Biografi Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Sang Periwayat Hadis Terbanyak dalam Islam!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling terkenal. Nama beliau sebelum masuk Islam adalah Abdusshams bin Sakhr, yang berarti hamba matahari. Setelah memeluk Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberinya nama baru yaitu Abdurrahman, yang bermakna hamba Dzat Yang Maha Penyayang.
Abu Hurairah berasal dari suku Daws, salah satu suku ternama di wilayah Yaman. Sejak kecil, beliau bekerja sebagai penggembala domba. Ciri khasnya adalah kecintaannya kepada seekor kucing kecil yang selalu bersamanya. Ia biasa menaruh kucing itu di pohon pada malam hari dan membawanya pada siang hari. Karena kebiasaannya tersebut, masyarakat memanggilnya dengan sebutan Abu Hurairah, yang berarti bapak kucing.
Masuk Islamnya Abu Hurairah
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu masuk Islam pada tahun ketujuh Hijriah, tepatnya pada peristiwa Khaibar. Saat itu usianya sekitar tiga puluh tahun. Setelah masuk Islam, ia hijrah ke Madinah dan tinggal di Shuffah Masjid Nabawi, sebuah tempat sederhana yang menjadi hunian bagi sahabat-sahabat miskin.
Kaum Shuffah dikenal sebagai golongan yang senantiasa berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah, hidup sederhana, sabar dalam kesulitan, serta penuh keikhlasan. Abu Hurairah termasuk salah satu penghuni Shuffah paling lama. Hal ini menjadi salah satu sebab mengapa beliau banyak meriwayatkan hadis, karena kesehariannya selalu bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kisah Abu Hurairah Bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dikenal sebagai sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Ia sering mengalami kelaparan karena kehidupannya yang sederhana. Diceritakan, suatu ketika ia hampir pingsan karena lapar, hingga akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membawanya ke rumah.
Rasulullah kemudian menyuruh Abu Hurairah untuk mengundang para penghuni Shuffah agar ikut menikmati susu hadiah yang didapatkan. Meski awalnya Abu Hurairah berharap bisa meminumnya sendiri, ia tetap menaati perintah Rasulullah dengan membagikannya kepada sahabat-sahabat yang lain.
Ajaibnya, susu tersebut tidak habis meski diminum banyak orang. Bahkan setelah semua orang kenyang, Rasulullah memerintahkan Abu Hurairah untuk terus minum hingga beliau sendiri tidak sanggup lagi. Kisah ini menunjukkan barakah dan mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Baca juga: Sejarah Partai Syarikat Islam, Sebelum Terlahirnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda
Hafalan dan Ketekunan Abu Hurairah
Allah memberikan Abu Hurairah ingatan yang sangat kuat. Beliau dikenal sebagai sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Total hadis yang diriwayatkannya mencapai lebih dari 5000 hadis.
Keistimewaan Abu Hurairah adalah kesungguhannya untuk selalu bersama Nabi. Berbeda dengan sahabat lain yang sibuk berdagang atau bekerja, beliau mengabdikan waktunya sepenuhnya untuk menuntut ilmu dari Rasulullah.
Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa agar hafalan Abu Hurairah tidak pernah hilang. Sejak saat itu, beliau tidak pernah lupa terhadap hadis yang pernah didengarnya langsung dari Nabi. Doa ini menjadi sebab utama mengapa Abu Hurairah mampu menjaga ribuan hadis dengan baik.
Selain itu, Abu Hurairah pernah bertanya kepada Nabi tentang siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaat beliau di Hari Kiamat. Rasulullah menjawab bahwa orang yang paling berbahagia dengan syafaat beliau adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari dalam hati. Hal ini menunjukkan semangat Abu Hurairah dalam memahami hadis dan keinginannya untuk menyebarkannya kepada umat Islam.
Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual
Peran Abu Hurairah dalam Penyebaran Hadis
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Abu Hurairah tetap aktif menyebarkan hadis. Beliau ikut dalam berbagai peperangan di masa Khalifah Abu Bakar, termasuk menghadapi kaum murtad. Selain itu, beliau juga menjadi guru bagi banyak tabi’in dan ulama besar.
Di antara yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam Nasa’i, Imam Ibnu Majah, serta Imam Malik dalam kitab Muwaththa’. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal mencatat hadis-hadis beliau dalam kitab Musnad Ahmad.
Jumlah murid yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah mencapai sekitar 800 orang, termasuk sahabat dan tabi’in. Hal ini menjadikan Abu Hurairah sebagai sosok sentral dalam periwayatan hadis.
Abu Hurairah Sebagai Teladan Umat
Selain dikenal sebagai periwayat hadis, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu juga merupakan sosok ahli ibadah. Beliau rajin berpuasa, shalat malam, dan dikenal zuhud terhadap dunia. Hidupnya dipenuhi kesederhanaan, tetapi semangatnya dalam menegakkan agama tidak pernah surut.
Ketekunannya menjaga hadis Nabi membuat beliau dijuluki sebagai penjaga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Umat Islam di seluruh dunia berhutang besar pada Abu Hurairah karena banyak hadis yang sampai kepada kita hari ini melalui periwayatan beliau.
Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Musik Dalam Peradaban Islam
Wafatnya Sayyidina Abu Hurairah
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu wafat di Madinah pada tahun 57 H dalam usia 78 tahun. Saat menjelang wafat, beliau berdoa agar segera bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah tercinta.
Pemakamannya dihadiri oleh banyak sahabat dan tabi’in. Abdullah bin Umar bahkan mendoakan beliau dengan penuh penghormatan. Hingga kini, nama Abu Hurairah tetap harum sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling berjasa dalam menjaga dan menyebarkan hadis.
Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu adalah sosok sahabat Nabi yang luar biasa. Dari kehidupannya yang sederhana, kecintaannya kepada ilmu, hingga ketekunannya menghafal hadis, beliau menjadi teladan bagi seluruh umat Islam. Sebagai perawi hadis terbanyak, Abu Hurairah memiliki peran penting dalam menjaga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam agar tetap sampai kepada generasi berikutnya.
Melalui kisah perjuangan dan keteguhannya, kita belajar tentang arti kesungguhan dalam menuntut ilmu, kesabaran dalam menghadapi cobaan, serta keikhlasan dalam beribadah. Semoga Allah meridhai Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mencintai sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga informasinya bermanfaat!
Penulis: Imam Zakaria
Editor: Ainun Maghfiroh
Sumber foto: Ilustrasi
Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.