata dari pendekatan ini adalah penggunaan kalender Jawa-Islam yang merupakan perpaduan antara penanggalan Hijriyah dan tradisi lokal. Selain itu, Sultan Agung juga dikenal karena perjuangannya melawan VOC dan kolonialisme, sehingga menambah nilai kepahlawanan dalam catatan sejarah Mataram. Dari dua kerajaan ini, kita bisa melihat betapa kompleksnya awal peradaban Islam di Nusantara. Di tangan para pemimpin seperti Raden Patah dan Sultan Agung, Islam tidak dipaksakan, tapi dibawa dengan cara yang lembut, bijak, dan berakar pada tradisi lokal. Perpaduan antara dakwah yang humanis, adaptasi budaya yang halus, serta pengaruh politik yang kuat membuat Islam bisa tumbuh subur di Nusantara. Inilah mengapa hingga kini, ajaran Islam tetap terasa dekat dan membumi di tengah masyarakat Indonesia. Dengan mengenal akar-akar peradaban ini, kita bisa lebih bijak melihat masa kini dan masa depan. Islam yang datang ke Nusantara bukan sekadar sebagai agama, tapi juga sebagai peradaban yang menanamkan nilai toleransi, kebijaksanaan, dan penghormatan pada budaya lokal. Yuk, terus gali sejarah dan jaga warisan luhur ini bersama-sama. Penulis : Iffah Faridatul H Editor : Toto Budiman

Read More

Kisah Haru Distribusi Kurban BMH: 75.144 Jiwa di Pelosok Jatim Rasakan ‘Kemewahan’ Daging Kurban di Moment Idul Adha

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di balik senyuman tulus para penerima daging kurban, tersimpan kisah haru yang sering tak terlihat. Setiap potong daging yang sampai di tangan mereka bukan sekadar santapan — melainkan simbol kasih sayang, kepedulian, dan ikatan persaudaraan yang dikuatkan oleh semangat Idul Adha. Bagi sebagian keluarga, aroma masakan dari daging kurban adalah kemewahan yang hanya hadir setahun sekali. Dalam kesederhanaan itu, kebahagiaan pun tumbuh. Distribusi hewan kurban bukan hanya soal membagi daging, tapi juga membagi harapan dan kebahagiaan kepada mereka yang kerap terpinggirkan. Inilah makna sejati berkurban: menghidupkan nilai kemanusiaan dan menyentuh hati sesama. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) kembali melaksanakan program Qurban 2025, menegaskan komitmen untuk menyentuh wilayah pelosok Kabupaten di Jawa Timur. Sebagaimana tahun lalu, tahun ini, relawan BMH siap menembus Dusun Batu Ampar, Jenggawah, Kabupaten Jember, yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki menempuh jalur curam dan berbatu. Di desa terpencil ini, qurban adalah harapan besar. “Kalau tidak ada BMH, kami tidak akan bisa makan daging qurban. Terima kasih, semoga Allah balas semua kebaikan para donatur,” ujar Mbah Nisa, salah satu penerima manfaat, dengan mata berkaca-kaca. Bagi warga Batu Ampar Idul Adha menjadi kesempatan langka. Dalam semangat berbagi kebahagiaan Idul Adha, Laznas BMH berhasil menyalurkan daging kurban kepada 75.144 jiwa di 24 wilayah Kabupaten di Jawa Timur. Distribusi langsung kepada para mustahik ini memastikan daging kurban dapat segera dinikmati oleh penerima manfaat dalam kondisi segar, tanpa diawetkan, dan dimasak sesuai dengan kearifan lokal masing-masing.  Salah satu titik distribusi lainnya berlokasi di Bukit Ngemplak, Dusun Watu Agung, Desa Dayak, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo — sebuah wilayah terpencil yang jarang tersentuh distribusi daging kurban. Bagi warga di sana, momen Idul Adha seringkali hanya menjadi tontonan. Ruyanto, salah satu penerima manfaat, tak kuasa menahan haru. “Biasanya saat Idul Adha, kami hanya bisa menyaksikan orang lain memotong hewan. Alhamdulillah, tahun ini kami juga bisa merasakan nikmatnya makan daging. Terima kasih BMH dan para donatur,” ucapnya tulus. Distribusi daging kurban oleh BMH dilakukan dengan sistem jemput bola ke daerah-daerah pelosok. Upaya ini wujud mengedepankan kecepatan dan ketepatan sasaran agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh mereka. Masyarakat pelosok yang membutuhkan. Imam Muslim, Kepala Divisi Program dan Pendayagunaan BMH Jawa Timur, menjelaskan bahwa pendekatan ini diambil agar para mustahik dapat menikmati kurban dalam bentuk yang paling mereka butuhkan. Relawan BMH rela menempuh perjalanan berjam-jam membawa hewan qurban, demi memastikan daging sampai ke tangan warga. “Kami ingin memastikan bahwa daging kurban sampai ke tangan yang tepat dalam kondisi segar. Tanpa diawetkan, para mustahik bisa langsung memasaknya sesuai tradisi daerah mereka, dan benar-benar merasakan kehangatan Hari Raya,” terangnya (6/6). Daging kurban yang disalurkan oleh BMH Jawa Timur ini tidak hanya membawa keberkahan bagi yang berkurban. Tetapi juga menghadirkan senyum dan rasa syukur yang mendalam bagi para penerima. Semangat berbagi ini diharapkan terus hidup dalam masyarakat dan menjadi inspirasi kebaikan sepanjang tahun. Kini saatnya bagi kita, para muhsinin, untuk mengambil bagian dalam kebahagiaan saudara-saudara kita di pelosok negeri yang jarang merasakan lezatnya daging kurban. Mari jadikan momen Idul Adha ini sebagai ladang amal yang tak ternilai, dengan menyalurkan hewan kurban ke daerah-daerah yang benar-benar membutuhkan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah daripada menyembelih hewan kurban…” (HR. Tirmidzi). Semoga setiap tetesan darah yang mengalir menjadi saksi atas keikhlasan kita dan membawa keberkahan yang berlimpah di dunia dan akhirat. Jangan ragu untuk berbagi — karena di balik setiap kurban, ada senyum haru yang akan menjadi doa bagi kita.*** Penulis : Toto Budiman Editor : Thamrin Humris Sumber : BMH Jawa Timur Foto istimewa

Read More