Pandaan – 1miliarsantri.net : Dalam keheningan malam yang penuh cahaya iman, para penjaga Al-Qur’an dari ma’had Darul Hijrah bersiap menapaki jalan pengabdian suci. Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an bukan sekadar kegiatan—ia adalah medan tempur jiwa, tempat para hafizh mengukuhkan janji sucinya kepada Kalamullah, meneguhkan diri menjadi tentara Al-Qur’an yang setia hingga akhir hayat. Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an memiliki arti harfiah: “Perkemahan Akbar Pasukan Al-Qur’an” atau “Perkemahan Besar Tentara Al-Qur’an”. Sudah tujuh tahun berlalu, sejak terakhir kali Muqoyyamah Kubro digelar. Dan akhirnya, di tahun ini, pada 23 – 25 Juni 2025—para santri tahfidz kembali dipertemukan dalam momen istimewa: Muqoyyamah Kubro Jaisyul Qur’an Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Jawa Timur 2025. Istilah ini biasanya merujuk pada sebuah acara besar, semacam perkemahan atau pertemuan akbar, yang melibatkan sekelompok besar orang (diibaratkan seperti “pasukan” atau “tentara”) yang berfokus pada kegiatan yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Tema kegiatan yang dipilih adalah, “menapaki jejak alam, menyatukan ukhuwah, memperkuat iman dan taqwa.”Kegiatan dilaksanakan bertempat di Pantai Kondang Merak, Malang. Sekitar 180 santri dari tiga cabang Ma’had Darul Hijrah: Darul Hijrah Surabaya, Pasuruan, dan Pamekasan, berkumpul dalam satu semangat ukhuwah Islamiyah. Bagi kami, ini bukan sekadar camping. Ini tentang mengenal saudara seperjuangan, belajar hidup bersama, dan membangun kekuatan di balik canda, lomba, dan tilawah. Hari Pertama – Sambutan Angin Laut dan Api Semangat Hari pertama, Senin, 23 Juni, kami check-in dan mendirikan tenda. Siang yang teramat terik tak menghalangi semangat santri tiap cabang menyiapkan tenda nya masing-masing.Sore harinya, acara resmi dibuka oleh Ustadz Abdillah. Beliau menyampaikan dengan semangat bahwa ,“ini bukan sekadar muqoyyamah biasa. Ini adalah momentum untuk menanamkan semangat ukhuwah Islamiyah, membangun karakter, dan meneguhkan identitas santri sebagai pejuang Al-Qur’an di manapun berada.” Pada malamnya, para santri tahfidz mengisi waktu dengan shalat berjamaah, makan malam, dan sekaligus lomba bola api—yang bukan hanya menantang adrenalin, tapi juga memupuk kerjasama dan semangat sportivitas antar sesama santri. Butuh keberanian dan kayakinan kuat untuk memainkan permainan bola api ini. Bila tak berhati-hati dan kurang kontrol, resiko cidera bisa saja terjadi akibat panas bola yang ditimbulkan. Hari Kedua – Fajar, Dzikir, dan Tadabbur Alam Selasa dini hari, kami bangun untuk shalat tahajud dan subuh. Usai itu, kami diarahkan berjalan menuju pesisir pantai. Di tengah embusan angin laut dan debur ombak pagi, kami berkumpul dalam satu lingkaran dzikir. Ustadz Jundi memimpin kami dalam dzikir pagi dan tausiyah muhasabah diri, mengajak kami merenungi perjalanan hidup sebagai santri dan Jaisyul Qur’an. Momen ini begitu mendalam. Di hadapan hamparan laut, kami diingatkan bahwa kegiatan ini bukan hanya fisik, tapi juga ruhani—sebuah latihan jiwa agar tetap dekat kepada Allah meski dalam suasana luar pondok. Usai sarapan, rangkaian kegiatan terus berlanjut. Pagi hingga sore diisi dengan tadabbur alam, jelajah pantai, lomba yel-yel, dan lomba estafet. Riuh suara yel-yel dan derai tawa membuat suasana semakin hidup. Malam harinya, di bawah cahaya api unggun yang hangat, kami menampilkan beragam bakat dan kreativitas dalam sesi pentas seni. Aksi seni bela diri seperti karate, silat, dan taekwondo tampil memukau, diiringi lantunan nasyid bertema jihad yang menggugah semangat perjuangan. Hari Ketiga – Ilmu, Ketangkasan, dan Penutupan Rabu, 25 Juni, kami kembali bangun saat shalat subuh. Kali ini, Ustadz Wafi Ibrahim mengisi dzikir dan tausiyah pagi, lalu dilanjutkan lomba Master Chef, Tahfidz dan Cerdas Cermat, serta lomba ketangkasan.Pukul 10.30, acara resmi ditutup oleh Ustadz Ihya’ Ulumuddin, S.Sos. Dalam sambutannya, beliau menegaskan kembali arah dan cita-cita besar Darul Hijrah: “Muqoyyamah ini bagian dari visi kita: mencetak generasi rabbani—yang kuat jasadnya, tajam akalnya, dan lembut hatinya.” Kami Pulang Membawa Cerita, Bukan Hanya Baju Kotor Muqoyyamah ini bukan sekadar momen tahunan atau reuni antar-ma’had. Ini adalah sebagai pengingat, bahwa kami—santri Darul Hijrah—bukan pejuang sendirian. Kami satu barisan, satu pasukan, satu misi: menjadi Jaisyul Qur’an yang bukan hanya hafal qur’an, tapi juga siap berjuang untuk Islam. Kontributor : Zufar Rauf Budiman Editor : Toto Budiman