penyakit hati

Waspadai! Ini Induk Penyakit Hati yang Harus Dihindari

Surabaya – 1miliarsantri.net: Induk penyakit hati merupakan sumber dari berbagai sifat tercela yang dapat merusak jiwa dan amal manusia. Sifat-sifat buruk ini tidak hanya mengotori hati, tetapi juga menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. Mengobati penyakit hati bukanlah perkara mudah, sebab manusia sering lalai dalam melakukan introspeksi diri dan lebih sibuk mengejar kemewahan duniawi dibanding akhirat. Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya Ulumuddin telah banyak menjelaskan tentang pentingnya menjaga hati dari sifat tercela. Dari sekian banyak penyakit hati, ada tiga sifat utama yang menjadi akar perusak hati manusia, yaitu hasad (dengki), riya’ (pamer ibadah), dan ujub (merasa paling hebat). Ketiga sifat ini dikenal sebagai induk penyakit hati, karena darinya lahir berbagai sifat buruk lainnya. Apabila seorang Muslim mampu menjaga dirinya dari tiga sifat ini, maka ia akan lebih mudah menjaga hatinya dari penyakit-penyakit lain. Sebaliknya, jika seseorang membiarkan dirinya terjerumus dalam hasad, riya’, dan ujub, maka ia akan sulit terbebas dari dosa hati yang lain. Mengapa Penyakit Hati Berbahaya? Hati merupakan pusat kendali manusia. Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Penyakit hati tidak terlihat secara kasat mata, tetapi dampaknya jauh lebih berbahaya dibanding penyakit fisik. Orang yang terjangkit penyakit hati bisa kehilangan pahala, amal, bahkan terjerumus dalam siksa Allah SWT. Oleh karena itu, memahami induk penyakit hati menjadi langkah penting dalam menjaga kebersihan jiwa. Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual Tiga Induk Penyakit Hati yang Harus Dihindari Dan di bawah ini, langsung kita akan sajikan penjelasan secara lebih lengkap dan terperinci tentang 3 induk penyakit hati yang harus benar-benar dihindari: 1. Hasad (Dengki) Hasad adalah perasaan tidak suka ketika orang lain mendapatkan nikmat, baik berupa ilmu, harta, kedudukan, maupun kebahagiaan. Bahkan, orang yang hasad sering berharap agar nikmat tersebut hilang dari saudaranya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: اياكم والحسد فان الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب “Waspadalah terhadap rasa dengki, karena dengki dapat menghabiskan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud). Bentuk-Bentuk Hasad Ada tiga bentuk utama hasad yang sering muncul dalam diri manusia, yaitu: Dampak Hasad Cara Mengobati Hasad 2. Riya’ (Pamer Amal) Riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian manusia. Sifat ini disebut juga sebagai syirik kecil, karena seseorang tidak lagi murni beribadah kepada Allah. Rasulullah SAW memperingatkan dalam sebuah hadis tentang orang yang beramal demi pujian: ان الشهيد يؤمر به يوم القيامه الى النار فيقول يا ربي استشهدت في سبيلك فيقول الله تعالى بل اردت ان يقال انك شجاع وقد قيل ذالك وذلك اجرك وكذلك يقال للعالم والحج والقارئ “Orang yang syahid akan diperintahkan pada hari kiamat untuk menuju neraka. Ia berkata, ‘Ya Rabb, aku mati syahid di jalan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Engkau ingin dikatakan sebagai pemberani, dan itu telah dikatakan. Maka itulah balasanmu.’ Begitu juga dengan orang alim, orang berhaji, dan orang yang membaca Al-Qur’an jika niatnya bukan karena Allah.” (HR. Muslim). Tanda-Tanda Riya’ Cara Menghindari Riya’ 3. Ujub, Takabur, dan Fakhr Ujub adalah merasa kagum pada diri sendiri, takabur adalah merasa lebih tinggi dari orang lain, sedangkan fakhr adalah membanggakan diri secara berlebihan. Ketiga sifat ini sangat berbahaya karena membuat seseorang meremehkan orang lain. Iblis terlaknat menjadi contoh pertama sifat takabur. Ketika Allah memerintahkannya untuk sujud kepada Nabi Adam, ia berkata: انا خير منه خلقتني من نار وخلقته من طين “Aku lebih baik darinya, Engkau menciptakanku dari api sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12). Ciri-Ciri Takabur Cara Mengobati Ujub dan Takabur Dengan pola pikir seperti ini, hati akan lebih rendah hati, jauh dari ujub, takabur, dan fakhr. Baca juga: Gua Hira, Tempat Sejarah Sangat Penting Bagi Umat Islam Pentingnya Membersihkan Hati dari Induk Penyakit Membersihkan hati adalah kewajiban setiap Muslim. Sebab, amal yang dikerjakan tanpa hati yang bersih bisa kehilangan nilainya di sisi Allah. Seseorang bisa saja rajin beribadah, tetapi jika hatinya penuh hasad, riya’, dan ujub, maka amalnya terancam tidak diterima. Allah berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara: 88-89: “(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” Induk penyakit hati yang terdiri dari hasad, riya’, dan ujub merupakan tiga sifat tercela yang wajib dijauhi. Hasad membuat manusia iri terhadap nikmat orang lain, riya’ merusak niat ibadah, sementara ujub dan takabur menumbuhkan kesombongan yang hanya memperbesar dosa. Mengobati penyakit hati membutuhkan latihan, kesabaran, dan muhasabah diri secara terus-menerus. Caranya adalah dengan memperbanyak syukur, memperbarui niat, menanamkan kerendahan hati, serta selalu berdoa agar Allah menjaga hati kita. Pada akhirnya, yang menentukan kemuliaan seorang hamba bukanlah pujian manusia, melainkan bagaimana ia menghadap Allah dengan hati yang bersih. Oleh sebab itu, mari kita berusaha membersihkan diri dari induk penyakit hati agar mendapatkan ridha Allah SWT dan husnul khatimah di akhir hayat. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
Abu Hurairah

Biografi Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Sang Periwayat Hadis Terbanyak dalam Islam!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling terkenal. Nama beliau sebelum masuk Islam adalah Abdusshams bin Sakhr, yang berarti hamba matahari. Setelah memeluk Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberinya nama baru yaitu Abdurrahman, yang bermakna hamba Dzat Yang Maha Penyayang. Abu Hurairah berasal dari suku Daws, salah satu suku ternama di wilayah Yaman. Sejak kecil, beliau bekerja sebagai penggembala domba. Ciri khasnya adalah kecintaannya kepada seekor kucing kecil yang selalu bersamanya. Ia biasa menaruh kucing itu di pohon pada malam hari dan membawanya pada siang hari. Karena kebiasaannya tersebut, masyarakat memanggilnya dengan sebutan Abu Hurairah, yang berarti bapak kucing. Masuk Islamnya Abu Hurairah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu masuk Islam pada tahun ketujuh Hijriah, tepatnya pada peristiwa Khaibar. Saat itu usianya sekitar tiga puluh tahun. Setelah masuk Islam, ia hijrah ke Madinah dan tinggal di Shuffah Masjid Nabawi, sebuah tempat sederhana yang menjadi hunian bagi sahabat-sahabat miskin. Kaum Shuffah dikenal sebagai golongan yang senantiasa berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah, hidup sederhana, sabar dalam kesulitan, serta penuh keikhlasan. Abu Hurairah termasuk salah satu penghuni Shuffah paling lama. Hal ini menjadi salah satu sebab mengapa beliau banyak meriwayatkan hadis, karena kesehariannya selalu bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kisah Abu Hurairah Bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dikenal sebagai sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Ia sering mengalami kelaparan karena kehidupannya yang sederhana. Diceritakan, suatu ketika ia hampir pingsan karena lapar, hingga akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membawanya ke rumah. Rasulullah kemudian menyuruh Abu Hurairah untuk mengundang para penghuni Shuffah agar ikut menikmati susu hadiah yang didapatkan. Meski awalnya Abu Hurairah berharap bisa meminumnya sendiri, ia tetap menaati perintah Rasulullah dengan membagikannya kepada sahabat-sahabat yang lain. Ajaibnya, susu tersebut tidak habis meski diminum banyak orang. Bahkan setelah semua orang kenyang, Rasulullah memerintahkan Abu Hurairah untuk terus minum hingga beliau sendiri tidak sanggup lagi. Kisah ini menunjukkan barakah dan mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Baca juga: Sejarah Partai Syarikat Islam, Sebelum Terlahirnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda Hafalan dan Ketekunan Abu Hurairah Allah memberikan Abu Hurairah ingatan yang sangat kuat. Beliau dikenal sebagai sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Total hadis yang diriwayatkannya mencapai lebih dari 5000 hadis. Keistimewaan Abu Hurairah adalah kesungguhannya untuk selalu bersama Nabi. Berbeda dengan sahabat lain yang sibuk berdagang atau bekerja, beliau mengabdikan waktunya sepenuhnya untuk menuntut ilmu dari Rasulullah. Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa agar hafalan Abu Hurairah tidak pernah hilang. Sejak saat itu, beliau tidak pernah lupa terhadap hadis yang pernah didengarnya langsung dari Nabi. Doa ini menjadi sebab utama mengapa Abu Hurairah mampu menjaga ribuan hadis dengan baik. Selain itu, Abu Hurairah pernah bertanya kepada Nabi tentang siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaat beliau di Hari Kiamat. Rasulullah menjawab bahwa orang yang paling berbahagia dengan syafaat beliau adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari dalam hati. Hal ini menunjukkan semangat Abu Hurairah dalam memahami hadis dan keinginannya untuk menyebarkannya kepada umat Islam. Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual Peran Abu Hurairah dalam Penyebaran Hadis Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Abu Hurairah tetap aktif menyebarkan hadis. Beliau ikut dalam berbagai peperangan di masa Khalifah Abu Bakar, termasuk menghadapi kaum murtad. Selain itu, beliau juga menjadi guru bagi banyak tabi’in dan ulama besar. Di antara yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam Nasa’i, Imam Ibnu Majah, serta Imam Malik dalam kitab Muwaththa’. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal mencatat hadis-hadis beliau dalam kitab Musnad Ahmad. Jumlah murid yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah mencapai sekitar 800 orang, termasuk sahabat dan tabi’in. Hal ini menjadikan Abu Hurairah sebagai sosok sentral dalam periwayatan hadis. Abu Hurairah Sebagai Teladan Umat Selain dikenal sebagai periwayat hadis, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu juga merupakan sosok ahli ibadah. Beliau rajin berpuasa, shalat malam, dan dikenal zuhud terhadap dunia. Hidupnya dipenuhi kesederhanaan, tetapi semangatnya dalam menegakkan agama tidak pernah surut. Ketekunannya menjaga hadis Nabi membuat beliau dijuluki sebagai penjaga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Umat Islam di seluruh dunia berhutang besar pada Abu Hurairah karena banyak hadis yang sampai kepada kita hari ini melalui periwayatan beliau. Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Musik Dalam Peradaban Islam Wafatnya Sayyidina Abu Hurairah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu wafat di Madinah pada tahun 57 H dalam usia 78 tahun. Saat menjelang wafat, beliau berdoa agar segera bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah tercinta. Pemakamannya dihadiri oleh banyak sahabat dan tabi’in. Abdullah bin Umar bahkan mendoakan beliau dengan penuh penghormatan. Hingga kini, nama Abu Hurairah tetap harum sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling berjasa dalam menjaga dan menyebarkan hadis. Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu adalah sosok sahabat Nabi yang luar biasa. Dari kehidupannya yang sederhana, kecintaannya kepada ilmu, hingga ketekunannya menghafal hadis, beliau menjadi teladan bagi seluruh umat Islam. Sebagai perawi hadis terbanyak, Abu Hurairah memiliki peran penting dalam menjaga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam agar tetap sampai kepada generasi berikutnya. Melalui kisah perjuangan dan keteguhannya, kita belajar tentang arti kesungguhan dalam menuntut ilmu, kesabaran dalam menghadapi cobaan, serta keikhlasan dalam beribadah. Semoga Allah meridhai Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mencintai sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga informasinya bermanfaat! Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
Abdullah bin Umar bin Al-Khattab

Biografi Lengkap Sayyidina Abdullah bin Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma

Surabaya – 1miliarsantri.net: Sayyidina Abdullah bin Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam yang terkenal dengan kesalehan, kecerdasan, serta keteguhannya dalam memegang ajaran Islam. Ia merupakan putra dari Khalifah Umar bin Al-Khattab, sahabat dekat Nabi, sekaligus salah satu tokoh penting dalam penyebaran ilmu hadits dan fikih di kalangan umat Islam. Biografi Abdullah bin Umar memberikan pelajaran berharga mengenai bagaimana seorang muslim seharusnya hidup dengan istiqamah, berani membela kebenaran, serta konsisten menjaga sunnah Nabi. Nasab dan Kelahiran Abdullah bin Umar Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Umar bin Al-Khattab bin Nafil Al-Adawi, sedangkan ibunya adalah Zainab binti Mu’adun bin Habib Al-Jumahi, saudara perempuan dari Utsman bin Ma’dum. Ia lahir pada tahun kedua atau ketiga masa kenabian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sejak kecil, Abdullah bin Umar tumbuh dalam lingkungan yang penuh keimanan, sebab ia masuk Islam bersama ayahnya, Umar bin Khattab, pada usia muda sebelum baligh. Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual Perjuangan di Medan Perang Pada usia 14 tahun, Abdullah bin Umar sudah menunjukkan semangat jihad dengan meminta izin Rasulullah SAW untuk ikut Perang Uhud, meskipun saat itu beliau belum diizinkan. Namun, dua tahun kemudian, dalam Perang Khandaq, Rasulullah memperkenankannya untuk ikut serta. Abdullah bin Umar kemudian turut serta dalam berbagai pertempuran penting, seperti: Semua itu menunjukkan keberanian dan dedikasinya dalam memperjuangkan Islam di garis terdepan. Pengetahuan dan Kecerdasan Abdullah bin Umar Abdullah bin Umar dikenal sebagai sahabat yang tekun belajar dan menghadiri banyak majelis Nabi. Ia banyak menyerap ilmu, terutama dalam bidang hadits dan hukum Islam. Dalam sebuah majelis, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat tentang sebuah pohon yang tidak pernah menggugurkan daunnya dan diibaratkan seperti seorang muslim. Para sahabat berpikir panjang, sementara Abdullah bin Umar sudah mengetahui jawabannya: pohon kurma. Namun karena malu, ia tidak mengatakannya. Hal ini menunjukkan kecerdasannya sejak usia muda. Keberanian dalam Menegakkan Kebenaran Abdullah bin Umar tidak hanya dikenal sebagai pejuang, tetapi juga berani menyuarakan kebenaran. Ketika Khalifah Umar memberikan pembagian harta rampasan perang, ia bertanya mengapa Usamah bin Zaid mendapatkan bagian lebih besar darinya. Umar menjawab bahwa Rasulullah lebih mencintai Usamah dan ayahnya dibanding Abdullah dan Umar sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Abdullah berani menyuarakan pendapatnya meski kepada ayahnya sendiri. Baca juga: Umar bin Khattab: Pilar Keadilan dan Ketegasan dalam Sejarah Islam Kesalehan dan Ibadah Abdullah bin Umar Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dikenal sangat tekun beribadah. Ia senantiasa shalat malam hingga waktu sahur, lalu beristighfar hingga masuk waktu Subuh. Kesalehannya juga membuatnya terkenal di kalangan para sahabat. Jabir Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata:“Tidak ada seorang pun di antara kami yang tidak goyah oleh dunia, kecuali Abdullah bin Umar.” Aisyah Radhiyallahu ‘Anha juga menyebut beliau sebagai sahabat yang paling konsisten dalam mengikuti perintah Rasulullah SAW tanpa mengurangi sedikit pun. Abdullah bin Umar Sebagai Perawi Hadits Abdullah bin Umar dikenal sebagai sahabat yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadits. Ia selalu memastikan tidak menambah atau mengurangi sabda Nabi. Abu Ja’far rahimahullah berkata:“Tidak ada sahabat Nabi yang lebih berhati-hati dalam meriwayatkan hadits daripada Ibnu Umar.” Ibnu Umar meriwayatkan 2.630 hadits, menjadikannya salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan sabda Nabi. Sanad yang berasal dari Malik – Nafi’ – Ibnu Umar bahkan disebut-sebut sebagai sanad paling shahih dalam ilmu hadits. Wafatnya Abdullah bin Umar Pada masa pemerintahan Al-Hajjaj bin Yusuf, Abdullah bin Umar pernah mengkritiknya karena menumpahkan darah di Baitullah. Akibatnya, ia ditusuk oleh salah satu prajurit hingga terluka parah. Beliau wafat pada tahun 73 H dalam usia 84 tahun. Sesuai wasiatnya, ia ingin dimakamkan di luar tanah haram, tetapi akhirnya dimakamkan di Makam Fakh, pemakaman kaum Muhajirin di Makkah. Peninggalan Ilmu Abdullah bin Umar Abdullah bin Umar meninggalkan warisan besar berupa ilmu, terutama dalam bidang hadits dan fikih. Banyak sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan darinya, di antaranya: Para ulama menganggap fatwanya sangat banyak dan penting. Ibnu Hazm menyebut bahwa fatwa Ibnu Umar dapat dihimpun dalam satu kitab besar. Baca juga: Menelusuri Sejarah Perang Badar Yang Mengubah Arah Peradaban Islam Pujian Para Ulama dan Sahabat Banyak sahabat dan ulama memberikan pujian atas kepribadian Abdullah bin Umar. Kisah hidup Sayyidina Abdullah bin Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma adalah teladan bagi umat Islam dalam hal keteguhan beragama, kesalehan, kecintaan kepada sunnah, serta keberanian dalam membela kebenaran. Beliau bukan hanya seorang pejuang di medan perang, tetapi juga seorang ahli ibadah, perawi hadits terpercaya, dan panutan umat Islam. Hingga kini, peninggalan ilmu dan keteladanannya masih menjadi cahaya yang menerangi jalan umat dalam memahami Islam dengan benar. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
Hadits Qudsi

Apa Perbedaannya Hadits Qudsi dan Al-Qur’an? Cari Tahu Di sini Yuk!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Hadits Qudsi berasal dari kata al-Quds yang berarti kemurnian dan penyucian. Hadits ini sering disebut sebagai hadits ilahi karena disandarkan kepada Allah (Ilah) serta disebut pula hadits rabbani karena dinisbatkan kepada Rabb, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi. Secara terminologi, hadits qudsi adalah perkataan yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dinisbatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, selain dari Al-Qur’an. Contoh hadits qudsi adalah riwayat Imam Muslim (2577): يا عبادي اني حرمت الظلم على نفسي وجعلته محرما عليكم فلا تظالموا       الحديث Allah SWT berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menjadikannya haram di antara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi.” Hadits qudsi tetap disebut hadits karena disampaikan melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ia dinamakan qudsi (suci) sebab maknanya datang dari Allah Yang Maha Suci. Dengan demikian, hadits qudsi memiliki kedudukan istimewa sebagai perantara penyampaian pesan Allah selain Al-Qur’an. Baca juga: Sejarah Partai Syarikat Islam, Sebelum Terlahirnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda Perbedaan Hadits Qudsi dan Al-Qur’an Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh hadits qudsi. Dan beberapa perbedaan antara keduanya dapat dirinci sebagai berikut: 1. Kedudukan sebagai Mukjizat Al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal sepanjang masa. Ia terpelihara dari perubahan, pergantian, dan penyelewengan. Setiap huruf, kata, dan gaya bahasa dalam Al-Qur’an diturunkan dengan penuh kesempurnaan. Sedangkan hadits qudsi tidak memiliki kedudukan sebagai mukjizat. 2. Cara Periwayatan Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan hanya berdasarkan makna. Setiap lafaz harus sama persis dengan yang diturunkan. Sementara hadits qudsi bisa diriwayatkan berdasarkan makna, meskipun tetap harus menjaga maksud yang benar. 3. Hukum Membaca dan Menyentuh Al-Qur’an memiliki aturan khusus, yaitu: 4. Fungsi dalam Ibadah Sholat Al-Qur’an dibaca di dalam sholat sebagai rukun sahnya ibadah. Sementara hadits qudsi tidak digunakan sebagai bacaan sholat. 5. Penyebutan Nama Kitab suci umat Islam disebut dengan istilah Al-Qur’an. Sementara kumpulan hadits qudsi tetap masuk dalam kategori hadits. 6. Pahala Membaca Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah. Setiap huruf yang dibaca dihitung sebagai sepuluh kebaikan. Adapun membaca hadits qudsi berpahala sebagai ilmu, tetapi tidak memiliki ketentuan pahala per huruf sebagaimana Al-Qur’an. 7. Hukum Jual Beli Menurut riwayat Imam Ahmad, menjual mushaf Al-Qur’an adalah haram. Sedangkan menurut Imam Syafi’i, hukumnya makruh. Sementara hadits qudsi tidak memiliki hukum khusus seperti ini. 8. Struktur Ayat dan Surah Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat dan surah yang jelas jumlah dan susunannya. Hal ini tidak berlaku pada hadits qudsi. 9. Asal Usul Wahyu Al-Qur’an seluruh kata-kata dan maknanya berasal dari Allah melalui wahyu. Adapun hadits qudsi, maknanya berasal dari Allah tetapi disampaikan dengan lafaz dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baca juga: Sejarah Jilbab Dalam Peradaban Pra-Islam Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan hadits qudsi dan Al-Qur’an terletak pada asal lafaz, fungsi dalam ibadah, keistimewaan hukum, serta pahala membacanya. Al-Qur’an memiliki kelebihan sebagai mukjizat yang abadi, sementara hadits qudsi adalah sabda Rasulullah yang menyampaikan makna dari Allah. Dengan memahami perbedaan ini, umat Islam dapat menempatkan keduanya pada posisi yang benar sesuai ajaran agama. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More

Tragedi Robohnya Musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny ; Cahaya Ilmu di Tengah Ujian Kehidupan

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Pondok pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo  telah lama dikenal sebagai salah satu pesantren yang berperan penting dalam mencetak generasi muda berakhlak mulia dan berwawasan luas. Di tempat ini, ratusan santri menimba ilmu agama sekaligus membentuk karakter yang tangguh. Musibah robohnya musala tiga lantai di Pondok Pesantren Al-Khoziny yang terjadi pada Senin (29/09) sore, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban santri. Tak kurang 38 orang santri terjebak di bawah reruntuhan gedung dan dilaporkan belum ditemukan hingga Selasa (30/09). Tim SAR gabungan saat ini berpacu dengan waktu, mengingat terdapat periode krusial atau golden time. Data sementara mencatat total ada 98 santri jumlah korban luka-luka yang dirawat di tiga rumah sakit, yaitu RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar dan RS Delta Surya. Setidaknya tiga santri meninggal dunia, akibat robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo. Sekaligus menjadi pengingat bahwa setiap cobaan, selalu hadir bersama hikmah bagi seorang muslim. Sesiapapun dari kita pasti akan diuji dengan berbagai cobaan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155-157 yang berbunyi: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan : “inna lillahi wa innaa ilaihi rojiuun”.” Keberadaan pesantren ini bukan hanya tempat belajar, melainkan juga wadah pembinaan spiritual yang menguatkan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat. Peran Penting Pondok Pesantren Al-Khoziny dalam Pendidikan Islam Pondok pesantren Al-Khoziny selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan yang konsisten dalam menjaga tradisi Islam. Bagi santri, pesantren tidak hanya tempat menuntut ilmu, melainkan juga menjadi rumah kedua yang membentuk kepribadian mereka. Kurikulum yang diterapkan di dalamnya mencakup pembelajaran Al-Qur’an, hadis, fiqih, dan ilmu agama lainnya, yang dilengkapi dengan pendidikan karakter sehari-hari. Selain itu, Pondok pesantren Al-Khoziny juga menekankan pentingnya kebersamaan. Santri diajarkan untuk hidup sederhana, mandiri, serta saling tolong-menolong. Nilai-nilai inilah yang menjadikan lulusan pesantren tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang luas, tetapi juga siap menghadapi tantangan sosial di masyarakat nantinya. Dengan demikian, pesantren ini telah memberikan kontribusi besar dalam membangun generasi muslim yang cerdas, berakhlak mulia, dan berdaya guna. Musibah dan Solidaritas untuk Pondok Pesantren Al-Khoziny Pondok pesantren Al-Khoziny mengalami musibah yang cukup mengejutkan. Terjadi di saat para santri melaksanakan ibadah shalat ashar. Peristiwa ini tidak hanya mengundang duka mendalam, tetapi juga menggugah solidaritas dari banyak pihak. Dukungan berupa doa, bantuan moral, dan material datang dari masyarakat sekitar, pesantren lain, hingga warganet. Kehadiran kepedulian tersebut menjadi bukti bahwa pesantren masih memegang peran sentral dalam kehidupan sosial umat. Musibah ini seakan memperlihatkan bahwa di balik ujian besar, selalu ada kekuatan kebersamaan. Masyarakat luas menyadari bahwa pesantren bukan hanya tempat pendidikan, melainkan juga aset umat yang harus dijaga bersama. Doa agar Pondok pesantren Al-Khoziny segera pulih dan bangkit dari cobaan terus mengalir, menjadi energi positif untuk keluarga besar pesantren dalam menghadapi hari-hari ke depan. Diantaranya pondok Tahfidz Modern Al Imam Kediri yang menyampaikan bela sungkawa dalam bingkai Pray for Al-Khoziny di sosial medianya. Baca juga : Mengukir Langkah Bersama: Haflah Akhirussanah ke-VI Pondok Tahfidz Modern Al-Imam   Pondok pesantren Al-Khoziny tidak hanya menjadi simbol pendidikan Islam, tetapi juga pilar kebersamaan dan kepedulian sosial. Musibah yang terjadi memang meninggalkan luka, namun dari sini tumbuh harapan baru akan kebangkitan. Semoga Allah memberikan kesabaran Dengan segala doa, dukungan, dan kebersamaan, pesantren ini semoga mampu berdiri kembali dengan lebih kuat lagi. Dan semoga, Pondok pesantren Al-Khoziny tetap menjadi cahaya ilmu yang menerangi jalan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik.(**) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto : berbagai sumber

Read More

Renungan Peristiwa G30S/PKI di Ma’had Darul Hijrah Salam: Santri Kokoh, Banteng Penjaga Islam dari Bahaya Laten Komunis

Pasuruan – 1miliarsantri.net : Suasana malam di Pondok Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah terasa berbeda pada Sabtu (26/09). Ratusan santri berkumpul di lapangan utama pondok untuk mengikuti rangkaian peringatan tragedi kelam G30S/PKI, sebuah momentum yang selalu diperingati bangsa Indonesia sebagai pengingat akan bahaya laten kaum komunis. Malam hari itu ba’da Isya’ lapangan utama pondok penuh dengan seluruh santri Darul Hijrah Salam, mulai dari santri MA maupun MTS. Mereka sudah berbaris rapi dengan seragam kepanduan mereka masing-masing, warna biru untuk MA dan oranye untuk MTs. OSDHA dan mudabbir seakan-akan menjadi tokoh utama pada malam hari itu. Mereka menyiapkan semua kebutuhan acara dari awal sampai akhir, bahkan sampai hal-hal kecil sekalipun, walaupun acara yang diadakan begitu sederhana tapi sudah cukup untuk menyentuh hati para santri. Ditambah lagi dengan adanya tausiyah yang disampaikan oleh akhinaa Maharsi Martina Nurcahyo Sudaryo selaku musyrif pengabdian di tahun ini. Seolah mengingatkan kembali kejadian terkutuk di tahun 1965 yang merengut nyawa putra-putra terbaik bangsa Indonesia oleh pemberontak G30S/PKI. Gerakan itu bukan hanya ancaman terhadap stabilitas negara, tetapi juga terhadap agama. Terutama Islam yang sejak awal ditolak oleh ideologis komunis yang cenderung anti-Tuhan. Penyampaian Tausiah yang Berlangsung Khidmat Tausiyah yang disampaikan begitu tegas yang dapat membakar semangat muda para santri. Mulai dari sejarah bagaimana pengkhianat bangsa itu bisa hadir di tanah air, sampai pernyataan bahwa mereka tidak akan pernah bisa berdampingan bersama bangsa Indonesia. Karena kepercayaan mereka yang tak bertuhan, tidak akan pernah selaras dengan sila pertama yakni: Ketuhanan Yang Maha Esa, apalagi selaras dengan agama Islam. “Komunis bukan hanya sebuah ideologi, tetapi ancaman yang berusaha menghapus nilai agama dan budaya bangsa. Santri harus menjadi benteng agar sejarah kelam itu tidak terulang,” tegas beliau. Baca juga : Semangat Juang 45 Tersulut dalam Lomba Agustusan Santri Darul Hijrah Salam Pada masa itu, banyak pesantren dan santri ikut berdiri di garda depan untuk mempertahankan keutuhan bangsa, sekaligus menjaga akidah umat agar tidak terpengaruh paham yang menyesatkan. Kaum komunis sangat membenci umat beragama, terutama umat muslim karena para santri dan umat muslim secara keseluruhan merupakan kontributor terbesar saat masa Pra-Kemerdekaan. Bagaimana bisa mereka mengambil alih bangsa ini sedangkan benteng terkuatnya belum bisa dirobohkan? Maka dari itu mereka sering sekali bergesekan, bahkan tak jarang membantai umat muslim terutama di pondok-pondok pesantren. “…. Justru itu kita para santri adalah benteng terakhir umat Islam kita seharusnya bisa berkostribusi pada negeri, kita tidak boleh kalah dengan orang-orang di luaran sana. Kita harus mengembalikan keperkasaan santri, mengembalikan kejayaan Islam serta membuktikan Islam adalah rahmatan lil-‘alamin,” demikian orasi yang disampaikan akhinaa Arsyi menutup tausiyah. Acara Inti Pemutaran Film Dokumenter G30S/PKI Setelah dibakar semangatnya, kini para santri menonton film dokumenter G30S/PKI. Bersama-sama mereka menyaksikan betapa kejamnya kaum komunis kepada bangsa mereka sendiri. Walaupun film dokumenter G30S/PKI selalu diputar setiap tahunnya, tetap saja memberikan atmosfer yang sama, yakni atmosfer mencekam dan tragis. Terlebih saat di-scene aksi penculikan dan pembunuhan 7 (tujuh) Jenderal AD, hingga akhirnya ditemukan jenazahnya di dalam sumur maut lubang buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Tatkala berakhir film tersebut, para santri diarahkan untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajjud dan kemudian dilanjutkan berdoa bersama untuk keselamatan bangsa. Mereka tak melupakan dengan rutinitas itu, mau sesibuk apapun kegiatan yang diberikan, dan memang sudah seharusnya untuk selalu mengingat Allah, kapanpun dan dimanapun mereka berada. Baca juga : Kemeriahan Rangkaian Kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam Acara ini bukan sekadar mengenang kekejaman PKI, tetapi juga menghormati darah para syuhada, ulama, santri, dan rakyat yang gugur dalam mempertahankan iman dan tanah air. Setiap tetes darah mereka adalah saksi bahwa Indonesia berdiri di atas pengorbanan besar umat. Tragedi G30S/PKI mengingatkan kita betapa rapuhnya bangsa jika aqidah dan persatuan dilemahkan oleh ideologi sesat. Peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi sekarang, khususnya para santri, bahwa tugas mereka tidak berhenti pada menuntut ilmu, tetapi juga menjaga aqidah, persatuan, dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pesan utamanya adalah sejarah harus selalu diingat, agar pengkhianatan serupa tidak pernah terulang, dan agar semangat perjuangan terus hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.(**) Kontributor Santri : Istiqfaril Akbar Hidayatullah Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman Foto : Dokumentasi Tim Media OSDHA

Read More

Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober: Dari Resolusi Jihad Hingga Penetapan Presiden

Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 Yang dipimpin KH. Hasyim Asy’ari “Pendiri Nahdlatul Ulama” Merupakan Titik Awal Peran Serta Santri Dan Ulama Dalam Merebut Serta Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Bekasi – 1miliarsantri.net: Sejak 22 Oktober 2025, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional. Peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan pengakuan negara atas peran besar santri dan ulama dalam merebut serta mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Latar belakangnya erat kaitannya dengan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dipimpin KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Asal-Usul Hari Santri Nasional Hari Santri berawal dari peristiwa sejarah pasca-Proklamasi 17 Agustus 1945. Saat itu, Belanda yang diboncengi sekutu berusaha kembali menjajah Indonesia. Melihat kondisi tersebut, para ulama di Jawa Timur segera bergerak untuk mengobarkan semangat jihad demi mempertahankan kemerdekaan. KH. Hasyim Asy’ari kemudian mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Isinya menegaskan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardhu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim). Seruan ini membuat semangat rakyat, khususnya di Surabaya, semakin berkobar dan meletuslah pertempuran 10 November 1945 yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan. Penetapan Hari Santri Nasional Untuk mengenang peristiwa bersejarah dan semangat juang Ulama dan Santri, pada tahun 2015 Presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Sejak saat itu, setiap pesantren, ormas Islam, dan masyarakat Indonesia memperingati Hari Santri dengan berbagai kegiatan, mulai dari apel santri, kirab, pengajian, hingga diskusi kebangsaan. Makna Hari Santri Hari Santri tidak hanya mengingatkan kita pada perjuangan fisik melawan penjajah, tetapi juga mengandung pesan penting: Tema Hari Santri Nasional 2025 Rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2025 telah secara resmi dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, 22 September 2025. Peringatan Hari Santri Nasional 2025 mengusung tema besar, “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”, logo ini merepresentasikan tekad santri untuk tetap berada di garda terdepan menjaga bangsa, sekaligus menatap jauh ke cakrawala global. Santri adalah Pita Cakrawala: Ikatan yang menguatkan bangsa, perjalanan yang tak pernah berhenti, pandangan luas yang menuntun langkah menuju masa depan. Penjelasan lengkap bisa diakses melalui: LOGO HARI SANTRI NASIONAL 2025. Hari Santri Nasional 22 Oktober adalah bukti nyata bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran santri dan ulama. Dari Resolusi Jihad 1945, semangat santri membakar perlawanan rakyat melawan penjajah hingga akhirnya Indonesia tetap tegak sebagai bangsa merdeka. Momentum ini menjadi pengingat bahwa santri bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga bagian penting dalam membangun masa depan Indonesia. Ikuti terus artikel 1miliarsantri.net dalam rangkaian Hari Santri Nasional 2025, dengan tajuk #SantriIndonesiaMenyapaDunia Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto istimewa : kolase foto Tebu Ireng Online dan Kemenag.Go.Id

Read More

Presiden Prabowo Gelar Rapat Bahas MBG dan Program Strategis Usai Lawatan Luar Negeri

Presiden Prabowo gelar rapat di Kertanegara bahas Program MBG, ketahanan pangan, kesehatan gratis hingga pembangunan strategis usai lawatan luar negeri. Jakarta – 1miliarsantri.net: Sekembalinya dari luar negeri dalam rangkaian kunjungan kerja kenegaraan, Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat yang dihadiri sejumlah menteri Kabinet Merah Putih di kediaman pribadinya, Jalan Kertanegara, Jakarta, pada Minggu petang (28/9). Rapat yang berlangsung sekitar dua jam itu digelar segera setelah Presiden Prabowo kembali dari lawatan luar negeri. Meski bertepatan dengan hari libur, pertemuan tersebut menunjukkan komitmen Presiden dalam memastikan jalannya program prioritas pemerintah tetap sesuai rencana dan tepat sasaran. Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dalam keterangan tertulis menyampaikan bahwa salah satu topik utama yang dibahas adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini kembali mendapat sorotan karena dinilai sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini. “Salah satu yang menjadi pembahasan utama adalah mengenai Program Makan Bergizi Gratis, terkait langkah terbaik dan evaluasi agar program ini dapat berjalan baik sesuai dengan yang direncanakan dan tepat sasaran,” ujar Seskab Teddy. Presiden Beri Arahan Teknis dan Detil Mengutip setkab.go.id, Teddy menuturkan bahwa Presiden Prabowo memberikan arahan yang sangat teknis terkait implementasi MBG. “Presiden Prabowo memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat detil, bahkan sangat teknis, misalnya berkenaan dengan masalah kedisiplinan, prosedur, terutama masalah kebersihan,” ungkapnya. Hal ini menunjukkan perhatian Presiden tidak hanya pada aspek kebijakan besar, tetapi juga hingga ke level operasional lapangan. Selain membahas MBG, rapat tersebut juga menyinggung sejumlah program strategis pemerintah di berbagai sektor. Di antaranya adalah ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, energi, kelautan, program Desa Nelayan, penguatan Koperasi Desa, serta pembangunan Tanggul Laut Pantai Utara Jawa. Kondisi Cadangan Beras dan Laporan Program Kesehatan Dalam rapat, Kementerian Pertanian bersama Perum Bulog melaporkan bahwa cadangan beras nasional berada dalam kondisi aman. Hal ini menjadi poin penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional di tengah berbagai tantangan global. Di sisi lain, Menteri Kesehatan melaporkan capaian program pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat. Hingga kini, program tersebut telah menjangkau sekitar 36 juta orang. “Menteri kesehatan melaporkan program cek kesehatan gratis pada seluruh masyarakat yang sampai hari ini sudah mencapai 36 juta terperiksa,” jelas Seskab Teddy. Fokus Pemerintah pada Program Prioritas Rangkaian rapat ini memperlihatkan keseriusan Presiden Prabowo dalam memastikan jalannya program-program strategis nasional. Dengan memberi arahan langsung kepada para menteri, Presiden menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar setiap kebijakan tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Langkah cepat Presiden Prabowo menggelar rapat segera setelah kepulangannya dari luar negeri menegaskan bahwa agenda prioritas pemerintah tetap menjadi perhatian utama. Melalui program-program seperti MBG, kesehatan gratis, hingga pembangunan infrastruktur strategis, pemerintah berupaya mendorong kesejahteraan masyarakat sekaligus memperkuat fondasi pembangunan nasional.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : Setkab.Go,Id Foto istimewa : PresidenRI.Go.Id

Read More
Kasus Chromebook Jadi Pelajaran

Kasus Chromebook Jadi Pelajaran, Transformasi Digital Sekolah Harus Lebih Serius

Malang – 1miliarsantri.net : Kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) hendaknya menjadi refleksi dalam tranformasi digital sektor pendidikan. Di balik visi percepatan digitalisasi, minimnya pengawasan justru menimbulkan persoalan serius, baik dari sisi hukum maupun manfaatnya di lapangan. Diketahui sebelumnya pengadaan Chromebook untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dilakukan melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Satuan Pendidikan (DSP) sejak tahun 2021. Anggaran yang digelontorkan tidak kecil, yaitu sekitar Rp 9,9 triliun selama periode 2019 hingga 2023. Namun, upaya besar itu tercoreng oleh dugaan korupsi yang merugikan keuangan negara hingga Rp 1,98 triliun. Kejaksaan Agung telah menaikkan kasus ini ke tahap penyidikan dan menetapkan sejumlah tersangka, termasuk pejabat di lingkungan Kemendikbudristek serta pihak swasta. Salah satu pokok permasalahan yaitu dugaan mark-up harga dan pemilihan sistem operasi yang dinilai tidak sesuai kebutuhan sebagian besar sekolah, terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Perangkat tak Tepat Sasaran Kasus Chromebook ini memperlihatkan bahwa penyediaan perangkat keras bukan serta-merta menjawab kebutuhan sekolah dalam beradaptasi dengan pembelajaran digital. Justru, di banyak daerah perangkat tersebut tidak terpakai secara optimal. Beberapa sekolah bahkan membiarkan Chromebook tetap dalam kardus karena keterbatasan listrik dan jaringan internet. Bukan itu saja, guru belum dibekali pelatihan teknis memadai. Lebih jauh lagi, dalam beberapa kasus, pengadaan perangkat juga tidak mempertimbangkan daya dukung teknis sekolah. Misalnya, tidak adanya tenaga IT yang bisa membantu guru dan siswa dalam mengoperasikan Chromebook. Bahkan ada sekolah yang hanya memiliki satu sumber listrik aktif di seluruh bangunan, yang tentu saja menyulitkan pemanfaatan perangkat digital dalam pembelajaran. Padahal, mantan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim sempat menyatakan bahwa program digitalisasi ini telah menjangkau lebih dari 77.000 sekolah dan 97 persen perangkat telah diterima. Namun, penerimaan perangkat tidak otomatis berbanding lurus dengan pemanfaatan. Tanpa dukungan infrastruktur dan sumber daya manusia yang siap, perangkat digital cenderung hanya menjadi simbol modernisasi semu. Permasalahan ini diperparah oleh pola implementasi yang bersifat top-down. Sekolah-sekolah di berbagai daerah tidak dilibatkan secara penuh dalam perencanaan maupun pemetaan kebutuhan. Imbasnya, banyak institusi pendidikan menerima alat yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kesiapan masing-masing. Beberapa sekolah negeri di daerah tertinggal bahkan tidak memiliki akses internet yang memungkinkan pemanfaatan Chromebook secara optimal. Solusi Lokal Adaptif Perlu Diterapkan Meski begitu, sejumlah inisiatif lokal menunjukkan bahwa pembelajaran digital tetap dapat dilakukan secara efektif jika didukung pendekatan yang kontekstual. Salah satunya adalah kehadiran solusi seperti Kipin Classroom, sebuah platform server lokal yang memungkinkan sekolah mengakses ribuan buku pelajaran, video, dan soal latihan tanpa koneksi internet. Inovasi semacam ini menunjukkan pentingnya solusi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, bukan sekadar mengikuti tren teknologi global. Di Nusa Tenggara Barat, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan Chromebook dan akun pembelajaran digital. Upaya ini penting sebagai contoh bagaimana transformasi digital semestinya diiringi pengawasan dan pendampingan berkelanjutan. Evaluasi yang dilakukan di 10 kabupaten/kota di NTB menjadi bukti bahwa perangkat digital baru akan berdampak jika diintegrasikan dengan pelatihan guru, kurikulum adaptif, dan dukungan teknis rutin. Contoh seperti ini menunjukkan bahwa infrastruktur saja tidak cukup. Diperlukan kerja sama erat antara pemerintah pusat, daerah, dan satuan pendidikan agar teknologi benar-benar menjadi alat bantu pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan. Perlunya Evaluasi Total dan Menyeluruh Ke depan, transformasi digital pendidikan perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan kontekstual. Sekolah harus dilibatkan dalam proses perencanaan, pengadaan harus transparan dan akuntabel, dan guru perlu mendapat pelatihan berkelanjutan. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa infrastruktur dasar, seperti listrik dan internet, telah tersedia sebelum perangkat didistribusikan. Transformasi digital bukanlah proyek jangka pendek yang selesai dalam satu atau dua tahun. Ia merupakan proses jangka panjang yang membutuhkan konsistensi, evaluasi, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Pemerintah harus belajar dari kasus Chromebook ini dan mengubah pendekatan dalam memodernisasi pendidikan. Digitalisasi bukan tujuan, melainkan alat untuk meningkatkan mutu belajar-mengajar. Jika tidak, risiko kegagalan akan terus menghantui setiap program yang menyertakan teknologi sebagai solusi tunggal. Dan lebih dari itu, akan terus membuka celah bagi penyimpangan yang merugikan negara sekaligus menghambat kemajuan generasi penerus bangsa. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman

Read More
Tradisi Maulid Nabi di Betawi

Begini Uniknya Tradisi Maulid Nabi di Betawi

Malang – 1miliarsantri.net : Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia tidak pernah lepas dari ekspresi budaya lokal yang membentuk kekhasan di setiap daerah. Di tengah kota metropolitan seperti Jakarta, khususnya di kalangan masyarakat Betawi, peringatan Maulid bukan hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya yang terus dilestarikan lintas generasi. Bagi masyarakat Betawi, Maulid Nabi adalah momen spiritual sekaligus sosial yang mengikat hubungan antarwarga, keluarga, bahkan antar-kampung. Lebih dari sekadar pembacaan sejarah kelahiran Nabi melalui kitab Barzanji, peringatan Maulid di tanah Betawi berlangsung dengan semarak, menyatukan nilai religius, tradisi lokal, dan kebersamaan komunal. Kitab Barzanji dalam Setiap Hajatan Kitab Barzanji menjadi elemen utama dalam perayaan Maulid Nabi di berbagai wilayah Indonesia, tak terkecuali di Betawi. Kitab yang berisi syair-syair pujian kepada Nabi dan kisah hidupnya ini dibacakan dengan irama khas, menciptakan suasana khidmat sekaligus hangat. Menariknya, di kalangan masyarakat Betawi, pembacaan Barzanji tidak hanya terbatas pada bulan Maulid (Rabi’ul Awal), tetapi juga hadir dalam berbagai kegiatan lainnya. Mulai dari acara tasyakuran, khitanan, akad nikah, hingga peringatan kematian, kitab Barzanji selalu menjadi pengiring utama. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya keterikatan masyarakat Betawi terhadap sosok Nabi Muhammad SAW, sekaligus memperlihatkan bagaimana unsur spiritual menyatu dalam siklus kehidupan masyarakatnya. Lebih dari itu, sebagian masyarakat Betawi mulai membaca Maulid sejak bulan Rabi’ul Awal hingga Rajab. Keyakinan ini berangkat dari pemahaman bahwa ketiga bulan tersebut adalah masa yang dipenuhi berkah kelahiran Rasulullah. Tak heran jika tradisi pembacaan Barzanji dapat berlangsung berbulan-bulan, mewarnai malam-malam warga dengan lantunan doa dan pujian. Petasan sebagai Penanda Kegembiraan Salah satu aspek yang membedakan tradisi Maulid Nabi di Betawi dengan daerah lain adalah hadirnya petasan. Meskipun bagi sebagian masyarakat hal ini tampak sebagai elemen hiburan semata, petasan memiliki makna historis dan simbolis yang dalam. Penggunaan petasan dalam budaya Betawi merupakan bentuk akulturasi dengan tradisi Tionghoa, yang sejak dulu menggunakan petasan sebagai penolak bala dan pengusir roh jahat. Masyarakat Betawi kemudian mengadaptasi elemen ini dalam berbagai hajatan, termasuk Maulid Nabi, sebagai bentuk kegembiraan dan simbol ajakan kepada warga sekitar untuk turut hadir. Secara fungsional, petasan menjadi semacam “kode” undangan. Ketika suara petasan terdengar, warga dari kampung-kampung sekitar akan tahu bahwa sedang ada perayaan. Mereka pun akan datang berbondong-bondong, membawa serta makanan, kerabat, dan semangat gotong royong. Menariknya, pada masa lampau, petasan yang digunakan bersifat tradisional. Bambu diisi dengan potassium, lalu diledakkan menggunakan air dan percikan api, menghasilkan suara nyaring yang menggema di antara rumah-rumah panggung. Kini, sebagian besar masyarakat menggunakan petasan buatan pabrik, namun makna sosialnya tetap bertahan. Diawali dengan Tawasul dan Doa Bersama Kekuatan spiritual dalam tradisi Maulid Betawi juga tampak pada urutan ritual yang dilakukan. Pembacaan Maulid selalu diawali dengan tawasul, yakni pembacaan surat Al-Fatihah yang dihadiahkan kepada arwah para leluhur atau kerabat yang telah wafat. Tawasul menjadi jembatan antara dunia yang fana dan alam keabadian, menghadirkan nuansa spiritual yang dalam. Setelah tawasul, dilanjutkan dengan pembacaan surat Yasin dan tiga surat pendek dari Al-Qur’an: Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Barulah kemudian acara inti dimulai dengan pembacaan Barzanji. Bagi masyarakat Betawi, rangkaian ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari pengamalan ajaran Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menganjurkan umatnya untuk mendoakan sesama, menjaga hubungan antar-generasi, dan memperkuat ikatan ukhuwah. “Surat Yasin dan Barzanji adalah pengikat rohani kami,” ujar Haji Munir, tokoh masyarakat di daerah Condet, Jakarta Timur. “Kami ingin anak-anak muda tetap mengenal siapa Nabi mereka, dan bagaimana seharusnya hidup meneladani beliau.” Tradisi yang Menyesuaikan Zaman Perubahan sosial dan modernisasi tidak serta-merta menghapus tradisi Maulid di Betawi. Meski Jakarta kini berubah menjadi kota megapolitan dengan hiruk-pikuk keseharian, tradisi ini masih terus dipertahankan di berbagai kampung tua, terutama di wilayah seperti Condet, Kampung Melayu, Kemayoran, hingga Marunda. Namun, tentu saja ada penyesuaian. Generasi muda kini mulai menggabungkan pembacaan Maulid dengan tampilan multimedia, dokumentasi digital, bahkan live streaming untuk menjangkau keluarga yang jauh. Meski bentuknya berubah, substansi spiritual tetap menjadi fondasi utama. Di tengah arus globalisasi dan gempuran budaya pop, Maulid Nabi di Betawi menjadi semacam jangkar identitas yang menghubungkan warga urban dengan nilai-nilai luhur, tradisi leluhur, dan keteladanan Rasulullah. Ia menjadi pengingat bahwa modernitas tak harus mengorbankan akar budaya dan spiritualitas. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi AI Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman

Read More