Kisah Inspiratif dari Tenda Pengungsi Gaza ‘Empat Bersaudari Sukses Menghafal Al-Quran’ di Tengah Perang dan Kelaparan

Gaza – 1miliarsantri.net: Di tengah kecamuk perang yang tak henti-hentinya melanda Jalur Gaza, sebuah kisah inspiratif muncul dari tenda-tenda pengungsian yang panas dan sesak, membuktikan bahwa cahaya Al-Quran dapat bersinar bahkan dalam kegelapan yang paling pekat. Empat bersaudari dari keluarga Al-Masri, yang kini menjadi penghafal Al-Quran, telah mengukir prestasi luar biasa, dengan tiga di antaranya berhasil menghafal seluruh Al-Quran Di tengah deru konflik yang tak henti, ketiganya berhasil menuntaskan hafalan Al-Qur’an, di bawah bimbingan saudari tertua mereka. Tim Al Jazeera Mubasher, yang melaporkan langsung dari salah satu tenda pengungsian keluarga Al-Masri, bertemu dengan keempat bersaudari ini. Mereka adalah Alma (17 tahun), Hala (20 tahun), Sama (15 tahun), dan Nada (22 tahun), sang pembimbing. Nada sendiri telah menyelesaikan hafalan Al-Qurannya pada September 2023. Perjalanan Menuju Hafalan di Tengah Cobaan Perjalanan menghafal Al-Quran ini jauh dari mudah. Alma mengungkapkan bahwa prosesnya sangat sulit dan penuh banyak kesulitan, termasuk pengalaman pengungsian, kelaparan, dan pengusiran. Namun, dengan ketekunan, ia berhasil menjadi hafizah dan merasakan perasaan indah yang tak terlukiskan. Hala mengidentifikasi panas yang sangat menyengat, tempat yang sempit, kurangnya ketenangan, dan suara bom yang dekat sebagai rintangan terberat yang mereka hadapi. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa mereka mengatasi kesulitan ini dengan tekad dan kesabaran. Motivasi mereka tak hanya datang dari keinginan pribadi, melainkan juga dari harapan untuk dapat memakaikan mahkota kepada orang tua mereka di Hari Kiamat. Sama, yang termuda di antara, menggambarkan perjalanannya sebagai sulit tapi manis. Ia juga menyoroti kondisi yang memburuk: pengungsian, pengusiran, kehilangan orang-orang terkasih, kelaparan, dan ketiadaan tempat yang layak untuk menghafal akibat pendudukan Israel yang menghancurkan semua masjid. Namun, ia menyatakan, “dengan tekad dan kegigihan kami, kami berhasil mewujudkan impian kami”. Nada, Sang Pembimbing dan Pelopor Cahaya Nada, sang pembimbing, memegang peran sentral dalam keberhasilan saudari-saudarinya. Nada sangat berterima kasih kepada ayahnya, Kamel Al-Masri, yang menjadi alasan utama di balik perjalanannya dan mendukungnya secara finansial serta moral. Nada adalah benih pertama yang, setelah menghafal Al-Quran, bertekad untuk membimbing saudari-saudarinya. Perjalanan hafalan bersama ini dimulai pada Januari 2024, di tengah masa pengungsian mereka ke Rafah. Nada menyusun jadwal yang ketat untuk hafalan dan muroja’ah. Seluruh tenda pengungsian mereka pun berubah menjadi halaqah tahfiz. Nada juga menegaskan bahwa penghancuran masjid, pusat pendidikan, dan impian mereka tidak menghalangi mereka untuk menghafal Al-Quran. Menyebarkan Cahaya Al-Quran di Tengah Krisis Bahkan di tengah pengungsian, semangat Nada untuk menyebarkan Al-Quran tak padam. Ketika mereka kembali ke Khan Younis, sebuah mushola sederhana didirikan dari terpal dan nilon. Mushola ini menarik sejumlah besar siswi, lebih dari 240 siswi, sebuah berkah dari Allah. Bersama sejumlah pengajar yang mumpuni, Nada mengembangkan program terpadu bekerja sama dengan “Dar Al-Itqan”. Program ini tidak hanya fokus pada hafalan Al-Quran, tetapi juga akidah, sirah nabawiyah, tajwid, dan pendidikan Islam. Tujuannya adalah untuk mencetak generasi Qurani. Pusat pendidikan mereka, “Fatayat Al-Quran,” telah berhasil meluluskan lebih dari 20 penghafal Al-Quran. Nada mengungkapkan bahwa Al-Quran adalah penghibur dalam hiruk pikuk kehidupan mereka, bahkan mushaf-mushaf ini mereka bawa serta saat mengungsi dari rumah mereka. Pesan Harapan dan Wajah Sejati Gaza Nada meneteskan air mata, perpaduan antara kebahagiaan dan kebanggaan, saat ia melihat impian ayahnya menjadi kenyataan. Baginya, hafalan Al-Quran “menguatkan kami, menguatkan rakyat kami,” dan akan melahirkan generasi Qurani. Pesan mereka untuk semua orang yang ingin menghafal Al-Quran sangatlah jelas: “Mulailah dengan niat yang tulus karena Allah SWT, dan jangan menyerah menghadapi kesulitan dan kondisi apapun, dan yakinlah bahwa Allah akan mempermudah jalanmu”. Nada menambahkan, “Tidak ada kondisi yang lebih sulit dari kondisi yang kami alami”. Kamel Al-Masri, sang ayah, menyatakan kebanggaan, kehormatan, dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT yang telah membimbing putri-putrinya menghafal Al-Quran, menjadikan rumah mereka mercusuar Al-Quran. Ia menyoroti inisiatif Nada yang, di hari pertama mereka tiba di tempat pengungsian, langsung bertanya, “Ayah, di mana masjid terdekat? Aku ingin mendirikan halaqah tahfiz Al-Quran”. Ayah mereka dengan tegas menyatakan bahwa ini adalah wajah sejati Gaza. Di zaman di mana perilaku premanisme, pencurian, keserakahan, dan penimbunan marak, keluarga Al-Masri menunjukkan bahwa ini adalah wajah sejati Gaza: hafalan Al-Quran, tarbiyah, dan keteguhan. Ia menekankan bahwa Gaza tetap menghasilkan prestasi, meskipun berada dalam perang, kelaparan, kehancuran, dan pengeboman. Kisah empat bersaudari putri Al-Masri adalah bukti nyata ketahanan, harapan, dan tekad luar biasa yang dapat tumbuh bahkan di tengah kehancuran. Mereka adalah cahaya yang bersinar dari tenda-tenda pengungsian rakyat Palestina di Gaza, menunjukkan kepada dunia bahwa semangat Al-Quran dan pencarian ilmu takkan padam oleh kesulitan apapun.*** Penulis : Abdullah al-Mustofa Editor : Thamrin Humris Sumber : Kanal youtube Al Jazeera Mubasher Foto tangkapan layar Kanal youtube Al Jazeera Mubasher

Read More

Israel Tembaki Warga Palestina Yang Kelaparan

Gaza — 1miliarsantri.net : Tentara Israel kembali menembaki orang-orang yang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza pada Kamis (14/3/2024), menewaskan 20 orang dan melukai sedikitnya 155 orang lainnya. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, insiden tersebut terjadi di sekitar kawasan Bundaran Kuwait. Kantor berita resmi Palestina WAFA. mengonfirmasi puluhan orang tewas dan terluka. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa serangan itu menunjukkan niat Israel yang terencana untuk melakukan aksi pembantaian baru dan mengerikan. Proses evakuasi korban tewas dan luka-luka sedang berlangsung meski kondisi di wilayah itu cukup menantang. “Jumlah korban tewas bisa bertambah karena kondisi serius korban cedera yang kini dirawat di beberapa rumah sakit terdekat,” tambahnya. Israel meluncurkan perangnya di Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 31.300 warga Palestina dan mendorong wilayah itu ke ambang kelaparan. Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan di daerah kantong Palestina tersebut, menyebabkan penduduknya, khususnya warga di Gaza utara, berada di ambang kelaparan. Perang tersebut juga telah memaksa 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kelangkaan akut bahan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara sebagian besar infrastruktur daerah itu telah rusak atau hancur, menurut PBB. Israel dituding melakukan aksi genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan sela pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga sipil di Gaza. (zul) Baca juga :

Read More