Donald Trump

Donald Trump Beri Kesempatan! Hamas Akan Dibasmi Jika Langgar Gencatan Senjata dengan Israel

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menarik perhatian dunia setelah memberikan ultimatum keras kepada kelompok Hamas terkait gencatan senjata Gaza. Trump menegaskan bahwa Hamas diberi kesempatan untuk mematuhi kesepakatan damai yang telah dibuat, namun jika mereka melanggar, AS siap bertindak tegas. “Kami telah mencapai kesepakatan dengan Hamas agar mereka menjaga perilaku mereka. Jika mereka gagal, kami tidak akan ragu untuk membasmi mereka,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih saat menjamu Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, pada Senin waktu Washington. Pernyataan itu muncul setelah dua utusan AS bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di tengah meningkatnya ketegangan yang mengancam keberlangsungan gencatan senjata Gaza yang baru berjalan dua minggu. Amerika Tak Akan Terlibat Langsung, Israel Siaga Penuh Trump menegaskan bahwa pasukan Amerika tidak akan terlibat langsung dalam konflik di Gaza. Ia menyebutkan bahwa puluhan negara telah sepakat untuk bergabung dalam pasukan stabilisasi internasional yang akan membantu menjaga keamanan wilayah tersebut. “Jika saya meminta Israel untuk turun tangan, mereka akan masuk dalam dua menit,” ujar Trump dengan nada percaya diri. Namun, ia menambahkan bahwa pihaknya akan memberi waktu bagi Hamas untuk membuktikan komitmen mereka terhadap perdamaian. Menurut Trump, posisi Hamas kini semakin lemah. Dukungan Iran yang sebelumnya menjadi kekuatan utama mereka, diyakini tidak akan ikut campur setelah serangan besar yang dilakukan AS dan Israel pada awal tahun ini. Baca juga: Biadab! Israel Bayar Google Rp740 Miliar untuk Tutupi Berita Kelaparan Gaza Netanyahu Akui Pelanggaran Gencatan Senjata Gaza Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, justru secara terbuka mengakui bahwa negaranya telah melanggar gencatan senjata Gaza. Bahkan, ia menyatakan kebanggaannya karena pasukan Zionis menjatuhkan 153 ton bom ke wilayah tersebut. Kantor media Gaza melaporkan bahwa sejak kesepakatan gencatan diberlakukan pada 10 Oktober, Israel telah melakukan lebih dari 80 pelanggaran. Akibatnya, sedikitnya 97 warga Palestina tewas dan lebih dari 230 lainnya luka-luka. Meskipun begitu, Israel menyatakan masih berkomitmen pada perjanjian tersebut dan menuduh Hamas sebagai pihak yang lebih dulu menyerang. Namun, Hamas membantah tuduhan itu dan menegaskan tetap menghormati kesepakatan damai yang diinisiasi oleh Trump. Krisis di Timur Tengah kembali memanas setelah munculnya ancaman dan pelanggaran dalam gencatan senjata Gaza. Sementara Trump menekankan pentingnya komitmen damai dari Hamas, realitas di lapangan menunjukkan bahwa perdamaian sejati masih jauh dari harapan. Dunia kini menunggu apakah kesepakatan yang digagas oleh Trump mampu bertahan di tengah tekanan politik dan militer yang terus meningkat. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: al24news.dz Sumber artikel: https://international.sindonews.com/read/1634945/42/trump-hamas-akan-dibasmi-jika-langgar-gencatan-senjata-dengan-israel-1761019835

Read More

Israel Ancam Lanjutkan Serangan ke Gaza Setelah Pemulangan Sandera: Dunia Khawatir Genosida Baru

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa serangan militer ke Gaza akan dilanjutkan setelah semua sandera dipulangkan. Pernyataan ini memicu kekhawatiran dunia terhadap potensi genosida baru di Jalur Gaza Tel Aviv – 1miliarsantri.net: Dunia internasional kembali dikejutkan oleh pernyataan keras Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang menegaskan bahwa pasukan pendudukan Israel (IDF) akan melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza setelah semua sandera yang tersisa dipulangkan. Pernyataan tersebut disampaikan Katz melalui akun resminya di platform X (Twitter) pada Rabu malam. Ia secara terbuka menentang kesepakatan gencatan senjata terbaru yang baru saja dicapai antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas. Menurutnya, tantangan terbesar Israel setelah pemulangan para sandera adalah penghancuran seluruh jaringan terowongan bawah tanah yang disebut sebagai “terowongan teror Hamas”. Katz menegaskan bahwa langkah ini akan dilakukan baik oleh militer Israel (IDF) maupun melalui mekanisme internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat. “Saya telah menginstruksikan IDF untuk bersiap melaksanakan misi tersebut. Inilah makna utama penerapan prinsip demiliterisasi Gaza dan pelucutan senjata Hamas,” lanjutnya. Kecaman dan Kekhawatiran Dunia Internasional Pernyataan Katz langsung memicu kecaman luas dari berbagai organisasi kemanusiaan dan pengamat politik internasional. Banyak pihak menilai bahwa pernyataan tersebut merupakan indikasi nyata ancaman genosida lanjutan terhadap warga sipil Palestina di Gaza, yang hingga kini masih berjuang bertahan di tengah blokade dan kehancuran. Lembaga pemantau HAM di Timur Tengah, Middle East Monitor, menyebut bahwa sikap Israel tersebut berpotensi menggagalkan proses perdamaian yang baru saja disepakati melalui perjanjian gencatan senjata sementara. Selain itu, para pengamat menilai bahwa dukungan Amerika Serikat dalam mekanisme penghancuran Hamas dapat semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza, mengingat ribuan warga sipil telah menjadi korban sejak awal agresi militer Israel. Konteks Politik dan Militer di Gaza Sejak awal 2024, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza dengan dalih menghancurkan Hamas. Namun, laporan dari berbagai lembaga internasional menunjukkan bahwa mayoritas korban justru adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. PBB dan sejumlah negara Arab telah menyerukan penghentian serangan, namun hingga kini, pemerintah Israel tetap bersikeras melanjutkan operasi militernya dengan alasan keamanan nasional dan penegakan prinsip demiliterisasi. Jika ancaman terbaru Israel benar-benar dilaksanakan, maka krisis kemanusiaan di Gaza akan kembali meningkat tajam, memperburuk kondisi rumah sakit, infrastruktur, dan pasokan logistik yang sudah lumpuh akibat blokade berkepanjangan. Arah Kebijakan Militer Israel Tidak Mengarah Pada Perdamaian Pernyataan Israel Katz memperlihatkan bahwa arah kebijakan militer Israel belum mengarah pada perdamaian yang berkelanjutan, melainkan pada eskalasi kekerasan baru. Dunia kini menanti langkah-langkah diplomatik dari komunitas internasional untuk mencegah genosida baru di Gaza dan memastikan agar proses perdamaian tidak kembali kandas.*** Sumber : Middle East Monitor dan Channel WhatsApp Free Palestine Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto : commons.wikimedia.org

Read More

Robot Jaguar Dipakai Militer Israel Gantikan Tentara Tempur Dalam Perang Gaza

‘Jaguar’: Robot Terbaru dan Tercanggih IDF Hadapi Pejuang Palestina Yerusalem – 1miiliarsantri.net: Robot Jaguar merupakan sistem robotik semi-otonom yang dirancang untuk menggantikan peran prajurit di perbatasan, khususnya pada zona perbatasan Gaza. Robot ini dikembangkan bersama oleh IDF dan Israel Aerospace Industries (IAI). Militer Israel mengandalkan Jaguar untuk menggantikan tentara tempurnya menghadapi pejuang Palestina di jalur Gaza, yang hingga saat ini belum mampu dikuasai Israel, juga belum bisa melunpuhkan kekuatan Hamas. Fungsi Utama Jaguar Energi dan Daya Tahan Perangkat militer IDF ini diperkuat beberapa baterai lithium-ion 6T COMBATT yang diproduksi oleh perusahaan Epsilor. Setiap unit Jaguar dilengkapi baterai yang menyimpan lebih dari 16 kWh energi—memberikan daya tahan cukup untuk berbagai fungsi, termasuk propulsi, persenjataan, sensor, dan sistem komunikasi. Manfaat Strategis Dalam Perang Kelemahan Jaguar Jaguar memang menawarkan keunggulan besar dalam mengurangi risiko bagi prajurit dan menjaga perbatasan secara 24/7. Namun, ia masih terbatas pada ketahanan energi, potensi kerentanan elektronik, biaya tinggi, serta isu etika dan hukum perang. Penggunaan Jaguar dalam era perang modern bukan solusi tunggal, penggunaan robot tempur bagian dari kombinasi pertahanan dengan kemampuan prajurit manusia.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : EurAsianTimes dan IDF.IL

Read More
Brigade-Al-Qassam-Siap-Tempur

Gaza di Persimpangan: Perlawanan Palestina dan Rencana Pendudukan Israel yang Memicu Badai Kecaman Global

Gaza – 1miliarsantri.net : Langkah terbaru Israel untuk menguasai penuh Kota Gaza menjadi titik balik baru dalam konflik berkepanjangan di Timur Tengah. Keputusan kabinet keamanan Israel ini, yang diumumkan pada Jumat malam, memicu gelombang reaksi keras dari berbagai belahan dunia, sementara para analis memperingatkan dampak kemanusiaan dan politik yang akan semakin memburuk. Rencana tersebut meliputi pendudukan wilayah strategis di timur Gaza, pembentukan pemerintahan sipil non-Hamas, serta pemindahan paksa hingga satu juta warga Palestina ke wilayah selatan. Menurut laporan Al Jazeera (8/8/2025), sejumlah kawasan di Gaza Timur sudah porak-poranda akibat serangan udara dan artileri, sementara penumpukan pasukan Israel di sekitar kota menunjukkan persiapan menuju kontrol total. Pakar Militer: Perlawanan Bersenjata, Pilihan Satu-satunya Brigadir Jenderal Elia Hanna, analis militer asal Lebanon, menegaskan bahwa opsi diplomasi nyaris tertutup. “Perlawanan bersenjata kini menjadi satu-satunya pilihan realistis bagi rakyat Palestina,” ujarnya dalam wawancara dengan Al Jazeera (8/8/2025). Hanna memprediksi pendudukan ini akan memicu perlawanan sengit yang bisa menguras sumber daya militer Israel sekaligus menambah tekanan politik dalam negeri di Tel Aviv. Narasi Sesat Israel: ‘Membebaskan Gaza dari Hamas’ Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membela rencana ini dengan mengatakan, “Our goal is not to occupy Gaza, our goal is to free Gaza from Hamas” (AP News, 8/8/2025). Menurut Netanyahu, operasi ini bertujuan “demiliterisasi” dan menciptakan pemerintahan sipil yang tidak terafiliasi Hamas. Namun, banyak pengamat menilai pernyataan ini kontradiktif dengan realitas lapangan, di mana penguasaan penuh Israel berarti kontrol politik, militer, dan administratif yang mendalam. Kecaman Dunia Internasional Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengecam rencana Israel sebagai “eskalasi berbahaya” yang mengancam keselamatan warga sipil (AP News, 8/8/2025). Komisioner Tinggi HAM PBB Volker Türk menegaskan bahwa tindakan ini melanggar hukum internasional, termasuk putusan Mahkamah Internasional tentang hak penentuan nasib sendiri Palestina (DW, 8/8/2025). Sejumlah negara turut mengecam, diantaranya : Australia, Italia, Jerman, Selandia Baru dan Inggris menolak tegas rencana Israel untuk menduduki Kota Gaza di Jalur Gaza, Palestina. Melalui pernyataan bersama, para menteri luar negeri ke lima negara itu menyebutkan operasi militer Israel akan semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat parah serta membahayakan nyawa para sandera. Prancis memperingatkan risiko kebuntuan politik (The Guardian, 8/8/2025). Sementara Inggris menyebut langkah itu “salah” dan kontraproduktif (The Guardian, 8/8/2025). Serta Australia menegaskan pengusiran warga melanggar hukum humaniter internasional (The National, 8/8/2025). Turki menyebutnya ini merupakan “pukulan besar bagi perdamaian” (Anadolu Agency, 8/8/2025). Sedangkan Cina menyerukan gencatan senjata segera (Channel News Asia, 8/8/2025). Kemudian pemerintah Jerman memilih menangguhkan ekspor senjata ke Israel (DW, 8/8/2025). Pemerintah Indonesia sendiri menegaskan tindakan ini ilegal menurut Piagam PBB (Antara News, 8/8/2025). Krisis Kemanusiaan di Depan Mata Data dari badan-badan kemanusiaan menunjukkan ancaman bencana baru. Lebih dari 61.000 warga Palestina telah tewas sejak konflik pecah kembali, dan PBB melaporkan 98 anak meninggal akibat malnutrisi akut. Situasi ini digambarkan sebagai “kelaparan sejati” yang mengintai seluruh Gaza (The Guardian, 8/8/2025). Pemindahan paksa dalam skala besar berpotensi memicu gelombang pengungsi menuju Mesir dan Yordania, mengancam stabilitas kawasan. Ketegangan di Dalam Negeri Israel Meski mendapat dukungan dari sebagian besar menteri sayap kanan, rencana Netanyahu memicu perpecahan internal. Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Letjen Eyal Zamir, dilaporkan menolak rencana pendudukan penuh karena khawatir akan “perang tanpa akhir” dan keselamatan sandera yang masih ditahan di Gaza (El País, 8/8/2025). Sementara itu, beberapa menteri menilai Netanyahu justru tidak cukup keras, menuduhnya mengorbankan “keamanan demi politik” (Reuters, 8/8/2025). Motif Politik di Balik Langkah Militer Analis politik yang dikutip The New Yorker menilai ada kemungkinan bahwa eskalasi ini tidak semata didorong pertimbangan militer, tetapi juga untuk memperkuat posisi politik Netanyahu di tengah tekanan domestik. Dengan memusatkan perhatian publik pada ancaman eksternal, kritik terhadap penanganan insiden 7 Oktober dan skandal korupsi yang membelit dirinya dapat teredam. Langkah Selanjutnya: Pertarungan di Arena Diplomasi Dewan Keamanan PBB telah menjadwalkan rapat darurat untuk membahas situasi ini. Beberapa negara Eropa dan negara Teluk mendesak resolusi yang menuntut penghentian rencana pendudukan. Namun, veto dari anggota tetap seperti AS kemungkinan menjadi penghalang utama bagi langkah diplomatik yang efektif. Gaza di Ujung Krisis Pendudukan penuh Kota Gaza oleh Israel berpotensi menjadi babak paling destruktif dalam sejarah konflik Israel–Palestina pasca-1948. Bagi rakyat Palestina, seperti kata Brigjen Elia Hanna, perlawanan bersenjata mungkin menjadi satu-satunya pilihan yang tersisa. Bagi dunia, tantangannya adalah mencegah krisis kemanusiaan yang semakin dalam dan mendorong terciptanya jalur diplomasi yang nyata—sebelum Gaza benar-benar runtuh, bukan hanya secara fisik, tetapi juga sebagai simbol harapan bagi perdamaian di Timur Tengah. (***) Penulis : Abdullah al-Mustofa Editor : Toto Budiman Foto : Al Jazeera, Fox News Channel

Read More

34 Warga Gaza Tewas Ditembak Pasukan Israel, Warga Israel Unjuk Rasa Tolak Rencana Netanyahu

Gaza, Palestina – 1miliarsantri.net: Militer Israel kembali berulah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap warga Gaza yang berkumpul di titik distribusi bantuan menunggu bantuan makanan dan air bersih. Warga Gaza ditembak secara acak dan brutal oleh tentara penjajah Israel. Arabnews memberitakan, Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan “sedikitnya 34 orang tewas akibat tembakan Israel pada hari Sabtu, termasuk lebih dari selusin warga sipil yang sedang menunggu untuk menerima bantuan.” Menurut catatan otoritas Palestina, “6 orang lainnya tewas sementara 30 orang terluka setelah pasukan Israel menargetkan warga sipil yang berkumpul di dekat titik bantuan di Gaza tengah,” katanya. Bassal mengatakan, Serangan di Gaza tengah juga mengakibatkan banyak korban, dan serangan drone (pesawat tak berawak) di dekat kota selatan Khan Yunis menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai beberapa lainnya. Warga Israel Menentang Rencana Netanyahu Mengambilalih Kota Gaza Sepenuhnya Hal yang tidak diperkirakan oleh rezim Benyamin Netanyahu, warga Israel berunjuk rasa melakukan protes menentang rencana pemerintahnya untuk menduduki Gaza sepenuhnya. Jalan raya Ayalon di Tel Aviv ditutup karena para pengunjuk rasa menyalakan api unggun di jalan; keluarga para sandera meratapi ‘para penghasut perang abadi’ karena memilih untuk ‘mengorbankan’ orang-orang yang mereka cintai Mengutip The Times Of Israel, Puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di Tel Aviv dan kota-kota di seluruh Israel pada Sabtu malam untuk menuntut kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata sebelum Israel meluncurkan misi yang direncanakan untuk menaklukan Kota Gaza, sementara keluarga para tawanan menyerukan pemogokan umum sebagai bentuk penentangan terhadap rencana tersebut yang mereka peringatkan akan menandai lonceng kematian bagi orang-orang yang mereka cintai. Warga Israel yang dibebaskan Hamas pada Februari lalu sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata-sandera terakhir, berbicara di Hostages Square, Eliya Cohen mengatakan “Keputusan untuk mengambil alih Gaza membuat saya stres. Saya tahu apa yang terjadi pada para sandera ketika pertempuran semakin intensif.” Lonceng Kematian Para Sandera Dan Tentara Jika Rencana Netanyahu Dijalankan Aksi unjuk rasa anti-pemerintah dan pro-kesepakatan penyanderaan di depan pintu masuk Begin Street ke markas besar IDF di Tel Aviv, para pembicara mendesak para prajurit untuk menolak bertugas dalam pertempuran yang meluas, dan menyerukan kepada para pemimpin oposisi serta para pemimpin bisnis, buruh, dan akademisi untuk menghentikan sementara kegiatan negara. Ibu seorang perwira tempur di cadangan IDF, yang diperkenalkan hanya sebagai Bat-El, mengatakan kepada khalayak yang mendengarkan bahwa “para prajurit IDF semakin lemah secara fisik dan mental serta tidak memiliki perlengkapan pertahanan yang memadai.” Rencana pengambilalihan Kota Gaza “menempatkan Israel pada jalur pasti menuju perang abadi yang akan mengakibatkan kematian para sandera, menyebabkan kematian ratusan tentara, dan menyebabkan hancurnya citra Israel,” ujarnya. “Jangan setuju memasuki Gaza,” desaknya. “Tolak berpartisipasi dalam perang yang jelas-jelas ilegal,” tegasnya. Aktivis Sayap Kiri memajang tanda-tanda yang menunjukkan gambar anak-anak Palestina yang dibunuh oleh IDF di Gaza. Dibagian lain kota Tel Aviv, ratusan aktivis sayap kiri mengadakan protes diam-diam, memajang tanda-tanda yang menunjukkan gambar anak-anak Palestina yang dibunuh oleh IDF di Gaza. Mereka memegang foto anak-anak Palestina yang dibunuh oleh Israel di Gaza, di Taman HaMesila. Sejumlah pengunjuk rasa mengangkat obor menyala saat mereka bersiap berbaris di sekitar markas besar IDF untuk memprotes rencana kabinet, bersama ribuan lainnya yang bergabung dari unjuk rasa Hostages Square yang berjarak satu blok. Jumlah pengunjuk rasa makin membludak, semakin banyak masa berkumpul dekat Begin, di sisi lain puluhan orang membanjiri jalan raya Ayalon, menghalangi lalu lintas ke arah utara dan selatan serta menyalakan api unggun, dan kemudian disingkirkan oleh polisi yang membuka kembali jalan raya tersebut. Meskipun mendapat reaksi keras dan rumor perbedaan pendapat dari petinggi militer Israel, Netanyahu tetap teguh pada keputusan tersebut. Dia mengabaikan 61.000 warga Palestina yang syahid dan 1.219 orang warga Israel yang tewas akibat perang sejak 7 Oktober 2023.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : ArabNews, The Times Of Israel Foto Istimewa ArabNews, The Times Of Israel

Read More

Kepala Militer Israel Tolak Usulan Netanyahu Rebut Sisa Wilayah Gaza

Yerusalem – 1miliarsantri.net: Pertemuan antara Perdana Menteri Israel dengan Kepala Militer yang berlangsung tiga jam berlangsung tegang. Usulan Netanyahu untuk merebut sisa wilayah Gaza ditolak Kepala Staf Militer. Mengutip arabnews.com, Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir memperingatkan perdana menteri akan bahaya yang ditimbulkan yang bisa menjebak militer zionis dan mengancam keselamatan jiwa para sandera yang ditawan oleh pejuang Palestina. Baca juga: Biadab! Israel Menembakan Rudal Ke Arah Anak-Anak Gaza Yang Sedang Mengambil Air Klaim Israel Kuasai 75 Persen Wilayah Gaza Pemerintah zionis mengklaim berhasil menguasai 75 persen wilayah Gaza setelah hampir dua tahun terjadinya perang yang diawali pada 7 Oktober 2023 silam, ketika pejuang Hamas berhasil menyerang wilayah Israel dan menghancurkan berbagai fasilitas militer zionis yahudi serta menawan tentara israel dan penduduk sipil. Israel menghancurkan rumah, sekolah, masjid serta rumah ibadah umat Kristen, dan rumah sakit, juga fasilitas medis lainnya. Sebagian besar wilayah kantong pesisir yang padat penduduk itu telah hancur akibat pemboman yang dilakukan israel. Pihak militer Israel menuduh Hamas beroperasi di antara warga sipil, terkadang menghindari wilayah-wilayah yang menurut intelijen diduga menjadi tempat para sandera ditawan, dan mantan tawanan mengatakan para penculik mengancam akan membunuh mereka jika pasukan Israel mendekat. Baca juga: Gadis Kecil Gaza: ‘Kembalikan Ibuku Dari Surga’ Menteri Pertahan Israel Pastikan Militer Melaksanakan Keputusan Pemerintahnya Israel Katz melalui pesan tertulisnya mengatakan bahwa “panglima militer memiliki hak dan kewajiban untuk menyuarakan pendapatnya”, dia melanjutkan, “tetapi militer akan melaksanakan keputusan pemerintah hingga semua tujuan perang tercapai”, tegasnya Rabu 6/7/2025. Sementara itu Kantor Perdana Menteri Israel menolak memberikan tanggapan dan komentar terkait pertemuan dengan Zamir dan petinggi militer zionis pada Selasa 5/8/2025. PM Netanyahu pada medio Mei 2025 mengatakan “Israel akan menguasai seluruh Gaza, diapun meenegaskan memimpin pemerintahan koalisi paling dalam sejarah Israel dan bersama mitranya akan mundur jika pemerintah mengakhiri perang.” Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu akan mengumpulkan kabinet keamanannya pada hari Kamis untuk membuat keputusan akhir tentang langkah selanjutnya dalam perang di wilayah Palestina. Tekanan Internasional Untuk gencatan Senjata dan Mencegah Bencana Kelaparan Di Gaza Menurut catatan Israel, terdapat 50 sandera yang masih ditahan di Gaza, di mana setidaknya 20 orang diyakini masih hidup. Video yang dirilis oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan lain di Gaza, minggu lalu yang memperlihatkan dua sandera yang sangat kurus memicu kecaman internasional. Disisi lain, dilaporkan setidaknya 200 warga Palestina meninggal dunia karena mal nutrisi dan bencana kelaparan terburuk sejak perang berkecamuk akibat embargo Israel dan penghadangan terhadap konvoi bantuan yang akan memasuki Gaza. Baca juga: Menyedihkan! 1 Dari 10 Anak Di Gaza Menderita Malnutrisi Perluasan serangan militer di daerah padat penduduk kemungkinan akan sangat menghancurkan. Banyak dari 2 juta warga Palestina di Gaza tinggal di tenda-tenda di selatan wilayah itu, mengungsi akibat pemboman selama 22 bulan. Israel Kewalahan Menghadapi Perang Yang Berlangsung Lama Meskipun mengklaim menguasai 75% wilayah Gaza, perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 membuat militer zionis itu kewalahan, mereka harus terus memobilisasi pasukan cadangan untuk memperluas wilayah operasinya dan mencaplok lebih banyak wilayah. Israel masih terus melakukan serangan udara terhadap Gaza pada Rabu. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan dalam serangan itu telah menewaskan sebanyak 135 orang dalam 24 jam terakhir. “jumlah korban tewas sejak awal konflik sekarang mencapai lebih dari 61.000, sebagian besar warga sipil”, pungkas pejabat Kementerian Kesehatan.*** Penulis dan Editor : Thamrin Humris Foto iluistrasi AI Sumber Arab News

Read More