Musim Dingin di Palestina: Satu Keluarga Bertahan Hidup di Atas Banjir & Reruntuhan Khan Younis

Satu keluarga berjuang bertahan hidup di atas banjir dan reruntuhan Khan Younis di tengah badai musim dingin, banjir parah, dan krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza. Khan Younis, Palestina – 1miliarsantri.net: Musim dingin di Jalur Gaza tahun ini memperburuk penderitaan warga Palestina yang sudah puluhan bulan hidup dalam perang, pengungsian, dan kehancuran infrastruktur. Di Khan Younis, sebuah keluarga berjuang mempertahankan hidup di atas banjir dan reruntuhan rumah mereka, tempat perlindungan terakhir di tengah kondisi cuaca ekstrem dan keterbatasan bantuan. Cuaca Ekstrem dan Banjir Musim Dingin di Gaza Musim dingin membawa hujan deras dan angin kencang ke wilayah yang telah hancur akibat perang. Badai musim dingin yang baru-baru ini melanda membawa curah hujan tinggi, mengubah kamp-kamp pengungsian menjadi kolam lumpur dan banjir, serta memaksa keluarga yang sudah rentan berjuang untuk bertahan di tengah air yang terus meningkat. Keluarga tersebut terpaksa bertahan hidup di atas banjir, menggunakan reruntuhan bangunan sebagai alas yang sedikit lebih tinggi, karena tenda tipis yang mereka miliki tidak lagi mampu melindungi dari air dan angin musim dingin. Dalam beberapa kasus, hujan telah merobek atau meruntuhkan struktur tenda, meninggalkan banyak orang tanpa tempat berlindung yang layak sama sekali. Reruntuhan Sebagai Tempat Berteduh Seiring waktu, banyak warga Palestina yang rumahnya hancur akibat serangan dilaporkan memutuskan tinggal di reruntuhan tersebut karena tak ada pilihan lain. Di Khan Younis dan sekitar al-Mawasi, keluarga-keluarga berkumpul di atas puing puing beton dan batu, mencoba membuat lantai yang lebih tinggi untuk menghindari genangan. Namun, reruntuhan pun tak selalu aman. Banyak struktur bangunan yang rapuh retak dan runtuh lebih lanjut di bawah tekanan hujan deras dan angin. Langkah-langkah darurat untuk melindungi diri — seperti menutup celah dengan plastik atau kain tebal — hanya memberikan perlindungan sementara terhadap dinginnya musim dan derasnya air hujan. Dampak Banjir dan Risiko Kesehatan Banjir dan tenda yang basah membuat kondisi hidup semakin tidak manusiawi. Banyak keluarga kehilangan harta benda terakhir mereka, termasuk pakaian, selimut, makanan, dan barang-barang penting lainnya. Dalam banyak kasus, anggota keluarga — terutama anak-anak dan orang tua — menunjukkan tanda-tanda sakit akibat paparan dingin dan lembap yang terus menerus. Lembaga PBB serta organisasi bantuan telah mengingatkan bahwa risiko penyakit dan infeksi meningkat drastis di antara mereka yang hidup dalam kondisi seperti ini, terutama ketika air banjir bercampur dengan limbah dan tenda tidak memiliki drainase yang memadai. Krisis Bantuan dan Hambatan Logistik Krisis musim dingin ini diperparah oleh hambatan dalam aliran bantuan internasional. Meski ada kebutuhan mendesak akan tenda baru, selimut, pakaian hangat, dan material bangunan, pasokan bantuan sering terlambat atau dibatasi oleh syarat masuk dan kendala logistik di wilayah tersebut. UNRWA dan lembaga lainnya terus menekankan pentingnya akses tanpa hambatan untuk pasokan kemanusiaan yang layak guna membantu warga bertahan hidup selama musim dingin ini. Babak Baru Penderitaan Rakyat Palestina Musim dingin telah menjadi babak baru dalam penderitaan warga Gaza, terutama keluarga seperti yang berada di Khan Younis yang harus bertahan hidup di atas banjir dan reruntuhan. Cuaca ekstrem memperburuk kondisi yang sudah kritis akibat perang dan blokade, sementara keterbatasan bantuan global membuat perjuangan mereka menghadapi dingin dan banjir musim ini semakin berat. Keluarga-keluarga Palestina terus bertahan dengan harapan bantuan tiba, meski kenyataan di lapangan menunjukkan tantangan luar biasa yang harus mereka hadapi setiap hari.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Toto Budiman Sumber : Safa Agency Foto : Safa Agency

Read More

Tenda Jadi Satu-Satunya Perlindungan Warga Gaza: 1,5 Juta Pengungsi Bertahan di Tengah Ancaman Banjir dan Blokade

Lebih dari 1,5 juta warga Palestina di Gaza terpaksa bertahan hidup di tenda darurat. Sekitar 900 ribu pengungsi menghadapi risiko banjir, sementara 300 ribu tenda dan tempat berlindung dilarang masuk. Simak laporan lengkapnya. Gaza, Palestina – 1miliarsantri.net: Gaza kembali menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin kompleks. Tenda kini menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi warga Palestina di Jalur Gaza, setelah rumah, sekolah, dan fasilitas umum hancur akibat konflik berkepanjangan. Data terbaru menunjukkan sekitar 1,5 juta pengungsi hidup dalam kondisi yang sangat buruk, tanpa perlindungan memadai dari cuaca ekstrem, penyakit, dan ancaman keselamatan lainnya. Situasi semakin memburuk ketika musim hujan datang. Sekitar 900 ribu pengungsi berada dalam risiko tinggi banjir, karena tenda-tenda darurat yang mereka tempati berdiri di atas tanah berlumpur dan wilayah rendah yang rawan genangan. Air hujan dengan cepat merendam area pengungsian, merusak alas tidur, pakaian, hingga persediaan makanan yang terbatas. Upaya Kemanusiaan Terhambat Blokade Zionis Israel Di tengah kondisi tersebut, sekitar 300 ribu unit tenda dan tempat berlindung darurat dilaporkan dilarang masuk ke Gaza, membuat upaya kemanusiaan terhambat. Keterbatasan akses bantuan memperparah penderitaan warga sipil, terutama kelompok paling rentan seperti anak-anak, perempuan, dan lansia. Gambaran krisis ini tampak jelas di berbagai kamp pengungsian. Anak-anak terlihat menggendong adik mereka di tengah hujan, berjalan di genangan air, dengan pakaian basah dan tubuh menggigil. Tenda-tenda tipis tak mampu menahan dingin, hujan, maupun angin, sehingga risiko penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, diare, dan penyakit kulit terus meningkat. Krisis Gaza Darurat Kemanusiaan & Lingkungan Organisasi kemanusiaan internasional telah berulang kali memperingatkan bahwa krisis di Gaza bukan hanya darurat konflik, tetapi juga darurat kemanusiaan dan lingkungan. Tanpa akses tenda yang layak, sanitasi, dan perlindungan cuaca, jutaan warga sipil berada di ambang bencana yang lebih besar. Di tengah keterbatasan tersebut, warga Gaza hanya bisa bertahan dengan apa yang ada. Tenda bukan lagi simbol sementara, melainkan harapan terakhir untuk tetap hidup. Sumber : Channel WA Free Palestine & Kantor Media Pemerintah Gaza Foto : Aljazeera Penulis : Thamrin Humris Editor : Toto Budiman

Read More