Gelombang Startup Indonesia: Fintech dan Agritech Memacu Revolusi Ekonomi Digital

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Indonesia kini berada di persimpangan penting transformasi ekonomi: startup fintech dan agritech tumbuh pesat, mendorong inklusi, efisiensi, dan peluang baru bagi pelaku usaha maupun masyarakat. Namun, kesuksesan di tengah harapan tinggi ini juga dipengaruhi oleh sejumlah tantangan nyata yang harus dihadapi. Fintech: Akses Keuangan yang Meluas Laporan hasil survei SNLIK 2024 dari OJK dan BPS menyebutkan indeks inklusi keuangan Indonesia mencapai 75,02%, sementara literasi keuangan berada di angka 65,43%. (OJK Portal) Fintech berkontribusi besar dalam lonjakan akses tersebut, terutama lewat dompet digital dan pembayaran elektronik—membuka layanan keuangan formal bagi masyarakat yang sebelumnya tidak tersentuh oleh bank. Studi akademik memperkuat hal ini: penggunaan layanan pembayaran digital melalui fintech terbukti meningkatkan inklusi keuangan. Namun, masalah literasi digital dan keamanan transaksi masih jadi batu sandungan. (ResearchGate) Agritech: Solusi Riil, Tapi Dana Mengering Di sektor agritech, inovasi muncul dalam bentuk platform yang menghubungkan petani langsung ke pembeli, aplikasi informasi cuaca dan harga komoditas, serta layanan pembiayaan alternatif seperti peer-to-peer (P2P) untuk petani. Crowde adalah satu contoh startup yang memberikan akses modal dengan model pendanaan kolektif. (asiatomorrow.net) Namun pendanaan agritech telah mengalami penurunan tajam: dana yang masuk ke sektor ini anjlok dari sekitar US$377,6 juta pada 2022 menjadi hanya sekitar US$33,2 juta pada 2024. (Tech in Asia) Penurunan ini mengindikasikan bahwa meskipun potensi besar, agritech masih rentan terhadap ketidakpastian investor. Baca juga: Trump Sindir India dan Rusia Makin Dekat ke China Revolusi Perilaku dan Ekonomi Baru Perubahan perilaku konsumen juga tampak jelas. Penggunaan dompet digital dan transaksi online tumbuh, seiring penetrasi internet dan smartphone yang terus meningkat. (Trade.gov) Model bisnis tradisional pun terdorong berubah: bank, koperasi, dan lembaga keuangan konvensional harus beradaptasi dengan fintech untuk mempertahankan relevansi. Prediksi dari lembaga internasional menyebut potensi ekonomi digital Indonesia bisa bertambah besar bila transformasi terus berjalan: estimasi menambahkan US$2,8 triliun terhadap ekonomi jika infrastruktur dan regulasi mendukung hingga 2040. (Trade.gov) Tantangan Wajib Diredam Harapan ke Depan Dengan regulasi yang jelas dan proteksi yang kuat, fintech dan agritech mampu membuka lapangan kerja, memperkuat UMKM, dan memacu pertumbuhan ekonomi inklusif. Kolaborasi pemerintah, startup, investor, dan akademisi akan menjadi kunci menentukan apakah potensi besar ini dapat benar-benar menjadi kekuatan ekonomi nasional. Baca juga: Freedom Edge 2025 Jadi Sinyal Tandingan Blok Seoul–Tokyo–Washington Relevansi bagi Pengusaha Muslim Indonesia Bagi calon pengusaha maupun pengusaha Muslim Indonesia, geliat startup fintech dan agritech bukan sekadar peluang bisnis, melainkan juga ujian kepemimpinan moral. Di tengah derasnya arus digitalisasi, pengusaha Muslim dihadapkan pada tanggung jawab ganda: meraih keberhasilan ekonomi sekaligus menjaga integritas syariah. Pertumbuhan startup seharusnya tidak hanya diukur dari valuasi atau jumlah pengguna, tetapi juga dari seberapa besar nilai kejujuran, keadilan, keberlanjutan, dan keberkahan yang mampu diwujudkan. Dengan semangat itu, pengusaha Muslim dapat menjadi pionir dalam menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan beretika, menghadirkan solusi nyata untuk kebutuhan masyarakat — mulai dari akses keuangan yang adil bagi UMKM hingga inovasi agritech yang membantu petani kecil. Lebih dari sekadar keuntungan, kontribusi tersebut akan meneguhkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, sekaligus mengukuhkan posisi pengusaha Muslim Indonesia di panggung ekonomi global sebagai agen perubahan yang membawa visi, nilai, dan manfaat jangka panjang. Penulis: Glancy Verona Editor: Abdullah al-Mustofa Ilustrasi by AI

Read More

Mahasiswa ITS Kembangkan Aplikasi Sertifikasi Halal Melalui Gamifikasi

Surabaya – 1miliarsantri.net : Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan aplikasi Sistem Informasi Pembantu Sertifikasi Halal (SIPHalal), untuk meningkatkan kinerja fasilitator halal melalui implementasi fitur gamifikasi yang inovatif. Hal ini karena Indonesia dihadapkan pada tuntutan yang mendesak untuk mengakselerasi transformasi pelayanan jaminan produk halal. Pertumbuhan industri yang melesat mencapai angka 20% setiap tahunnya dan tekad Indonesia untuk memiliki 10 juta produk berlabel halal pada tahun 2024 mendatang juga menjadi pendorong utama. Tim Fafife, yang terdiri dari tiga mahasiswa ITS ini telah mengembangkan perangkat lunak SIPHalal dari aplikasi SIHalal yang sebelumnya dikembangkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI. Kemudian, pengembangan ini diinisiasi dengan sistem yang lebih interaktif lewat bantuan integrasi octalysis. Ketua tim Fafife ITS Muhammad Afif Dwi Ardhiansyah menjelaskan, kerangka ini disusun dengan tujuan untuk memotivasi fasilitator sertifikasi untuk lebih aktif dalam proses pendampingan melalui game yang menyenangkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas sertifikasi, langkah ini juga ditargetkan akan memberikan dorongan yang positif bagi para pelaku halal dalam menjalankan tugas mereka dengan semangat dan kreativitas. Penggunaan kerangka kerja octalysis ini diharapkan bisa mempengaruhi perilaku pengguna saat menggunakan aplikasi lewat elemen yang telah diintegrasikan. Seperti, pic meaning and calling, development and accomplishment, empowerment of creativity and feedback, ownership and possession, influence and relatedness, dan unpredictability and curiosity. Pria yang akrab disapa Afif ini menyoroti pentingnya unsur unpredictability and curiosity dalam fitur sedekah ajuan sertifikasi yang memungkinkan fasilitator untuk memilih sesama fasilitator untuk membantu proses sertifikasi halal bagi pelaku usaha. Selain itu, SIPHalal juga menyimpan riwayat permintaan sertifikasi halal di dashboard untuk memudahkan fasilitator dalam melacak status permintaan yang diajukan oleh para pelaku usaha. Beralih ke unsur development and accomplishment kerangka kerja octalysis, SIPHalal menerapkan sejumlah fitur menarik yang melibatkan pengguna dengan sistem poin, experience point (XP), dan ornamen yang diberikan sebagai penghargaan atas aktivitas yang mereka lakukan dalam aplikasi SIPHalal. “Ini bertujuan untuk meningkatkan semangat fasilitator dalam menyelesaikan pengajuan sertifikasi,” tambah Afif. Tak hanya berisikan game percepatan halal, aplikasi ini juga memiliki fitur surga kuliner yang memungkinkan pengguna dapat bermain game agar pengalaman menggunakan aplikasi tidak monoton. “Ornamen dalam permainan dapat dibeli dengan koin yang diperoleh dari hadiah untuk memenuhi unsur kerja ownership and possession,” tegas Afif. Menariknya lagi, dalam hal arsitektur aplikasi, Afif menyebutkan bahwa SIPHalal menggunakan berbagai teknologi, termasuk Next.JS untuk frontend, NestJS untuk backend, dan teknologi lainnya yang mendukung pembuatan aplikasi SIPHalal. Selain itu, aplikasi ini juga telah terintegrasi dengan database Pusat Kajian Halal (PKH) ITS. Lewat seluruh pengembangan aplikasi gamifikasi ini, inovasi gamifikasi dalam SIPHalal diharapkan dapat memberikan manfaat berupa peningkatan motivasi fasilitator, kualitas sertifikasi yang lebih baik, penggugah kreativitas pengguna. Dengan target utama, layanan jaminan produk halal di Indonesia juga selaras untuk meningkatkan kualitas produk halal. Aplikasi yang dikembangkan bersama dua temannya, Mohammad Fadhil Rasyidin Parinduri, dan Kurnia Cahya Febryanto ini berhasil meraih Juara 2 pada ajang Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) XVI. Afif dan tim bertekad untuk terus melakukan pengembangan gamifikasi lebih lanjut berupa tycoon. (hp)

Read More