Perpustakaan Bayt Al Hikmah Bukti Islam Menguasai Pendidikan, Berdiri Pada Masa Khalifah Al-Ma’mun

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Pada saat Dinasti Abbasiyah masih berdiri, salah satu keberhasilannya ditunjukkan dengan pendirian perpustakaan terbesar dalam sejarah Islam, yaitu Bayt Al Ḥikmah. Lalu, apa saja Fakta sejarah tentang Bayt Al Ḥikmah?
Islam pernah mengalami sebuah masa kejayaan. Di mana Islam memiliki semuanya, mulai dari kerajaan yang berpengaruh dan besar, pemeluk yang banyak, dan ilmuwan dengan pengetahuan jenius mereka.
Salah satu bukti sejarah bahwa Islam pernah menjadi pusat pendidikan atau pemimpin dalam bidang ilmu pengetahuan, adalah didirikannya perpustakaan terbesar bernama Bayt Al Ḥikmah.
Dinasti Abbasiyah pernah mengalami puncak kejayaannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sains. Yakni pada masa khalifah ketujuh, Khalifa Al-Ma’mun yang berkuasa pada tahun 813-833 M.
Hal ini sebagaimana dinukil dari buku Filsafat Sains: Menurut Ibn Al-Haytham karya Usep Mohamad Ishaq.
Kejayaan ini ditandai dengan didirikannya perpustakaan bernama Bayt Al Ḥikmah atau sering disebut juga sebagai “House of Wisdom.” Kemudian, ini adalah perpustakaan terbesar yang dimiliki dunia Islam saat itu.
Sebagai perpustakaan terbesar yang berisi lebih dari 601.000 buka, tentu saja Bayt Al Ḥikmah menyimpan banyak sekali buku-buku dan kitab berbagai ilmu. Lalu, apa saja isinya?
Bayt Al Ḥikmah mengoleksi setidaknya 200.000 volume buku di dalamnya. Bahkan, sumber-sumber yang lain menyebutkan, Bayt Al Ḥikmah memiliki buku dengan 601.000 volume dan ditambah dengan mushaf Al-Qur’an sebanyak 2.400 buku.
Selain menyediakan buku yang lebih beragam daripada perpustakaan-perpustakaan di Basrah, Bayt Al Ḥikmah juga memiliki balai pengamatan untuk pencerapan astronomi, biro penerjemahan, penyalinan manuskrip, dan lembaga penelitian ilmuah.
Ada banyak sekali koleksi terjemahan karya sarjana Yunani di Bayt Al Ḥikmah, termasuk di bidang filsafat, geometri, mekanika, musik, aritmatika, dan pengobatan.
Bahkan, dalam buku Sejarah Peradaban Islam karya Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah menyebutkan, di dalam Bayt Al Ḥikmah yang besar ini juga disediakan tempat ruangan untuk belajar.
Usaha penerjemahan buku berbahasa asing ke bahasa Arab sudah ada sejak zaman pemerintahan Abdullah Al-Muqaffa. Namun, puncak pencapaiannya baru berjalan lebih teratur dan meluas pada pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun.
Mengutip buku Kelestarian Bidang Penterjemahan yang diedit oleh Hasuria Che Omar dan Rokiah Awang, pembangunan Bayt Al Ḥikmah berdampak pada pesatnya gerakan penerjemahan buku-buku bahasa asing, seperti Greek dan Parsi ke bahasa Arab.
Gerakan penerjemahan berbagai buku ke bahasa Arab bertujuan agar masyarakat Islam bisa memahami ilmu pengetahuan dari berbagai sumber walaupun mereka tidak mahir dalam bahasa asing tersebut.
Tokoh yang saat itu banyak melahirkan banyak buku terjemahan antara lain adalah Al-Masajuwaih, Al-Baktisyu’, dan Al-Hunain Ishak yang merupakan seorang Kristian.
Tak hanya itu, ada banyak pula rakyat jelata yang turut andil dalam bidang penerjemahan buku di Bayt Al Ḥikmah. Tokoh-tokoh itu contohnya Musa Syakir Al-Munajjim atau Muhammad, Ahmad, dan Al-Hasan.
Para penerjemah bukanlah melakukan pekerjaan ini tanpa imbalan apa pun, melainkan digaji oleh khalifah saat itu. Hunai Ishak saat itu mendapatkan upah dari Khalifah Al-Ma’mun emas seberat buku-buku yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Selain itu, khalifah Al-Ma’mun juga mendorong golongan hartawan untuk memberikan upah dan hadiah kepada penerjemah yang menyumbangkan karyanya. Saat itu, anak-anak Musa Al-Munajjim membayar para penerjemah sebanyak 500 dinar sebulan. (yus)
Baca juga :
- 220.000 Jamaah Haji Memasuki Arab Saudi, Didominasi Jamaah Haji Indonesia
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan