Jusuf Hamka

Inspirasi Pengusaha Muslim Sukses dengan Prinsip Gigih, Amanah, dan Sedekah ala Jusuf Hamka (Babah Alun)

Surabaya – 1miliarsantri.net: Pada usia 15 tahun, seorang remaja bernama Alun Josef, atau sekarang yang sudah kita kenal sebagai Jusuf Hamka hanya berani bermimpi menjadi tukang parkir. Anak dari seorang dosen dan guru itu sering kali pulang sekolah sambil mendorong termos berisi es mambo untuk dijajakan. Kadang ia juga membawa kacang goreng atau dagangan asongan lain, sekadar menambah uang jajan. Dari hasil berjualan keliling di sekitar Masjid Istiqlal, ia memperoleh Rp 120 sehari. Tak jarang pembeli memberikan uang kembalian, hal itu menambah semangat kecilnya. Sejak itu, ia terbiasa memupuk mimpi. Buku-buku motivasi tentang cara menjadi orang sukses menjadi bacaan favoritnya. Walau awalnya ia mengira hanya bualan, justru dari sanalah pola pikirnya terbentuk: janji harus ditepati, tanggung jawab dijaga, dan loyalitas ditanamkan. “Mimpi itu perlu. Jangan jadikan mimpi tercecer di jalanan. Bikin mimpi itu jadi kenyataan,” kenangnya suatu ketika. Dari Alun Josef ke Muhammad Jusuf Hamka Perjalanan hidupnya membawa Alun bertemu dengan sosok besar: Buya Hamka. Pada 1981, ia mantap mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan ulama kharismatik itu. Nama “Josef” pun berubah menjadi Muhammad Jusuf. Tiga bulan kemudian Buya menambahkan nama “Hamka” sebagai pengikat spiritual sekaligus amanah dakwah. Sejak itulah, Jusuf tidak hanya meniti karier, tetapi juga meyakini bahwa harta sejati ada pada kebermanfaatan. Ia kerap mengulang nasihat Buya, “Harta yang kamu makan akan jadi kotoran, harta yang kamu simpan akan jadi rebutan, tetapi harta yang kamu sedekahkan akan jadi tabungan kekal di akhirat.” Pahit Manis Perjalanan Bisnis Perjalanan bisnis yang dijalani Jusuf tidak selalu mulus. Saat krisis 1998 melanda, ia mengalami kerugian besar, ratusan juta dolar hilang hanya dalam hitungan jam. Dengan hati yang berat, ia pulang ke rumah, memeluk istrinya, dan memohon maaf. Setelah itu, ia mengambil sajadah dan bersujud.  Dalam doanya, ia pasrah seraya berkata, “Ya Allah, musibah ini aku terima. Harta yang dulu Engkau titipkan kini Engkau ambil kembali. Aku ikhlas. Tapi mohon, beri aku kesehatan, kesempatan, dan kekuatan berpikir. Insya Allah aku akan bangkit kembali.” Air mata istrinya jatuh mendengar doa itu, tetapi justru dialah yang menguatkan sang suami. Dengan lembut ia berkata, “Pa, jangan disesali. Kita bisa mulai lagi.” Dari titik terendah itulah, Jusuf belajar arti keteguhan. Berpegang pada prinsip kerja keras, kejujuran, dan semangat belajar tanpa henti, ia kembali melangkah hingga bangkit lebih kuat. Baca juga: LMI Berikan Dukungan Usaha ke Pedagang Keliling Prinsip Bisnis Babah Alun Tiga prinsip utama yang selalu ia pegang menjelma menjadi etos kerja yang relevan hingga kini: 1. Kerja Keras, Tiada Jalan Pintas Jusuf Hamka pernah mengalami masa sulit hingga harus berjualan di pinggir jalan. Namun, ia tidak pernah menyerah. Baginya, kerja keras adalah kunci. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam bahwa rezeki diperoleh melalui usaha yang sungguh-sungguh. Allah SWT berfirman: وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ Artinya:  “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39). Ayat ini menegaskan bahwa kesuksesan bukanlah hadiah instan, melainkan buah dari usaha dan kerja keras. 2. Kejujuran: “My Word is My Bond” Salah satu prinsip yang terkenal dari Babah Alun adalah “my word is my bond” (janji adalah ikatan). Dalam bisnis, ia selalu menekankan pentingnya menepati janji dan menjaga kepercayaan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Pedagang yang jujur lagi amanah, akan bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada.” (HR. Tirmidzi). Kejujuran bukan hanya etika, tetapi juga modal utama dalam membangun bisnis berkelanjutan. Reputasi yang baik lahir dari konsistensi memegang amanah. 3. Selalu Belajar untuk Merangkul Perubahan Meskipun telah menjadi pengusaha besar, Jusuf Hamka tidak pernah berhenti belajar. Ia terbuka dengan ide-ide baru, beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan rendah hati menerima masukan. Sikap ini mencerminkan pesan Buya Hamka, ayah angkatnya yang selalu menekankan pentingnya ilmu sebagai cahaya kehidupan. Imam Syafi’i pernah berkata: “Barang siapa yang tidak mau merasakan pahitnya belajar walau sesaat, ia akan menanggung hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.” Dengan terus belajar, pengusaha dapat bertahan dalam tantangan zaman yang terus berubah. Baca juga: Usaha Syariah ‘Meraih Laba’ Tanpa Kehilangan Berkah Jejak yang Menginspirasi Kini, sosok yang dulunya hanya bermimpi menjadi tukang parkir telah menjelma sebagai pengusaha jalan tol dan dermawan. Ia pernah menjabat di berbagai perusahaan besar: mulai dari Sinar Mas, Indomobil, Indocement, hingga PT Indosiar Visual Mandiri. Namun yang lebih membanggakan, ia konsisten membangun masjid di berbagai tempat sebagai wujud rasa syukurnya. Kisah Prinsip Bisnis Babah Alun (Jusuf Hamka) adalah pengingat bahwa kesuksesan bukanlah warisan, melainkan perjuangan. Dari gerobak es mambo hingga mimbar dakwah, dari krisis hingga kejayaan, ia menunjukkan bahwa kerja keras, kejujuran, dan belajar adalah bekal yang tak lekang oleh zaman. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Dan di situlah, keberhasilan sejati seorang Babah Alun berada, bukan hanya pada jalan tol yang ia bangun, tetapi juga pada jalan kebaikan yang ia buka untuk sesama. Penulis : Iftitah Rahmawati Editor : Thamrin Humris dan Ainun Maghfiroh Sumber foto: rumah123.com

Read More

Branding Islami yang Berkah dan Berbeda Begini Cara Membangunnya!

Jakarta Timur – 1miliarsantri.net: Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, sebuah merek bukan hanya sekadar nama atau logo. Lebih dari itu, branding adalah identitas yang melekat di benak konsumen. Dalam konteks bisnis berbasis syariah, muncullah konsep Branding Islami yang bukan hanya menekankan sisi estetika, melainkan juga membawa nilai, etika, serta pesan dakwah. Branding semacam ini memberikan kesan bahwa bisnis kamu bukan sekadar mencari untung, tapi juga menghadirkan keberkahan. Nah, di era modern seperti sekarang, bagaimana sih cara membangun Branding Islami yang bukan hanya dipercaya, tapi juga relevan dengan kebutuhan pasar masa kini? Jika masih belum tahu seluk beluknya, yuk cari tahu melalui artikel ini! Branding Islami yang Lebih dari Sekadar Tampilan Kalau kamu mengira branding hanya tentang logo dan desain yang menarik, maka itu baru permukaan saja. Branding Islami adalah tentang bagaimana kamu mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek bisnismu. Mulai dari produk, layanan, strategi promosi, hingga cara berinteraksi dengan pelanggan, semua harus sejalan dengan syariat. Produk halal dan thayyib adalah pondasi penting. Halal memastikan kesesuaian hukum Islam, sedangkan thayyib memastikan produk itu aman, bermanfaat, dan menebarkan kebaikan. Selain itu, pemasaran dalam Branding Islami tidak boleh menggunakan trik manipulatif atau janji palsu. Identitas visual juga punya peran besar. Logo, desain kemasan, maupun materi promosi sebaiknya menampilkan kesan Islami yang sopan, elegan, namun tetap menarik dan modern. Jadi, Branding Islami ini bukan soal kaku atau membatasi kreativitas, tapi justru menggabungkan estetika dengan nilai spiritual. Mengapa Branding Islami Penting di Era Modern? Banyak orang menganggap Branding Islami hanya sebatas tren, padahal ia adalah kebutuhan strategis di zaman sekarang. Padahal sebenarnya, setidaknya ada tiga alasan besar yang membuat konsep ini penting bagi bisnis, seperti: 1. Meningkatkan kepercayaan pelanggan Muslim Konsumen modern makin kritis. Mereka ingin tahu bukan hanya apa yang dijual, tapi juga bagaimana prosesnya. Ketika sebuah bisnis membawa citra Islami, konsumen Muslim merasa lebih yakin dengan kehalalan dan keberkahannya. 2. Membedakan dari competitor Pasar semakin ramai dengan berbagai merek. Branding Islami bisa menjadi identitas unik yang membuat bisnismu berbeda dari yang lain. 3. Membangun loyalitas jangka panjang Pelanggan yang merasa cocok secara nilai akan lebih setia. Mereka bukan hanya membeli produkmu, tapi juga ikut menjadi bagian dari perjalanan bisnis yang kamu bangun. Cara Membangun Branding Islami yang Kuat Membangun Branding Islami bukan pekerjaan instan, karena ada rahasia dan tahapan yang bisa kamu terapkan supaya brand kamu benar-benar kuat serta dipercaya. Dan berikut adalah beberapa tahapan atau cara membangun branding islami yang benar-benar kuat: 1. Mulai Dengan Niat Dan Visi Yang Benar Bisnis Islami bukan sekadar mencari keuntungan. Niatmu harus untuk memberi manfaat, menyebarkan kebaikan, dan menghadirkan keberkahan. Visi ini akan menjadi fondasi dalam setiap keputusan branding. 2. Tentukan Nilai Dan Keunggulan Utama Bisnis Nilai seperti kejujuran, keadilan, dan integritas harus tercermin dalam interaksi dengan pelanggan maupun tim internal. Dari nilai inilah kepercayaan akan tumbuh. 3. Pastikan Produkmu Benar-Benar Halal Jangan berhenti hanya pada sertifikat halal. Pastikan juga seluruh proses produksi, bahan baku, hingga transaksi bebas dari praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam, termasuk riba. 4. Gunakan Komunikasi Yang Santun Dalam menyampaikan promosi, baik online maupun offline, gunakanlah bahasa positif yang menginspirasi. Hindari kata-kata yang menyinggung, menebar kebencian, atau merendahkan pihak lain. 5. Berikan Pelayanan Yang Mencerminkan Akhlak Islami Rasulullah SAW adalah teladan pebisnis sukses yang dikenal amanah dan ramah. Itulah sikap yang harus kamu tiru dalam melayani pelanggan, yaitu sabar, cepat tanggap, dan menghargai mereka. Contoh Penerapan Branding Islami Untuk lebih jelas, mari kita lihat di bawah ini beberapa contoh penerapan Branding Islami dalam berbagai bidang bisnis 1. Bisnis F&B Halal Restoran tidak hanya mencantumkan label halal, tetapi juga menampilkan dapur terbuka untuk menunjukkan proses yang bersih, aman, dan higienis. 2. Fashion Muslim Brand busana Muslim menampilkan model yang berpakaian sopan, dengan kampanye yang mengedepankan keanggunan tanpa eksploitasi tubuh dan bertentangan dengan ajaran Islam. 3. Fintech Syariah Platform keuangan menjelaskan sistem bagi hasil secara transparan dan mengedukasi pengguna tentang larangan riba. Tantangan Branding Islami Akan tetapi, meski potensinya besar, ada banyak tantangan yang dihadapi dalam penerapat branding Islami, seperti: 1.Persepsi kuno Sebagian orang menganggap brand Islami kurang modern. Padahal, dengan desain kreatif dikombinasikan dengan citra Islami bisa tampil segar dan kekinian tanpa meninggalkan ajaran Islam. 2. Kurangnya konsistensi Ada bisnis yang mengusung citra Islami di awal, tapi mengabaikannya saat berkembang. Konsistensi adalah kunci menjaga kepercayaan pelanggan. 3.Persaingan pasar Persaingan memang tidak dapat dihindari. Semakin banyak brand yang mengusung tema Islami, semakin pula butuh inovasi yang fresh agar bisnis dapat bertahan di tengah gempuran persaingan bisnis yang ketat. Kunci Keberhasilan Branding Islami Keberhasilan Branding Islami ada pada keseimbangan. Tidak cukup hanya tampil menarik, tapi juga harus dipercaya. Kombinasi antara estetika, strategi yang tepat, dan komitmen pada syariat menjadi kunci utamanya. Selain itu, storytelling yang kuat bisa membuat merek lebih berkesan. Cerita tentang bagaimana bisnismu lahir, apa nilai yang kamu pegang, dan bagaimana manfaat yang kamu berikan pada masyarakat akan membangun ikatan emosional dengan pelanggan. Pada akhirnya, Branding Islami bukan sekadar strategi pemasaran, tapi juga jalan dakwah. Dengan menghadirkan produk halal, pelayanan yang baik, serta komunikasi yang santun, kamu tidak hanya membangun bisnis yang sukses, tapi juga menyebarkan nilai-nilai Islam. Di tengah kerasnya persaingan pasar, brand yang konsisten memegang teguh prinsip Islami akan selalu punya tempat di hati konsumen. Mereka tidak hanya membeli produk, tapi juga percaya pada nilai yang kamu bawa. Itulah kekuatan sejati dari Branding Islami. Penulis: Vicky Vadila Muhti Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris Foto ilustrasi

Read More