Ketika Kenduri di Kraton Tiba-tiba Bubar

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Ambengan (nasi hidangan untuk kenduri) sudah tersaji dengan segala lauk-pauknya. Patih, para sentana, para adipati, para bupati, sudah hadir. Namun, kenduri belum juga bisa dimulai karena penghulu belum datang.

Sultan Agung pun segera meminta abdi dalem untuk menjemput Penghulu Keraton. Ketika Penghulu Keraton memimpin doa, kenduri malah bubar setelah mendapat sahutan amin yang ketiga kalinya.

Sebelum penghulu datang, beberapa abdi dalem berangkat ke rumah penghulu memenuhi perintah Sultan Agung untuk menjemputnya. Tiba di rumah penghulu, keadaan sangat sepi.

Pendopo rumah kosong, tak ada orang. Hal itu membuat mereka langsung menuju ke rumah utama di belakang pendopo.

Namun, mereka mendapati pintu yang terkunci rapat. Memberi salam tak ada jawaban, mencoba membuka pintu tak ada yang berhasil.

Melihat ke sekeliling, mereka juga tidak menemukan sesuatu. Hewan piaraan yang biasanya ada di kandang, juga tidak ada.

Tiba-tiba ada suara dari dalam rumah utama. Pintu utama terbuka, disusul pintu samping dan belakang juga terbuka.

Tetapi, mereka juga tidak menemukan siapa-siapa, selain rodayang terus berputar. Rumah yang biasanya ada perabot, kali ini pun kosong.

Para abdi dalem itu tentu saja heran. Kemudian memutuskan untuk segera pulang, melapor kepada Sultan Agung.

Ketika mereka melaporkan bahwa tidak bisa menemukan penghulu, Sultan Agung menyatakan jika penghulu sudah hadir di acara kenduri. Para abdi dalem semakin heran.

Sultan Agung segera meminta Penghulu Keraton memulai kenduri. Artinya Penghulu Keraton harus segera membacakan doa.

Namun, penghulu itu menolak berdoa. Ia menyatakan hanya bersedia menghadiri kenduri, tetapi tidak mau berdoa, lalu menyarankan kepada Sultan Agung agar menunjuk khatib yang berdoa.

Megapa Penghulu Keraton menolak memimpin doa? “Duh Gusti, jika saya yang memimpin doa, hidangan hajat Gusti pasti tidak bisa disantap,” kata Penghulu Keraton kepada Sultan Agung.

Sultan Agung menolak saran menunjuk khatib memimpin doa. Sultan Agung hanya menginginkan penghulu yang memimpin doa kenduri hari itu.

Penghulu Keraton melihat Sultan Agung marah. Oleh karena itu, ia pun segera memulai memimpin doa.

Baru mendapat sahutan sekali amin dari yang hadir, terdengar suara berisik dari ambengan. Mendapat dua amin, ambengan bergerak-gerak, dan pada sahutan amin ketiga, suara dari ambengan semakin riuh.

Nasi telah menjadi beras lagi, ingkung menjadi ayam hidup lagi, ikan hidup lagi, besek bambu jadi bambu batangan lagi, membuat yang hadir pada kaget. Sultan Agung pun dibuat kaget karenanya.

Tetapi, di dalam hati Sultan Agung memuji kehebatan Penghulu Keraton. Lalu ia meminta yang hadir untuk bubar. Juru masak akan menyiapkan ambengan lagi untuk kenduri ulang di sore hari.

Kenduri akan dilakukan lagi pada jika ambengan sudah siap lagi. Orang-orang pun membicarakan kehebatan Penghulu Keraton, sebagai orang yang layak memegang hukum keraton.

Penghulunya saja memiliki kesaktian luar biasa, maka mereka bangga jika saat itu Sultan Agung sudah ditakuti oleh penguasa negeri-negeri lain. Artinya, yang sakti tentu saja tidak hanya penghulu. (mif)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *