Bagaimana Gen Z Mengonsumsi Fashion, Gaya Hidup atau Gaya Pikir?

Gresik – 1miliarsantri.net: Fashion sudah bukan sekadar soal baju atau celana saja. Bagi Generasi Z atau yang biasa disebut sebagai Gen Z, saat ini fashion sudah menjadi sebuah identitas, ekspresi diri, bahkan alat komunikasi yang tidak perlu disampaikan dengan kata-kata. Kalian mungkin salah satu dari mereka yang memilih outfit dengan teliti karena tahu apa yang dipakai bisa mencerminkan siapa dirimu. Berbicara tentang fashion, kali ini kita akan membahas bagaimana Gen Z mengonsumsi fashion, sebagai alat untuk gaya hidup ataukah sebagai gaya pikir? Untuk menjawab pertanyaan itu simak artikel ini sampai selesai. Pembahasan ini akan dikembangkan berdasarkan hasil survei UMN Consulting. Hasil survei ini memberikan gambaran soal bagaimana Gen Z di Indonesia mengonsumsi fashion. Yuk, kita ulik lebih dalam! Gen Z Lebih Suka Beli Sedikit Tapi Tepat Jika kalian berpikir bahwa anak muda zaman sekarang doyan belanja pakaian terus-terusan, maka perlu kalian ketahui jika pernyataan itu tidak selalu benar. Dari data yang dikumpulkan UMN Consulting terhadap 1.047 responden, mayoritas Gen Z (62,37%) hanya membeli 1–5 pakaian dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z makin selektif dalam memilih fashion. Nggak asal beli, tapi lebih mikirin kualitas dan kebutuhan. Ada juga 26,46% yang membeli 6–10 pakaian, dan cuma 11,17% yang belanja lebih dari 10 pakaian per tahunnya. Hal ini, bisa jadi karena mereka mulai sadar akan pentingnya konsumsi berkelanjutan atau mungkin juga karena pengaruh tren mix and match yang membuat satu item bisa dipakai berkali-kali dengan gaya berbeda. Ini bukti nyata bahwa fashion tidak selalu tentang kuantitas, tapi lebih ke arah strategi dan kecerdasan dalam memilih. Apa Yang Jadi Pertimbangan Gen Z Saat Belanja Fashion? Sebelum kita masuk toko atau buka e-commerce buat belanja baju, pasti ada banyak hal yang kita pertimbangkan. Nah, hasil survei ini juga memberikan pertimbangan utama Gen Z sebelum memutuskan untuk membeli fashion item tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, aplikasi LiLi Style telah hadir dan telah menempati peringkat 10 teratas aplikasi e-commerce di playstore Indonesia. Bersamaan dengan itu, aplikasi ini telah mengumumkan misinya sebagai platform dengan jutaan pengguna, untuk mendukung dan meningkatkan penjualan para pelaku bisnis fashion lokal di Indonesia. LiLi Style merupakan platform aplikasi fashion wanita yang mengandalkan teknologi AI (artificial intelligene) tercanggih, dalam proses kurasi item lebih dari 1.000 toko lokal yang telah disesuaikan dengan preferensi setiap pengguna. Alih-alih menawarkan brand-brand besar yang telah didistribusikan secara luas, aplikasi fashion ini memanfaatkan teknologi AI untuk mempromosikan produk-produk toko fashion lokal yang unik dengan panduan segmentasi dan personalisasi style pengguna.  Tidak heran, jika desain menjadi alasan nomor satu dengan persentase tertinggi, yakni 98,85%. Siapa sih yang tidak ingin tampil kece?, apalagi jika sesuai dengan selera dan kepribadian. Apalagi di era media sosial seperti sekarang ini, dimana penampilan menjadi salah satu bentuk ekspresi yang paling kelihatan. Di posisi kedua ada “harga” dengan nilai 97,52%. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun desain itu penting, harga tetap menjadi penentu utama. Dengan angka ini dapat kita simpulkan bahwa Gen Z cerdas dalam memilih fashion, mereka mau tetap stylish tapi tetap sesuai dengan isi dompet. Selanjutnya ada faktor “brand yang populer” dengan angka mencapai 49,38%, bahan yang ramah lingkungan (38,87%), dan influencer (15,38%). Yang menarik di sini adalah tingkat kepedulian Gen Z terhadap keberlanjutan. Hampir 40% dari mereka mempertimbangkan apakah pakaian yang mereka beli ramah lingkungan atau tidak. Ini sinyal positif buat brand fashion agar lebih peduli terhadap lingkungan dan etika produksi. Menyeimbangkan Gaya, Harga, Dan Nilai Jika kalian termasuk orang yang menyukai fashion, maka sudah pasti kalian mengetahui tantangan terbesar dalam dunia fashion, yaitu menyeimbangkan antara gaya, harga, dan nilai. Nah, Gen Z ternyata sudah mulai memiliki kesadaran tinggi akan hal ini. Mereka tidak membeli hanya karena mengikuti tren saja, tapi juga telah memikirkan dampaknya baik itu secara sosial maupun lingkungan. Pilihan kita untuk lebih bijak dalam belanja fashion bisa menjadi contoh buat generasi lainnya. Misalnya, beli dari brand lokal, dukung usaha kecil, atau milih bahan yang lebih sustainable. Ini bukan cuma soal gaya, tapi juga sebagai bentuk tanggung jawab. Fashion buat Generasi Z sudah berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam. Bukan cuma soal kelihatan keren, tapi juga soal nilai, makna, dan pilihan yang berdampak. Dari survei ini, kita bisa melihat jika fashion tidak hanya soal penampilan saja. Melainkan juga soal kepribadian, prinsip, dan kadang bahkan statement sosial. Terkadag desain yang unik, harga yang masuk akal, dan nilai yang dibawa oleh sebuah brand bisa menjadi pertimbangan penting dalam setiap pembelian. Jadi, jika kalian adalah salah satu bagian dari Gen Z, sudah pasti relate banget dengan hal ini. Fashion bisa menjadi cara untuk menunjukkan siapa dirimu sebenarnya bukan hanya dari luar, tapi juga nilai-nilai yang kamu pegang di dalam. Dan buat kalian yang punya brand fashion atau pengen masuk ke dunia fashion, pahami dulu karakteristik Gen Z ini. Mereka nggak gampang dibujuk hanya dengan iklan. Mereka juga mencari makna, dan kalian harus bisa menyediakannya. Bagi gen Z fashion sudah berubah wujud menjadi bahasa baru. Dan kalian, sebagai bagian dari generasi ini, punya peran besar untuk terus membuat fashion menjadi lebih bijak, lebih personal, dan tentunya lebih berdampak.*** Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman

Read More

Presiden Prabowo Tegaskan Proyek Giant Sea Wall Akan Tetap dimulai Dengan Kekuatan Nasional

Jakarta – 1miliarsantri.net: Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto dalam Konferensi Internasional Infrastruktur Tahun 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), pada Kamis, 12 Juni 2025, menegaskan komitmen pemerintah pusat terkait Proyek Strategis Nasional. Salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) adalah pembangunan Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Pantai Utara Jawa. Menurut Prabowo, Giant Sea Wall merupakan salah satu infrastruktur paling vital. Mengutip presiden.go.id, Prabowo mengatakan Giant Sea Wall sebagai salah satu infrastruktur paling vital yang harus segera diwujudkan demi melindungi kawasan pantai utara Pulau Jawa dari ancaman rob dan perubahan iklim ekstrem. 500 Kilometer Dari Banten Hingga Gresik Proyek Strategis Nasional Giant Sea Wall yang telah masuk dalam perencanaan sejak 1995 akan dibangun membentang dari Banten hingga Gresik di Jawa Timur sejauh 500 kilometer. Menurut Presiden, pembangunan ini akan memakan waktu 20 tahun, “Kalau sampai ke Jawa Timur mungkin membutuhkan waktu 20 tahun, 15 sampai 20 tahun. Tidak ada masalah. Ada pepatah kuno: perjalanan 1000 km dimulai oleh satu langkah. Kita akan segera mulai itu,” tegas Presiden Prabowo. Badan Otorita Tanggul Laut Pantai Utara Jawa Untuk mengawal pelaksana pembangunan Tanggul Laut Pantai Utara Jawa, yang membentang dari Banten hingga Gresik, dengan biaya yang sangat besar, pemerintah akan membentuk Badan Otorita Tanggul Laut Pantai Utara Jawa. Presiden juga menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah khususnya DKI Jakarta, untuk pembangunan tahap awal yang dimulai di Teluk Jakarta, dengan biaya 8-10 miliar dollar. “Khusus Teluk Jakarta kemungkinan 8-10 miliar dolar. Kalau 8-10 miliar dolar, saya kira kita sendiri mampu. Saya sudah ketemu Gubernur DKI dan saya sudah kirim utusan. Saya bilang, DKI harus urunan, Pemerintah Pusat urunan. Jadi kalau 8 miliar dolar katakanlah 8 tahun berarti 1 miliar dolar, 1 tahun. Menteri Keuangan sudah kelihatan tegang melihat. Tenang Bu, DKI nyumbang. Jadi DKI setengah, Pemerintah Pusat setengah,” tutur Presiden. Kerja Sama Internasional Untuk pelaksanaan pembangunan Proyek Strategis Nasional, pemerintahan Prabowo membuka peluang dan menyatakan keterbukaan terhadap kerja sama internasional. Namun Presiden Prabowo menegaskan bahwa proyek akan tetap dimulai dengan kekuatan nasional. “Kita terbuka perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, dari Jepang, dari Korea, dari Eropa, dari Timur Tengah yang mau ikut silakan. Tapi kita tidak tunggu, kita akan gunakan kekuatan kita sendiri,” Tutup Presiden Prabowo Subianto.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Toto Budiman Foto istimewa (dok. presidenri.go.id)

Read More